kab/kota: Beijing

  • Malaysia Airlines MH370 Dicari Lagi Pakai Teknologi Canggih

    Malaysia Airlines MH370 Dicari Lagi Pakai Teknologi Canggih

    Jakarta

    Perusahaan robotika kelautan asal Inggris, Ocean Infinity, melakukan pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370, lebih dari satu dekade setelah Boeing 777 itu menghilang. Perusahaan itu mengerahkan beberapa teknologi canggih.

    Kapal milik Ocean Infinity, Armada 7806, dilaporkan telah mulai menjelajahi dasar laut untuk mencari bangkai kapal tersebut dan berupaya memecahkan salah satu misteri terbesar dalam dunia penerbangan.

    Menteri Perhubungan Malaysia mengonfirmasi perusahaan swasta kembali mencari MH370, dengan area pencarian baru sekitar 1500 km di barat Perth. Pemerintah Malaysia sudah mengumumkan bulan Desember pencarian akan dilanjutkan, di mana perusahaan Inggris itu akan mencari selama 18 bulan dan dibayar USD 70 juta, tapi hanya jika mereka menemukannya.

    Situs web pelacakan kelautan menunjukkan kapal Ocean Infinity sudah tiba di zona pencarian baru di Samudra Hindia. Misi ini diprediksi jadi yang terakhir untuk mencari MH370. Pada 8 Maret 2014, penerbangan Malaysia Airlines dengan 239 penumpang dan awak itu menghilang dari Kuala Lumpur ke Beijing.

    Upaya pencarian baru mengerahkan kendaraan bawah air otonom (AUV) mutakhir dari kapal Ocean Infinity untuk pemindaian dasar laut. AUV, yang mampu turun hingga 6 km, dioperasikan via satelit dari pusat kendali perusahaan di Southampton dan akan menjelajahi empat area yang diidentifikasi sebagai lokasi kecelakaan potensial oleh para peneliti.

    Dikutip detikINET dari Independent, AUV pada Armada 7806 Ocean Infinity, yang dibuat pada tahun 2023, dapat menghabiskan empat hari di dalam lautan, dua kali lebih lama dari pendahulunya.

    Pencarian baru difokuskan pada area busur seluas 15.000 km persegi di Samudra Hindia bagian selatan. Area itu ditentukan berdasarkan data termasuk sinyal satelit dan transmisi radio, yang menurut Kuala Lumpur dapat dipercaya.

    Armada 7806, yang dianggap sebagai kapal tercanggih secara teknis dari jenisnya, kemungkinan akan mencari di tiga hingga empat titik tempat para peneliti menyebut ada kemungkinan bangkai pesawat itu berada.

    Kapal tersebut diperkirakan akan menghabiskan hingga enam minggu untuk mensurvei area tersebut, dengan jeda untuk mengisi kembali persediaan di Fremantle, Australia Barat, yang berfungsi sebagai pangkalan untuk operasi pencarian sebelumnya.

    Pencarian baru difokuskan di sekitar area busur Samudra Hindia bagian selatan, titik tempat pesawat diyakini mengakhiri perjalanannya. Area ini ditentukan menggunakan data satelit dari Inmarsat, yang melacak komunikasi terakhir pesawat.

    Zona pencarian kedua diidentifikasi lebih jauh ke selatan berdasarkan hipotesis bahwa MH370 mungkin telah menempuh jarak lebih jauh dari perkiraan sebelumnya setelah kehabisan bahan bakar.

    Area pencarian ketiga yang potensial diidentifikasi menggunakan data dari operator radio amatir, yang pemancar WSPR-nya mengirimkan pulsa radio berdaya rendah ke seluruh dunia setiap dua menit. Ketika pesawat melewati sinyal-sinyal ini, dapat terjadi gangguan.

    Sebelumnya, insinyur kedirgantaraan Richard Godfrey menganalisis 130 gangguan sinyal tersebut di atas Samudra Hindia pada malam hilangnya MH370. Ia menyatakan bahwa gangguan itu dapat menunjukkan jalur terakhir pesawat tersebut.

    (fyk/afr)

  • Jack Ma Damai dengan Xi Jinping, Alibaba Gaspol

    Jack Ma Damai dengan Xi Jinping, Alibaba Gaspol

    Beijing

    Raksasa e-commerce China, Alibaba Group, mengungkapkan bahwa mereka akan menginvestasikan USD 53 miliar untuk komputasi awan dan kecerdasan buatan atau AI selama tiga tahun ke depan. Ini akan jadi salah satu investasi teknologi terbesar perusahaan, melampaui investasinya di sektor-sektor ini dalam 10 tahun terakhir.

    Langkah ini dilakukan karena Alibaba, bersama beberapa perusahaan teknologi China, pendapatannya menguat dan kembali mendapat kepercayaan investor. Terlebih ada pertemuan antara presiden Xi Jinping, dan pendiri Alibaba, Jack Ma, yang memperbarui harapan investor bahwa pemerintah China akan lebih mendukung sektor teknologi.

    Eddie Wu, CEO Alibaba menekankan bahwa Alibaba telah fokus pada AI akhir-akhir ini, yang telah mendorong pertumbuhan perusahaan. Dia menyoroti potensi AI dalam membentuk kembali industri di seluruh dunia.

    “AI adalah jenis peluang transformasi industri yang hanya muncul sekali tiap beberapa dekade. Kami bertujuan terus mengembangkan model yang memperluas batasan kecerdasan dan AI akhirnya dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap atau bahkan menggantikan 50% PDB global,” katanya yang dikutip detikINET dari Asian Times, Kamis (27/2/2025).

    Hal itu didukung kembalinya Jack Ma yang saat bertemu Xi Jinping duduk di barisan depan dan Xi menjabat tangannya. Itu membuat para investor berbondong-bondong membeli saham di China dengan antusiasme yang belum pernah terlihat selama bertahun-tahun.

    “Pemandangan itu menunjukkan salah satu pengusaha terhebat di dunia yang masih hidup, kembali ke dalam kebaikan. Itu adalah sinyal yang menggembirakan bagi bisnis swasta,” kata analis Bill Bishop.

    Alibaba sendiri telah lama menjadi simbol global perusahaan teknologi China. Sedangkan Jack Ma adalah pengusaha teknologi China yang paling populer.

    (fyk/fay)

  • Pemilu Jerman: Perubahan Politik dan Pengaruhnya bagi Asia

    Pemilu Jerman: Perubahan Politik dan Pengaruhnya bagi Asia

    Jakarta

    Partai konservatif Jerman, Uni Kristen Demokrat (CDU) dan mitranya di Bavaria, Uni Kristen Sosial (CSU), memenangkan pemilu nasional pada Minggu (23/02). Kemenangan ini menempatkan pemimpin CDU, Friedrich Merz, dalam posisi kuat untuk menjadi kanselir Jerman berikutnya, memimpin negara dengan ekonomi terbesar di Eropa.

    Pemilu ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang diperburuk oleh kebijakan Presiden Donald Trump. Kebijakan tersebut mencakup pendekatan agresif terhadap perang Rusia-Ukraina, dukungan terhadap gerakan populis sayap kanan di Eropa, serta rencana tarif impor yang dapat merugikan ekonomi Eropa. Ketegangan ini mendorong seruan bagi Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada Washington dalam hal pertahanan dan merancang strategi geopolitik yang lebih mandiri.

    Merz menyatakan bahwa Eropa harus mencapai “kemerdekaan” dari AS dan menyerukan penguatan kerja sama pertahanan dalam blok Uni Eropa.

    Tantangan dari Cina

    Selain menghadapi hubungan yang tegang dengan AS dan Rusia, pemerintahan Jerman yang baru juga harus berurusan dengan kebijakan Cina yang semakin tegas.

    Sebagai mitra dagang utama Jerman, total perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai €246,3 miliar (Rp4.248 triliun) pada tahun 2024. Namun, Uni Eropa tidak hanya melihat Cina sebagai mitra, tetapi juga sebagai pesaing dan “saingan sistemik.”

    Saat dimintai tanggapan terkait hasil pemilu Jerman, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lin Jian, menyatakan kesiapan Beijing untuk bekerja sama dengan pemerintahan baru guna meningkatkan hubungan bilateral.

    Xuewu Gu, profesor hubungan internasional di University of Bonn, memperkirakan bahwa pemerintahan baru Jerman kemungkinan akan melonggarkan pembatasan terhadap investasi Tiongkok. Ia juga meyakini bahwa Jerman, bersama Uni Eropa, akan mendorong kesepakatan perdagangan dan investasi dengan Beijing.

    “Jika perang dagang dengan AS terjadi, Jerman tidak punya pilihan selain mempererat kerja sama dengan Cina,” kata Gu.

    Stabilitas dalam hubungan India dengan Jerman

    Meskipun Jerman selama ini berfokus pada pasar Cina, hubungan dengan India sebagai mitra ekonomi yang berkembang pesat, semakin menarik perhatian. Nilai perdagangan bilateral antara Jerman dan India mencatat rekor tertinggi sebesar €30,9 miliar (Rp531,6 triliun) pada tahun 2024.

    Pemerintah Jerman juga telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menarik tenaga kerja terampil dari India guna mengatasi kekurangan tenaga kerja dalam negeri.

    Gurjit Singh, mantan duta besar India untuk Jerman, menegaskan bahwa hubungan antara kedua negara telah dibangun dengan kokoh oleh CDU dan SPD (Partai Demokrat Sosial), sehingga seharusnya tidak mengalami perubahan drastis.

    Ia juga menekankan bahwa dunia sedang mengalami pergeseran geopolitik yang cepat, dengan hubungan antarnegara dipengaruhi oleh dinamika baru.

    “India melihat Jerman dan Eropa sebagai poros penting dalam tatanan multipolar dunia. Dengan hubungan yang sudah terjalin baik, kami tidak mengantisipasi adanya gejolak besar,” ujarnya.

    Gulshan Sachdeva, kepala koordinator Global South Centre of Excellence, menambahkan bahwa Merz dapat memainkan peran penting dalam membentuk Eropa yang lebih independen, terutama di tengah ketegangan trans-Atlantik.

    “Rusia adalah tantangan strategis, sementara kekecewaan Jerman terhadap Cina semakin meningkat. Selain itu, Merz juga mempertanyakan masa depan NATO dan opsi pencegahan nuklir,” jelasnya.

    Sachdeva menilai bahwa situasi ini dapat membuka peluang bagi India untuk memperkuat kemitraan dengan Eropa, terutama jika Jerman dan Uni Eropa mengadopsi kebijakan luar negeri yang lebih otonom.

    Dapatkah Merz bekerja sama dengan Taliban dalam hal migrasi?

    Selama kampanye, Merz berjanji akan melakukan reformasi besar terhadap kebijakan suaka Jerman. Janji ini muncul setelah serangkaian serangan mematikan yang diduga dilakukan oleh pencari suaka, yang memperkeras sentimen publik terhadap migrasi ilegal.

    Situasi ini turut menguntungkan partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD), yang meraih 20,8% suara—hasil tertinggi mereka di tingkat federal.

    Merz berjanji akan memperketat kontrol perbatasan dan mempercepat deportasi pencari suaka yang permohonannya ditolak, termasuk ke Afghanistan. Ia bahkan menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi dengan Taliban guna memfasilitasi deportasi imigran Afghanistan.

    Mojib Atal, peneliti migrasi di Friedrich-Alexander University Erlangen-Nrnberg (FAU), memperkirakan bahwa pemerintahan baru akan mengadopsi kebijakan imigrasi yang lebih ketat.

    Namun, beberapa pakar Afghanistan memperingatkan bahwa keterlibatan Jerman dengan Taliban dapat memberikan legitimasi terhadap kelompok fundamentalis tersebut.

    Wazhma Tokhi, aktivis hak-hak perempuan Afghanistan yang kini tinggal di Jerman, mengecam ide negosiasi dengan Taliban.

    “Ini bukan hanya mengkhawatirkan, ini adalah pengkhianatan terhadap perempuan, aktivis, dan pengungsi Afghanistan yang berharap pada komitmen Jerman terhadap hak asasi manusia,” katanya kepada DW.

    Tokhi memperingatkan bahwa setiap dialog dengan Taliban harus disertai tuntutan tegas mengenai hak asasi manusia, terutama hak-hak perempuan.

    “Kurang dari itu berarti Jerman ikut berkontribusi dalam penindasan mereka,” tambahnya.

    Sikap Jerman terhadap Iran dan Israel

    Di Iran, media pemerintah meliput pemilu Jerman secara luas, terutama menyoroti peningkatan suara AfD. Beberapa analis Iran berharap pemerintahan baru Jerman akan mengambil sikap lebih keras terhadap Teheran.

    Di sisi lain, keputusan Merz untuk mengundang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Jerman menarik perhatian. Langkah ini bertentangan dengan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Undangan ini dipandang sebagai sinyal kuat terhadap rezim Iran.

    Bagaimana dampaknya bagi Indonesia?

    Di Indonesia, pakar hubungan internasional Universitas Indonesia, Evi Fitriani, menilai bahwa pemerintahan baru Jerman kemungkinan tidak akan membawa perubahan besar dalam hubungan bilateral.

    “Jerman telah lama menjadi mitra utama Eropa bagi Indonesia, terutama dalam perdagangan dan isu lingkungan,” ujarnya.

    Namun, ia juga melihat peluang bagi Indonesia untuk mempererat kerja sama ekonomi dengan Jerman, terutama di tengah perubahan arah kebijakan luar negeri Eropa yang lebih mandiri dari AS.

    “Eropa selama ini erat dengan AS. Namun, kebijakan Trump yang lebih isolasionis memberi peluang bagi Asia dan Eropa untuk membangun hubungan yang lebih erat,” jelasnya.

    “Jerman fokus pada perdagangan, sementara Asia membutuhkan investasi, teknologi, dan mitra dagang. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan,” tambahnya.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tegang! China Latihan Perang, Taiwan Kerahkan Pasukan

    Tegang! China Latihan Perang, Taiwan Kerahkan Pasukan

    Jakarta

    Taiwan mengerahkan pasukan pada hari Rabu (26/2) setelah China mengumumkan latihan militer di wilayah lepas pantai pulau tersebut. Demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Taiwan, yang mengecam latihan perang China itu sebagai berbahaya.

    Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, China mengerahkan 32 pesawat di sekitar Taiwan sebagai bagian dari latihan tempur gabungan dan mengumumkan “latihan tembak langsung” di daerah sekitar 40 mil laut (74 kilometer) di lepas pantai selatan Taiwan.

    Militer Taiwan pun merespons dengan mengerahkan pasukan laut, udara, dan darat untuk “memantau, memberi peringatan, dan merespons dengan tepat”, kata pernyataan kementerian tersebut, dilansir kantor berita AFP, Rabu (26/2/2025).

    Militer China, Tentara Pembebasan Rakyat China “secara terang-terangan melanggar norma internasional dengan secara sepihak menetapkan zona latihan 40 NM di lepas pantai Kaohsiung dan Pingtung, dengan mengklaim melakukan latihan tembak langsung tanpa peringatan sebelumnya,” kata kementerian Taiwan tersebut.

    “Tindakan ini tidak hanya menyebabkan tingkat bahaya yang tinggi terhadap keselamatan penerbangan dan kapal internasional di laut, tetapi juga merupakan provokasi terang-terangan terhadap keamanan dan stabilitas regional,” imbuh kementerian.

    China telah meningkatkan pengerahan jet tempur dan kapal perang di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir untuk menekankan klaim kedaulatannya atas pulau itu — yang ditolak Taipei.

    Sebelumnya, puluhan penerbangan komersial terpaksa dialihkan ketika kapal-kapal perang China secara tak terduga menggelar latihan tembak di lepas pantai Australia bagian timur pekan lalu. Canberra mengeluhkan langkah Beijing yang tidak memberikan peringatan lebih awal kepada pihaknya soal latihan tembak itu.

    Tiga kapal perang China menggelar serangkaian latihan angkatan laut, pada Jumat (21/2) dan Sabtu (22/2) waktu setempat, tepat di bawah jalur penerbangan sibuk yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru.

    Badan keselamatan penerbangan Australia, seperti dilansir AFP, Selasa (25/2/2025), mengatakan pihaknya pertama kali mengetahui latihan militer China itu ketika salah satu penerbangan komersial menerima broadcast dari kapal-kapal perang Beijing pada Jumat (21/2) pagi waktu setempat.

    “Pada saat itu, kami tidak mengetahui apakah itu hanya hoaks atau nyata,” ucap wakil kepala eksekutif Air Services Australia, Peter Curran, dalam rapat dengan pemerintah pada Senin (24/2) malam.

    Curran mengungkapkan bahwa peringatan dari China disiarkan pada frekuensi yang dipantau oleh pilot-pilot komersial, tapi bukan oleh operator pengawas lalu lintas udara Australia.

    “Itu adalah frekuensi yang dijaga secara internasional. Pengawas lalu lintas udara tidak memonitor frekuensi tersebut, tetapi para pilot memantaunya. Jadi kami tidak bisa mendengar apa yang dikatakan,” ujar Curran dalam pernyataannya.

    Disebutkan juga oleh Curran bahwa sedikitnya 49 penerbangan komersial terpaksa dialihkan di sekitar zona yang menjadi lokasi latihan tembak kapal-kapal perang China itu, setelah bisa dipastikan bahwa peringatan itu sah.

    “Beberapa di antaranya adalah pesawat yang berada di udara pada saat kami pertama kali menyadarinya,” sebutnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pencarian Pesawat Malaysia Airlines MH370 Dilanjutkan Kembali!

    Pencarian Pesawat Malaysia Airlines MH370 Dilanjutkan Kembali!

    Kuala Lumpur

    Perusahaan eksplorasi maritim, Ocean Infinity, telah melanjutkan kembali operasi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang misterius selama satu dekade terakhir. Pencarian MH370 dilanjutkan setelah pemerintah Malaysia memberikan lampu hijau pada Desember tahun lalu.

    Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, seperti dilansir AFP, Selasa (25/2/2026), mengatakan kepada wartawan bahwa rincian kontrak antara Malaysia dan pihak Ocean Infinity masih dalam tahap pematangan akhir.

    Namun, sebut Anthony, otoritas Kuala Lumpur menyambut baik “langkah proaktif Ocean Infinity dalam mengerahkan kapal-kapal mereka” untuk memulai pencarian pesawat yang hilang sejak Maret 2014 itu.

    Loke, dalam pernyataannya, menambahkan bahwa rincian lainnya, soal berapa lama proses pencarian akan berlangsung, belum dinegosiasikan.

    Dia juga tidak memberikan informasi lebih detail soal kapan tepatnya Ocean Infinity yang berbasis di Inggris itu memulai kembali pencarian puing MH307. Ocean Infinity sendiri pernah terlibat dalam pencarian MH370 hingga tahun 2018.

    Pemerintah Malaysia, pada Desember lalu, mengumumkan pihaknya setuju untuk meluncurkan pencarian baru untuk MH370.

    Penerbangan MH370, yang menggunakan pesawat jenis Boeing 777 dan membawa 227 penumpang serta 12 awak, menghilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Beijing, China pada 8 Maret 2014 silam.

    Lihat juga Video ‘Keluarga Korban Hilangnya MH370 Demo di Depan Kedubes Malaysia di Beijing’:

    Hilangnya pesawat penumpang ini selama lebih dari 10 tahun telah menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar di dunia.

    Meskipun pencarian terbesar dalam sejarah penerbangan telah dilakukan, bangkai pesawat itu tidak pernah ditemukan.

    “Mereka (Ocean Infinity-red) telah meyakinkan kami bahwa mereka siap,” kata Loke dalam pernyataannya.

    “Itulah sebabnya pemerintah Malaysia melanjutkan hal ini,” sebutnya.

    Lihat juga Video ‘Keluarga Korban Hilangnya MH370 Demo di Depan Kedubes Malaysia di Beijing’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pengganti Starlink Buatan China Makin Ramai, Elon Musk Bye!

    Pengganti Starlink Buatan China Makin Ramai, Elon Musk Bye!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ruang angkasa yang selama ini dikuasai Starlink milik Elon Musk akan makin ramai. Starlink kedatangan penantang baru yang siap bersaing untuk mendominasi internet satelit berkecepatan tinggi.

    Saingan tersebut tak lain adalah SpaceSail yang didukung pemerintah China. Pada November lalu, SpaceSail yang berbasis di Shanghai telah menandatangani perjanjian untuk masuk ke Brasil.

    SpaceSail juga mengumumkan sedang dalam pembicaraan dengan lebih dari 30 negara. Saat ini, perusahaan sudah mulai beroperasi di Kazakhstan, menurut keterangan kedutaan besar Kazakhstan di Beijing, demikian dikutip dari laporan Reuters, Selasa (25/2/2025).

    Sejak 2020, Starlink telah meluncurkan banyak satelit ke orbit rendah Bumi (LEO) dengan ketinggian kurang dari 2.000 km. Jumlahnya lebih banyak daripada gabungan semua pesaingnya.

    Satelit yang beroperasi di ketinggian rendah ini mentransmisikan data dengan sangat efisien, menyediakan internet berkecepatan tinggi untuk masyarakat terpencil, kapal pelaut, dan militer yang sedang berperang.

    Keunggulan Musk di ruang angkasa dipandang sebagai ancaman oleh Beijing, yang berinvestasi besar-besaran pada para pesaingnya dan mendanai penelitian militer untuk membuat alat yang dapat melacak konstelasi satelit.

    SpaceSail menolak berkomentar ketika ditanya mengenai rencana ekspansinya.

    Sebuah surat kabar yang dikendalikan oleh regulator telekomunikasi China, memuji SpaceSail sebagai perusahaan yang mampu melampaui batas-batas negara, menembus kedaulatan dan tanpa syarat mencakup seluruh dunia, dengan kemampuan strategis yang harus dikuasai negaranya.

    Kuiper, Telesat, Starlink, dan kementerian komunikasi Brasil tidak menanggapi permintaan komentar.

    Secara internasional, hanya sedikit saingan Musk yang memiliki ambisi yang sama dengan SpaceSail.

    SpaceSail telah mengumumkan rencana untuk mengerahkan 648 satelit LEO tahun ini dan sebanyak 15.000 2030 mendatang.

    Sementara, Starlink saat ini memiliki sekitar 7.000 satelit, dan telah menetapkan target untuk mengoperasikan 42.000 satelit pada akhir dekade ini.

    (fab/fab)

  • China Latihan Militer Dadakan, Puluhan Penerbangan Australia Dialihkan

    China Latihan Militer Dadakan, Puluhan Penerbangan Australia Dialihkan

    Canberra

    Puluhan penerbangan komersial terpaksa dialihkan ketika kapal-kapal perang China secara tak terduga menggelar latihan tembak di lepas pantai Australia bagian timur pekan lalu. Canberra mengeluhkan langkah Beijing yang tidak memberikan peringatan lebih awal kepada pihaknya soal latihan tembak itu.

    Tiga kapal perang China menggelar serangkaian latihan angkatan laut, pada Jumat (21/2) dan Sabtu (22/2) waktu setempat, tepat di bawah jalur penerbangan sibuk yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru.

    Badan keselamatan penerbangan Australia, seperti dilansir AFP, Selasa (25/2/2025), mengatakan pihaknya pertama kali mengetahui latihan militer China itu ketika salah satu penerbangan komersial menerima broadcast dari kapal-kapal perang Beijing pada Jumat (21/2) pagi waktu setempat.

    “Pada saat itu, kami tidak mengetahui apakah itu hanya hoaks atau nyata,” ucap wakil kepala eksekutif Air Services Australia, Peter Curran, dalam rapat dengan pemerintah pada Senin (24/2) malam.

    Curran mengungkapkan bahwa peringatan dari China disiarkan pada frekuensi yang dipantau oleh pilot-pilot komersial, tapi bukan oleh operator pengawas lalu lintas udara Australia.

    “Itu adalah frekuensi yang dijaga secara internasional. Pengawas lalu lintas udara tidak memonitor frekuensi tersebut, tetapi para pilot memantaunya. Jadi kami tidak bisa mendengar apa yang dikatakan,” ujar Curran dalam pernyataannya.

    Disebutkan juga oleh Curran bahwa sedikitnya 49 penerbangan komersial terpaksa dialihkan di sekitar zona yang menjadi lokasi latihan tembak kapal-kapal perang China itu, setelah bisa dipastikan bahwa peringatan itu sah.

    “Beberapa di antaranya adalah pesawat yang berada di udara pada saat kami pertama kali menyadarinya,” sebutnya.

    Australia menyebut latihan tembak kapal-kapal perang China itu berlangsung di perairan internasional, dan mengakui tindakan itu mematuhi hukum internasional. Namun Canberra mengkritik Beijing karena menggelar latihan tembak itu tanpa peringatan yang pantas.

    Otoritas China membela langkahnya sebagai tindakan yang “aman, sesuai standar, dan profesional”.

    Australia dan sekutu dekatnya, Selandia Baru, telah memantau keberadaan kapal-kapal perang China itu — kapal fregat, kapal penjelajah dan kapal tanker pasokan — sejak kapal-kapal itu terdeteksi di lepas pantai Australia pekan lalu.

    Disebutkan pasukan pertahanan Selandia Baru bahwa kapal-kapal perang Beijing itu berada di perairan berjarak 218 mil laut di sebelah timur negara bagian Tasmania, Australia, pada Selasa (25/2) pagi.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • China Ingin Uni Eropa Terlibat Perundingan Damai Ukraina, Kenapa?

    China Ingin Uni Eropa Terlibat Perundingan Damai Ukraina, Kenapa?

    Jakarta

    Pesan dari Cina di Dewan Keamanan PBB pekan lalu sangat jelas: “Cina menyambut semua upaya yang didedikasikan untuk perdamaian, termasuk kesepakatan baru-baru ini yang dicapai oleh Amerika Serikat dan Rusia untuk memulai perundingan damai,” ujar Duta Besar Cina untuk PBB, Fu Cong, dalam sebuah rapat pengarahan di Dewan Keamanan (DK) PBB.

    “Cina berharap semua pihak dan pemangku kepentingan terkait yang terlibat dalam krisis Ukraina akan terlibat dalam proses perundingan damai. Karena konflik telah berlangsung di Eropa, sangat penting bagi Eropa untuk bekerja demi perdamaian,” katanya, yang tampaknya bertentangan dengan posisi Rusia, mitra strategis utama Beijing.

    Pada hari Senin (24/02) sebelum bertemu dengan delegasi AS di Arab Saudi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyindir bahwa ia tidak melihat ada tempat bagi Uni Eropa (UE) di meja perundingan, dengan mengklaim bahwa UE telah memiliki beberapa kesempatan untuk berpartisipasi dalam perundingan untuk menyelesaikan konflik.

    Perdamaian di Eropa tanpa orang Eropa?

    Cina telah mendukung Rusia sejak meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada bulan Februari 2022, menolak untuk mengutuk agresi Rusia, sementara secara implisit memberikan dukungan ekonomi di tengah sanksi yang dipimpin AS.

    Sepanjang perang, Cina bersikeras menyelesaikan konflik melalui proses “dialog”. Pengamat politik yang bermarkas di Beijing, Kan Quanqiu, mengatakan bahwa pernyataan Cina di DK PBB, yang tampaknya bertentangan dengan posisi Rusia, muncul saat Moskow melihat peluang untuk mengisolasi Eropa. “Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, Ukraina harus didemiliterisasi. Dengan prasyarat ini, yang tidak realistis bagi Eropa, Rusia ingin mempersulit dan membuat Eropa tidak mungkin datang ke meja perundingan,” tulis Kan. Ini akan memungkinkan Rusia mencapai kesepakatan cepat dengan Washington, lanjut Kan. “Cepat atau lambat, AS di bawah Presiden Donald Trump akan mengkhianati Eropa dan Ukraina dengan sebuah kesepakatan,” imbuhnya.

    Perjanjian bilateral semacam itu mengancam akan menjungkirbalikkan sistem keamanan internasional di Eropa yang berlaku sejak Perang Dingin. Fakta bahwa Eropa menghadapi tantangan kebijakan luar negeri baru menjadi jelas setelah Konferensi Keamanan München, MSC. Pembicara tamu, Wakil Presiden AS yang baru JD Vance, tidak menjelaskan apa yang akan dilakukan pemerintahan AS yang baru untuk memulihkan perdamaian di Eropa. Sebaliknya, ia menggunakan pidatonya untuk menegur pejabat Eropa yang hadir karena secara terang-terangan menindas kebebasan berbicara dengan mencoba menyingkirkan partai politik sayap kanan.

    AS mengabaikan aliansinya dengan Eropa

    Selama kampanye pemilihan presiden AS, Trump sering mengatakan bahwa ia akan mengakhiri perang Ukraina dalam 24 jam setelah kembali menjabat. Meskipun batas waktu itu telah lewat, tampaknya mengakhiri konflik dengan cepat masih menjadi salah satu prioritas Trump.

    Menjalin kontak langsung dengan Rusia, yang telah dikenai sanksi oleh komunitas internasional atas kejahatan perang, tanpa melibatkan Eropa dan Ukraina, merupakan tanda bahwa AS meninggalkan aliansinya yang telah lama terjalin.

    Sascha Lohmann dan Johannes Thimm dari Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan SWP, mengatakan kepada DW bahwa “perubahan mendasar dalam mentalitas diperlukan” di Eropa.

    Dengan AS tidak lagi bertindak sebagai “mitra dan sekutu alami,” tetapi sebagai “negara dengan tujuan yang sebagian bertentangan” dengan UE, kedua pakar tersebut mengatakan Eropa dan Jerman harus “mendefinisikan kepentingan mereka sendiri dan mengembangkan instrumen untuk memastikan kemampuan mereka untuk bertindak dan membentuk masa depan, bahkan dalam menghadapi perlawanan dari Washington.”

    Cina ulurkan tangan kepada Eropa

    Dari seberang benua Eurasia, Cina kini mengulurkan tangannya kepada UE. Dalam Konferensi Keamanan di kota München, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi berbicara setelah kemunculan Wakil Presiden AS dan dengan cepat memposisikan Cina sebagai pengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh peralihan Washington ke arah isolasionisme.

    Wang mengatakan Cina sendiri menyumbang sekitar 20% dari pengeluaran PBB, negeri ‘tirai bambu’ ini sepenuhnya mengimplementasikan Perjanjian Iklim Paris. Dalam berpolitik, Cina “tidak melakukan sesuatu hanya jika itu menguntungkan dirinya saja”.

    “Dalam menghadapi tantangan global yang muncul, tidak ada negara yang tidak terpengaruh, dan pendekatan ‘kitalah yang utama’ dalam hubungan internasional hanya mengarah pada hasil yang merugikan semua pihak, kata Wang, seraya menambahkan bahwa Cina “menjunjung tinggi multilateralisme sejati.”

    Dengan senyum menawan, Wang menyerukan hubungan yang lebih erat antara Cina dan Eropa.

    Uni Eropa telah menyusun kerangka kebijakan Cina yang baru selama setahun terakhir, yang menggambarkan Cina sebagai mitra, pesaing serta menyerukan “pengurangan risiko” atau menjauhkan diri secara sistematis dari Beijing. Wang tampaknya merujuk pada kebijakan ini selama pidatonya di München.

    “Cina selalu melihat Eropa sebagai kutub penting di dunia multipolar. Kedua belah pihak adalah mitra, bukan saingan,” kata Wang.

    Pidatonya diakhiri dengan menyerukan Cina dan Eropa untuk “memperdalam komunikasi strategis dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta mengarahkan dunia menuju masa depan yang cerah, penuh perdamaian, keamanan, kemakmuran dan kemajuan.”

    Pemerintahan di Beijing bermuka dua?

    Ilmuwan politik Stephan Bierling dari Universitas Regensburg mengatakan kepada DW bahwa pernyataan Wang “bermuka dua.”

    Cina berbicara tentang dunia multipolar, tetapi yang dimaksud adalah memiliki kebebasan untuk mengamankan zona pengaruhnya sendiri, tegas Stephan Bierling, seraya menambahkan bahwa Cina menampilkan dirinya sebagai perwakilan tatanan dunia berbasis aturan, tetapi melanggar tatanan ini lebih sering daripada siapa pun.

    “Namun, pernyataannya sekarang jatuh pada landasan yang agak lebih subur karena Wakil Presiden AS, JD Vance, sama sekali tidak mengatakan apa pun tentang kebijakan luar negeri AS. Ia bahkan tidak menganggap orang Eropa mampu berbicara tentang masalah besar politik internasional pada tingkat yang memuaskan,” kata Bierling kepada DW.

    Memecah belah dan menaklukkan?

    Cina akan mencoba memecah belah demokrasi liberal di dunia Barat, demikian menurut pakar Asia Angela Stanzel dari SWP.

    “Jika terjadi keretakan transatlantik karena pemerintahan Trump secara drastis mengurangi dukungan untuk Ukraina, misalnya, Beijing akan segera melihat ini sebagai peluang untuk mendorong negara-negara Eropa menuju otonomi strategis,” tulis Stanzel dalam sebuah studi baru-baru ini dengan rekan penulis Jonathan Michel.

    “Dari perspektif Cina, tujuannya adalah agar Eropa menjauhkan diri dari AS pada tingkat yang lebih besar dan meningkatkan hubungannya dengan Cina,” tulisnya.

    Sebagai tanggapan, studi tersebut mengatakan negara-negara anggota inti UE, Jerman dan Prancis, harus memperkuat jangkauan geopolitik Komisi Eropa untuk meminimalkan risiko yang datang dari Cina sambil mempertahankan dialog transatlantik yang intensif.

    “Donald Trump suka membuat kesepakatan dan telah membuat banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin,” kata Wang Huiyao, ekonom dan presiden pendiri lembaga pemikir Center for China and Globalization yang berafiliasi dengan pemerintah dan berbasis di Beijing.

    “Uni Eropa dapat berbisnis dengannya, begitu pula Rusia dan Cina. Oleh karena itu, Trump mengabaikan isu-isu sulit seperti ideologi, nilai-nilai bersama, dan hak asasi manusia,” katanya kepada DW.

    Dalam tatanan dunia masa depan, ekonom Wang membayangkan segitiga kekuatan antara AS, Eropa, dan Cina.

    “Eropa dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik antara Cina dan Amerika. Cina menemukan ruang lingkup baru dalam hubungan transatlantik. Ada peluang besar, tetapi juga tantangan besar,” pungkasnya.

    Artikel ini diadaptasi dari tulisan bahasa Jerman.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • SpaceSail China Ganggu Dominasi Starlink, Musk Dapat Lawan

    SpaceSail China Ganggu Dominasi Starlink, Musk Dapat Lawan

    Bisnis.com, JAKARTA — Jaringan komunikasi satelit milik Elon Musk, Starlink menghadapi tantangan baru untuk mendominasi internet satelit berkecepatan tinggi. 

    Saingan tersebut datang dari negeri China yaitu SpaceSail yang didukung oleh pemerintah China, serta Amazon.com yang dipimpin Jeff Bezos dengan layanan Project Kuiper-nya.

    Melansir dari Reuters, Selasa (25/2/2025) SpaceSail, sebuah perusahaan asal Shanghai, pada bulan November menandatangani perjanjian untuk memasuki pasar Brasil dan kini sedang dalam pembicaraan dengan lebih dari 30 negara. 

    Dua bulan setelah itu, perusahaan ini mulai beroperasi di Kazakhstan, sebagaimana dilaporkan oleh kedutaan Kazakhstan di Beijing.

    Sementara itu, Brasil juga sedang menjajaki kerjasama dengan Project Kuiper dan Telesat dari Kanada, menurut seorang pejabat Brasil yang terlibat dalam negosiasi tersebut. Pembicaraan ini pertama kali dilaporkan oleh media, menandakan semakin ketatnya persaingan di sektor internet satelit.

    Starlink, yang telah meluncurkan lebih banyak satelit ke orbit Bumi rendah (LEO) sejak 2020 dibandingkan seluruh pesaingnya, terus menjadi pemimpin dalam menyediakan internet berkecepatan tinggi untuk wilayah terpencil, kapal laut, dan militer. 

    Satelit yang berada di ketinggian rendah ini memungkinkan pengiriman data yang efisien, menjadikannya solusi penting bagi banyak sektor.

    Namun, keunggulan Musk di luar angkasa mulai dipandang sebagai ancaman oleh pemerintah China, yang telah meningkatkan investasi dalam proyek-proyek satelit dan melakukan penelitian militer untuk melacak konstelasi satelit di orbit rendah. 

    SpaceSail, yang dikendalikan oleh pemerintah kota Shanghai, berencana untuk meluncurkan 648 satelit LEO pada tahun ini, dengan target mencapai 15.000 satelit pada 2030. Saat ini, Starlink memiliki sekitar 7.000 satelit dan berencana menambah jumlahnya hingga 42.000 satelit pada akhir dekade ini.

    Peluncuran SpaceSail akan mencakup konstelasi satelit Qianfan, yang menjadi langkah pertama China memasuki pasar internet satelit global. Selain itu, tiga konstelasi satelit lainnya sedang dalam tahap pengembangan dengan rencana untuk meluncurkan hingga 43.000 satelit dalam beberapa dekade mendatang.

    Ilustrasi peluncuran satelitPerbesar

    “Tujuan akhir adalah menempati sebanyak mungkin slot orbit,” kata Chaitanya Giri, pakar teknologi antariksa di Observer Research Foundation India.

    Namun, kebijakan ini memicu kekhawatiran di Barat. Mereka khawatir, China bisa memperluas jangkauan kontrolnya atas internet global, serta memanfaatkan teknologi satelit untuk tujuan pengawasan dan pengendalian informasi.

    Badan penelitian Amerika Serikat menyarankan Washington untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara Global Selatan guna mengimbangi ambisi Tiongkok dalam dunia digital. Rencana China ini dianggap sebagai bagian dari inisiatif yang bertujuan memperluas pengaruh geopolitik Beijing.

    Di sisi lain, Kementerian perdagangan dan regulator telekomunikasi Tiongkok tidak menanggapi permintaan komentar. 

    Kementerian luar negeri Tiongkok mengatakan dalam menanggapi pertanyaan Reuters bahwa meskipun tidak mengetahui secara spesifik seputar SpaceSail dan satelit LEO China yang berekspansi ke luar negeri, Beijing mengupayakan kerja sama luar angkasa dengan negara lain demi kepentingan rakyat mereka.

    SpaceSail mengatakan pihaknya bertujuan untuk menyediakan internet yang andal bagi lebih banyak pengguna, khususnya mereka yang berada di daerah terpencil dan selama pemulihan dari keadaan darurat dan bencana alam

  • Xi Jinping Bicara dengan Putin Lewat Telepon di Peringatan 3 Tahun Invasi Ukraina

    Xi Jinping Bicara dengan Putin Lewat Telepon di Peringatan 3 Tahun Invasi Ukraina

    JAKARTA – Presiden China Xi Jinping berbicara dengan sekutunya Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon pada Senin di hari peringatan 3 tahun invasi Rusia ke Ukraina.

    China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis “tanpa batas”, beberapa hari sebelum Putin mengirimkan puluhan ribu pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.

    Dilansir Reuters, Senin, 24 Februari, Xi telah bertemu Putin lebih dari 40 kali dalam satu dekade terakhir dan Putin dalam beberapa bulan terakhir menggambarkan Tiongkok sebagai “sekutu”.

    Beijing menolak untuk mengutuk Moskow atas perannya dalam perang tersebut, sehingga memperburuk hubungan mereka dengan Eropa dan Amerika Serikat.

    Ini adalah pembicaraan kedua yang dilakukan kedua pemimpin tahun ini, setelah mereka membahas cara membangun hubungan dengan Presiden AS Donald Trump, serta prospek perjanjian damai untuk mengakhiri perang di Ukraina, pada Januari.

    Trump mendorong tercapainya kesepakatan cepat untuk mengakhiri perang di Ukraina, memperingatkan sekutu Washington di Eropa dengan tidak melibatkan mereka dan Ukraina dalam pembicaraan awal dengan Rusia.

    Trump lantas menyalahkan Ukraina atas invasi Rusia pada tahun 2022, yang dianggap hadiah politik bagi Moskow yang juga dapat memberikan manfaat ekonomi yang besar.