kab/kota: Beijing

  • China Balas Dendam, Trump Langsung Merapat ke Tetangga RI

    China Balas Dendam, Trump Langsung Merapat ke Tetangga RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China masih terus berlanjut. AS yang melancarkan pemblokiran akses teknologi bertubi-tubi, akhirnya dibalas China dengan membatasi ekspor logam tanah jarang yang dibutuhkan untuk mengembangkan senjata dan peralatan militer AS. 

    Alhasil, Presiden AS Donald Trump segera mencari pasokan logam tanah jarang dari tempat lain. Trump dilaporkan menandatangani serangkaian kesepakatan dagang untuk mineral penting dengan empat negara tetangga Indonesia, termasuk Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

    Langkah ini disebut sebagai strategi Washington untuk menyeimbangkan perdagangan sekaligus memperkuat rantai pasok global di tengah dominasi China. Penandatanganan dilakukan saat Trump menghadiri KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Minggu (26/10).

    Dalam pertemuan itu, AS dan keempat negara sepakat menghapus sejumlah hambatan tarif dan memperluas akses pasar untuk produk Amerika. Gedung Putih menyebutkan, AS mempertahankan tarif 19-20% untuk ekspor dari negara-negara tersebut, dengan beberapa produk akan dibebaskan tarifnya.

    Vietnam, yang sebelumnya mencatat surplus perdagangan hingga US$123 miliar terhadap AS, berjanji akan meningkatkan pembelian produk Amerika untuk memperkecil kesenjangan perdagangan kedua negara, demikian dikutip dari Reuters, Senin (27/10/2025).

    Tak hanya itu, Malaysia dan Thailand juga menandatangani kerja sama strategis dengan AS di sektor mineral penting, untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari China. Malaysia bahkan sepakat tidak melarang atau membatasi ekspor rare earth ke AS.

    Kesepakatan ini muncul di tengah laporan bahwa China tengah memperkuat kerja sama dengan Malaysia untuk membangun fasilitas pengolahan rare earth melalui Khazanah Nasional. Langkah Beijing itu dinilai sebagai upaya mempertahankan dominasinya di industri mineral strategis dunia.

    Selain perdagangan, empat negara ASEAN itu juga menyetujui peningkatan kerja sama di bidang digital, jasa, investasi, dan perlindungan tenaga kerja. Thailand dan Malaysia memberikan fasilitas tambahan bagi produk AS, termasuk pelonggaran kepemilikan asing dan pembebasan tarif di sejumlah sektor strategis.

    Thailand, misalnya, akan menghapus tarif hingga 99% produk dan membeli 80 pesawat buatan AS senilai US$18,8 miliar. Negeri Gajah Putih itu juga akan mengimpor gas alam cair dan minyak mentah dari AS senilai US$5,4 miliar per tahun.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump-Xi Jinping Bertemu di Korsel Pekan Ini, Ini Sederet Isu yang Akan Dibahas

    Trump-Xi Jinping Bertemu di Korsel Pekan Ini, Ini Sederet Isu yang Akan Dibahas

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di Korea Selatan pekan ini untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan perang dagang yang kembali mencuat.

    Selama beberapa bulan terakhir, Washington dan Beijing saling menaikkan tarif terhadap ekspor masing-masing serta mengancam akan menghentikan perdagangan di sektor mineral penting dan teknologi strategis.

    Meski demikian, kedua pihak tidak menargetkan adanya terobosan besar yang dapat mengembalikan kondisi perdagangan seperti sebelum pelantikan Trump pada Januari lalu. 

    Negosiasi pra-pertemuan berfokus pada upaya mengelola perbedaan dan mencari peningkatan terbatas menjelang kunjungan resmi Trump ke China yang dijadwalkan awal tahun depan.

    Berikut adalah sejumlah topik yang diperkirakan akan dibicarakan kedua pemimpin tersebut dilansir Reuters, Senin (27/10/2025)

    Kendali Ekspor Logam Tanah Jarang 

    China telah memperluas pengendalian ekspor logam tanah jarang (rare earths) dengan menambah lima elemen baru, memperketat pengawasan terhadap pengguna semikonduktor, serta mewajibkan kepatuhan bagi produsen asing yang menggunakan bahan asal China.

    Langkah itu mengguncang rantai pasok global, mengingat China memproduksi lebih dari 90% pasokan logam langka olahan dunia yang digunakan untuk berbagai teknologi modern mulai dari ponsel pintar hingga jet tempur.

    AS mendesak Beijing mencabut pembatasan tersebut. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut, setelah pembicaraan di Malaysia akhir pekan lalu, China setuju menunda penerapan rezim lisensi ekspor yang diperluas selama satu tahun dan akan meninjau ulang kebijakan tersebut. 

    Namun, Beijing belum menjelaskan langkah konkret yang akan diambil.

    Tarif Terkait Fentanyl

    Trump memberlakukan tarif 20% terhadap produk impor China karena menilai Beijing gagal menekan peredaran bahan kimia prekursor fentanyl — obat sintetis yang telah menyebabkan hampir 450.000 kematian akibat overdosis di AS. Tarif itu tetap berlaku meski kedua negara sempat mencapai gencatan dagang rapuh.

    China membela catatan pengendalian narkotikanya dan menuduh Washington menggunakan isu fentanyl untuk “memeras” Beijing. Kebuntuan ini telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan kembali dibahas dalam pertemuan di Kuala Lumpur.

    Biaya Pelabuhan

    AS juga mengenakan biaya pelabuhan terhadap kapal yang dimiliki, dioperasikan, atau dibangun oleh entitas China. Trump menyatakan langkah ini bertujuan membantu pendanaan kebangkitan industri galangan kapal AS dan diperkirakan menambah beban biaya bagi 10 operator kapal terbesar hingga US$3,2 miliar tahun depan.

    Sebagai balasan, China menerapkan biaya serupa terhadap kapal berbendera, dimiliki, atau dibangun oleh AS, serta menjatuhkan sanksi terhadap lima anak usaha galangan kapal Korea Selatan yang berafiliasi dengan perusahaan AS. Langkah timbal balik ini mulai mengganggu arus logistik dan menaikkan tarif pengiriman.

    Sektor Pertanian

    Bessent mengatakan China akan kembali melakukan pembelian besar-besaran kedelai asal AS dalam kerangka kesepakatan dagang baru, setelah sebelumnya menghentikan impor karena perang dagang.

    Pemboikotan tersebut membuat petani AS kehilangan pasar ekspor terbesar mereka dan menunggu bantuan kompensasi dari pemerintahan Trump. 

    Analis menilai Beijing memahami hal ini sebagai titik lemah politik bagi Trump, mengingat basis dukungannya di wilayah pedesaan berpotensi terdampak menjelang pemilu paruh waktu 2026.

    China sebelumnya membeli lebih dari separuh produksi kedelai AS pada 2023–2024, dengan nilai ekspor tertinggi tercatat US$17,92 miliar pada 2022.

    Bessent juga mengungkap bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan final terkait aplikasi TikTok, setelah sebelumnya hanya menyepakati kerangka divestasi mayoritas saham kepada investor AS. 

    Kesepakatan ini menjadi satu-satunya hasil nyata dari pembicaraan perdagangan di Madrid bulan lalu, meski sempat tertunda implementasinya.

    Trump dan Xi dijadwalkan meresmikan kesepakatan tersebut dalam pertemuan di Korea Selatan, meski belum jelas apakah terdapat perubahan dari kerangka awal.

    Tarif dan Investigasi Baru

    Kedua pihak turut membahas perpanjangan penangguhan tarif timbal balik AS terhadap China yang saat ini dibatasi 30% dan akan berakhir pada 10 November. Sebelumnya Trump sempat mengancam menaikkan tarif hingga 100% mulai 1 November sebagai balasan atas perluasan kendali ekspor logam langka China. 

    Namun, Bessent menyebut rencana itu kini “tidak lagi menjadi opsi” setelah pertemuan akhir pekan lalu.

    Selain itu, Washington menyiapkan langkah baru yang menargetkan Beijing, termasuk pengendalian ekspor berbasis perangkat lunak dan tarif sektoral untuk industri semikonduktor, farmasi, dan sektor strategis lainnya. 

    Pemerintah AS juga meluncurkan penyelidikan baru atas dugaan kegagalan China mematuhi kesepakatan dagang “Phase One” yang ditandatangani pada 2020.

  • Dia Tandatangan Atas Nama Negara

    Dia Tandatangan Atas Nama Negara

    GELORA.CO – Beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh bikin pemerintahan Presiden Prabowo Subianto pusing. 

    Pemerintah memastikan tidak akan ikut membiayai beban utang kereta cepat ke China.

    Diketahui, proyek Whoosh berbuntut pada utang yang nilainya fantastis, yakni mencapai lebih dari Rp100 triliun dan membebani BUMN seperti PT KAI (Persero) sebagai salah satu pemegang saham utama.

    Kereta cepat yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp19,54 triliun, dari biaya awal yang direncanakan 6,07 miliar dollar AS.

     Sehingga, total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp116 triliun.

    Untuk membiayai investasi 7,2 miliar dollar AS (Rp116 triliun) pada proyek ini, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.

    Baca juga: Sambil Menunggu Informasi dari Mahfud MD, KPK Telusuri Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat Era Jokowi

    Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu PT KCIC yang merupakan gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).

    Adapun proyek Whoosh digadang-gadang sebagai salah satu proyek mercusuar dan ambisius di masa pemerintahan mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

    Setelah terungkap besarnya beban dari proyek kereta cepat ini, nama Jokowi pun turut terseret hingga dituding sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

     Lantas, benarkah Jokowi harus menanggung utang proyek tersebut?

    Tidak Bisa Dibebankan Hanya kepada Jokowi

    Pakar kebijakan publik dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Teguh Yuwono menyebut, suatu proyek pemerintah, ketika dicanangkan dan dilaksanakan, maka sifatnya adalah institusional.

    Pihak-pihak yang menandatangani proyek tersebut bukan lagi perorangan, melainkan sudah atas nama negara atau pemerintah.

    Hal ini dia sampaikan ketika menjadi narasumber dalam program On Focus yang diunggah di kanal YouTube Tribunnews, Rabu (22/10/2025).

    “Perlu dicatat, dalam sistem pemerintahan kita, ketika negara atau pemerintah mengambil keputusan, maka keputusan itu bersifat institusional,” tutur Teguh.

    “Ketika seseorang [pejabat publik] sudah menandatangani sesuatu, itu dia atas nama negara, atas nama pemerintah. Jadi pihak-pihak [yang menandatangani] itu bukan perorangan.”

    “Jadi, saya kira, ada orang yang salah memahami tata kelola pemerintahan. Harusnya, pihak-pihak yang melakukan tanda tangan kontrak, maka itu adalah kontrak kelembagaan atau institusional.”

     “Yang ekstrem, seperti kasus IKN (Ibu Kota Nusantara). IKN itu kan sudah dicanangkan, ditandatangani oleh presiden sebagai kepala negara, maka presiden yang selanjutnya juga akan tetap terikat dengan tanda tangan kontrak itu.”

    Selanjutnya, Teguh menilai, proyek KCJB alias Whoosh sifatnya sama, yakni institusional atas nama negara.

    Apalagi, proyek itu dibangun untuk meningkatkan kualitas layanan transportasi.

    Sehingga, setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya, tidak bisa lagi dipandang sebagai orang per orang.

    “Untuk kasus Kereta Cepat Jakarta Bandung itu, sebetulnya proses yang dilakukan kan berbasis kelembagaan. Jadi, bukan orang per orang, misalnya si A, si B, si C, itu pihak swasta, atau itu pihak negara,” ujar Teguh.

    “Yang terjadi di negara kita kan pemerintah mengambil inisiasi lalu memutuskan ini sebagai proyek yang dibiayai untuk meningkatkan pelayanan di bidang transportasi Jakarta-Bandung untuk mengurangi kemacetan, meningkatkan kualitas pelayanan.”

    “Itu harusnya berbasis fungsional kenegaraan.”

    Oleh karena itu, Teguh menegaskan, soal siapa yang harus bertanggung jawab terkait utang Whoosh, tidak bisa dilempar ke perseorangan saja, seperti kepada Jokowi selaku presiden saja atau cuma Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan RI saat itu.

    “Jadi, tidak berarti karena Pak Jokowi yang tanda tangan, maka Jokowi yang harus bertanggungjawab. Itu kan seolah-olah semua beban dikembalikan ke Jokowi,” papar Teguh.

    “Padahal di situ ada banyak pihak yang ikut menandatangani proyek ini. Bahkan itu kan konsorsium, KCIC, Kereta Cepat Indonesia-China.”

    “Artinya kan [proyek Whoosh dikerjakan] melalui beberapa pilar dan pilar-pilar itu harusnya dilakukan berbasis institusi, tidak berbasis perorangan.”

    “Jadi, misal waktu itu Menteri Keuangan RI-nya adalah Sri Mulyani, maka ini salah Sri Mulyani. Bukan begitu.”

    “Siapa pun yang menjadi menteri, ex officio, ya dia harus bertanggungjawab juga karena ini atas nama negara.”

    Proyek Whoosh Bersifat Institusional, Presiden Sekarang Juga Turut Bertanggung Jawab

    Menurutnya, bahkan proyek Whoosh juga menjadi tanggung jawab Presiden RI Prabowo Subianto yang kini menggantikan Jokowi.

    Teguh menambahkan, apabila masih berlanjut, maka proyek yang bersifat kelembagaan atau atas nama negara akan selalu mengikat siapa pun yang menjadi presiden.

    “Ini yang kadang-kadang tidak kita lihat, bahwa ketika manajemen pemerintahan dikembangkan atau diterapkan, maka siapa pun yang tanda tangan, apalagi jika kontraknya serial (5, 10, atau 20 tahun ke depan) seperti IKN, itu kan mengikat presiden,” ujar Teguh.

    “Apalagi kalau itu sudah diundang-undangkan, siapa pun presidennya. Ya walaupun sekarang ini Presiden Prabowo tidak begitu intens ke sana, tetapi beliau berada dalam keterwajiban kelembagaan, sama juga untuk kasus KCJB ini, kira-kira setting policy making-nya begitu.”

    Bom Waktu Utang Whoosh

    Proyek KCJB alias Whoosh dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia (PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia/PSBI) dengan 60 persen saham dan konsorsium China melalui Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen saham).

    Adapun PSBI sendiri dipimpin oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan porsi saham 58,53 persen, diikuti Wijaya Karya (33,36 persen), PT Jasa Marga (7,08 persen), dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII (1,03 persen).

    Sementara, komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd terdiri atas CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

    Proyek Whoosh saat ini menuai sorotan lantaran utangnya yang mencapai Rp116 triliun menjadi beban berat bagi konsorsium BUMN Indonesia, terutama PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai lead konsorsium PSBI.

    Bahkan, utang proyek Whoosh dinilai bagai bom waktu.

    Proyek yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp19,54 triliun, dari biaya awal yang direncanakan 6,07 miliar dollar AS.

    Sehingga, total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp116 triliun.

    Untuk membiayai investasi 7,2 miliar dollar AS pada proyek ini, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.

    Sementara, sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu PT KCIC yang merupakan gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).

    Whoosh, yang notabene merupakan program yang dibangga-banggakan oleh Jokowi, jelas memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero).

    Utang untuk pembiayaan proyek Whoosh membuat PSBI mencatat kerugian senilai Rp1,625 triliun pada semester I-2025.

    Karena menjadi lead konsosrium PSBI, maka PT KAI (Persero) menanggung porsi kerugian paling besar, yakni Rp951,48 miliar per Juni 2025, jika dibanding tiga BUMN anggota konsorsium PSBI lainnya.

    Sehingga, beban yang ditanggung PT KAI (Persero) begitu berat, baik dalam bentuk biaya operasional kereta cepat maupun pengembalian utang.

    Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin bahkan menyebut besar utang proyek Whoosh ini bagai bom waktu, sehingga pihaknya akan melakukan koordinasi dengan BPI Danantara untuk menanganinya.

    “Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” ujar Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

    Pelonggaran utang

    Kebisingan Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa membuat China melonggarkan utang kereta cepat yang sempat menuai polemik masyarakat Indonesia belakangan ini. 

    Sebelumnya PT KAI mengeluhkan terus merugi lantaran terbebani utang kereta cepat yang cukup mahal setiap tahunnya.

    Pasalnya pendapatan kereta cepat Jakarta-Bandung belum bisa menutup modal utang yang disepakati dengan China sebelumnya. 

    Alhasil, PT KAI terus nombok untuk membayar kekurangan cicilan utang kereta cepat. 

    Dari hal tersebut, muncul inisiasi membayar utang kereta cepat menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

    Namun hal itu buru-buru dibantah oleh Bendahara Negara Purbaya.

    Purbaya mengaku tidak mau mengeluarkan sepeserpun uang negara untuk membayar utang kereta cepat lantaran sedari awal perjanjiannya sudah business to Business (b2b). 

    Pernyataan Purbaya lantas menuai gonjang-ganjing dalam negeri. Hingga mengorek kembali borok proyek kereta cepat yang dikabarkan bermasalah sedari awal. 

    Usai gonjang-ganjing tersebut, kabarnya pihak Danantara pergi ke China untuk melakukan lobi pelonggaran utang proyek.

    Kabarnya, China pun sepakat untuk restrukturisasi utang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh).

    Di mana China memberikan perpanjangan pembayaran utang hingga 60 tahun dari yang sebelumnya tenor cicilan hanya 45 tahun. 

    Danantara sendiri belum merinci kesepakatan restrukturisasi yang telah disetujui oleh China. 

    Namun Purbaya pun memberikan acungkan jempol kepada Danantara yang telah melobi China terkait dengan restrukturisasi utang proyek kereta cepat.

    Artinya kata Purbaya, uang negara bisa aman untuk tidak terlibat dalam utang proyek tersebut.

    “Bagus, saya enggak ikut kan? Top,” ujar Purbaya dengan nada sumringah saat menanggapi perkembangan tersebut di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (23/10/2025).

    Saat ditanya kenapa tidak diajak ke China bersama Danantara, Purbaya tidak mempermasalahkan hal tersebut. 

    Menurutnya pemerintah memang tidak boleh ikut campur dengan proyek yang sedari awal ditetapkan b2b itu.

    Pun Purbaya juga ogah mendelegasikan anak buahnya untuk ikut dalam perundingan. Sebab kata dia, proyek tersebut harus diselesaikan secara b2b. 

    “Saya sebisa mungkin enggak ikut, biar aja mereka (Danantara) selesaikan business to business, jadi top,” tegas Purbaya.

    Jika pun Pemerintah, dalam hal ini Kemenkeu, harus hadir dalam pertemuan negosiasi, Purbaya menyatakan hal itu hanya sebatas menyaksikan kesepakatan yang telah diputuskan oleh para pihak.

    “Paling menyaksikan, kalau mereka sudah putus kan udah bagus, top,” imbuhnya.

    Penegasan ini sekaligus meredakan kekhawatiran masyarakat bahwa APBN, yang merupakan uang rakyat, akan terbebani oleh proyek prestisius yang biaya pembangunannya membengkak.

  • China Balas Dendam, Trump Langsung Merapat ke Tetangga RI

    Trump Pede Kesepakatan Dagang dengan China ‘Gol’ Minggu Depan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump optimistis dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden China Xi Jinping, yang akan ditemuinya pekan depan, tepatnya 30 Oktober 2025.

    Keyakinan tersebut muncul setelah pejabat ekonomi tinggi dari kedua negara mencapai konsensus awal dalam pembicaraan perdagangan yang berakhir pada Minggu.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan negosiator utama Li Chenggang di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), di Kuala Lumpur.

    “Saya pikir kita memiliki kerangka kerja yang sangat baik untuk dibahas para pemimpin pada hari Kamis,” kata Bessent kepada para wartawan dikutip dari Reuters, Minggu (26/10/2025).

    Dalam program Meet the Press NBC, Bessent mengatakan bahwa kesepakatan tersebut diharapkan dapat menunda penerapan pengendalian ekspor China terhadap logam tanah jarang, serta menghindari ancaman tarif baru AS sebesar 100% terhadap barang-barang asal Tiongkok.

    Ia mengatakan Trump dan Xi akan membahas pembelian kedelai serta produk pertanian AS, keseimbangan perdagangan, dan upaya mengatasi krisis fentanil di AS yang menjadi dasar pengenaan tarif 20% terhadap produk Negeri Panda.

    Trump tiba di Malaysia pada Minggu untuk menghadiri KTT ASEAN, yang menjadi perhentian pertamanya dalam lawatan selama lima hari di Asia. Lawatan diperkirakan akan diakhiri dengan pertemuan tatap muka dengan Xi di Korea Selatan pada 30 Oktober.

    Usai perundingan, Trump menyampaikan nada optimistis. “Saya pikir kita akan memiliki kesepakatan dengan China,” ujarnya.

    Sementara itu, Li Chenggang menyatakan bahwa kedua pihak telah mencapai “konsensus awal” dan selanjutnya akan melalui proses persetujuan internal masing-masing.

    “Posisi AS sangat keras,” kata Li. “Kami telah melalui konsultasi yang sangat intens dan terlibat dalam pertukaran yang konstruktif dalam mencari solusi dan pengaturan untuk mengatasi masalah ini,” ujarnya.

    Gencatan Dagang

    Kedua belah pihak berupaya mencegah eskalasi perang dagang setelah Trump mengancam akan memberlakukan tarif baru sebesar 100% terhadap barang-barang asal China mulai 1 November, sebagai tanggapan atas perluasan besar-besaran pengendalian ekspor China terhadap magnet dan logam tanah jarang.

    Beijing dan Washington mencabut sebagian besar tarif tiga digit mereka untuk barang satu sama lain di dalam kesepakatan gencatan dagang, yang akan berakhir pada 10 November.

    Para pejabat AS dan Tiongkok menyebutkan bahwa mereka membahas perluasan perdagangan, perpanjangan gencatan, fentanil, biaya masuk pelabuhan AS, logam tanah jarang, TikTok, dan lainnya.

    Li menggambarkan diskusi tersebut sebagai “terbuka”, sementara Bessent mengatakan bahwa itu adalah “negosiasi yang sangat substansial”.

    Bessent menambahkan gencatan dagang dapat diperpanjang, sambil menunggu keputusan presiden, menandai perpanjangan kedua sejak pertama kali ditandatangani pada bulan Mei lalu.

    (ven/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ngeri! Mobil Listrik Tiba-tiba Terbakar saat Dikendarai

    Ngeri! Mobil Listrik Tiba-tiba Terbakar saat Dikendarai

    Jakarta

    Peristiwa mobil listrik terbakar tiba-tiba terjadi lagi di China. Mobil listrik dari pabrikan Li Auto tiba-tiba terbakar saat dikendarai.

    Dikutip CNEV, mobil listrik yang tiba-tiba terbakar itu adalah Li Mega. Peristiwa ini memicu kekhawatiran terhadap kendaraan listrik menyusul terbakarnya mobil listrik Xiaomi setelah kecelakaan baru-baru ini.

    Beberapa video yang beredar di media sosial China menunjukkan sebuah Li Mega melaju pelan ketika percikan api muncul dari sasisnya di persimpangan lampu lalu lintas. Dalam hitungan detik, api menyebar hingga melahap seluruh kendaraan.

    Menurut laporan media lokal The Paper, peristiwa itu terjadi pada 23 Oktober malam waktu Beijing saat Li Mega sedang melaju di jalan di distrik Xuhui, Shanghai.

    Api menyebar dengan cepat dalam hitungan detik. Kedua penumpang berhasil membuka pintu dan melarikan diri setelah berhenti. Namun, kendaraan tersebut akhirnya hancur total.

    Mobil listrik Li Auto Mega terbakar saat dikendarai Foto: Istimewa

    “Pada saat kejadian, pintu terbuka dengan lancar. Baik pengemudi maupun penumpang keluar dari kendaraan dengan selamat,” demikian pernyataan resmi Li Auto.

    “Kami telah mengirimkan personel ke lokasi kejadian untuk menangani masalah ini, dan pemadam kebakaran juga telah dilibatkan,” ujar perwakilan Li Auto.

    “Kami akan bekerja sama secara aktif dengan tim investigasi pemadam kebakaran dan menindaklanjuti temuan tersebut,” tambah perwakilan tersebut.

    Ini menandai insiden kebakaran kendaraan listrik (EV) kedua yang menarik perhatian bulan ini. Pada 13 Oktober, sebuah Xiaomi SU7 terbakar setelah tabrakan hebat di sebuah jalan di Chengdu, Provinsi Sichuan, China. Kejadian itu mengakibatkan kematian pengemudinya.

    Sebagai informasi, Li Mega merupakan MPV bertenaga listrik dengan pintu geser. Mobil ini memiliki dimensi panjang 5.350, lebar 1.965 mm dan tinggi 1.850 mm dengan wheelbase 3.300 mm.

    Li Mega ditenagai dual motor 4WD system dengan tenaga maksimal hingga 400 kW. Mobil ini dibekali baterai ternary NMC berkapasitas 102,7 kWh. Diklaim, dalam kondisi penuh mobil listrik itu bisa menjangkau jarak 710 km.

    (rgr/din)

  • Puluhan Pendeta Ditahan, China Berantas Gereja Tak Terdaftar

    Puluhan Pendeta Ditahan, China Berantas Gereja Tak Terdaftar

    Beijing

    Umat Kristen dari gereja-gereja rumah di China kembali menghadapi penindakan, menunjukkan semakin berkurangnya toleransi Presiden Xi Jinping terhadap kebebasan beragama.

    Hukum di China mewajibkan umat Kristen hanya beribadah di gereja yang terafiliasi dengan lembaga agama yang dikendalikan Partai Komunis.

    Sampai saat ini, hanya dua kelompok Kristen yang diakui secara resmi di China: Asosiasi Katolik Patriotik dan Gerakan Protestan Tiga Diri.

    Awal bulan ini, sekitar 30 pendeta dan anggota Zion Protestant Church, salah satu gereja Kristen tidak resmi terbesar di China, ditangkap di setidaknya tujuh provinsi, termasuk pendirinya, Jin ‘Ezra’ Mingri.

    “Beberapa petugas merusak kunci dan pintu, sementara yang lain memutus aliran listrik dan menyamar sebagai teknisi — mengetuk pintu sebelum masuk,” kata Bob Fu, seorang pendeta China yang mendirikan organisasi berbasis AS, ChinaAid, yang memantau kasus penganiayaan umat Kristen di China.

    Sebagian besar yang ditangkap menghadapi tuduhan ‘menyebarkan konten keagamaan secara ilegal secara online’, setelah gereja ini beralih ke layanan daring pada 2018 dan kini memiliki setidaknya 10.000 jemaat di 40 kota.

    Pengetatan terhadap umat Kristen

    Dalam unggahan di X, Komisaris Jerman untuk Kebebasan Beragama, Thomas Rachel, mengecam “pelanggaran kebebasan beragama” dan menyerukan pembebasan semua anggota gereja.

    “Penindakan ini menunjukkan bagaimana Partai Komunis China menentang umat Kristen yang menolak campur tangan Partai dalam iman mereka dan memilih beribadah di gereja rumah yang tidak terdaftar,” ujar Rubio, merujuk pada Partai Komunis China.

    Kementerian Luar Negeri China menolak kritik tersebut, menyatakan Beijing mengatur urusan agama sesuai hukum dan melindungi kebebasan beragama serta kegiatan keagamaan normal.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak seharusnya mencampuri urusan dalam negeri China, menurut laporan kantor berita Jerman dpa.

    Fu dari ChinaAid mengatakan kepada DW bahwa 23 anggota Zion Church masih ditahan, meski delapan di antaranya diizinkan bertemu pengacara, sebuah langkah langka yang dilakukan Beijing “di bawah tekanan internasional yang besar.”

    “Partai Komunis memang membuat konsesi kali ini,” kata Fu. “Karena mereka dianggap tahanan politik, mengizinkan mereka bertemu pengacara selama penyelidikan kriminal sebelumnya tidak pernah terpikirkan.”

    Umat Kristen di bawah cengkeraman Xi Jinping

    China menjadi rumah bagi gereja yang paling banyak mengalami penganiayaan di dunia, dengan kebebasan beragama yang semakin menurun di bawah pemerintahan Xi sejak 2012, menurut kelompok nirlaba Global Christian Relief.

    Selama dekade terakhir, Xi menekankan “Sinisasi” agama, memperketat kontrol ideologis atas kelompok keagamaan, serta memerintahkan pembongkaran gereja dan salib.

    Mirro Ren, seorang Kristen China yang kini tinggal di AS, mengatakan ia melihat peningkatan razia polisi terhadap gereja rumah yang tidak terdaftar.

    “Saya telah melihat banyak jemaat gereja ditangkap satu per satu dalam beberapa tahun terakhir, tapi tidak pernah sebesar ini,” kata Ren. “Rasanya berbeda kali ini.”

    Ren adalah mantan anggota Early Rain Covenant Church di Chengdu, China barat daya, yang pendetanya ditangkap pada 2018 dan dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara. Menurut Ren, sistem registrasi gereja adalah alat politik untuk memberi otoritas kontrol lebih besar atas keyakinan masyarakat.

    “Pemerintah ingin mengendalikan pikiranmu, itu sudah melewati batas iman,” ujar Ren.

    Fu juga menambahkan, penganiayaan terjadi karena pemerintah menganggap ibadah dan pertemuan gereja rumah yang tidak terdaftar sebagai “ancaman politik dan ideologis.”

    “(Xi) ingin seperti Tuhan, jika kamu tidak menghormati, menyembah, dan sepenuhnya mematuhinya, kamu dianggap hadir yang tidak bisa ditoleransi di masyarakat,” katanya.

    Keteguhan di tengah tekanan

    Menurut data resmi China yang dikutip Pew Research, hanya 2% penduduk China, atau sekitar 29–44 juta orang, tercatat beragama Kristen. Meski angka ini kemungkinan tidak termasuk jemaat gereja rumah.

    Banyak akademisi memperkirakan ada ratusan juta umat Kristen di China, termasuk anggota gereja tidak terdaftar di semua provinsi.

    Fu mengatakan, meski penangkapan massal pendeta dan pemimpin gereja memicu ketakutan, kehidupan di bawah pengawasan panjang telah membuat banyak jemaat siap mental menghadapi kemungkinan terburuk.

    “Kebanyakan percaya ini bisa terjadi cepat atau lambat … bahkan rencana suksesi dalam kepemimpinan gereja sudah disiapkan,” kata Fu.

    Meski begitu, mereka tetap optimistis, termasuk Pastor Jin, pendiri Zion Church. Menurut Fu, Jin meyakini bahwa “jika ia masuk penjara, itu justru akan membuat gereja-gereja di China lebih kuat dan berkembang.”

    Meskipun hampir semua pemimpin gereja ditangkap dalam gelombang ini, Fu mengamati bahwa pertemuan dan ibadah tetap berlangsung seperti biasa.

    “Saya percaya sejarah akan membuktikan bahwa penindasan terhadap Kristen tetap gagal,” ujarnya.

    Artikel ini pertama kali ditulis dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Fika Ramadhani

    Editor: Prihardani Purba

    (nvc/nvc)

  • Resepsi diplomatik Indonesia di Beijing tunjukkan ragam budaya

    Resepsi diplomatik Indonesia di Beijing tunjukkan ragam budaya

    ANTARA – KBRI Beijing menyelenggarakan resepsi diplomatik peringatan HUT ke-80 RI di Beijing. Acara ini diramaikan oleh 800 undangan. Turut hadir dalam acara, antara lain Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong, Wakil Menteri Luar Negeri Departemen Internasional Partai Komunis China Sun Haiyang, para pejabat pemerintah China dan Warga Negara Indonesia. Dubes RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan kunjungan Presiden Prabowo pada September lalu makin mempererat hubungan kedua negara. (Desca Lidya Natalia/Denno Ramdha Asmara/Feny Aprianti)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Peneliti Survei Orang yang Pernah Mati Suri, Ada yang Ngaku Lihat Malaikat

    Peneliti Survei Orang yang Pernah Mati Suri, Ada yang Ngaku Lihat Malaikat

    Jakarta

    Peneliti melakukan survei sebanyak 48 orang yang pernah mengalami near-death experience (NDE) atau mati suri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang mereka rasakan ketika hal itu terjadi.

    Hasilnya, beberapa dari mereka melihat hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal sehat, misalnya seperti melihat makhluk ‘gaib’, hingga melakukan perjalanan ke dalam lubang hitam.

    NDE adalah pengalaman yang intens dan seringkali mengubah hidup. Kondisi ini biasanya terjadi ketika seorang pasien mengalami kondisi henti jantung atau gagal napas. Diperkirakan ada sekitar 4-8 persen dari populasi umum yang pernah mengalami NDE.

    Penelitian ini menunjukkan hasil yang beragam. Tidak pernah ditemukan cerita yang sama antara peserta penelitian.

    “Kekuatan Tuhan datang dari depan ke arah kanan saya. Saya merasa ingin menegakkan kepala, tetapi tidak bisa, atau merasa seharusnya tidak melakukannya,” kata salah satu peserta penelitian dikutip dari Daily Mail, Sabtu (25/10/2025).

    “Makhluk itu memiliki sayap putih yang indah, bulunya sangat detail dan tersusun berlapis-lapis, dan wajahnya seperti dewa Yunani, sangat simetris dengan rambut berkilau seperti pada patung Yunani,” kata peserta penelitian lain yang melihat makhluk seperti malaikat.

    Peneliti utama dar Beijing Institute of Mathematical Sciences and Applications, Dr France Lerner mengungkapkan latar belakang budaya dapat memengaruhi penglihatan yang dialami pasien selama NDE. Inilah kenapa beberapa pasien mengalami penglihatan yang berkaitan dengan agama.

    Namun, ada banyak NDE lain yang tidak memiliki unsur religiusitas sama sekali. Namun, menampilkan fenomena khas pengalaman mendekati kematian seperti melihat cahaya terang dan terowongan panjang.

    ‘Saya dikelilingi oleh terowongan organik yang sepenuhnya hitam, tetapi memiliki kilau berwarna pelangi,” cerita peserta.

    “Saya melihat bibi saya, Elizabeth dan Linnie, sebagaimana mereka saat masih muda. Padahal saya hanya mengenal mereka saat usia 60-70 tahun,” cerita peserta lain yang melihat anggota keluarganya yang sudah meninggal.

    Meski pengalaman yang dialami peserta begitu beragam, peneliti menemukan pengalaman NDE dibagi menjadi empat jenis ruang visual berbeda, yaitu A-shape, B-shape, C-shape, dan C5-shape.

    A-shape adalah bidang pandang berbentuk kerucut sempit, kemungkinan disebabkan oleh darah ke otak yang menurun. Ini membuat penglihatan menyempit seperti terowongan.

    Kemudian B-shape dan C-shape, terjadi di area berbentuk elips atau lengkung. Ini kemungkinan karena separuh bidang penglihatan hilang sementara. Sedangkan C5-shape terjadi dalam ruang ellipsoidal 360 derajat penuh, seolah seseorang dikelilingi seluruhnya oleh pemandangan atau cahaya.

    Menariknya, peneliti menemukan orang biasanya mengalami kemajuan dari A-shape menuju C5-shape seiring berjalannya pengalaman. Ini menunjukkan semua orang yang mengalami NDE mungkin memiliki penyebab fisik yang sama.

    Ilmuwan menyimpulkan bahwa NDE terjadi akibat kerusakan pada sistem otak yang menjaga keselarasan antara input visual dan fisik lainnya. Ini yang biasanya membuat seseorang merasa tubuh dan kesadaran menyatu.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • China Balas Dendam, Trump Langsung Merapat ke Tetangga RI

    Media China Ungkap Rencana Besar Xi Jinping Melawan Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Konflik geopolitik antara China dan Amerika Serikat (AS) kian memanas. Aksi saling blokir yang dilancarkan kedua negara turut memengaruhi perekonomian global.

    Sejak pemerintahan Joe Biden, AS mulai gencar melakukan pembatasan ekspor teknologi chip ke China. Kemudian, Trump memperburuk suasana dengan pemberlakuan tarif tinggi ke barang-barang impor dari China.

    Tak tinggal diam, China membalas perlakuan AS dengan membatasi akses logam tanah jarang (LTJ) yang krusial untuk pengembangan senjata dan peralatan militer lainnya. AS juga balik mengancam pemblokiran lebih luas untuk barang-barang yang menggunakan software buatan AS ke China.

    Menghadapi ancaman bertubi-tubi dari AS, China makin gencar mengembangkan kemandirian teknologi, agar tak lagi bergantung ke negara kekuasaan Trump.

    Terbaru, media China CCTV melaporkan rencana pemerintahan Xi Jinping dalam 5 tahun ke depan untuk ‘melawan’ ancaman dari Trump, yakni memperkuat pasar domestik agar tak lagi tertekan oleh kebijakan AS.

    Lebih spesifik, China akan meningkatkan kapasitas kekuatan domestik di sektor sains dan teknologi, menurut laporan yang disiarkan CCTV pada Kamis (23/10) waktu setempat.

    Laporan itu dirilis pasca pertemuan tertutup Komite Pusat Partai Komunis China selama 4 hari. CCTV sendiri merupakan media nasional yang dibekingi pemerintah China.

    Perincian awal dari proposal yang disetujui menempatkan penekanan besar pada pengembangan ‘kekuatan produktif berkualitas baru’ yang mengacu pada bidang-bidang maju seperti chip dan kecerdasan buatan (AI).

    Rencana tersebut juga menekankan pentingnya membangun sistem industri modern dan memperkuat inovasi di teknologi-teknologi inti, dikutip dari BusinessTimes, Jumat (24/10/2025).

    Hal ini menunjukkan keseriusan Beijing untuk menggenjot produktivitas dan mencapai kemandirian hakiki dalam menghadapi krisis populasi usia produktif dan ancaman pelarangan ekspor dari negara-negara Barat.

    Lebih lanjut, proposal juga menegaskan kembali janji untuk memperkuat konsumsi domestik dan memperluas investasi. Secara tegas, China berkomitmen untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi pembangunan pasar nasional.

    Para ekonom telah lama memandang peningkatan permintaan domestik sebagai hal yang krusial untuk menyeimbangkan kembali perekonomian China.

    Fokus yang makin intensif pada teknologi ini dibangun di atas strategi yang sebelumnya telah ditetapkan pada 2020 silam. Sebagai informasi, rencana 5 tahunan dari pemerintahan Xi Jinping terakhir diumumkan setelah masa jabatan pertama Trump.

    Dorongan tersebut makin mendesak, karena Washington kini mengupayakan pelarangan besar-besaran ke China, menargetkan sektor yang lebih luas, mulai dari chip hingga farmasi. Selain itu, Washington juga memberikan sanksi kepada makin banyak perusahaan China.

    Tekanan Bertubi-tubi ke China

    China berada di bawah tekanan untuk mengubah model pertumbuhannya. Pasalnya, negara dengan kekuatan manufaktur terbesar ini menghadapi kenaikan tarif dari AS dan penolakan dari mitra dagang lainnya atas banjir ekspor China.

    Ekspor neto menyumbang porsi yang makin besar dari ekspansi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tercatat menurun.

    Seiring meningkatnya hambatan perdagangan, China perlu mengeluarkan lebih banyak uang untuk membantu menyerap kelebihan kapasitas manufakturnya dan memecahkan rekor deflasi.

    Para analis dan investor akan menganalisa rencana 5 tahunan Xi Jinping secara menyeluruh, yang diperkirakan akan dibahas pada pertemuan legislatif tahunan pada Maret 2026. Hal ini penting untuk mencari komitmen fiskal spesifik yang dapat mendukung rencana tersebut.

    “Yang terpenting adalah seberapa tegas para pembuat kebijakan akan melaksanakan tujuan-tujuan ini,” kata Michelle Lam, ekonom China di Societe Generale, dengan mencontohkan peningkatan pembayaran pensiun.

    Meskipun rencana ini berfokus pada jangka panjang, pemberitahuan tersebut juga mengirimkan sinyal kuat untuk jangka pendek, dengan janji bahwa kebijakan makro akan diperkuat pada waktu yang tepat untuk mendukung perekonomian.

    Para ekonom secara umum memperkirakan pertumbuhan akan melambat dalam beberapa tahun mendatang seiring Beijing mencari model ekspansi baru yang lebih stabil.

    Guncangan Ekonomi China

    Para pembuat kebijakan kemungkinan menargetkan pertumbuhan tahunan rata-rata di kisaran 4,5%-4,8% untuk periode 2026-2030, menurut analisis dari berbagai perusahaan, termasuk Macquarie Group dan Standard Chartered.

    Perekonomian China berada di jalur yang tepat untuk tumbuh rata-rata 5,5% per tahun selama periode 5 tahun yang berakhir pada 2025, menurut perkiraan pemerintah sebelumnya.

    Tantangan utama dalam mencapai tujuan tersebut adalah pengeluaran rumah tangga China yang masih lemah, hanya mencapai sekitar 40% dari PDB tahun lalu. Angka tersebut hampir tidak berubah dari level 2019, sebelum pandemi menghentikan tren peningkatan yang sebelumnya terjadi.

    Robin Xing dari Morgan Stanley telah menganjurkan reformasi kesejahteraan sosial skala penuh selama beberapa tahun, dengan alasan dapat mengurangi kelebihan tabungan rumah tangga yang diperkirakan mencapai 30 triliun yuan (Rp69.000 triliun).

    Xing memperkirakan langkah tersebut dapat meningkatkan porsi konsumsi swasta terhadap PDB sebesar 1,6 poin persentase pada 2030 mendatang.

    Para ekonom di UBS, termasuk Ning Zhang, menyarankan agar pemerintah dapat mengambil langkah awal yang lebih sederhana, yakni menetapkan target resmi yang eksplisit untuk porsi konsumsi terhadap PDB, menurut laporan Bloomberg.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: China Mulai ‘Selingkuhi’ Putin, Ikut Sanksi AS Jauhi Rusia

    Video: China Mulai ‘Selingkuhi’ Putin, Ikut Sanksi AS Jauhi Rusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah langkah mengejutkan datang dari Beijing. Raksasa-raksasa minyak milik negara China dilaporkan menangguhkan impor minyak mentah dari Rusia.

    Selengkapnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (Jumat, 24/10/2025) berikut ini.