kab/kota: Beijing

  • Petaka Baru Muncul di China, ‘Anak dengan Ekor Busuk’ Merajalela

    Petaka Baru Muncul di China, ‘Anak dengan Ekor Busuk’ Merajalela

    Jakarta, CNBC Indonesia – Semakin banyak anak muda di China menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studinya. Hal ini lantaran mencari pekerjaan yang selaras dengan jurusan kuliah mereka bukanlah hal yang mudah.

    Laporan CNA berjudul “Mengapa Sarjana Muda Banyak Menganggur di China” mengungkap realitas ini. Di bursa kerja Lishuiqiao, Beijing, akhir pekan lalu, banyak pencari kerja yang mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka pelajari di kampus.

    “Saya melihat prospeknya cukup suram. Pasar tenaga kerja sedang lesu, jadi saya akhirnya mengurungkan niat untuk mengejar posisi tertentu,” kata Hu Die, pencari kerja berusia 22 tahun yang merupakan sarjana desain dari Harbin University of Science and Technology kepada CNA, dikutip Sabtu (22/3/2025).

    Hal serupa dialami Li Mengqi, sarjana teknik kimia dari Institut Teknologi Shanghai. Setelah lulus delapan bulan lalu, ia masih menganggur karena belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya.

    Sementara itu, Chen Yuyan, lulusan Guangdong Food and Drug Vocational College tahun 2022, akhirnya harus bekerja sebagai petugas sortir paket di sebuah agen kurir. Menurutnya, meskipun telah menempuh pendidikan vokasi, ia tetap kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak karena banyak perusahaan menetapkan syarat yang sulit dipenuhi.

    “Banyak perusahaan mencari kandidat berpengalaman yang bisa langsung bekerja. Sebagai lulusan baru, kami belum punya cukup pengalaman. Mereka sering mengatakan tidak memiliki sumber daya untuk melatih karyawan baru, dan gaji yang ditawarkan sangat rendah,” ungkap Chen.

    Krisis Pasar Tenaga Kerja di China

    Pendiri Young China Group, lembaga think tank atau pemikir yang berbasis di Shanghai, Zak Dychtwald mengatakan, apa yang terjadi dengan Li, Hu, dan Chen merupakan gambaran krisis pasar kerja di China bagi para pemudanya, yang berharap bisa berkarir sesuai bidang keahliannya.

    “Salah satu masalah terbesar saat ini adalah ketimpangan antara kerja keras yang mereka lakukan saat kuliah dan pekerjaan yang menanti ketika lulus,” kata Zak Dychtwald.

    Asisten profesor Sosiologi di University of Michigan, Zhou Yun, mengamati meskipun lulusan dari sekolah-sekolah elite dan jurusan automasi ataupun AI banyak dicari, namun para sarjana masih kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka akibat meningkatnya persaingan di bursa kerja.

    “Industri yang secara tradisional menjadi penyerap utama lulusan perguruan tinggi, seperti startup internet dan pendidikan, juga mengalami penyusutan dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, ada alasan struktural yang mendalam di baliknya,” katanya.

    Memburuknya pasar kerja di China telah memunculkan istilah “anak dengan ekor busuk” di negara tersebut sebagai gambaran sarjana muda yang terpaksa bekerja dengan gaji rendah dan bergantung pada orang tua, lantaran tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka. Istilah ini diambil dari “gedung ekor busuk”, proyek perumahan yang mangkrak dan menjadi beban ekonomi China sejak 2021.

    Eli Friedman, profesor Global Labor and Work di Cornell University, menyoroti adanya pergeseran budaya yang memengaruhi sikap generasi muda terhadap pekerjaan.

    Ancaman Ekonomi

    Berbeda dengan generasi orangtua mereka, sarjana muda saat ini lebih enggan menerima pekerjaan berkualitas rendah atau tidak stabil, bahkan di tengah tekanan ekonomi. Bahkan, mereka juga enggan memulai usaha kecil untuk bisa mengembangkan bisnis.

    “Saat ini jika Anda berusia 22 atau 23 tahun dan baru lulus universitas di China, saya rasa Anda tidak akan mau berjualan barang-barang kecil di jalanan, lalu menabung dan menggunakannya untuk memulai bisnis kecil-kecilan. Secara budaya, saya rasa itu bukan lagi jalan yang dipilih kebanyakan orang,” kata Friedman.

    Pergeseran sikap ini telah melahirkan istilah “merunduk” atau tangping dalam bahasa Mandarin, ketika kaum muda memilih mundur dari persaingan kerja yang hiperkompetitif. Beberapa anak muda enggan “menerima pekerjaan apa pun yang tersedia” karena semakin kecewa dengan model tradisional pengembangan karir, menurut Friedman.

    Zhou dari University of Michigan menyoroti dampak psikologis mendalam akibat pengangguran berkepanjangan, terutama di kalangan lulusan yang sebelumnya dijanjikan masa depan yang stabil.

    “Ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan tidak hanya menciptakan ketidakpastian ekonomi, tetapi juga menghilangkan martabat dan tujuan hidup. Bagi para lulusan, hal ini meruntuhkan narasi yang selama ini mereka yakini – bahwa pendidikan akan memberikan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

    Tahun ini jumlah lulusan universitas di China akan mencapai rekornya, 12,22 juta orang, naik dari 9 juta orang pada 2021. Pemerintah China telah mengakui solusi untuk mengatasi tantangan lapangan pekerjaan di negara itu sangat mendesak.

    “Ketidakcocokan antara pasokan dan permintaan sumber daya manusia semakin mencolok,” kata Menteri Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, Wang Xiaoping, dalam konferensi pers pada 9 Maret lalu di sela-sela pertemuan tahunan Lianghui atau Dua Sesi.

    Laporan Kerja Pemerintah China 2025 merinci rencana untuk mengatasi pengangguran kaum muda, dengan menekankan perluasan peluang kerja, bantuan keuangan yang lebih terarah, dan dukungan baru bagi kewirausahaan.

    Langkah-langkah spesifik yang diusulkan meliputi pengembalian premi asuransi pengangguran, pemotongan pajak dan biaya, subsidi pekerjaan, serta dukungan langsung bagi industri padat karya.

    China telah menetapkan target untuk menciptakan lebih dari 12 juta pekerjaan baru di daerah perkotaan tahun ini, sebagaimana dirinci dalam Laporan Kerja Pemerintah pada Dua Sesi.

    Meskipun jumlah lulusan yang memasuki pasar kerja tahun ini mencapai rekor tertinggi, China masih menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil, terutama di sektor manufaktur.

    Menurut laporan China Daily pada Juli lalu, yang mengutip panduan pengembangan tenaga kerja manufaktur dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi serta departemen terkait, China diperkirakan akan mengalami kekurangan sekitar 30 juta pekerja terampil di 10 sektor manufaktur utama pada tahun 2025.

    (fab/fab)

  • Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China – Halaman all

    Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China – Halaman all

    Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China

    TRIBUNNEWS.COM – Rezim pemerintahan Israel saat ini boleh jadi tengah dalam euforia perang di berbagai front seiring dukungan penuh Amerika Serikat (AS) lewat kebijakan Donald Trump, sang presiden.

    Maka tak heran, mulai dari Gaza, Lebanon, Suriah, bahkan Iran, Israel menebarkan serangan udaranya secara gila-gilaan.

    Namun, sejumlah analis geopolitik dan keamanan wilayah, memperkirakan aksi sembrono Israel ini tidak akan bertahan lama lantaran situasi sulit yang segera menghampiri AS.

    Situasi sulit ini, diibaratkan sebagai sebuah perjudian AS, khususnya merujuk pada dukungan negara adidaya tersebut terhadap Israel dalam menghadapi kelompok Ansarallah Houthi di Yaman.

    “Meningkatnya kampanye Donald Trump melawan Houthi di Yaman, yang telah menghidupkan kembali blokade Laut Merah sebagai protes terhadap perang Israel di Gaza, mungkin akan segera menghadapi pilihan yang sulit,” tulis ulasan pakar geopolitik Robert Tollast dalam analisisnya di National, dikutip Jumat (21/3/2025).

    Seperti dilaporkan, Presiden AS tersebut telah berjanji untuk “memusnahkan” Houthi -kelompok yang dicap Trump sebagai “barbar”.

    Demi itu, telah terjadi setidaknya 30 serangan udara AS terhadap mereka sejak Sabtu pekan lalu, selain ancaman untuk meminta pertanggungjawaban langsung Iran atas serangan Houthi baik ke Israel maupun ke kapal perang AS di kawasan perairan wilayah tersebut.

    “Namun, perang melawan Houthi -dan juga Iran- tersebut bukanlah prioritas pertahanan utama AS,” tulis Tollast.

    Sebagai pengingat, pada Januari kemarin, Menteri Pertahanan AS rezim Trump, Pete Hegseth, mengutarakan tujuan jangka panjang Washington, yang telah ditetapkan sejak masa kepresidenan Obama. 

    Hegseth mengatakan tujuan utamanya adalah untuk “mencegah agresi di Indo-Pasifik oleh Tiongkok komunis”, China.

    “Ini berarti peningkatan ambisius terhadap inventaris senjata dan kemampuan angkatan laut AS untuk berperang melawan “rekan dekat” – angkatan bersenjata Beijing yang besar – daripada kekuatan milisi seperti Houthi atau negara seperti Iran,” tulis Tollast menggambarkan kalau musuh utama AS saat ini adalah China, bukan Houthi atau bahkan Iran.

    Kapal induk Amerika Serikat, Eisenhower. (U.S. Navy)

    Mempersenjatai Kembali Amerika

    Dalam perspektif ini, kata Tollast, peningkatan persenjataan AS sedang terjadi, di mana pabrik-pabrik senjata sedang dibangun atau diperluas, dengan fokus pada rudal jelajah jarak jauh yang bersifat siluman, dalam beberapa kasus dimungkinkan oleh AI, termasuk cara-cara untuk memangkas biaya sambil tetap mempertahankan kemampuan.

    Senjata lama seperti rudal Tomahawk sedang ditingkatkan untuk peperangan angkatan laut dan sistem baru berfokus pada pembangunan apa yang dikenal sebagai “massa” atau jumlah semata (keunggulan kuantitas armada) dalam peperangan.

    “Sementara itu, UU Kapal berupaya memperluas pembangunan kapal militer dan komersial AS, sebagian untuk bersaing dengan pembangunan angkatan laut besar-besaran Tiongkok,” menggambarkan upaya Trump untuk bisa mengungguli kemampuan militer China.

    Tollast menjelaskan, banyak sistem baru persenjataan yang dirancang AS dengan fokus pada pertempuran di hamparan Pasifik yang luas, yang oleh para komandan militer AS disebut sebagai “tirani jarak”. 

    “Fokusnya meliputi rudal antikapal, yang tidak berguna melawan Houthi, meskipun rudal tersebut akan penting dalam perang dengan Iran. Produksi pencegat pertahanan udara juga meningkat,” katanya.

    Masalahnya, kata dia, banyak pakar memperingatkan kalau AS mungkin tidak memiliki cukup kemampuan baru yang siap menghadapi krisis dengan China.

    “Hal ini dapat membuat keterlibatan baru di Timur Tengah tidak diinginkan, terutama yang melibatkan Iran. Alasannya adalah proyeksi kebutuhan pertahanan yang mengejutkan yang diyakini AS akan dibutuhkan untuk menghadapi China,” ujar Tollast.

    “Perkiraan bervariasi mengenai berapa banyak material militer yang dibutuhkan AS untuk menghadapi krisis Pasifik,” tambahnya.

    Untuk menggambarkan itu, Tollast mengutip pernyataan Salvatore Mercogliano, seorang sejarawan maritim di Universitas Campbell di Carolina Utara yang menyatakan kalau Komando militer AS di Pasifik “khawatir tentang pengeluaran senjata”.

    “Mereka juga khawatir tentang pengalihan kapal ke sana dan penarikan aset. Namun, tidak adanya jalur laut yang aman melalui Laut Merah juga akan berdampak pada dukungan operasi di Pasifik barat. Houthi (dan yang saya maksud adalah Iran) dapat menutup selat itu jika mereka mau dengan satu senjata yang belum digunakan – ranjau,” ulas sang analisis soal dilema strategis manuver militer AS yan terkait antara kebutuhan di Laut Pasifik dengan suplai yang mesti melalui Laut Merah.

    Disebutkan, dalam perang Pasifik skala penuh yang difokuskan pada Taiwan, AS diperkirakan akan menembakkan lebih dari 30.000 amunisi presisi, jumlah yang serupa dengan total bom dan rudal yang ditembakkan dalam invasi Irak tahun 2003, menurut analisis oleh Tyler Hacker, seorang peneliti di Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran AS.

    Sebagai konteks, satu proyeksi untuk inventaris rudal Joint Air to Surface Standoff yang canggih pada tahun 2026 adalah 3.600 rudal.

    AS mungkin memiliki sekitar 4.000 Rudal Serang Darat Tomahawk yang lebih tua – stok pastinya dirahasiakan – dan sedang meningkatkan banyak senjata ini untuk peran antikapal, yang lagi-lagi kurang relevan untuk bentrokan di Timur Tengah.

    Kit bom berpemandu presisi yang disebut JDAM berada dalam kondisi yang lebih baik, dengan kapasitas untuk membuat puluhan ribu per tahun, tetapi ini akan menjadi senjata jarak pendek dalam perang dengan Tiongkok.

    Kapal Induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln (CVN-72) dilaporkan telah meninggalkan Timur Tengah, menandai kedua kalinya dalam lebih dari setahun tidak ada kapal induk Angkatan Laut AS yang hadir di kawasan tersebut. (MNA/screenshot)

    AS Kehabisan Rudal?

    Latihan perang AS baru-baru ini menunjukkan AS mungkin akan mengerahkan 5.000 rudal jelajah berbagai jenis pada bulan pertama perang Pasifik, yang menyiratkan konflik yang berkepanjangan akan mengosongkan persenjataan Amerika.

    Ini bukan satu-satunya tantangan.

    Serangan rudal Houthi terhadap kapal-kapal AS dan sekutu Washington, Israel, mungkin tidak terlalu efektif, tetapi tetap memerlukan rudal pencegat yang mahal untuk menangkisnya. 

    “Dalam perang dengan China, AS akan membutuhkan ribuan rudal ini untuk melindungi pangkalan-pangkalan penting, seperti Guam, dan sekutu-sekutu seperti Jepang. Washington tengah berjuang untuk meningkatkan produksi pertahanan rudal balistik,” kata Tollast.

    Para ahli mengatakan kalau dalam jangka pendek, Angkatan Laut AS boleh saja mempertahankan operasi militer yang signifikan terhadap gerakan yang didukung Iran, termasuk menggunakan serangan jarak sangat jauh oleh Angkatan Udara AS dan sekutunya, Inggris, setelah melancarkan lebih dari 200 serangan terhadap Houthi di bagian pertama kampanye, yang menyebabkan penurunan serangan di Laut Merah, tetapi gagal memulihkan kepercayaan perusahaan pelayaran yang menggunakan rute tersebut.

    “Namun, operasi panjang melawan Houthi dapat menguras persediaan pertahanan udara rudal yang mahal, berdasarkan krisis pertama sejak November 2023 dan seterusnya, ketika AS mengerahkan kapal perang ke Laut Merah, hingga berakhirnya operasi Houthi pertama pada bulan Januari. AS menembakkan 155 Rudal Standar dan sejumlah senjata pertahanan udara lainnya, dengan biaya hampir $2 miliar,” kata Tollast.

    Para ahli sebelumnya mengatakan kalau situasi ini tidak akan menjadi masalah jangka pendek yang besar karena persediaan yang dibangun selama bertahun-tahun jumlahnya mencapai ribuan. Namun, semakin lama perang berlangsung – terutama jika Iran terlibat langsung – semakin banyak persediaan amunisi AS yang terkuras.

    LEPAS LANDAS – Tangkap layar dari Al Arabiya, Rabu (5/3/2025) menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari kapal induk mereka. AS mengerahkan kembali kapal Induk USS Harry S Truman ke perairan Timur Tengah, khususnya Laut Merah, sehari setelah menerapkan gerakan Houthi sebagai organisasi teroris, Selasa (4/3/2025). (tangkap layar/al arabiya)

    Dilema Angkatan Laut AS

    “Saya tidak berpikir serangan AS dimaksudkan untuk menghalangi Houthi,” kata Mercogliano. 

    “Tujuan mereka tampaknya ada dua. Pertama, untuk memengaruhi Iran agar menarik dukungan mereka. Presiden Trump memiliki pengaruh dengan sanksi OFAC [Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri] terhadap kapal tanker Iran, yang dapat diakhiri. Kedua, untuk meyakinkan perusahaan asuransi agar menurunkan asuransi risiko perang bagi kapal agar dapat melanjutkan pelayaran mereka. Inilah yang membuat kapal tidak dapat berlayar melalui Laut Merah.”

    Mercogliano menambahkan: “Presiden Trump baru saja mengundang pemilik [perusahaan pelayaran raksasa Prancis] CMA CGM ke Gedung Putih, yang berbicara tentang pendaftaran 20 kapal di AS. Mediterranean Shipping Company juga bekerja sama dengan BlackRock untuk membeli pelabuhan CK Hutchinson. Jadi, menurut saya, serangan ini lebih bersifat komersial daripada militer.”

    “Untuk saat ini, Washington dapat melanjutkan operasi angkatan laut meskipun ada kekhawatiran dari beberapa komandan militer AS bahwa angkatan laut mereka benar-benar kewalahan,” kata Tollast. 

    Angkatan laut AS, tulis seorang perwira dalam analisis untuk Institut Angkatan Laut AS, terpecah antara “komitmen kepada sekutu, sertifikasi pelatihan, persyaratan kesiapan, dan penempatan spontan ke Timur Tengah”.

    Hal ini, katanya, telah menyebabkan penumpukan perawatan tanpa akhir, yang berarti lebih sedikit kapal yang siap berperang sementara China terus melakukan perluasan angkatan laut dengan cepat.

    Mohammad Basha, dari konsultan Basha Report di Virginia, mengatakan kepada The National bahwa tantangan ini tidak akan memengaruhi kampanye kontra-Houthi dalam jangka pendek.

    “Kelompok Serang Kapal Induk USS Harry S. Truman telah menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan operasi yang diperpanjang. Selama penempatannya tahun 2007-08, Kelompok Serang Kapal Induk beroperasi selama sekitar tujuh bulan, melakukan misi di Laut Mediterania dan Teluk Persia untuk mendukung Operasi Pembebasan Irak dan Operasi Keamanan Maritim,” katanya, seraya menambahkan bahwa pesawat dari kapal tersebut melakukan “2.459 serangan mendadak”.

    USS Harry S. Truman Carrier Strike Group (HSTCSG) (X/CENTCOM)

    “Saat ini, USS Harry S. Truman ditempatkan di sebelah barat Jeddah, dengan penerbangan pasokan harian dari Bahrain, markas Armada ke-5 AS, yang mendukung operasinya.” Basha mengatakan operasi dengan durasi serupa dapat diharapkan terhadap Houthi dari pasukan kapal induk ini, yang dipimpin oleh seorang komandan yang mengetahui operasi tersebut secara mendalam.

    “Kapten Chris ‘Chowdah’ Hill, sebelumnya komandan USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69), telah ditunjuk sebagai komandan sementara USS Harry S. Truman,” katanya.

    USS Dwight D. Eisenhower menghabiskan sembilan bulan di Laut Merah pada awal krisis, yang digambarkan sebagai salah satu pengerahan angkatan laut paling intensif oleh militer AS selama beberapa dekade.

  • Kurang Orang, Negara Ini Beri Kenaikan Gaji Buat yang Mau Jadi Tentara

    Kurang Orang, Negara Ini Beri Kenaikan Gaji Buat yang Mau Jadi Tentara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Taiwan akan memberikan kenaikan gaji kepada beberapa anggota angkatan bersenjata. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan personil di tengah bayang-bayang tekanan militer yang semakin meningkat dari China.

    Mengutip AFP, Presiden Taiwan Lai Ching Te mengumumkan mulai tanggal 1 April, para sukarelawan yang terdaftar akan mendapatkan tunjangan bulanan tambahan hingga 5.000 dolar Taiwan (Rp 2,4 juta). Sementara tunjangan untuk anggota pasukan tempur akan lebih dari dua kali lipat menjadi hingga 12.000 dolar Taiwan (Rp 6 juta) per bulan.

    “Mari kita lindungi negara bersama-sama dan pastikan kehidupan kita sehari-hari penuh kebebasan dan demokrasi,” kata Lai kepada pejabat militer dan Marinir di kamp tersebut, Sabtu (21/3/2025).

    Kementerian Pertahanan Taiwan menimpali pernyataan Lai bahwa manuver ini merupakan investasi jangka panjang untuk meningkatkan kemampuan dan efisiensi operasional.

    “Tujuannya adalah untuk menstabilkan kemampuan pertahanan dan mendorong anggota layanan sukarela untuk bertahan lama, sambil menarik kaum muda untuk bergabung dengan militer,” tambahnya.

    Kenaikan gaji tersebut menyusul laporan media baru-baru ini bahwa jumlah tentara yang memilih keluar dari kontrak mereka lebih awal hampir empat kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, 1.565 personel militer sukarela meninggalkan dinas lebih awal dan membayar denda finansial, dibandingkan dengan 401 pada tahun 2020.

    Jumlah personel militer sukarela yang bertugas mencapai 152.885 pada Juni 2024, terendah sejak 2018. Hal ini juga mendorong Pemerintah Taiwan untuk meningkatkan belanja pertahanan hingga mencapai rekor 647 miliar dolar Taiwan (Rp 323 triliun) pada tahun 2025, atau sekitar 2,5% dari PDB.

    Sementara itu, ancaman keamanan terhadap Taiwan terus muncul dari China. Beijing mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya dan telah mengancam akan menggunakan kekuatan untuk mengendalikan pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

    China juga secara teratur mengerahkan jet tempur dan kapal perang di sekitar pulau itu dan telah mengadakan beberapa latihan militer besar sejak Presiden Lai Ching-te menjabat di Taipei tahun lalu. Lai diketahui merupakan salah satu pihak yang menolak klaim China atas Taiwan dengan keras.

    (sef/sef)

  • Kepala ekonom BCA: Keragaman mata uang bermanfaat bagi Global South

    Kepala ekonom BCA: Keragaman mata uang bermanfaat bagi Global South

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Ekonom Bank Central Asia, David Sumual, menyatakan, mata uang yuan China kian berperan penting dalam arus modal perdagangan Indonesia dan China, dan andil yuan terus menanjak.

    Pernyataan itu dia sampaikan saat berpartisipasi dalam Global South Financiers Forum 2025 yang digelar di Beijing, China. Saat menerima wawancara dari Kantor Berita Xinhua, yang merupakan penyelenggara forum tersebut.

    Ia menyatakan, diversitas mata uang dan penggunaan mata uang lokal akan membantu negara-negara Global South, termasuk Indonesia, dalam meningkatkan ketangguhan ekonominya dan agar lebih tahan terhadap risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh guncangan-guncangan eksternal.

    Dari sudut pandang dia, negara-negara Global South harus memperkuat kerja sama praktis keuangan, di mana pembangunan sistem pembayaran internasional patut disoroti.

    Pada Februari tahun ini, bank sentral China dan Indonesia memperbarui perjanjian pertukaran mata uang yuan dan Rupiah dengan nilai mencapai 400 miliar yuan atau sekitar 878 triliun rupiah, yang dapat diperpanjang lagi atas kesepakatan kedua belah pihak.

    Menurut dia, perjanjian tersebut akan mendorong kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara. “Kerja sama keuangan dengan China ini akan membantu pembangunan hilirisasi pertambangan dan pertanian, yang sedang didorong oleh pemerintah Indonesia,” ujarnya.

    Ia menambahkan bahwa kerja sama dengan China membantu pembangunan infrustruktur di Indonesia.

    Ia juga berpendapat bahwa negara-negara Global South menghadapi kebutuhan yang sangat besar dalam hal investasi di bidang infrustruktur baru, energi terbarukan, dan pertanian ramah lingkungan. Lingkungan investasi yang stabil dan berkepanjangan bagi negara-negara Global South juga diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi sejumlah tantangan, seperti perubahan iklim, imbuh David.

    “Kerja sama Global South tidak terbatas pada keuangan. Kerja sama juga perlu dilakukan di bidang teknologi, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. China dapat menjadi lokomotif dalam kerja sama Global South dan memberi kontribusi,” ujar dia.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Ade P Marboen
    Copyright © ANTARA 2025

  • China luncurkan langkah genjot konsumsi budaya dan pariwisata

    China luncurkan langkah genjot konsumsi budaya dan pariwisata

    Beijing (ANTARA) – Federasi Serikat Pekerja Seluruh China (All-China Federation of Trade Unions/ACFTU) mengumumkan 10 langkah untuk merangsang konsumsi budaya dan pariwisata di kalangan pekerja guna mendorong lebih jauh pembangunan ekonomi dan sosial.

    Inisiatif-inisiatif utamanya meliputi mendistribusikan kupon konsumsi serikat pekerja, meningkatkan standar untuk membantu mereka yang membutuhkan, dan meningkatkan dukungan untuk bantuan konsumsi, kata ACFTU.

    ACFTU juga mengatakan bahwa langkah-langkah ini akan meningkatkan akses pekerja ke layanan budaya, olahraga, dan pariwisata sekaligus menyempurnakan perlindungan kesejahteraan.

    Serikat pekerja akar rumput didorong untuk mengeluarkan kupon konsumsi tahunan bagi barang-barang kebutuhan harian serta produk-produk budaya dan pariwisata.

    Pada Januari lalu, Dewan Negara China mengumumkan serangkaian langkah untuk mendorong konsumsi budaya dan pariwisata, seperti memberikan lebih banyak kupon dan diskon bagi konsumen serta lebih banyak layanan yang berkaitan dengan budaya, seni, dan layanan relevan lainnya di lembaga-lembaga publik.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Junaydi Suswanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Penjualan Loyo, Mobil Bensin Diminta Dapet Diskon PPN dari Pemerintah

    Penjualan Loyo, Mobil Bensin Diminta Dapet Diskon PPN dari Pemerintah

    Jakarta

    Penjualan mobil di dua bulan pertama tahun ini masih belum memuaskan. Bahkan, dibandingkan periode sama tahun lalu, angkanya turun 4,5 persen. Itulah mengapa, produsen meminta agar mobil bensin dapat diskon PPN seperti mobil hybrid dan listrik.

    Pernyataan tersebut disampaikan pendatang baru asal China, Beijing Automotive Industry Group Co alias BAIC. Menurut mereka, cara tersebut bisa menjadi stimulus di tengah lesunya industri otomotif Indonesia.

    “Kita harapkan mungkin ada stimulus atau apa yang pemerintah bisa lakukan untuk menggiatkan industri otomotif lagi. Kita lihat pemerintah sudah melakukan inisiasi untuk menggerakkan otomotif terutama berkaitan dengan green mobility,” ujar Dhani Yahya selaku Chief Executive Officer (CEO) BAIC Indonesia.

    Logo BAIC. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Dhani mengapresiasi langkah pemerintah yang telah memberikan diskon PPN ke mobil hybrid sebesar 3 persen dan mobil listrik 10 persen. Namun, kata dia, penjualan kendaraan di segmen tersebut masih rendah. Sehingga, butuh ‘gebrakan’ yang sama di produk yang lebih massal.

    “Mungkin kita lihat listrik dan hybrid ini market share-nya masih kecil dibandingkan total market yang perlu di-absorb,” tuturnya.

    “Saya tidak tahu mungkin apabila pemerintah memberikan stimulus (ke mobil ICE) mungkin PPN-nya bisa disupport dulu dalam waktu terbatas, sehingga bisa menstimulus konsumen bisa beli kendaraan,” tambahnya.

    BAIC menganggap, harga merupakan pertimbangan utama konsumen dalam membeli kendaraan. Itulah mengapa, mereka kerap memberikan promo menarik untuk kendaraannya. Bahkan, yang terbaru, mereka menyiapkan diskon hingga puluhan juta rupiah untuk dua produk andalannya di Indonesia, yakni BJ40 Plus dan X55-II.

    “Tapi harapannya pemerintah bisa memberikan insentif, contoh PPN mobil bensin atau ICE secara umum bisa diberikan insentif dalam waktu tertentu. Misalnya, hingga Juli atau Desember,” kata dia.

    (sfn/din)

  • Satu Dekade Berlalu, Malaysia Lanjutkan Pencarian MH370

    Satu Dekade Berlalu, Malaysia Lanjutkan Pencarian MH370

    Kuala Lumpur

    Pemerintah Malaysia memberikan persetujuan akhir kepada perusahaan robotika kelautan yang berbasis di Texas, Ocean Infinity, untuk melanjutkan pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang diyakini jatuh di Samudera Hindia bagian Selatan, lebih dari satu dekade yang lalu.

    Para menteri kabinet menyetujui syarat dan ketentuan kontrak “tanpa temuan, tanpa biaya” dengan Ocean Infinity untuk melanjutkan operasi pencarian dasar laut di lokasi baru seluas 15.000 kilometer persegi di lautan, kata Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (19/03). Ocean Infinity akan dibayar $70 juta (sekitar Rp1,1 triliun) hanya jika puing-puing pesawat ditemukan.

    “Pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan operasi pencarian dan memberikan kepastian bagi keluarga para penumpang MH370,” kata Loke dalam pernyataan tersebut.

    Misteri pesawat yang hilang 11 tahun lalu

    Pesawat Boeing 777 itu menghilang dari radar tak lama setelah lepas landas dari ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, menuju Beijing, China pada tanggal 8 Maret 2014. Pesawat membawa 12 kru dan 227 penumpang,yang sebagian besar adalah warga negara China.

    Data satelit menunjukkan bahwa pesawat berbelok dari jalur penerbangannya dan menuju selatan ke Samudra Hindia bagian selatan, tempat pesawat tersebut diyakini jatuh.

    Pada bulan Desember 2024, pemerintah Malaysia telah setuju secara prinsip dengan proposal Ocean Infinity untuk melanjutkan pencarian MH370. Perusahaan tersebut telah melakukan pencarian pada tahun 2018, tapi gagal dalam dua kali percobaan.

    Sebuah kapal yang akan mencari pesawat yang hilang itu dikerahkan ke zona pencarian Samudra Hindia akhir bulan lalu, menurut data pelacakan kapal, meskipun kesepakatan belum ditandatangani dengan pemerintah.

    Pencarian dengan teknologi terbaru

    Loke mengatakan bahwa kementeriannya akan segera menandatangani kontrak dengan Ocean Infinity, tapi tidak memberikan rincian tentang persyaratannya. Perusahaan tersebut dilaporkan telah mengirimkan sebuah kapal pencari ke lokasi dan mengindikasikan bahwa Januari-April adalah periode terbaik untuk pencarian.

    Belum jelas berapa lama kontrak pencarian dengan Ocean Infinity. Loke sebelumnya mengatakan bahwa kontrak tersebut akan berlaku selama 18 bulan.

    mel/ha (AP, Reuters)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • China bekali lulusan universitas dengan keterampilan praktis untuk hadapi evolusi pasar kerja

    China bekali lulusan universitas dengan keterampilan praktis untuk hadapi evolusi pasar kerja

    Beijing (ANTARA) – China sedang mengambil langkah untuk meningkatkan pembekalan berbagai keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam pasar kerja yang terus berkembang dan sangat kompetitif bagi lulusan universitas.

    Pekan lalu, pemerintah pusat meluncurkan sebuah rencana untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memperoleh pekerjaan di bidang-bidang dengan permintaan talenta krusial dengan menggelar 1.000 “program mikro” yang menjembatani keterampilan dan 1.000 kursus pelatihan kejuruan di seluruh negara tersebut.

    Rencana “Double Thousand” yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan China terutama dirancang untuk mahasiswa program sarjana dan prauniversitas (junior college) serta siswa sekolah menengah kejuruan, yang menargetkan pengembangan talenta dalam industri-industri masa depan dan sektor-sektor emerging yang strategis seperti ekonomi digital, ramah lingkungan, dan ketinggian rendah (low altitude).

    Berfokus pada bidang-bidang ekonomi yang sedang berkembang, “program mikro” merupakan kurikulum berdurasi pendek dan interdisipliner.

    Program yang ditawarkan bervariasi, mulai dari ilmu kuantum hingga teknologi mahadata (big data) metalurgi, yang didasarkan pada keunggulan akademis di masing-masing universitas.

    Seorang pejabat senior di kementerian tersebut menyampaikan bahwa inisiatif itu bertujuan untuk membantu mahasiswa mengatasi kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan mereka, sehingga menjadikan mereka lebih layak untuk dipekerjakan.

    Langkah itu diambil menjelang musim wisuda tahun ini dan menyusul pengadopsian laporan kerja pemerintah oleh sesi legislatif tahunan yang digelar sebelumnya pada bulan ini, yang menyoroti pentingnya ketersediaan lapangan pekerjaan.

    Data resmi menunjukkan rekor dengan 12,22 juta lulusan perguruan tinggi diperkirakan akan memasuki pasar kerja pada 2025.

    Laporan kerja pemerintah mengungkap janji untuk memperluas ketersediaan lapangan pekerjaan dan jalur rintisan (start-up) bisnis bagi mahasiswa dan kaum muda lainnya.

    Secara umum, China menetapkan target untuk tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei mencapai sekitar 5,5 persen pada 2025 dan berupaya menciptakan lebih dari 12 juta lapangan kerja baru di perkotaan.

    “Program itu merupakan pelengkap yang berharga bagi para mahasiswa di bidang-bidang studi yang relevan. Program itu dapat memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mereka, sehingga menggenjot prospek mereka untuk memperoleh pekerjaan,” ujar Chu Zhaohui, peneliti di Akademi Ilmu Pendidikan Nasional China.

    Dalam beberapa tahun terakhir, universitas-universitas di China mulai menawarkan peluang kepada para mahasiswa untuk memperluas pengetahuan interdisipliner mereka dan meningkatkan kemampuan teknik praktis melalui sertifikasi spesifik yang didasarkan pada bidang studi utama, minat, dan kebutuhan pengembangan karier mereka.

    Sebagai contoh, Universitas Energi Listrik Shanghai (Shanghai University of Electric Power) pada 2023 meluncurkan program khusus untuk melatih tenaga profesional interdisipliner terkait kendaraan energi baru. Universitas itu menjalin kemitraan dengan produsen otomotif Amerika Serikat Tesla untuk membangun sebuah pusat yang berfokus pada manufaktur energi baru dan integrasi pendidikan.

    Yang Ning, profesor yang bertanggung jawab atas integrasi manufaktur dan pendidikan di universitas tersebut, menuturkan bahwa para profesor universitas dan insinyur dari Tesla serta produsen otomotif lainnya diundang untuk memberikan ceramah di hadapan para mahasiswa yang terdaftar di jurusan mikro. “Para mahasiswa juga berkesempatan mengoperasikan mesin dan mengunjungi megafactory Tesla di Shanghai,” imbuh Yang.

    Selain meningkatkan keterampilan dan daya saing mahasiswa, Kementerian Pendidikan China juga menginstruksikan kepada otoritas dan universitas setempat untuk mengumpulkan proposal proyek yang berfokus pada penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dari perusahaan-perusahaan dan asosiasi industri, yang bertujuan untuk membantu universitas lebih menyelaraskan pengembangan talenta dan layanan ketenagakerjaan mereka dengan permintaan talenta baru.

    Kementerian itu berjanji akan membentuk seksi khusus dalam platform-platform pendidikan nasional tahun ini untuk merilis 1.000 jurusan mikro dan 1.000 kursus pelatihan kejuruan secara bertahap, serta mengembangkan sejumlah pusat pelatihan karier bagi mahasiswa.

    Yun Donglai, pejabat di Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, menekankan fokus ganda pada pengembangan lapangan pekerjaan dan insentif kebijakan, di samping pengembangan kapasitas dan optimalisasi layanan untuk mendukung pengembangan ketenagakerjaan dan karier dengan lebih baik.

    “Kami akan membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menyerap lebih banyak pegawai, menstabilkan posisi sektor publik, dan terus mengadakan kegiatan perekrutan tenaga kerja,” imbuh Yun.

    Penerjemah: Xinhua
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ketegangan Meningkat di Selat Taiwan: 27 Pesawat Tiongkok Dekati Taipei – Halaman all

    Ketegangan Meningkat di Selat Taiwan: 27 Pesawat Tiongkok Dekati Taipei – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan melaporkan bahwa 27 pesawat Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) dan enam kapal perang Angkatan Laut PLA terdeteksi mendekati pulau tersebut hingga pukul 6 pagi (UTC+8) pada Selasa (18/3/2025).

    Selain itu, sebuah balon Tiongkok juga terlihat dalam periode yang sama, TASS melaporkan.

    Dalam pernyataan yang dipublikasikan di platform X, kementerian tersebut menyebutkan bahwa 20 dari 27 pesawat yang terdeteksi melintasi garis tengah Selat Taiwan dan memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) di barat daya Taiwan.

    Taiwan secara rutin melaporkan aktivitas militer China yang meningkat di perairan dan wilayah udara sekitarnya.

    Ketegangan antara Taiwan dan China terus meningkat, terutama karena Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk mengambil alih pulau tersebut.

    Dalam pembaruan terbaru, Kementerian Pertahanan Taiwan juga mencatat militer China telah menerbangkan 59 serangan udara dan mengoperasikan sembilan kapal perang di sekitar Taiwan.

    Dari jumlah tersebut, 43 pesawat terpantau melintasi garis tengah Selat Taiwan dan memasuki wilayah barat daya serta timur Taiwan, NHK melaporkan.

    Patroli militer China seperti ini sering dilakukan, tetapi kali ini berskala lebih besar dibanding sebelumnya.

    Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan bahwa patroli terbaru ini terjadi hanya sehari setelah mereka melaporkan aktivitas militer China yang serupa.

    China Sebut Latihan Militer Sebagai Tanggapan terhadap Taiwan dan AS

    Saat ditanya mengenai patroli militer tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menegaskan operasi militer China adalah respons terhadap tindakan yang mendukung kemerdekaan Taiwan.

    Mao menyatakan bahwa patroli ini merupakan “tanggapan tegas terhadap kekuatan yang bersikeras mendukung dan membantu ‘kemerdekaan Taiwan.’”

    Pernyataan ini tampaknya ditujukan kepada Amerika Serikat, yang selama ini menjadi sekutu utama Taiwan dan secara aktif memberikan dukungan militer serta politik kepada pulau tersebut.

    Ketegangan antara China dan Taiwan terus meningkat seiring dengan peningkatan patroli militer yang lebih agresif di sekitar wilayah pulau tersebut.

    Situasi ini memicu kekhawatiran akan potensi konflik yang lebih besar di kawasan Indo-Pasifik.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 4 Warganya Dieksekusi Mati di China, Kanada Mengecam Keras!

    4 Warganya Dieksekusi Mati di China, Kanada Mengecam Keras!

    Ottawa

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Kanada Melanie Joly mengatakan China telah mengeksekusi mati empat warga negara Kanada dalam beberapa pekan terakhir. Joly menyebut eksekusi mati tetap dilakukan oleh Beijing dengan mengabaikan permintaan keringanan hukuman oleh Ottawa.

    “Ada empat warga Kanada yang telah dieksekusi dan oleh karena itu, kami mengecam keras apa yang telah terjadi,” ucap Joly dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (20/3/2025).

    Dia menambahkan bahwa keempat warga Kanada itu dihukum mati atas tuduhan penyelundupan narkoba di China pada awal tahun ini. Joly mengungkapkan bahwa dirinya dan mantan Perdana Menteri (PM) Justin Trudeau, yang mengakhiri masa jabatannya pekan lalu, telah meminta keringanan hukuman kepada China.

    “Kami mengecam keras eksekusi yang dilakukan terhadap warga negara Kanada di China,” tegas Joly saat berbicara kepada wartawan di Ottawa.

    Disebutkan juga bahwa keempat warga Kanada yang dieksekusi mati di China itu semuanya berstatus kewarganegaraan ganda. Joly menegaskan Ottawa akan meminta keringanan hukuman bagi warga Kanada lainnya yang menghadapi nasib yang sama di China.

    Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Kanada mengatakan bahwa seorang pria Kanada bernama Robert Schellenberg, yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2019 atas tuduhan penyelundupan narkoba di China, belum dieksekusi mati.

    China, dalam tanggapannya, membela eksekusi mati yang dilakukan oleh otoritas Beijing, namun tidak secara jelas mengonfirmasi apakah ada eksekusi mati warga negara Kanada yang dilakukan.

    Tonton juga Video: Momen Penangkapan WNA China Penjual Emas Palsu di Bandar Lampung

    Dalam pernyataan kepada surat kabar terkemuka Kanada, Globe and Mail, Kedutaan Besar China di Ottawa menyebut otoritas Kanada telah menyampaikan pernyataan yang tidak bertanggung jawab.

    “Kejahatan terkait narkoba merupakan kejahatan berat yang diakui di seluruh dunia sebagai kejahatan yang sangat berbahaya bagi masyarakat,” kata Kedutaan Besar China dalam pernyataannya.

    “China selalu menjatuhkan hukuman berat untuk kejahatan terkait narkoba dan mempertahankan sikap ‘nol toleransi’ terhadap masalah narkoba,” tegas pernyataan tersebut.

    China mengklasifikasikan statistik hukuman mati sebagai rahasia negara, meskipun kelompok-kelompok HAM seperti Amnesty International meyakini ribuan orang dieksekusi mati di negara itu setiap tahunnya.

    Tonton juga Video: Momen Penangkapan WNA China Penjual Emas Palsu di Bandar Lampung

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu