kab/kota: Banyuwangi

  • BNPB kirim tim pemulihan dampak gempa di Jawa Timur

    BNPB kirim tim pemulihan dampak gempa di Jawa Timur

    Jakarta (ANTARA) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirim tim ke Jawa Timur untuk mendampingi upaya pemulihan pascagempa magnitudo 5,7 yang mengguncang wilayah Banyuwangi dan Situbondo pada Kamis sore.

    Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Kamis malam, mengatakan bahwa pihaknya memerintahkan jajaran Deputi Bidang Penanganan Darurat untuk memonitor dan mengambil langkah cepat setelah menerima laporan hasil kaji cepat dari lapangan.

    “Tim akan memberikan pendampingan dan melakukan pendataan awal bersama BPBD serta lintas sektor lainnya,” kata dia.

    BNPB menegaskan langkah tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat untuk hadir di fase awal bencana dan memastikan masyarakat terdampak segera mendapatkan dukungan.

    Selain pendampingan, tim BNPB juga ditugaskan memastikan koordinasi antarinstansi berjalan baik, mulai dari proses evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar hingga upaya percepatan pemulihan.

    Episentrum gempa 5,7 magnitudo itu terletak di laut, 46 kilometer timur laut Banyuwangi dan 54 kilometer tenggara Situbondo pada kedalaman 12 kilometer.

    Getaran gempa dirasakan kuat selama 2-3 detik di Banyuwangi dan Situbondo dan sempat membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah.

    Hasil kaji cepat yang diterima BNPB, sementara ini menunjukkan di Banyuwangi terdapat satu rumah dan satu tempat ibadah rusak ringan.

    Sementara di Situbondo tercatat 21 rusak berat, 11 rusak sedang, 16 rusak ringan dan satu masjid mengalami kerusakan pada bagian atap.

    BNPB memastikan setidaknya hingga pukul 21.20 WIB​​​​​ belum ada laporan korban jiwa akibat gempa, dan pendataan lapangan masih berlangsung dan akan terus diperbarui oleh tim petugas gabungan daerah setempat.

    Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 6
                    
                        Puluhan Rumah Rusak akibat Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo
                        Nasional

    6 Puluhan Rumah Rusak akibat Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo Nasional

    Puluhan Rumah Rusak akibat Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, puluhan rumah rusak akibat gempa M 5,7 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/9/2025).
    Sesaat setelah guncangan mereda, BPBD Kabupaten Banyuwangi dan BPBD Kabupaten Situbondo langsung turun menyisir ke sejumlah titik lokasi.
    “Guncangan gempabumi telah menyebabkan 1 unit rumah dan 1 tempat ibadah di Kabupaten Banyuwangi mengalami rusak ringan,” ujar Muhari dalam keterangannya, Kamis.
    Sementara di Kabupaten Situbondo terdapat 21 unit rumah rusak berat, 11 rusak sedang, 16 rusak ringan, dan 1 unit tempat ibadah (masjid) mengalami kerusakan di bagian atap.
    Muhari mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai adanya korban jiwa, dan pemutakhiran data akan terus dilakukan.
    “Pemutakhiran data secara berkala akan terus dilakukan seiring dengan pendataan yang masih berjalan di lokasi,” ujarnya.
    Muhari menuturkan, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto segera memerintahkan Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB untuk memonitor dan mengambil tindakan cepat.
    Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, menurunkan Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat, Agus Riyanto, beserta jajaran menuju ke lokasi untuk memberikan pendampingan dan pendataan awal BPBD dan lintas sektor lainnya.
    Sebelumnya diberitakan, gempa berkekuatan Magnitudo 5,7 mengguncang Jawa Timur dan Bali pada Kamis (25/9/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.
    Gempa ini dapat dirasakan hingga Surabaya dan wilayah Bali selatan.
    Menurut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terletak di 40 km timur laut Banyuwangi, Jawa Timur, dengan kedalaman 12 km.
    Meski demikian, gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
    Guncangan gempa bumi dirasakan kuat selama 2 hingga 3 detik di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo.
    Sebagian besar warga pun panik dan berhamburan keluar rumah setelah merasakan guncangan yang datang secara tiba-tiba.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BNPB: Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo, Puluhan Rumah Rusak

    BNPB: Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo, Puluhan Rumah Rusak

    Jakarta (beritajatim.com) – Gempa bumi bermagnitudo 5,7 mengguncang Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pukul 16.04 WIB pada Kamis (25/9/2025). Data rekaman seismik mencatat, episentrum gempa berada berada di laut atau tepatnya berlokasi di 46 kilometer Timur Laut Banyuwangi dan 54 kilometer Tenggara Situbondo dengan kedalaman 12 kilometer.

    “Meski demikian, gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasiinal Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari.

    Dia memaparkan, guncangan gempa bumi dirasakan kuat selama 2 hingga 3 detik di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo. Sebagian besar warga pun panik dan berhamburan keluar rumah setelah merasakan guncangan yang datang secara tiba-tiba.

    Muhari menyebut, sesaat setelah guncangan mereda, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi dan BPBD Kabupaten Situbondo langsung turun menyisir ke sejumlah titik lokasi. Koordinasi antar BPBD dengan sejumlah lembaga di daerah hingga mencakup unsur per desa/kelurahan pun segera dilakukan melalui jejaring komunikasi, termasuk kepada BNPB) hingga saat ini.

    Dia menamabhakan, dari hasil kaji cepat sementara yang dihimpun per pukul 21.20 WIB, guncangan gempabumi telah menyebabkan 1 unit rumah dan 1 tempat ibadah di Kabupaten Banyuwangi mengalami rusak ringan sedangkan di Kabupaten Situbondo terdapat 21 unit rumah rusak berat, 11 rusak sedang, 16 rusak ringan dan 1 unit tempat ibadah (masjid) mengalami kerusakan di bagian atap.

    “Kendati demikian hingga siaran pers ini diterbitkan, belum ada laporan mengenai adanya korban jiwa. Pemutakhiran data secara berkala akan terus dilakukan seiring dengan pendataan yang masih berjalan di lokasi,” ujar Muhari. [hen/aje]

  • Strategi Pengentasan Kemiskinan Berhasil, Tahun Ini di Banyuwangi Turun Jadi 6,13%

    Strategi Pengentasan Kemiskinan Berhasil, Tahun Ini di Banyuwangi Turun Jadi 6,13%

    Banyuwangi (beritajatim.com)– Berbagai program penanganan kemiskinan yang dikawal Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani terus menunjukkan hasil positif. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka kemiskinan Banyuwangi tahun 2025 kembali mengalami penurunan, yakni menjadi 6,13 persen.

    Tercatat, empat tahun terakhir kemiskinan di Banyuwangi terus turun. Pada 2021 sebesar 8,07 persen, menjadi 7,51 persen (2022), 7,34 persen (2023), 6,54 persen (2024) dan 6,13 persen pada 2025 atau turun sebesar 0,41 persen.

    “Alhamdulillah, capaian kinerja ini adalah buah dari kolaborasi, dukungan dan doa seluruh masyarakat dan stakeholder di daerah,. Sinergis seluruh program yang dijalankan oleh banyak pihak,” kata Bupati Ipuk, Kamis (25/9/2025).

    Program yang digeber pemkab untuk mengurangi kemisikinan di Banyuwangi mulai dari program pemberian bantuan usaha lewat program UMKM Naik Kelas, akses pendidikan yang baik hingga pendidikan tinggi, hingga mendorong penguatan program kepariwisataan karena dampaknya yang multiplier.

    Ada tiga strategi Banyuwangi dalam mengurangi kemiskinan di daerah. Pertama, mengurangi beban pengeluaran warga miskin. “Salah satunya kami memastikan program bansos baik dari pusat maupun daerah terdistribusi dengan baik untuk membantu meringankan beban masyarakat. Di Banywuangi ada program Rantang Kasih dan Banyuwangi Berbagi,” terang Ipuk.

    Kedua, meningkatkan pendapatan warga miskin lewat berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi. Seperti program UMKM Naik Kelas, Warung Naik Kelas (WeNak) hingga fasilitasi ongkir gratis bagi UMKM.

    Ketiga strategi penanganan kemiskinan dilakukan dengan memutus transmisi kemiskinan melalui pendidikan dan peningkatan kapasitas pendidikan bagi warga. “Berbagai pelatihan untuk meningkatkan skill warga agar bisa mandiri menjalankan maupun meningkatkan usahanya,” katanya.

    Penurunan angka kemiskinan tersebut juga diiringi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 yang meningkat. Di triwulan 1, tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,50 persen dan triwulan dua meningkat jadi 5,85 persen. Capaian ini berada di atas angka provinsi maupun nasional.

    “Pemkab akan terus melanjutkan berbagai program pemberdayaan ekonomi dan penanganan kemiskinan yang dijalankan pemerintah. Terima kasih atas dukungan dan kolaborasi semua pihak,” ujar Ipuk.

    Sementara itu, Kepala BPS Banyuwangi Hermanto menambahkan ada sejumlah faktor yang menyumbang penurunan angka kemiskinan Banyuwangi. Di antaranya kemampuan daerah dalam menjaga inflasi atau daya beli masyarakat. Terjaganya tingkat inflasi Banyuwangi menurutnya berkat kebijakan daerah untuk menjaga inflasi serta kolaborasi berbagai pihak dalam menjaga ekonomi.

    “Kolaborasi berbagai pihak yang didukung oleh kebijakan pemerintah berhasil menjaga inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga. Inilah yang mencegah warga masuk dalam garis kemiskinan dan menjadikan warga miskin bisa memperbaiki taraf kehidupannya,” terangnya.

    Selain inflasi yang terjaga, kata Hermanto berbagai program daerah yang dijalankan oleh Pemkab Banyuwangi juga menjadi faktor kunci yang mendukung. “Pemkab Banyuwangi cukup konsisten dalam menjalankan program penanganan kemiskinan sehingga hasilnya bisa terukur,” pungkasnya. [alr/aje]

  • BMKG Sebut Gempabumi Banyuwangi dan Bali Tidak Berpotensi Tsunami

    BMKG Sebut Gempabumi Banyuwangi dan Bali Tidak Berpotensi Tsunami

    Surabaya (beritajatim.com) – Wilayah Jawa Timur (Banyuwangi sekitarnya) dan Bali diguncang oleh gempa tektonik dengan magnitude 5,7 pada Kamis, 25 September 2025, sekitar pukul 16.04 WIB. Namun, hasil analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperbarui magnitudo gempa tersebut menjadi M5,3.

    Gempa ini terjadi di koordinat 7,87° LS dan 114,45° BT, yang terletak di laut 40 km timur laut wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, dengan kedalaman 12 km.

    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, S.Si., M.Si., menjelaskan bahwa jenis gempabumi yang terjadi adalah gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Meskipun guncangan terasa cukup kuat di beberapa wilayah, pihak BMKG menegaskan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.

    Gempa ini dirasakan di berbagai daerah dengan intensitas yang berbeda. Di Banyuwangi dan Penebel, getaran dirasakan dengan skala intensitas IV MMI, yang berarti gempa terasa nyata dalam rumah, terutama pada siang hari.

    Di beberapa wilayah lain seperti Lumajang, Kuta, Denpasar, dan Buleleng, getaran terasa dengan intensitas III MMI, seolah-olah truk berlalu. Sedangkan di daerah seperti Jember, Bondowoso, Pasuruan, Surabaya, dan beberapa wilayah lainnya, getaran dirasakan lebih ringan dengan intensitas II-III MMI, yaitu getaran yang terasa seperti truk berlalu.

    Meskipun dampaknya terasa cukup luas, gempa ini tidak menyebabkan tsunami, berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan BMKG. Hingga pukul 16.40 WIB, BMKG mencatat sudah ada lima aktivitas gempabumi susulan dengan magnitudo terbesar M3,3.

    Rekomendasi dari BMKG

    BMKG menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diminta untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa dan memastikan bangunan rumah tetap aman untuk dihuni.

    Pemeriksaan terhadap struktur bangunan sangat penting untuk memastikan tidak ada kerusakan yang membahayakan kestabilan rumah.

    BMKG juga menegaskan agar masyarakat hanya mempercayai informasi resmi yang disebarkan melalui kanal komunikasi yang terverifikasi, seperti Instagram dan Twitter (@infoBMKG), website resmi BMKG (www.bmkg.go.id), serta aplikasi mobile BMKG (IOS dan Android). [suf]

  • BMKG Sebut Gempabumi Banyuwangi dan Bali Tidak Berpotensi Tsunami

    Gempabumi Magnitudo 5,7 Guncang Banyuwangi, Warga Berhamburan Keluar Rumah

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Kabupaten Banyuwangi diguncang gempabumi berkekuatan 5,7 magnitude, Kamis (25/9/2025). Gempa yang tercatat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini terjadi pada pukul 16.04 WIB, dengan pusat gempa terletak di laut, sekitar 46 kilometer timur laut Banyuwangi, pada kedalaman 12 kilometer.

    BMKG menyatakan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan bencana tsunami. Berdasarkan peta seismisitas BMKG, lokasi gempa berada di perairan dekat Taman Nasional Baluran, Situbondo. Meskipun tidak ada ancaman tsunami, getaran gempa yang cukup kuat membuat sebagian warga yang merasakannya merasa terkejut dan khawatir.

    Salah seorang warga Kelurahan Taman Baru, Anggara Cahya Kharisma, yang sedang bersantai saat kejadian, mengungkapkan pengalamannya. “Saya sedang bersantai, tiba-tiba kaca jendela bergetar. Awalnya saya pikir truk muatan besar sedang lewat. Namun ternyata guncangan gempa,” katanya.

    Anggara dan keluarganya segera keluar rumah untuk menghindari hal yang tidak diinginkan setelah getaran semakin kencang. “Karena getarannya semakin kencang, saya dan keluarga langsung berlari keluar rumah. Gempanya tidak lama, mungkin hanya beberapa detik. Namun terasa kencang,” tambahnya.

    Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Adel, seorang warga yang turut merasakan gempa tersebut. “Kejadiannya sebentar, cuma khawatir kalau ada susulan. Soalnya gempanya cukup keras,” ungkap Adel. Dia dan keluarganya berlarian keluar rumah bersama tetangga untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk.

    Meski guncangan tersebut tidak menyebabkan kerusakan berarti, perasaan cemas dan ketakutan akan adanya gempa susulan tetap terasa di kalangan masyarakat. BMKG menghimbau warga untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, sambil tetap waspada terhadap potensi gempa susulan. [les/suf]

  • Gempa 5,7 SR Guncang Banyuwangi, Getarannya Terasa Hingga Lumajang

    Gempa 5,7 SR Guncang Banyuwangi, Getarannya Terasa Hingga Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Gempa bumi berkekuatan 5,7 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Jawa Timur pada Kamis (25/9/2025) sore. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pusat gempa berada di koordinat 46 kilometer timur laut Banyuwangi sekitar pukul 16.04 WIB, dengan getaran yang turut dirasakan warga Kabupaten Lumajang.

    Sejumlah warga mengaku merasakan guncangan cukup jelas. Imam, warga Lumajang, menyebut efek gempa sempat membuatnya pusing dan melihat air di wadah ikut bergoyang.

    “Tadi terasa gempanya bikin pusing, agak goyang kan ya, ini air yang ada di ceret atas meja juga keliatan goyang,” ujarnya sesaat setelah gempa terjadi.

    Kepala Bidang Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, membenarkan adanya getaran gempa yang dirasakan masyarakat. Menurutnya, gempa terjadi saat Lumajang tengah diguyur hujan deras disertai angin.

    “Ini getaran gempanya memang terasa sampai Lumajang, ya semoga tidak ada dampaknya. Karena inikan hujan juga waktu gempa,” ungkapnya.

    Hingga berita ini ditulis, belum ada laporan resmi mengenai dampak kerusakan maupun korban akibat gempa yang terasa di wilayah Lumajang. BPBD masih melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan kondisi di lapangan. [has/beq]

  • Gempa Dangkal M5,7 Guncang Banyuwangi, Dirasakan Sampai Bali

    Gempa Dangkal M5,7 Guncang Banyuwangi, Dirasakan Sampai Bali

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa berkekuatan M5,7 mengguncang wilayah Jawa Timur, Kamis (24/9/2025), pukul 16:04:12 WIB.

    Menurut BMKG, pusat gempa ada di laut, tepatnya di 46 km timur laut Banyuwangi, di kedalaman 12 km. Tepatnya di 7,82 LS-114,47 BT.

    Gempa dirasakan dengan skala MMI IV di Banyuwangi, IV di Penebel, III di Lumajang
    III Kuta, III Denpasar, III Buleleng, II-III Jember, II-III Bondowoso, II Situbondo, II Pasuruan, II Surabaya, II Kuta Selatan, II Pamekasan, II Mataram, II Lombok Barat.

    “Gempa tidak berpotensi tsunami,” demikian pernyataan BMKG di situs resmi.

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 4 Ribu Ayam Mati Hangus saat Kandang di Banyuwangi Terbakar, Kerugian Rp500 Juta

    4 Ribu Ayam Mati Hangus saat Kandang di Banyuwangi Terbakar, Kerugian Rp500 Juta

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Kebakaran hebat menghanguskan satu bangunan kandang ayam,  di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/9/2025).

    Dari kejadian tersebut, sebanyak 4.000 ekor ayam mati terpanggang. Akibatnya, pemilik ternak harus menelan kerugian yang ditaksir hingga mencapai setengah miliar rupiah.

    Kepala Dinas Damkarmat Banyuwangi, Yoppy Bayu Irawan, Kamis (25/9/2025) menjelaskan, sang pemilik usaha ternak ayam Qomarudin (55) sempat lemas melihat usahanya ludes terbakar. Peristiwa itu bahkan diketahui langsung oleh sang pemilik pada sekitar pukul 04:07 WIB usai melaksanakan shalat shubuh di musholla.

    Lebih menyedihkan lagi, bahwa sejumlah ayamnya yang terpanggang dalam kobaran api itu adalah bibit ayam yang baru saja datang pada, Selasa (23/9/2025) lalu dan sedang dilakukan treatment berupa dimasukkan oven penghangat suhu.

    Apalagi, kandang ayam itu ternyata dijaga oleh Qomarudin hingga pukul 03.00 WIB saat peristiwa terjadi.

    “Ayamnya berjumlah 8500 ekor dan ayam yang mati terbakar sejumlah 4.000 ekor. Bersyukur ayam yang berhasil di selamatkan berisi 4500 ekor,” kata Yoppy.

    Dari hasil asessement sementara tim Damkarmat Banyuwangi mengaku, kebakaran diduga dari mesin oven atau pemanas yang overheat di salah satu kandang. Untuk diketahui, bahwasannya TKP kebakaran terdapat dua buah bangunan kandang ayam yang berjajar berdekatan.

    “Saat petugas datang satu kandang sudah terbakar habis dan sudah mulai merambat ke kandang sebelahnya. Tidak lama petugas dapat memutus dan memadamkan api di kandang yang akan terbakar,” jelas Yoppy.

    Yoppy menjelaskan, awalnya api sudah terlihat membakar bagian pojok kandang dan dengan cepat melalap atap. Tak tinggal diam, Qomarudin dibantu warga yang juga baru pulang dari Mushalla, memadamkan api dengan peralatan seadanya, seperti selang air, gayung, dan timba, mereka berjuang keras melawan kobaran api yang semakin membesar.

    “Setelah petugas Damkarmat datang, tak berselang lama api berhasil padam. Meskipun tidak menelan korban jiwa, namun total kerugian ditaksir mencapai Rp.500 Juta. Satu kandang ludes terbakar dan 4.000 ekor ayam mati terpanggang atas insiden kebakaran itu,” tandasnya. [ayu/but]

     

  • BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan 2025/2026 di Jawa Timur akan datang lebih awal pada Oktober 2025. Fenomena ini mencakup 49 zona musim (ZOM) dari total 74 ZOM yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jatim.

    “Musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur diprediksi datang lebih awal atau maju dibandingkan normalnya meliputi 70 ZOM. Dengan awal musim hujan di bulan Oktober sebanyak 49 ZOM,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Anung, sifat hujan pada periode ini sebagian besar diperkirakan normal, meliputi 54 ZOM atau sekitar 73 persen wilayah. Curah hujan musim hujan diprediksi berkisar antara 1001–1500 mm di 21 ZOM dan 1501–2000 mm di 25 ZOM. Adapun puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2026 dengan cakupan 40 ZOM atau 54 persen wilayah Jawa Timur.

    BMKG mengingatkan pemerintah daerah, kota, hingga institusi terkait agar menyesuaikan program sektor pertanian dengan jadwal musim hujan yang lebih maju. Selain itu, langkah antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem di masa peralihan hingga bencana hidrometeorologi juga perlu disiapkan.

    “Antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi akibat dari cuaca ekstrem selama memasuki peralihan musim atau sepanjang musim hujan 2025/2026,” tegas Anung.

    Berikut rincian awal musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur dari total 74 ZOM:

    September – 8 ZOM (10,9%) Dasarian I–III

    Banyuwangi: Genteng, Glenmore, Kalibaru, Sempu
    Blitar: Binangun, Gandusari, Kesamben, Selopuro, Wates
    Kediri: Mojo, Semen
    Kota Batu: Batu, Bumiaji, Junrejo
    Lumajang: Candipuro, Pasirian, Pasrujambe, Senduro
    Malang: Bantur, Dampit, Donomulyo, Gedangan, Kalipare, Karangploso, Ngantang, Pagak, Pujon, Sumbermanjing, Tirtoyudo
    Ponorogo: Pudak, Pulung, Sooko
    Sumenep: Masalembu
    Trenggalek: Bendungan
    Tulungagung: Pagerwojo, Sendang

    Oktober – 49 ZOM (66,2%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Bangkalan, Blega, Burneh, Galis, Kamal, Konang, Kwanyar, Labang, Modung, Socah, Tanah Merah, Tragah
    Banyuwangi: Bangorejo, Banyuwangi, Blimbingsari, Cluring, Gambiran, Giri, Glagah, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Rogojampi, Siliragung, Singojuruh, Srono, Tegaldimo, Tegalsari
    Blitar: Bakung, Doko, Garum, Kademangan, Kanigoro, Kesamben, Nglegok, Panggungrejo, Ponggok, Sanankulon, Selorejo, Srengat, Sutojayan, Talun, Udanawu, Wlingi, Wonodadi, Wonotirto
    Bojonegoro: Balen, Baureno, Bojonegoro, Bubulan, Dander, Gayam, Gondang, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kedewan, Kedungadem, Kepohbaru, Malo, Margomulyo, Ngambon, Ngasem, Ngraho, Padangan, Purwosari, Sekar, Sugihwaras, Sukosewu, Sumberrejo, Tambakrejo, Temayang, Trucuk
    Bondowoso: Binakal, Bondowoso, Botolinggo, Cerme, Curahdami, Grujugan, Jambesari, Klabang, Maesan, Pakem, Prajekan, Pujer, Sukosari, Sumberwringin, Taman Krocok, Tamanan, Tapen, Tegalampel, Tenggarang, Tlogosari, Wonosari, Wringin
    Gresik: Bungah, Duduksampeyan, Dukun, Gresik, Manyar, Panceng, Sangkapura, Sidayu, Tambak, Ujungpangkah
    Jember: Ajung, Ambulu, Arjasa, Balung, Bangsalsari, Gumukmas, Jelbuk, Jenggawah, Jombang, Kalisat, Kaliwates, Kencong, Ledokombo, Mayang, Mumbulsari, Pakusari, Panti, Patrang, Puger, Rambipuji, Semboro, Silo, Sukorambi, Sukowono, Sumberbaru, Sumberjambe, Sumbersari, Tanggul, Tempurejo, Umbulsari, Wuluhan
    Jombang: Bandarkedungmulyo, Bareng, Diwek, Gudo, Jogoroto, Jombang, Kabuh, Kesamben, Kudu, Megaluh, Mojoagung, Mojowarno, Tembelang, Wonosalam, Ngoro, Ngusikan, Perak, Peterongan, Plandaan, Ploso, Sumobito
    Kediri: Badas, Banyakan, Gampengrejo, Grogol, Gurah, Kandangan, Kandat, Kayen, Kepung, Kras, Kunjang, Ngadiluwih, Ngancar, Ngasem, Pagu, Papar, Pare, Plemahan, Plosoklaten, Puncu, Purwoasri, Ringinrejo, Tarokan, Wates
    Kota Blitar: Kepanjenkidul, Sananwetan, Sukorejo
    Kota Kediri: Kota, Mojoroto, Pesantren
    Kota Madiun: Kartoharjo, Manguharjo, Taman
    Kota Malang: Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, Sukun
    Kota Mojokerto: Prajuritkulon
    Lamongan: Babat, Bluluk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung, Turi
    Lumajang: Gucialit, Jatiroto, Kedungjajang, Klakah, Kunir, Lumajang, Padang, Randuagung, Ranuyoso, Rowokangkung, Sukodono, Sumbersuko, Tekung, Tempeh, Yosowilangun
    Madiun: Balerejo, Kebonsari, Madiun, Mejayan, Pilangkenceng, Saradan, Sawahan, Wonoasri, Wungu, Dagangan, Dolopo, Geger, Gemarang, Jiwan, Kare
    Magetan: Barat, Bendo, Karangrejo, Karas, Kartoharjo, Kawedanan, Lembeyan, Magetan, Maospati, Ngariboyo, Nguntoronadi, Panekan, Parang, Plaosan, Poncol, Sidorejo, Sukomoro, Takeran
    Malang: Bululawang, Dau, Gondanglegi, Jabung, Kasembon, Kepanjen, Kromengan, Lawang, Ngajum, Pagelaran, Poncokusumo, Pakis, Pakisaji, Singosari, Sumberpucung, Tajinan, Tumpang, Turen, Wagir, Wajak, Wonosari
    Mojokerto: Gedeg, Gondang, Jatirejo, Kemlagi, Pacet, Sooko, Trawas, Trowulan
    Nganjuk: Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk, Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro, Tanjunganom, Wilangan
    Ngawi: Bringin, Geneng, Gerih, Jogorogo, Karanganyar, Karangjati, Kasreman, Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan, Ngawi, Ngrambe, Padas, Pangkur, Paron, Pitu, Sine, Widodaren
    Pacitan: Arjosari, Bandar, Donorojo, Kebonagung, Nawangan, Ngadirojo, Pacitan, Pringkuku, Punung, Sudimoro, Tegalombo, Tulakan
    Pamekasan: Batumarmar, Galis, Kadur, Larangan, Pademawu, Pakong, Palenggaan, Pamekasan, Pasean, Pegantenan, Proppo, Tlanakan, Waru
    Pasuruan: Gempol, Kejayan, Lumbang, Pasrepan, Prigen, Purodadi, Purwosari, Puspo, Tosari, Tutur
    Ponorogo: Babadan, Badegan, Balong, Bungkal, Jambon, Jenangan, Jetis, Kauman, Mlarak, Ngebel, Ngrayun, Ponorogo, Sambit, Sampung, Sawoo, Siman, Slahung, Sukorejo
    Probolinggo: Bantaran, Banyuanyar, Gading, Krucil, Kuripan, Leces, Lumbang, Maron, Sukapura, Sumber, Tegalsiwalan, Tiris, Wonomerto
    Sampang: Cemplong, Jrengik, Karangpenang, Kedungdung, Omben, Pangarengan, Robatal, Sampang, Sokobanah, Sreseh, Tambelangan, Torjun
    Situbondo: Arjasa, Sumbermalang
    Sumenep: Ambunten, Batuputih, Bluto, Dasuk, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, Pasongsongan, Pragaan, Rubar
    Trenggalek: Dongko, Durenan, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Panggul, Pogalan, Pule, Suruh, Trenggalek, Tugu, Watulimo
    Tuban: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Tuban, Widang
    Tulungagung: Pucanglaban, Rejotangan, Sumbergempol, Tanggunggunung, Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pakel

    November – 14 ZOM (18,8%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Arosbaya, Geger, Klampis, Kokop, Sepulu, Tanjung
    Banyuwangi: Kalipuro, Wongsorejo
    Gresik: Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Driyorejo, Kebomas, Kedamean, Menganti, Wringinanom
    Kota Mojokerto: Kranggan, Magersari
    Kota Pasuruan: Bugul Kidul, Gadingrejo, Panggungrejo, Purworejo
    Kota Probolinggo: Kademangan, Kanigaran, Kedopok, Mayangan, Wonoasih
    Kota Surabaya: Asem Rowo, Benowo, Bubutan, Bulak, Dukuh Pakis, Gayungan, Genteng, Gubeng, Gunung Anyar, Jambangan, Karangpilang, Kenjeran, Krembangan, Lakarsantri, Mulyorejo, Pabean, Pakal, Rungkut, Sambikerep, Sawahan, Semampir, Simokerto, Sukolilo, Tegalsari, Tenggilis, Wiyung, Wonocolo, Wonokromo, Sukomanunggal, Tambaksari, Tandes
    Mojokerto: Bangsal, Dawarblandong, Dlanggu, Jetis, Kutorejo, Mojoanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging, Puri
    Pasuruan: Bangil, Beji, Gempol, Gondangwetan, Grati, Kraton, Lekok, Nguling, Pandaan, Pohjentrek, Rejoso, Rembang, Sukorejo, Winongan, Wonorejo
    Probolinggo: Besuk, Dringu, Gending, Kotaanyar, Kraksaan, Krejengan, Paiton, Pajarakan, Pakuniran, Sumberasih, Tongas
    Sampang: Banyuates, Ketapang
    Situbondo: Asembagus, Banyuglugur, Banyuputih, Besuki, Jangkar, Jatibanteng, Mlandingan, Subon
    Sidoarjo: Balongbendo, Buduran, Candi, Gedangan, Jabon, Krembung, Krian, Porong, Prambon, Sedati, Sidoarjo, Sukodono, Taman, Tanggulangin, Tarik, Tulangan, Waru, Wonoayu
    Sumenep: Kalianget, Kangayan, Kota Sumenep, Manding, Nonggunon, Ra’as, Sapeken, Saronggi, Talango, Arjasa, Batang, Batuan, Dungkek, Gapura, Gayam, Giliginting

    Desember – 1 ZOM (1,4%) Dasarian I

    Situbondo: Bungatan, Kapongan, Kendit, Mangaran, Panarukan, Panji, Situbondo
    Musim Hujan Sepanjang 2025 – 2 ZOM (2,7%)
    Banyuwangi: Licin, Songgon
    Bondowoso: Sempol
    Lumajang: Pronojiwo, Tempursari
    Malang: Ampelgading

    [rma/beq]