DIY Sedang Verifikasi Data 7.000 Penerima Bansos Terindikasi Judol, Terbukti Langsung Coret
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berencana memberikan sanksi pencoretan kepada penerima bantuan sosial (bansos) yang terbukti terlibat dalam judi online.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, menyatakan bahwa sebelum memberikan sanksi, pihaknya akan melakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Kita di sini ada aplikasi yang berkaitan dengan verifikasi data-data yang ada di Kominfo. Tapi kita lihat dulu, kita juga tidak tahu apakah itu judi online atau apa, kita koordinasi lebih lanjut,” ujar Made pada Senin (3/11/2025).
Made menegaskan bahwa verifikasi sangat penting untuk memastikan pemanfaatan bansos sesuai dengan peruntukannya.
“Iya dong, kita harus tahu apakah benar pemanfaatannya untuk mengatasi kemiskinan atau justru menjerumuskan lebih dalam lagi (bansos digunakan untuk judi),” tambahnya.
Apabila terbukti, Made mengungkapkan bahwa penerima bantuan sosial yang terlibat judi online akan dicoret dari daftar penerima.
“Lha iya (dicoret), misalnya dia masuk desil 1 atau 2, kita bicara bansos direntang seperti apa. Kalau kemudian pemanfaatan tidak sesuai harapan, mestinya ada punishment dong, tidak bisa kita biarkan saja,” tegasnya.
Lebih lanjut, Made menyampaikan bahwa masih banyak warga yang membutuhkan bantuan sosial.
“Yang butuh kan banyak orang, sudah kita prioritaskan tapi tidak memanfaatkan itu jadi catatan kita,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, mengungkapkan bahwa sekitar 7.000 penerima Bantuan Langsung Tunai Sementara (BLTS) terindikasi terlibat dalam judi online.
“Di DIY banyak, ada tujuh ribuan datanya,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Selasa (28/10/2025).
Endang menambahkan bahwa hingga saat ini belum diketahui secara pasti apakah penerima bantuan sosial yang terindikasi sudah dicoret dari daftar penerima.
“Saya belum tahu pasti dicoret atau belum karena saya baru minta data dari Kementerian Sosial, dan baru dikirim. Kami juga perlu ngecek lagi,” jelasnya.
Langkah selanjutnya dari Dinas Sosial DIY adalah melakukan pengecekan di setiap kabupaten atau kota untuk memastikan kebenaran data penerima bantuan yang terindikasi terlibat judi online.
Endang juga menyampaikan bahwa total penerima BLTS di DIY mencapai 221.962 orang, dengan rincian sebagai berikut: Kabupaten Kulon Progo sebanyak 32.386 penerima, Kabupaten Bantul 65.346, Kabupaten Gunungkidul 55.191, Kabupaten Sleman 54.804, dan Kota Yogyakarta 14.235.
Di daerah lain, seperti Karawang, ribuan penerima bantuan sosial juga terindikasi terlibat judi online.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Karawang, Asep Ahmad Saepulah, mengungkapkan bahwa sebanyak 6.000 penerima bantuan sosial dicoret karena keterlibatan dalam judi online.
Total penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Karawang mencapai sekitar 50.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Bantul
-
/data/photo/2025/11/02/6906ff8330bbf.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Izin Belum Turun, Laga Persik Vs Persebaya di Stadion Brawijaya Masih Tanda Tanya Regional 2 November 2025
Izin Belum Turun, Laga Persik Vs Persebaya di Stadion Brawijaya Masih Tanda Tanya
Tim Redaksi
KEDIRI, KOMPAS.com –
Laga derbi Jawa Timur, pekan ke-12 Super League 2025 antara Persik Kediri vs Persebaya Surabaya, seharusnya menjadi pesta besar sepak bola bagi warga Kota Tahu.
Namun kini berubah menjadi teka-teki karena terganjal izin kepolisian.
Di tengah situasi yang serba tidak pasti, Panitia Pelaksana (Panpel) Persik tidak tinggal diam dan terus berjuang agar laga penting ini tetap bisa digelar di rumah sendiri, Stadion Brawijaya, demi tim, suporter, dan kebanggaan kota.
Ketua Panpel Persik Kediri, Tri Widodo, mengungkapkan betapa rumitnya situasi yang sedang dihadapi.
Meski berbagai stadion alternatif sudah dihubungi, tetapi tidak satu pun bersedia menampung laga jika lawannya adalah Persebaya.
“Tapi kami tetap mengupayakan pertandingan tetap terselenggara entah di Kediri atau tempat mana. Sebetulnya yang aman sih di GBT, cuma kan rugi Persik kalau di sana. Kalau harapannya, masih tetap berusaha di Kediri,” tutur pria yang biasa disapa Pak Wid kepada
Kompas.com
, Minggu (2/11/2025) siang.
Ia juga menambahkan bahwa alasan penolakan izin bermain di Kediri bukan hal baru, melainkan terkait soal teknis di stadion.
“Yang dipermasalahkan Kapolres itu pagar pembatas yang peyot ada dua meter. Mereka minta diganti tinggi tiga meter. Lha wong tahun-tahun kemarin diperbolehkan sama Kapolres kok,” imbuhnya.
Tidak berhenti di situ, ia bahkan berinisiatif berkomunikasi langsung dengan pihak keamanan di daerah lain.
“Terus di Gresik saya kan sempat ngobrol-ngobrol dengan pihak keamanan bahwa dari pihak Gresik saya disarankan untuk menghubungi Kabag Ops. Akhirnya saya komunikasi, bahwa dari Polri intinya kalau stadion A atau B ditunjuk oleh I.League siap mengamankan,” ujar Tri Widodo.
“Jadi untuk ini ya kembali ke operator, kami bersurat ke I.League kalau kita kesulitan mencari stadion untuk laga pekan ke-12 menjamu Persebaya. Ya mudah-mudahan Persik tetap main di Kediri tidak kemana-mana,” sambungnya.
Selain itu, menurutnya opsi untuk menukar status tuan rumah dengan Persebaya juga sudah diajukan.
“Sudah, tapi Persebaya tidak bersedia,” ujarnya lagi.
Kondisi saat ini membuat Panpel Persik benar-benar berada di posisi sulit.
“Belum. Maunya kita main di Bantul tapi untuk main malam belum direkomendasikan operator kompetisi. Mau ke Bali, ke Gresik belum ada keputusan. Kami masih bingung, pengennya di Kediri, tapi nggak oleh piye terus iki,” kata pria berkumis itu.
Stadion Brawijaya Dinyatakan Tak Layak, Skor Kelayakan 42,8 Persen
Seperti diketahui, kendala penyelenggaraan laga derbi Jatim ini berawal dari hasil risk assessment Polres Kediri Kota yang menyebut Stadion Brawijaya belum memenuhi standar minimum penyelenggaraan kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Dalam rapat koordinasi pada Rabu (29/10/2025) lalu, yang dipimpin Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim, penilaian kelayakan stadion hanya mencapai 42,8 persen, jauh di bawah batas minimal 60 persen.
Kabag Ops Polres Kediri Kota Kompol Iwan Setyo Budi menjelaskan, masih banyak aspek yang perlu diperbaiki, mulai dari pagar pembatas, ruang medis, CCTV, hingga jalur evakuasi.
“Masih banyak hal yang harus diperbaiki. Kami juga merekomendasikan perbaikan pagar keliling, penambahan kamera pengawas, penyediaan fasilitas disabilitas, hingga SOP keamanan dan kesehatan,” katanya.
Ia menegaskan, keputusan ini diambil murni demi keselamatan semua pihak.
“Untuk menggelar pertandingan Liga 1, minimal nilainya harus 60. Karena hasilnya hanya 42,8, maka pertandingan Persik lawan Persebaya tidak layak digelar di Kediri. Kami tidak ingin mengambil risiko yang bisa membahayakan keselamatan penonton maupun tim,” imbuhnya.
Perbaikan Dikebut, Waktu Kian Mepet
Sementara itu, Pemerintah Kota Kediri telah melakukan sejumlah pembenahan besar stadion yang terletak di Jalan Ahmad Yani itu.
Mulai dari ruang ganti pemain, ruang wasit, fasilitas medis, area siaran, hingga toilet, semua tengah diperbarui.
Tribun dicat ulang, drainase dibersihkan, lapangan diratakan, dan lampu LED baru dipasang dengan target selesai pada 4 November 2025.
“Sejumlah perbaikan di Stadion Brawijaya sudah dilakukan. Tentu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Kediri yang peduli dan memberikan perhatian serius,” ujarnya.
“Ya mudah-mudahan Persik tetap main di Kediri, tidak kemana-mana,” ucap Widodo.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/31/690454cfd9db8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Berkunjung ke Kampung 'Zombie' di Bantul, Lokasi Syuting Film Abadi Nan Jaya Yogyakarta 31 Oktober 2025
Berkunjung ke Kampung Zombie di Bantul, Lokasi Syuting Film Abadi Nan Jaya
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
— Film horor Indonesia tahun 2025 berjudul “Abadi Nan Jaya” kini menduduki peringkat nomor 1 di Netflix dan jadi perbincangan di jagat maya.
Sebagian lokasi syuting film mayat hidup ini diambil di Padukuhan Ngijo dan Jombor, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY.
Proses pengambilan gambar dilakukan pada pertengahan tahun 2024.
Meski sudah lebih dari setahun berlalu, warga masih mengingat jelas pengalaman saat kampung mereka menjadi lokasi film yang kini ramai dibicarakan.
Kompas.com mengunjungi lokasi syuting film itu pada Jumat (31/10/2025), dan mewawancarai sejumlah warga.
Di Padukuhan Jombor, hamparan sawah hijau yang dikelilingi perbukitan menjadi latar syuting.
Sebuah bangunan kandang hewan disulap menjadi kantor polisi dalam adegan film.
“Setahun lalu, sawah saya digunakan untuk taman dan jalan untuk shooting. Kebetulan kantor polisi itu sebelahan dengan sawah saya, jadi ikut disewa,” kata Sariyanti, warga setempat, Jumat (31/10/2025).
Kini, bangunan bekas lokasi syuting telah dikembalikan menjadi kandang hewan, sementara sawah di sekitarnya kembali ditanami kacang tanah.
Sariyanti bercerita, selama proses syuting yang berlangsung sekitar satu bulan, area tersebut steril dari warga. Jalan masuk ditutup dan dijaga ketat oleh petugas keamanan produksi.
“Warga enggak boleh keluar rumah, semua jalan ditutup waktu syuting,” ujarnya.
Meski sempat terganggu aktivitasnya di sawah, Sariyanti mengaku senang karena mendapat kompensasi sewa lahan dari rumah produksi.
“Dulu diledakkan bukan kandang ini, tapi bangunan baru di depannya. Masih digunakan waktu itu, tapi sekarang kosong,” katanya.
Bagi warga, keindahan alam sekitar Jombor yang selama ini dianggap biasa ternyata menjadi daya tarik utama film tersebut.
“Di sini view-nya indah, ada sawah dan perbukitan. Pas lihat di film kok bagus banget, nggak nyangka tempatnya bisa viral,” ujar Sariyanti sambil tersenyum.
Sumiyati (60), warga lainnya, mengaku sempat terkejut melihat cuplikan film yang menampilkan dusunnya. Ia menilai para kru film ramah dan menghargai warga.
“Iya, kalau ada kerusakan diganti. Saya waktu itu lahannya dipakai buat jembatan, dikasih ganti sekitar Rp 1 jutaan. Jadi enggak merugikan petani,” ujarnya.
Warga Bejo Riyanto (60) menilai penggunaan lahan warga untuk syuting membawa manfaat ekonomi, meski sempat mengganggu waktu panen.
“Waktu itu lahan saya siap panen, tapi syutingnya mundur jadwal panen. Semoga kalau ada film lagi, koordinasinya lebih jelas,” katanya.
Meski begitu, Bejo tetap mendukung desanya digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar film di masa mendatang.
“Enggak apa-apa, asal dikasih tahu dulu. Lumayan, desa kita jadi terkenal,” tambahnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/09/26/68d638457d255.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2025/11/02/6906fd4180ca8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399921/original/058352900_1762048008-Raja_Keraton_Kasunanan_Surakarta_Hadiningrat__Paku_Buwono_XIII_Hangabehi.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400088/original/045813700_1762062567-GKR_Koes_Moertiyah_Wandansari_yang_akrab_disapa_Gusti_Moeng.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2084126/original/081963400_1523679670-Konflik_keraton_solo-1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2025/11/01/69057b80ab2c5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)