ANTARA – Di tengah momentum libur Idul Adha, kereta api masih jadi andalan masyarakat untuk bepergian di wilayah timur Jawa. Selama 5 hingga 7 Juni 2025, PT KAI Daop 9 Jember mencatat hampir 30 ribu penumpang berangkat dari stasiun-stasiun di jalur Banyuwangi hingga Pasuruan.
(Hamka Agung Balya/Andi Bagasela/I Gusti Agung Ayu N)
kab/kota: Banyuwangi
-

KAI Daop 9 kebanjiran penumpang saat libur Idul Adha
-

Kapal Cepat Banyuwangi–Denpasar Diluncurkan, Fraksi PDIP Jatim Desak Koordinasi dan Keadilan Sosial
Surabaya (beritajatim.com) — Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur, Martin Hamonangan mendesak Pemprov Jatim dan Bali memperkuat komunikasi kelembagaan agar pelaksanaan peluncuran layanan kapal cepat rute Banyuwangi–Denpasar yang direncanakan berlangsung pada 16 Juni 2025 tidak menimbulkan gesekan administratif maupun sosial.
Martin menilai bahwa proyek ini berpotensi besar membawa manfaat, namun tidak boleh luput dari prinsip keadilan sosial dan koordinasi antarwilayah.
“Kami mendesak Pemprov Jatim untuk semakin inten melakukan pertemuan resmi dengan Pemprov Bali, difasilitasi oleh Kementerian Perhubungan. Koordinasi ini krusial agar tidak terjadi konflik regulasi, perbedaan standar teknis, atau bahkan resistensi sosial di daerah tujuan,” tegas Martin, Sabtu (7/6/2025).
Lebih lanjut, Martin menegaskan pentingnya studi komprehensif sebelum layanan kapal cepat dioperasikan secara massal. Menurutnya, evaluasi menyeluruh perlu dilakukan terhadap dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh proyek ini.
“Kami minta agar sebelum peluncuran, dilakukan kajian mendalam, bagaimana dampaknya terhadap nelayan lokal, pelaku UMKM sekitar pelabuhan, lalu lintas laut, dan kesiapan infrastruktur penunjang,” ujarnya.
Martin juga menegaskan perlunya skenario darurat jika terjadi hambatan operasional yang bisa merugikan masyarakat. Dia mencontohkan potensi gangguan teknis, lonjakan penumpang, atau bahkan bencana alam sebagai risiko yang harus diantisipasi.
“Harus ada rencana darurat bila terjadi gangguan teknis, lonjakan penumpang, atau bencana alam. Jangan sampai masyarakat dirugikan karena kurangnya antisipasi,” sambungnya.
Sebagai wakil rakyat dari Daerah Pemilihan Jatim IV (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso), Martin menyatakan akan terus memantau implementasi rute kapal cepat dari Pelabuhan Marina Boom Banyuwangi menuju Serangan, Denpasar, Bali. Dia menyebutkan bahwa manfaat layanan ini tidak boleh terbatas pada segelintir kalangan.
“Kami mendukung inisiatif ini selama proyek ini benar-benar berpihak pada rakyat, bukan hanya melayani kelas menengah atas atau kepentingan wisata eksklusif. Fraksi PDI Perjuangan akan berdiri paling depan untuk memastikan bahwa kapal cepat ini jadi alat pemerataan manfaat,” tegasnya.
Dalam konteks arus mudik dan lonjakan penumpang pada hari libur, Martin melihat kapal cepat ini bisa menjadi solusi konkret dari penumpukan antrean di penyeberangan tradisional Ketapang–Gilimanuk. Terutama bagi pelaku usaha kecil dan pekerja harian yang membutuhkan kecepatan dan kepastian waktu perjalanan.
“Kapal cepat Banyuwangi–Denpasar harus jadi jembatan keadilan sosial, bukan simbol ketimpangan antarwilayah. Ini harus menjadi bukti bahwa negara hadir melalui transportasi publik yang aman, terjangkau, dan tepat waktu,” pungkas Martin. [asg/ian]
-

Tradisi Mencak Sumping Desa Mondoluko Tarik Minat Pengunjung Mancanegara
Banyuwangi (beritajatim.com) – Tradisi unik Mencak Sumping atau biasa disebut Pencak Sumping kembali digelar oleh warga Dusun Mondoluko, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1446 H. Tradisi ini tak hanya menjadi bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memikat wisatawan mancanegara.
Mencak Sumping adalah pertunjukan pencak silat tradisional yang dipadukan dengan iringan musik khas Banyuwangi yang rancak. Para pendekar dari berbagai usia mulai anak-anak hingga lansia menampilkan jurus-jurus silat, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata, secara lincah dan energik.
Tradisi ini memiliki keterikatan erat dengan sejarah Dusun Mondoluko. Konon, pada masa penjajahan Belanda, seorang tokoh bernama Buyut Ido terluka parah (luko) hingga tubuhnya terkoyak (modol-modol), yang kemudian menjadi asal-usul penamaan “Mondoluko”.
Selain aksi silat, acara ini juga menyuguhkan sumping, kudapan tradisional berbahan dasar pisang yang dibungkus adonan tepung lalu dikukus (mirip dengan nagasari di daerah lain).
Uniknya, kue sumping bukan hanya disajikan sebagai suguhan kepada tamu, tetapi juga digunakan dalam atraksi silat sebagai bentuk pengakuan kemenangan. Pendekar yang menang akan ‘menyumpal’ mulut lawan yang kalah dengan kue sumping sebagai simbol humoris sekaligus penghormatan.
Rangkaian tradisi Mencak Sumping digelar bersamaan dengan ritual Bersih Desa atau Ider Bumi, yang dilaksanakan malam sebelum Idul Adha. Dalam ritual ini, warga mengelilingi desa sambil melantunkan adzan dan istigfar sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah serta doa keselamatan bagi desa.
Dengan kombinasi antara nilai sejarah, seni bela diri, dan sajian kuliner khas, tradisi Mencak Sumping tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga membuka peluang besar dalam pengembangan wisata budaya di Banyuwangi.
Salah satu wisatawan mancanegara asal Chili, Sebastian, mengaku terkesan saat melihat flayer kegiatan ini di media sosial. Tanpa ragu, ia pun datang langsung dan ikut meramaikan perhelatan budaya yang telah diwariskan lintas generasi.
Saat turun ke area pertunjukan, ratusan penonton pun bersorak menyemangati dan memberikan tepuk tangan kepada wisatawan mancanegara tersebut.
“Acara seperti ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk ikut meramaikan kegiatan tradisional di sini. Saya turut bangga bisa bergabung dengan orang-orang yang penuh keramahtamahan,” pungkas Sebastian. [tar/ian]
-

Momen Idul Adha, Banyuwangi Berbagi Salurkan Sedekah Daging ke Warga Miskin
Banyuwangi (beritajatim.com) – Program Banyuwangi Berbagi yang rutin digelar tiap tanggal cantik kali ini bertepatan dengan momen Idul Adha 1446 H. Kali ini, Pemkab Banyuwangi menggalang solidaritas dengan membagikan daging sapi dan kambing kepada warga miskin. Khususnya kepada masyarakat yang masuk dalam database UGD Kemiskinan Banyuwangi.
Program charity ini mendapat dukungan dari banyak kalangan termasuk sejumlah organisasi profesi dan kemasyarakatan.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan ini adalah bagian dari program Banyuwangi Berbagi, yang dilakukan tiap tanggal cantik seperti 1 Januari (1.1), 2 Februari (2.2), 3 Maret (3.3).
Pada bulan Juni ini, tanggal 6 bertepatan dengan Idul Adha, Bupati mengajak ASN Banyuwangi dan berbagai pihak berpartisipasi membagikan daging kepada warga miskin.
“Bila sebelumnya tanggal cantik kami berbelanja sembako dan membagikannya untuk keluarga pra sejahtera, di momen Idul Adha ini kami membagikan daging. Harapan kami ini untuk menambah konsumsi protein mereka,” kata Ipuk.
Distribusi daging ini dilakukan mulai Jumat hingga Senin (6-9 Juni 2025). Daging diberikan kepada warga miskin yang masuk dalam database pemkab.
“Ribuan paket daging didistribusikan kepada warga pra-sejahtera, termasuk yang masuk dalam data UGD Kemiskinan Banyuwangi,” kata Ipuk.
Program ini mendapat sambutan hangat dari sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Dodik Heru, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Banyuwangi yang mendukung kebijakan Bupati Ipuk itu dengan berpartisipasi dalam program pemberian daging untuk warga miskin.
“Bagus dan sangat bermanfaat. Bila sebelumnya kita diajak rutin bagi sembako, kini giliran bahan bernutrisi yakni daging. Semoga bisa menambah derajat kesehatan mereka,” kata Dodik.
Pembagian daging kurban kali ini Ipuk juga mengajak warga meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai saat pemberian daging. Banyak warga yang menggunakan besek dan daun saat membagikan daging kurban. [tar/ian]
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5241641/original/091678000_1749003948-1000305204.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banyuwangi Batasi Kantong Plastik, UMKM Kerajinan Bambu Kembali Bergairah
Liputan6.com, Banyuwangi – Kebijakan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai berdampak positif terhadap UMKM kerajinan bambu. Seperti di sentra kerajinan bambu Lingkungan Papring, Desa/Kecamatan Kalipuro kini bergairah kembali.
“Harus diakui kebijakan pembatasan kantong plastik dari Bupati Ipuk, membuat produk kerajian bambu di kampung kami bergairah kembali. Permintaan produk kerajinan bambu untuk menggantikan kantong plastik meningkat,” kata perajin Lingkungan Papring, Widie Nurmahmudy, Rabu (4/6/2025).
Salah satu kerajinan yang kini kian diminati adalah wadah dari anyaman bambu alias besek. Menjelang Iduladha, besek kian diminati masyarakat untuk menggantikan kantong plastik sebagai wadah daging kurban. “Sebulan menjelang Iduladha seperti saat ini, permintaan banyak. Warga bisa membuat antara 5 ribu hingga 7 ribu besek dalam sebulan,” lanjut dia.
Permintaan yang tinggi membuat harga besek juga turut terpengaruh. Dulu harga besek seragam meski ukuran yang dibuat berbeda-beda. Kini, beda ukuran, beda pula harganya. “Kisaran harganya sekitar Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per biji,” lanjut dia.
Mairoh, salah satu perajin besek lainya, menyatakan bahwa tingginya permintaan pasar selama sebulan terakhir. Ia bisa menyelesaikan pembuatan puluhan biji besek dalam sehari. Dia bersyukur, tingginya permintaan besek membuat ekonominya terbantu. Harga yang lebih tinggi untuk besek-besek ukuran besar membuat keuntungannya bertambah. “Sehari bisa 30 sampai 50 besek, dan itu sudah ada yang ngambil. Jadi tidak bingung menjualnya,” kata Mairoh.
Lingkungan Papring memang terkenal merupakan sentra kerajinan bambu di Banyuwangi. Nama Papring sendiri merupakan akronim dari “panggonane pring” atau tempatnya pohon bambu. Pada tahun 1960-an hingga 1990-an, mayoritas warga setempat bekerja sebagai perajin bambu.
-

Bocah 12 Tahun Asal Banyuwangi yang Jadi Perajin Kostum Jaranan dan Barong
Banyuwangi (beritajatim.com) – Ahmad Robeth Rif’al Ulum, bocah 12 tahun asal Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, menunjukkan semangat entrepreneur yang patut diapresiasi. Di usianya yang masih duduk di bangku kelas 6 SD, Ulum sudah mengembangkan hobi di bidang seni tradisional menjadi ladang usaha yang menginspirasi.
Tidak seperti kebanyakan anak seusianya, Ulum menekuni pembuatan perlengkapan kostum kesenian Jaranan dan Barong, dua ikon budaya khas Banyuwangi. Dari keterampilannya tersebut, ia telah berhasil menghasilkan pendapatan dari karya tangannya sendiri.
Saat ini, Ulum tengah mengerjakan topeng pitik-pitikan, salah satu bagian dari pertunjukan dalam kesenian Jaranan atau Barong. Ia mengaku belajar secara otodidak melalui berbagai platform media sosial.
“Saya baru tiga bulan ini belajar dari media sosial. Awalnya coba-coba, ternyata teman-teman saya tertarik dan mulai memesan,” ujar Ulum, Jumat (6/6/2025).
Dalam waktu singkat, Ulum sudah menerima lima pesanan dengan harga yang bervariasi, antara Rp100.000 hingga Rp250.000 per kostum. Pesanan tersebut tidak hanya datang dari teman-teman dekat, tetapi juga dari wilayah Banyuwangi Kota, menunjukkan adanya apresiasi terhadap hasil karyanya.
Di balik kesuksesan awalnya, Ulum juga aktif di dunia seni tari. Pada 2023, ia dan kelompoknya menjuarai lomba tari Jaranan Buto, pencapaian yang semakin menguatkan tekadnya untuk terus berkarya di jalur seni tradisional.
Tak hanya menari, Ulum juga tergabung dalam grup kesenian Barong Cilik Mitro Dirgohayu Budoyo, yang personelnya terdiri dari anak-anak seusianya. Keikutsertaannya dalam komunitas ini memperkuat identitas seninya sekaligus menjadi ruang untuk terus berkembang.
Lebih dari sekadar aktivitas, seni tradisional telah menjadi bagian dari impian Ulum. “Ke depan, saya ingin lebih fokus pada pembuatan perlengkapan kostum jaranan dan barong. Selain jadi penari, saya juga ingin menjadi pembuat kostum seni tradisional Banyuwangi,” tutupnya dengan penuh semangat.
Apa yang dilakukan Ulum bukan hanya menyalurkan hobi, tetapi juga membuktikan bahwa cinta terhadap seni tradisional bisa menjadi jalan meraih prestasi dan memberikan dampak ekonomi nyata, bahkan sejak usia muda. [alr/suf]
-

Dina Lorenza Desak Pemerintah Genjot Promosi Wisata Lokal
Jakarta, Beritasatu.com – Selebritas sekaligus anggota DPR Dina Lorenza meminta pemerintah pusat dan daerah untuk lebih serius dalam mempromosikan sektor pariwisata lokal.
Ia menekankan, pentingnya pemanfaatan teknologi digital sebagai alat utama untuk memperkenalkan kekayaan wisata Indonesia ke dunia internasional.
“Saya percaya bahwa kekayaan pariwisata Indonesia harus dipromosikan secara maksimal, khususnya melalui pemanfaatan teknologi digital yang semakin relevan di era saat ini,” ujar Dina Lorenza dikutip dari Instagram resminya, Kamis (5/6/2025).
Dina Lorenza menyampaikan, dirinya aktif mengikuti berbagai bimbingan teknis (bimtek) yang digelar oleh Kementerian Pariwisata, terutama di daerah pemilihannya seperti Banyuwangi.
Salah satu program yang disoroti adalah strategi pemasaran pariwisata berbasis digital di kawasan Sendang Seruni, Kabupaten Banyuwangi.
“Kita terus aktif menghadiri bimbingan teknis yang diselenggarakan semua stakeholder seperti Kemenpar tentang strategi pemasaran dengan memanfaatkan digital marketing,” ujarnya.
Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat sangat penting untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan pariwisata nasional, terutama pascapandemi.
“Mari kita optimalkan potensi digital marketing dengan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pelaku pariwisata, dan masyarakat demi pariwisata Indonesia yang semakin mendunia,” tandasnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5241972/original/006486600_1749014394-WhatsApp_Image_2025-06-04_at_11.09.46.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

