kab/kota: Banyumas

  • Pemkab Banyumas hapus denda PBB P2 tahun 1994-2024 dalam rangka HUT RI

    Pemkab Banyumas hapus denda PBB P2 tahun 1994-2024 dalam rangka HUT RI

    dilakukan berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas Nomor 299 Tahun 2025 Tanggal 30 Juni 2025

    Purwokerto (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menghapus sanksi administrasi berupa denda Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) tahun 1994-2024 dalam rangka optimalisasi pendapatan asli daerah serta memperingati Hari Ulang Tahun Ke-80 Republik Indonesia.

    “Penghapusan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda PBB P2 yang terutang tahun 1994-2024 itu dilakukan berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas Nomor 299 Tahun 2025 Tanggal 30 Juni 2025 tentang Penghapusan Sanksi Adminisrasi Berupa Bunga dan/atau Denda Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang Terhutang Tahun 1994 Sampai Dengan Tahun 2024,” kata Pelaksana tugas Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Banyumas Eko Prijanto di Purwokerto, Banyumas, Selasa.

    Ia mengatakan penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam keputusan tersebut dilakukan melalui penyesuaian pada aplikasi sistem pembayaran mulai tanggal 1 Juli hingga 30 September 2025.

    Menurut dia, penghapusan sanksi administrasi tersebut juga sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Ayat (4) huruf a Peraturan Bupati Banyumas Nomor 10 Tahun 2024 tentang Keringanan, Pengurangan, Pembebasan dan Penundaan Pembayaran Atas Pokok Pajak dan/atau Sanksi Pajak dan Retribusi.

    Dalam hal ini, keringanan, pengurangan, pembebasan dan penundaan pembayaran atas pokok pajak dan/atau sanksi pajak dan retribusi dapat dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan tertentu yang diberikan oleh Bupati Banyumas.

    “Kami harapkan wajib pajak menggunakan kesempatan tersebut untuk dapat membayar PBB P2-nya. Wajib pajak dapat mengecek tagihan PBB-P2 nya melalui laman https://elingpbb.banyumaskab.go.id/ dan membayar PBB-P2 melalui Bank Jateng, Kantor Pos, OVO, Alfamart, Indomart, QRIS, Gopay, Shoppee, dan Tokopedia,” kata Eko.

    Berdasarkan data, jumlah wajib PBB P2 di Kabupaten Banyumas pada tahun 2025 sebanyak 1.140.000 orang atau terdapat kenaikan sebanyak 10.000 wajib pajak dari tahun 2024 yang sebanyak 1.130.000 orang. Peningkatan wajib PBB tersebut berarti ada properti yang kepemilikannya dipecah.

    Dengan adanya kenaikan jumlah wajib pajak tersebut, ketetapan PBB P2 naik dari Rp79 miliar pada tahun 2024 menjadi Rp83 miliar pada tahun 2025.

    Pewarta: Sumarwoto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Eks-Kapolres Ngada Didakwa Bayar Restitusi 3 Korban Kekerasan Seksual Rp359 Juta

    Eks-Kapolres Ngada Didakwa Bayar Restitusi 3 Korban Kekerasan Seksual Rp359 Juta

    Liputan6.com, Kupang – Mantan Kapolres Ngada, AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmadja, SIK alias Fajar alias menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Kupang Senin, 30 Juni 2025.

    Selain Fajar, tersangka Stefani Heidi Doko Rehi alias Fani juga menjalani sidang perdana. Keduanya turun dari mobil bersama-sama dikawal oleh anggota kepolisian.

    Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), terdakwa didakwa melakukan tindak pidana kekerasan seksual terhadap tiga anak perempuan di bawah umur, termasuk anak usia 6 tahun.

    Selain dakwaan pidana penjara, ia juga didakwa mengganti kerugian yang dialami korban. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menetapkan total restitusi sebesar Rp359.162.000 kepada para korban.

    Restitusi diberikan sebagai bentuk ganti kerugian atas penderitaan fisik dan psikologis, kehilangan penghasilan keluarga korban, serta biaya lain selama proses hukum.

    Korban 6 Tahun

    Berdasarkan Keputusan LPSK Nomor A.0234.R/KEP/SMP-LPSK/VI TAHUN 2025, korban IBS mengajukan permohonan restitusi senilai Rp34.645.000, dengan rincian:

    – Transportasi selama proses hukum: Rp500.000

    -Konsumsi selama proses hukum: Rp525.000

    -Kehilangan penghasilan orang tua: Rp6.520.000

    -Ganti rugi atas penderitaan korban: Rp27.100.000

    Korban MAN (16 Tahun)

    Korban kedua, MAN, mengajukan restitusi senilai Rp159.416.000, dengan rincian:

    – Transportasi: Rp895.000Konsumsi: Rp845.000

    – Pengeluaran lain: Rp215.000

    – Kehilangan penghasilan orang tua: Rp12.000.000

    -G anti rugi penderitaan korban: Rp145.451.000

    – Biaya perawatan medis: Rp10.000

    Korban WAF (13 Tahun)

    Korban ketiga, WAF, juga menerima penilaian restitusi dari LPSK sebesar Rp165.101.000, yang mencakup ganti rugi penderitaan dan biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan tindak pidana yang dialami.

     

    Geger Celeng Masuk Rumah dan Acak-Acak Barang di Banjarsari Sumbang Banyumas

  • Pakar hukum Unsoed harapkan Polri benar-benar hadir untuk masyarakat

    Pakar hukum Unsoed harapkan Polri benar-benar hadir untuk masyarakat

    Purwokerto (ANTARA) – Pakar hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Hibnu Nugroho mengharapkan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) benar-benar hadir untuk masyarakat sesuai tema yang diusung dalam Hari Bhayangkara Ke-79, yakni “Polisi untuk Masyarakat”.

    “Saya kira harus seperti itu (polisi untuk masyarakat, red.),” kata Guru Besar Fakultas Hukum Unsoed itu di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.

    Dalam hal ini, kata dia, semangat Hari Bhayangkara adalah memberi perlindungan, ketertiban, ketenteraman, dan keteladanan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

    Menurut dia, hal itu menjadi patokan yang luar biasa dalam peringatan Hari Bhayangkara Ke-79 yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2025.

    “Kuncinya adalah memberikan perlindungan, ketenteraman, dan penegakan hukum bagi seluruh masyarakat Indonesia,” katanya menegaskan.

    Ia mengakui berdasarkan pengamatan selama satu tahun terakhir, kinerja Polri tergolong cukup bagus khususnya dalam kaitannya dengan memberi perlindungan dan ketertiban.

    Akan tetapi dalam hal penegakan hukum, kata dia, tampaknya Polri masih harus memacunya dengan lebih maksimal lagi.

    “Fungsinya ‘kan ada perlindungan, ketenteraman, dan penegakan hukum. Nah, konteks penegakan hukum masih perlu dipacu,” katanya.

    Ia mengatakan hal itu harus dilakukan oleh Polri karena tindak kejahatan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir makin canggih.

    Selain itu, kata dia, dalam satu tahun terakhir banyak terjadi permasalahan hukum yang melibatkan oknum polisi di sejumlah daerah.

    Oleh karena itu, lanjut dia, hal tersebut juga harus menjadi bagian dari evaluasi internal Polri sebagai bentuk keteladanan.

    “Keteladanan itu, baik keteladanan internal maupun keteladanan eksternal, sehingga oknum-oknum itu sesuatu yang harus dibersihkan karena tidak memberikan suatu keteladanan,” katanya.

    Ia mengatakan keteladanan tersebut bisa berupa keteladanan berpikir, keteladanan bersikap, maupun keteladanan bertugas dalam melayani masyarakat.

    Dengan demikian, kata dia, Polri tidak boleh tebang pilih dalam melakukan penegakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau permasalahan hukum.

    “Jangan sampai membersihkan orang lain, tapi di dalamnya masih belum bersih. Itu yang harus kita ingatkan,” kata Prof Hibnu.

    Pewarta: Sumarwoto
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Banjir Landa 290 KK, Pemkot Tangerang Siapkan Tanggul dan 1.000 Nasi Bungkus – Page 3

    Banjir Landa 290 KK, Pemkot Tangerang Siapkan Tanggul dan 1.000 Nasi Bungkus – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Hujan deras yang melanda kawasan Tangerang, membuat permukiman padat penduduk di RW 16, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, terendam banjir pada Sabtu malam, 28 Juni 2025.

    “Pada tadi malam memang ada 290 kepala keluarga yang terdampak banjir. Kami fokus evakuasi lansia dan warga yang sakit. Sisanya memilih bertahan di rumah,” ungkap Camat Cibodas, Buceu, Minggu (29/6/2025).

    Meski begitu, sejumlah bantuan sudah didistribusikan dari Dinas Sosial (Dinsos), berupa bantuan makanan dan lainnya ke posko pengungsian di wilayah terdampak.

    Kepala Dinsos Kota Tangerang, Mulyani, mengatakan sebanyak 1.000 nasi bungkus, 200 boks makanan siap saji, 10 dus mi instan, 20 dus air mineral dan lima kasur lipat telah disalurkan ke RW 16 dan RW 08, Kelurahan Uwung Jaya, Kecamatan Cibodas.

    Bantuan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga yang terpaksa mengungsi akibat banjir. Buceu menyatakan bantuan ini merupakan bentuk kehadiran pemerintah dalam situasi darurat yang dialami masyarakat.

    “Kami juga menyiagakan dapur umum jika nanti dibutuhkan. Tapi dipastikan, kebutuhan permakanan pengungsi akan disiapkan dan dijamin terpenuhi selama banjir menggenang pemukiman warga,” katanya.

    Sementara itu, penanganan lanjutan untuk mencegah meluasnya banjir akibat tanggul jebol di Kelurahan Uwung Jaya, Cibodas, juga dilakukan. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tangerang telah membangun kisdam (kantong berisi pasir atau tanah) di bantaran tanggul Kali Sabi, Cibodas.

    Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan, Dinas PUPR Kota Tangerang, Iwan Nursyamsu, menuturkan pihaknya memastikan pembangunan kisdam merupakah salah satu langkah penanganan darurat untuk menjamin kemananan masyarakat sekitar.

    Tercatat, Dinas PUPR Kota Tangerang telah menyiapkan 400 karung kisdam pada penanganan darurat sementara waktu ini.

    “Kami langsung memberikan penanganan responsif untuk memastikan jebolnya tanggul akibat curah hujan deras mala mini di Uwung Jaya dan sekitarnya tidak semakin meluas. Ada 400-an karung kisdam yang sudah dalam proses penanganan di lapangan,” ujar Iwan.

     

     

    Aneh tapi Nyata, Pegunungan Sumbang Banyumas di Kaki Gunung Slamet Banjir Bandang

  • Mengenal Tari Lengger: Asal Mula dan Filosofinya

    Mengenal Tari Lengger: Asal Mula dan Filosofinya

    YOGYAKARTA – Masyarakat mengenal tari lengger sebagai kesenian rakyat yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah. Namun perlu diketahui bahwa tiap daerah di Jawa Tengah punya kesenian lengger dengan versinya masing-masing. Hal itu bisa terjadi karena kesenian tersebut tersebar lewat seniman yang melakukan pertunjukan keliling. Untuk memahami sejarah dan filosofinya, simak penjelasan berikut ini.

    Mengenal Tari Lengger

    Dalam penelitian yang berjudul Lengger Banyumas Sebagai Seni Pertunjukan Tradisi: Perekat Sosial Masyarakat dan Pemertahanan Ekologi Lingkungan, dijelaskan bahwa lengger berasal dari Banyumas dan sekitarnya termasuk Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, sebagian Kebumen, dan Brebes.

    Tari lengger Banyumas berkaitan dengan ritual penghormatan masyarakat terhadap Dewi Kesuburan, Dewi Pertanian, atau Dewi Padi yakni Dewi Sri. Lengger Banyumas diselenggarakan oleh para petani dengan alat musik pengiring, kostum, serta lirik tembang yang sederhana.

    Sejarah Tari Lengger

    Perlu diketahui bahwa lengger Banyumas berbeda dengan kesenian lengger dari Jawa Timur seperti Probolinggo. Perbedaan tersebut wajar terjading mengingat kesenian tersebut disebarkan oleh seniman yang menggelar pementasan keliling di masa lampau.

    Berdasarkan sejarahnya, tari lengger ada sejak era Kerajaan Jenggala dan Kediri. Konon terdapat pangeran bernama Panji yang mencari Dewi Sekartaji dengan menyamar sebagai Lengger Topeng berpakaian wanita.

    Meski bermula dari pencarian cinta, tari lengger mengalami asimilasi budaya Islam. Terlebih saat Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran agama Islam. Tari lengger kemudian dipercaya berasal dari dua kata yakni elinga yang artinya ingatlah, dan Ngger yakni panggilan untuk anak laki-laki. Dengan demikian makna filosofi tari lengger adalah hendaknya seorang laki-laki terus mengingat Tuhan sehingga dapat terus berbuat baik.

    Selain mengenal tari lengger, Anda bisa mendapatkan informasi tradisi Nusantara lain di VOI.id.

  • Menjaga Harmoni dengan Alam, Gunungkidul Rayakan 1 Suro di Laut

    Menjaga Harmoni dengan Alam, Gunungkidul Rayakan 1 Suro di Laut

    Liputan6.com, Gunungkidul – Di pesisir selatan Gunungkidul, Tahun Baru Hijriah disambut bukan dengan pesta atau kemeriahan, melainkan dengan kesunyian yang penuh makna. Dalam tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun, masyarakat memperingati 1 Suro yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijryah melalui ritual sakral bernama Labuhan Laut.

    Labuhan laut bukan sekadar upacara adat. Ia adalah ekspresi spiritual, budaya, dan penghormatan terhadap alam. Di sepanjang pantai selatan, dari Ngrenehan hingga Sadeng, warga berduyun-duyun menuju laut. Mereka membawa sesaji berupa hasil bumi, bunga, dan simbol-simbol harapan, untuk dilarung ke tengah samudra dalam suasana khusyuk dan syahdu.

    Puncak perayaan terlihat di Pantai Baron, Sabtu (6/7), di mana ratusan warga berkumpul mengikuti prosesi larungan yang dipimpin langsung oleh Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih. Dalam balutan busana adat, ia secara simbolis melarungkan sesaji sebagai ungkapan syukur, permohonan keselamatan, serta penghormatan kepada laut yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat.

    “Labuhan ini bukan hanya upacara budaya. Ini adalah napas spiritual masyarakat pesisir. Mereka sadar bahwa laut adalah sumber hidup, dan mereka tahu caranya menghormati alam,” ujar Endah.

    Menurutnya, Tahun Baru Hijriah di Gunungkidul tak sekadar momentum perayaan, melainkan waktu perenungan. Tentang hubungan manusia dengan alam, tentang asal muasal rezeki, dan batas antara mengambil dan memberi.

    Tradisi Labuhan Laut, kata Endah, berakar dari kearifan para leluhur. Di masa lampau, para nelayan tak pernah melaut tanpa “permisi” secara batin. Jika laut memberi hasil melimpah, mereka akan mengembalikannya dalam bentuk sesaji. Ini bukan karena takut pada kekuatan gaib, tetapi karena kesadaran bahwa alam mesti dijaga keseimbangannya.

    “Ini bukan soal takut, tapi soal tahu diri. Kita hidup dari laut, ya kita harus ingat, jangan cuma ambil, tapi juga memberi,” tambah Endah.

     

    Update Operasi SAR Hari 3 Penambang Terjebak di Sumur Tambang Emas di Banyumas

  • Intip, Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Batam Hari Ini

    Intip, Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Batam Hari Ini

    Liputan6.com, Bandung – Cuaca memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan termasuk sektor industri. Banyak kegiatan industri, terutama yang berkaitan dengan logistik dan transportasi sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.

    Selain itu, cuaca menjadi faktor utama dalam menjaga kelancaran operasional khususnya untuk distribusi barang dan pengiriman. Kemudian dalam dunia industri yang menuntut kecepatan dan efisiensi gangguan cuaca dapat memberikan dampak langsung.

    Oleh karena itu, informasi prakiraan cuaca menjadi hal yang vital untuk membantu pihak industri mengantisipasi berbagai potensi risiko. Selain itu, mengetahui prediksi cuaca perusahaan dapat menyesuaikan jadwal operasional.

    Hal ini tidak hanya berlaku bagi sektor manufaktur tetapi juga sangat penting bagi sektor pertanian dan perkebunan yang bergantung pada kondisi iklim untuk menentukan waktu tanam dan panen.

    Di Indonesia, banyak kawasan industri yang memerlukan informasi cuaca secara rutin salah satunya adalah Kota Batam. Letaknya yang strategis sebagai jalur pelayaran internasional menjadikan Batam sangat bergantung pada kondisi cuaca.

    Berdasarkan informasi dari BMKG, cuaca di Kota Batam pada hari Minggu, 29 Juni 2025 diperkirakan cerah. Contohnya di wilayah Kecamatan Batam Kota, suhu udara berada dalam kisaran 25 hingga 32 derajat Celcius dengan kelembapan antara 61 hingga 94 persen.

     

    8 Orang Terjebak di Dalam Lubang Tambang Emas di Banyumas

  • Prakiraan Cuaca di Provinsi Bali Hari Ini, 29 Juni 2025

    Prakiraan Cuaca di Provinsi Bali Hari Ini, 29 Juni 2025

    Liputan6.com, Bandung – Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal sebagai destinasi wisata unggulan tidak hanya bagi wisatawan domestik tetapi juga internasional. Keindahan alamnya yang beragam menjadi daya tarik utama.

    Mulai dari pantai berpasir putih seperti Kuta dan Nusa Dua hingga kawasan pegunungan sejuk seperti Kintamani dan Danau Batur yang memikat hati banyak pelancong. Para wisatawan seringkali datang ke Bali untuk menikmati berbagai kegiatan luar ruangan.

    Kegiatan seperti berselancar di laut, menyelam, menjelajahi alam, hingga sekadar menikmati suasana santai di tengah pemandangan alam menjadi kegiatan yang rutin dilakukan di pulau ini.

    Namun tentunya aktivitas-aktivitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca harian. Agar pengalaman berwisata tetap optimal dan bebas gangguan, sangat penting bagi wisatawan untuk mengetahui prakiraan cuaca sebelum melakukan aktivitas di alam terbuka.

    Terlebih lagi, saat musim hujan tiba curah hujan dapat menghambat berbagai rencana kegiatan luar ruangan yang telah disusun sebelumnya. Itulah sebabnya, wisatawan sangat disarankan untuk selalu memperhatikan informasi prakiraan cuaca.

    Di Indonesia, informasi cuaca secara resmi dapat diakses melalui BMKG maupun aplikasi prakiraan cuaca yang terpercaya. Dengan bantuan informasi ini, pengunjung dapat menghindari risiko yang mungkin muncul akibat kondisi cuaca ekstrem.

    Melansir dari situs resminya, pada hari Minggu, 29 Juni 2025 wilayah Bali diprediksi mengalami hujan ringan di beberapa daerah. Oleh karena itu, para wisatawan diharapkan tetap waspada dan menyiapkan perlengkapan seperti jas hujan atau payung.

     

    Penyebab Tim SAR Gabungan Kesulitan Evakuasi 8 Pekerja Terjebak di Lubang Tambang Emas di Banyumas

  • Bubur Suran dan Jejak Nabi Nuh, Tradisi 1 Suro yang Tetap Hidup di Pekalongan

    Bubur Suran dan Jejak Nabi Nuh, Tradisi 1 Suro yang Tetap Hidup di Pekalongan

    Liputan6.com, Pekalongan – Asap mengepul dari dapur salah satu rumah di Gang 4, Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Pekalongan, Jawa Tengah. Lalita Suryani tampak sibuk mengaduk satu panci besar berisi bubur dengan aroma santan dan kunyit yang harum. Di tangannya, tradisi in bernama Bubur Suran, bahkan setiap tahun keluarga Lalita selalu membuat sajian ini sebagai wujud syukur dan doa khusus bagi dirinya yang lahir di bulan Suro.

    “Ini untuk saya dan adik saya, dulu setiap tahun selalu dibuatkan oleh ibu saya. Sudah turun-temurun. Kami percaya ini bukan cuma makanan, tapi doa keselamatan,” kata Lalita.

    Bubur Suran yang disajikan melambangkan kesucian dan ketulusan, sementara warna kuning dimasak dengan santan dan air kunyit, melambangkan harapan akan keselamatan, kemuliaan, dan keberkahan hidup.

    Di atasnya, bubur ditaburi urap sayur, sambal goreng tempe, telur rebus, tahu bacem, dan kerupuk. Dalam beberapa keluarga, lauk pelengkap bisa berbeda, tapi makna utamanya tetap menyatukan doa dan kebersamaan.

    Lalita menambahkan bahwa setelah semua selesai disiapkan, bubur tidak hanya disantap sendiri. Sebagian dibagikan kepada tetangga dan kerabat. “Itu yang paling penting, biar sama-sama mendoakan, dan mempererat hubungan di awal tahun,” ucapnya.

    Di dalam rumah, sang ibu, Triniatun, duduk sambil menyiapkan urap sayur dan kerupuk pelengkap. Ia yang selama ini menjaga tradisi ini di keluarganya, menjelaskan makna dan sejarah panjang di balik semangkuk bubur tersebut.

    “Ini adalah tradisi. Dulu, katanya dari kisah Nabi Nuh,” ujar Triniatun.

    Ia menceritakan kisah awal mula Bubur Suran menjadi tradisi, bahwa setelah selamat dari banjir besar, Nabi Nuh AS memerintahkan para pengikutnya untuk mengumpulkan sisa perbekalan di kapal, lalu memasaknya menjadi bubur.

    “Itu tanda rasa syukur karena sudah diselamatkan Allah dari banjir bah yang terjadi kala itu,” jelasnya.

    Kisah itu, Triniatun menyebut, terus hidup dan menyebar hingga sampai ke tanah Jawa dan beradaptasi dengan masyarakat. Bubur Suran menjadi bagian dari ritual menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro yang juga bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam.

    Lebih lanjut, Saat Sultan Agung memadukan penanggalan Jawa dengan Hijriyah, bubur ini bahkan dijadikan bagian dari upacara adat resmi di lingkungan Kerajaan Mataram. Kalau zaman dulu, di kampung ini semua orang bikin bubur Suro sebagai adat tradisi.

    “Bukan cuma untuk keluarga yang lahir bulan Suro, tapi juga buat sedekah, tolak bala,” jelas Triniatun.

    Bagi Triniatun dan keluarga, menjaga tradisi ini adalah bentuk menjaga identitas dan spiritualitas. Ia berharap generasi muda Pekalongan dan Jawa pada umumnya tidak hanya melihat Bubur Suran sebagai makanan tradisional semata, tetapi juga sebagai warisan penuh makna yang patut dirawat.

    “Anak muda sekarang harus tahu, tradisi seperti ini bukan cuma soal budaya, tapi juga tentang rasa syukur dan doa yang sederhana tapi dalam,” Pungkas Triniatun.

     

    Perjuangan Tim SAR Gabungan Sedot Air dari Sumur Tambang Emas yang Jebak 8 Pekerja di Banyumas

  • Desa di Jateng Pilih Energi Terbarukan, Tak Lagi Bergantung pada PLN
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 Juni 2025

    Desa di Jateng Pilih Energi Terbarukan, Tak Lagi Bergantung pada PLN Regional 28 Juni 2025

    Desa di Jateng Pilih Energi Terbarukan, Tak Lagi Bergantung pada PLN
    Tim Redaksi

    SEMARANG, KOMPAS.com – Lebih dari 2.000 desa di Jawa Tengah telah menunjukkan inisiatif yang signifikan dalam memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan potensi masing-masing daerah.
    Mereka telah mengimplementasikan berbagai sumber energi, seperti energi surya, biogas dari limbah peternakan, serta gas alam yang berfungsi untuk mengurangi ketergantungan pada LPG.
    Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) aktif mendorong transisi energi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
    Salah satu langkah yang diambil adalah pengembangan EBT berbasis kearifan lokal dan partisipasi masyarakat.
    Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko, menekankan pentingnya mendorong
    kemandirian energi
    di seluruh desa.
    Mereka berkomitmen untuk menjadikan
    desa mandiri energi
    (DME).
    Desa Mandiri Energi adalah program dari Kementerian ESDM, yang meskipun tidak terlalu populer dalam eksekusinya, tetap menjadi fokus di Jawa Tengah.
    Sujarwanto menjelaskan bahwa Jawa Tengah berupaya untuk memastikan semua 7.810 desa mampu memanfaatkan potensi energi yang ada di wilayah mereka.
    Program ini memberikan apresiasi kepada desa-desa yang telah berhasil mengembangkan potensi EBT.
    Pengembangan EBT di Jawa Tengah juga mencakup pemanfaatan energi air melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro (
    PLTMH
    ).
    Beberapa desa bahkan memilih untuk tidak berlangganan
    PLN
    , karena biaya dari PLTMH yang dikelola oleh mereka lebih terjangkau.
    Inovasi ini telah berhasil menyediakan energi dengan daya rata-rata 900 watt untuk rumah-rumah di desa-desa tersebut.
    Sektor pertanian juga didorong untuk memanfaatkan EBT, seperti dengan penggunaan pompa air tenaga surya (PATS) untuk pengembangan pertanian.
    Pemprov Jateng mendukung program electrifying agriculture dari PLN, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan.
    Sujarwanto menjelaskan bahwa jika setiap daerah dapat melaksanakan inisiatif serupa, maka kemandirian energi di Jawa Tengah akan semakin kuat, berangkat dari potensi lokal yang ada.
    Untuk mendukung upaya ini, Pemprov Jateng telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
    Peraturan ini menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan energi daerah yang sejalan dengan kebijakan energi nasional, serta berfungsi sebagai peta jalan menuju kemandirian dan ketahanan energi di tingkat daerah.
    Pemprov juga mengintensifkan gerakan konservasi energi melalui penghargaan untuk gerakan hemat energi dan air.
    Selain itu, Pemprov Jateng memfasilitasi rencana investasi EBT, termasuk proyek PLTMH di Banjarnegara dan Banyumas, PLTS Terapung di Waduk Gedungombo dan Gajahmungkur, serta pengembangan sumber energi panas bumi di Umbul Telomoyo dan Baturaden.
    Semua upaya ini bertujuan untuk mencapai kedaulatan energi di Jawa Tengah.
    Lebih lanjut, Pemprov Jateng berencana menerbitkan buku yang membahas transisi energi, yang akan mendokumentasikan industri-industri yang telah memanfaatkan EBT.
    Inisiatif ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada masyarakat dalam upaya mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan di Jawa Tengah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.