kab/kota: Banjarnegara

  • Bulog Banyumas salurkan 6.639 ton beras SPHP hingga September

    Bulog Banyumas salurkan 6.639 ton beras SPHP hingga September

    Purwokerto (ANTARA) – Perum Bulog Cabang Banyumas hingga bulan September 2025 telah menyalurkan sebanyak 6.639 ton beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk wilayah Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara, Jawa Tengah.

    “Jumlah tersebut sudah mendekati 30 persen dari total alokasi untuk wilayah Banyumas Raya (sekitar 22.500 ton),” kata Pemimpin Cabang Bulog Banyumas Prawoko Setyo Aji di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jateng, Minggu.

    Bahkan, kata dia, realisasi penyaluran SPHP di Banyumas Raya sudah di atas rata-rata nasional dan akan terus dilakukan hingga bulan Desember.

    Ia mengatakan penyerapan gabah maupun beras dari wilayah Banyumas Raya maupun secara nasional juga sudah sesuai dengan target penugasan pelayanan publik (PSO).

    “Sekarang, kami juga melakukan penyerapan dengan skema komersial yang tentunya harga dan kualitas sesuai kebutuhan pasar,” katanya.

    Kendati demikian, dia mengakui Bulog Banyumas masih menyelesaikan sisa-sisa pengolahan gabah petani yang masih ada hasil dari pengadaan sambil menunggu arahan penugasan pemerintah selanjutnya.

    Menurut dia, hal itu disebabkan jumlah sarana yang digunakan mitra kerja Bulog Banyumas terbilang masih tradisional atau kapasitas olahnya kecil.

    “Saat ini, stok beras yang ada di gudang-gudang Bulog Banyumas sebanyak 80.276 ton, sehingga masih sangat aman sampai dengan akhir tahun atau jika ada penugasan penyaluran dari pemerintah,” katanya menjelaskan.

    Terkait dengan beras untuk SPHP yang belum disalurkan, dia mengatakan Bulog Banyumas akan cek kembali dalam proses pengemasannya agar tidak terjadi penurunan kualitas beras.

    Selain itu, kata dia, ada penyurvei independen yang memastikan kualitas beras SPHP yang keluar dari gudang Bulog tetap terjamin hingga ke konsumen.

    “Kami juga sampaikan terima kasih kepada TNI/Polri yang ikut membantu penyaluran beras SPHP, termasuk dari pemerintah daerah yang sangat aktif mengadakan kegiatan GPM (Gerakan Pangan Murah) dalam rangka menjaga stabilitas harga beras di masyarakat,” katanya.

    Ia mengatakan beras SPHP saat sekarang juga sudah tersedia di toko-toko ritel modern yang ada di sekitar masyarakat.

    Dengan demikian, kata dia, masyarakat lebih mudah mengakses beras SPHP yang berkualitas dengan harga terjangkau.

    “Namun, kami ingatkan kembali bahwa setiap pembelian, masing-masing konsumen hanya diperbolehkan membeli maksimal dua kantong beras SPHP kemasan 5 kilogram atau total 10 kilogram, dengan harga jual maksimal sebesar Rp12.500 per kilogram atau Rp62.500 per kantong,” kata Prawoko.

    Pewarta: Sumarwoto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ritual potong rambut gimbal ramaikan Dieng Culture Festival 2025

    Ritual potong rambut gimbal ramaikan Dieng Culture Festival 2025

    Minggu, 24 Agustus 2025 15:40 WIB

    Pemangku adat memotong rambut anak bajang atau anak berambut gimbal saat ritual potong rambut gimbal di kompleks Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (24/8/2025). Sebanyak delapan anak bajang menjalani ritual potong rambut gimbal dalam rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) 2025 yang mengusung tema “Back To The Culture”. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/YU

    Pemangku adat memotong rambut anak bajang atau anak berambut gimbal saat ritual potong rambut gimbal di kompleks Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (24/8/2025). Sebanyak delapan anak bajang menjalani ritual potong rambut gimbal dalam rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) 2025 yang mengusung tema “Back To The Culture”. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/YU

    Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (kedua kanan) didampingi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi (kanan) memotong rambut anak bajang atau anak berambut gimbal saat menghadiri Dieng Culture Festival (DCF) 2025 di kompleks Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (24/8/2025). Pada kesempatan tersebut Agus Harimurti Yudhoyono menekankan pentingnya melestarikan tradisi ruwatan potong rambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sebagai warisan budaya bangsa. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/YU

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Unik, Ada Lomba Kentang Raksasa di Dieng – Page 3

    Unik, Ada Lomba Kentang Raksasa di Dieng – Page 3

    Pestani Dieng Raya dengan tajuk Panen Raya & Apresiasi Juara Lomba Kentang Raksasadi Desa Kasimpar ini merupakan puncak dari rangkaian acara lomba kentang raksasa yang telah dimulai bulan April hingga September 2025. Lomba ini melibatkan ratusan petani dari 5 kabupaten mencakup Kabupaten Pekalongan, Banjarnegara, Batang, Wonosobo, dan Magelang.

    “Lomba ini sekaligus menjadi media bagi Petrokimia Gresik memperkenalkan produk inovatif perusahaan yang terbukti mampu meningkatkan hasil panen. Ini merupakan komitmen Petrokimia Gresik sebagai Solusi Agroindustri untuk terus berperan aktif membantu petani dalam meningkatkan meningkatkan kesejahteraan petani kentang, khususnya di wilayah Dieng Raya,” kata Adit.

    Adapun budidaya yang dilakukan pada lomba kentang raksasa ini menggunakan rekomendasi pemupukan berimbang produk Petrokimia Gresik, yaitu pupuk NPK Phonska Lite, ZA Plus, dan Phonska Cair, serta pupuk unggulan Petrokimia Gresik lainnya.

    Disampaikannya, lomba ini sekaligus menjadi media bagi Petrokimia Gresik melakukan edukasi secara aktif, dan penyediaan produk-produk berkualitas agar semakin banyak petani yang bisa merasakan manfaat dari inovasi dan kualitas produk perusahaan.

    “Alhamdulilah petani Wonosobo berhasil meraih Juara 1 dan 3, dari Banjarnegara Juara 2. Budidaya kentang mereka tidak hanya menghasilkan umbi kentang dengan ukuran raksasa, tapi produktivitas keseluruhan juga meningkat. Dari hasil panen peserta Juara 1, terdapat  peningkatan produktivitas cukup signifikan, yaitu hampir 10 persen, dimana pada panen sebelumnya  menghasilkan panen sebesar 16,5 ton/ha, sekarang menjadi 18 ton/ha. Lomba kentang raksasa ini jua turut andil berkontribusi terhadap kebutuhan kentang nasional,” tandas Adit.

     

     

  • 8
                    
                        Mahfud Dengar Gaji Anggota DPR Capai Miliaran Per Bulan, Bukan Rp 230 Juta
                        Nasional

    8 Mahfud Dengar Gaji Anggota DPR Capai Miliaran Per Bulan, Bukan Rp 230 Juta Nasional

    Mahfud Dengar Gaji Anggota DPR Capai Miliaran Per Bulan, Bukan Rp 230 Juta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pakar hukum tata negara sekaligus mantan anggota DPR 2004-2008 Mahfud MD mendengar gaji anggota DPR sebenarnya tembus miliaran rupiah per bulannya, bukan Rp 230 juta.
    Hal tersebut Mahfud sampaikan saat menjawab pertanyaan host Rizal Mustary di siniar ‘Terus Terang’ pada kanal YouTube Mahfud MD Official, Kamis (28/8/2025).
    Kompas.com
    telah mendapatkan izin untuk mengutip isi sinar tersebut.
    Mulanya, Mahfud menyebut masyarakat saat ini sedang dalam kondisi susah. Dia mengaku masih melihat gelandangan yang mengais tempat sampah untuk mencari sisa makanan.
    Mengetahui kondisi ini, Mahfud mewajarkan jika DPR dikritik karena menerima gaji dan tunjangan yang besar.
    “Jadi benar kalau kemudian DPR banyak dikritik karena tarolah agak hedonis juga kan hidupnya mereka. Jadi kita harus maklumi rakyat,” ujar Mahfud.
    Menurut Mahfud, gaji atau penghasilan anggota DPR saat ini sudah sangat berlebihan.
    Mahfud pun membeberkan bahwa dirinya mendengar bahwa gaji anggota DPR setiap bulannya sebenarnya menembus angka miliaran rupiah.
    “Menurut saya kalau memang Rp 230 juta per bulan, yang saya dengar justru miliaran per bulan. Karena ini (Rp 230 juta) mungkin uang bulanan untuk keluarga, untuk rumah, dan sebagainya, tunjangan. Di luar ini kan ada uang reses,” tuturnya.
    “Waktu zaman saya itu uang reses 3 bulan sekali sudah Rp 42 juta. Tahun 2004. Dapat lagi uang berkunjung ke konstituen. Dapat lagi setiap 1 UU, kalau anda membahas UU, 1 UU 1 kepala itu Rp 5 juta. Berapa UU dalam 1 tahun? Wah ini kecil banget. Rp 232 juta itu apa? Itu kan yang rutin bulanan. Waktu zaman saya ya gajinya resmi memang pada waktu itu Rp 4,8 juta, gaji pokok. Kan ada tunjangan jabatan, istri, rumah, transportasi, dan sebagainya,” sambung Mahfud.
    Mahfud mengatakan, yang diketahui publik mengenai penghasilan anggota DPR hanya sebatas uang sidang, tunjangan jabatan, dan lain-lain.
    Dia meyakini masyarakat tidak tahu kalau ternyata anggota DPR berhak melakukan studi banding ke luar negeri setiap membahas 1 undang-undang.
    Mahfud pun mengenang tawaran studi banding ke luar negeri itu ketika dirinya menjadi anggota Pansus UU Pemilu.
    Hanya saja, sebelum UU tersebut diundangkan, Mahfud memilih meninggalkan DPR dan pindah menjadi Ketua MK.
    Akan tetapi, tawaran studi banding ke luar negeri itu tetap berlaku, meski dirinya sudah pindah ke MK.
    “Sesudah saya jadi Ketua MK, datang utusan dari DPR, ‘Pak, Bapak milih kunjungan kerja studi banding ke mana?’ Tentang apa? ‘DPR, Pak, UU Pemilu.’ Loh UU-nya kan sudah selesai. UU selesai, studi banding untuk apa? ‘Ini kan hak, Pak.’ Saya coret, saya nda mau. Dikasih honor juga saya tidak mau. Saya sudah pindah di MK sekarang saya bilang. Itu gede uang, uang ke luar negeri itu, dollar. Sudah dapat bisnis, hotel, lalu uang saku, gede juga,” papar Mahfud.
    Sebelumnya, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) membeberkan penghasilan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bisa mencapai sekitar Rp 230 juta per bulan atau sekitar Rp 2,8 miliar per tahun.
    Jumlah ini mencakup gaji pokok, tunjangan, dan fasilitas lain yang melekat pada jabatan.
    Menurut data daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) DPR 2023–2025, negara harus menyiapkan Rp 1,6 triliun untuk membayar gaji dan tunjangan 580 anggota DPR sepanjang 2025.
    Nilai tersebut meningkat dibandingkan 2023 yang sebesar Rp 1,2 triliun dan 2024 yang sebesar Rp 1,18 triliun.
    Jika dibandingkan dengan upah minimum di DKI Jakarta sebesar Rp 5,39 juta per bulan, pendapatan anggota DPR mencapai 42 kali lipat.
    Bila dibandingkan dengan upah minimum pekerja di Banjarnegara, Jawa Tengah, yang hanya Rp 2,17 juta per bulan, selisihnya mencapai 105 kali lipat.
    “Gaji dan tunjangan anggota DPR jauh melebihi pendapatan rata-rata masyarakat,” kata peneliti Fitra, Bernard Allvitro, dalam media briefing “Anggaran DPR RI: Antara Fungsi Konstitusionalitas dan Kemewahan Personal”, Minggu (24/8/2025).
    Gaji pokok anggota DPR ditetapkan sebesar Rp 4,2 juta per bulan, Wakil Ketua Rp 4,62 juta, dan Ketua DPR Rp 5,04 juta.
    Di luar gaji pokok, ada sederet tunjangan yang membuat take home pay anggota DPR melonjak, bahkan bisa menembus Rp 100 juta hingga Rp 230 juta per bulan dengan tambahan fasilitas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Legislator minta atasi sedimentasi PLTA Mrica untuk keandalan listrik

    Legislator minta atasi sedimentasi PLTA Mrica untuk keandalan listrik

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi XII DPR RI Aqib Ardiansyah meminta PT PLN dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengatasi sedimentasi waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica untuk menjaga keandalan listrik.

    “Komisi XII DPR sangat concern terhadap PLTA Mrica ini, untuk kita dorong dan kawal agar menjadi salah satu pembangkit listrik tenaga air dengan kinerja terbaik,” ucap Aqib dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa.

    Anggota Komisi XII yang membidangi sektor energi dan sumber daya mineral itu menyoroti dampak sedimentasi yang mengancam penurunan kinerja pembangkit listrik tenaga air terbesar di Jawa Tengah, serta percepatan pemerataan energi listrik melalui program listrik desa.

    Menurutnya, sedimentasi yang semakin bertambah berpotensi menurunkan kinerja dan mengganggu interkoneksi listrik Jawa-Bali.

    Sedimentasi tersebut juga dinilai dapat mengganggu percepatan pemerataan energi listrik melalui program listrik desa.

    “Kita sedang konsentrasi, bahkan Pak Presiden ingin komposisi pembangkit energi baru terbarukan di Indonesia semakin besar. Jangan sampai PLTA Mrica yang sejak awal dibangun dengan tekad baik justru tidak mendapat perhatian,” ujar Aqib.

    Menurut Aqib, PLTA Mrica adalah warisan yang harus dirawat dan dikembangkan agar mendukung cita-cita Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada energi dan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT).

    “Ini adalah legacy yang harus kita rawat dan tingkatkan inovasinya. Sedimentasi yang ada di PLTA Mrica akan kami manfaatkan, misalnya untuk landfill TPA Banjarnegara atau bahan baku pembuatan batu bata,” kata dia.

    Aqib meyakini dengan sinergi antara DPR RI, PLN, pemerintah daerah, dan masyarakat, tantangan sedimentasi dapat ditangani dengan baik, menjadikan PLTA Mrica kebanggaan nasional sekaligus pendorong utama bauran EBT di Jawa Tengah dan wilayah sekitarnya.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mengevaluasi Beban Anggaran Tunjangan DPR
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 Agustus 2025

    Mengevaluasi Beban Anggaran Tunjangan DPR Nasional 26 Agustus 2025

    Mengevaluasi Beban Anggaran Tunjangan DPR
    Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
    UNJUK
    rasa yang digelar pada 25 Agustus 2025, di depan Gedung DPR-MPR RI Jakarta, bukan sekadar momen protes biasa.
    Aksi massa yang menolak pemberian tunjangan perumahan sebesar Rp 50 juta per bulan kepada anggota DPR mencerminkan krisis kepercayaan terhadap lembaga legislatif.
    Bukannya membuka ruang dialog, aparat justru bertindak represif dengan membubarkan massa menggunakan
    water cannon
    , gas air mata, dan pentungan, padahal aksi belum melewati batas waktu yang diatur undang-undang.
    Kejadian ini menegaskan kenyataan pahit bahwa “rumah rakyat” kini semakin tertutup, secara harfiah dan simbolik, bagi suara rakyat.
    Penolakan atas tunjangan tersebut berakar pada ketimpangan ekonomi dan sosial yang semakin mencolok.
    Berdasarkan data Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), total penghasilan anggota DPR bisa mencapai Rp 230 juta per bulan, sebelum penambahan tunjangan perumahan (
    Kompas.id
    , 25/08/2025).
    Jumlah ini setara 42 kali upah minimum di Jakarta, dan lebih dari 100 kali lipat UMR terendah di Indonesia, yakni Banjarnegara.
    Di tengah tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat luas, penghasilan sebesar itu dianggap tidak adil, bahkan provokatif.
    Yang juga menjadi sorotan adalah fisik dan tata ruang kompleks DPR-MPR RI yang kini dibentengi pagar tinggi dan barikade kokoh. Pagar yang menjulang itu secara nyata memisahkan wakil rakyat dari rakyatnya.
    Tidak hanya simbol keterpisahan, tetapi menjadi bukti nyata bahwa DPR kini lebih sibuk melindungi kenyamanannya ketimbang menyerap aspirasi konstituennya.
    Massa pun hanya bisa menyuarakan keluhannya di jalanan, menyebabkan kemacetan, frustrasi sosial, dan konfrontasi dengan aparat.
    Fenomena ini harus dilihat dalam konteks demokrasi modern. Dalam bukunya
    On Democracy
    , Robert A. Dahl (1998) mengatakan bahwa demokrasi menuntut terbukanya ruang partisipasi dan komunikasi antara rakyat dan wakilnya.
    Jika ruang itu ditutup (secara fisik maupun politik), maka negara kehilangan ciri utamanya sebagai negara demokratis.
    Senada dengan Dahl, Peter Mair (2013) dalam
    Ruling the Void: The Hollowing of Western Democracy
    menyebutkan bahwa semakin jauhnya elite politik dari rakyat menciptakan krisis legitimasi.
    Ketika suara rakyat tidak lagi dianggap penting, maka sistem perwakilan kehilangan dasar moral dan politiknya. Situasi semacam ini membuka jalan pada apatisme, radikalisme, dan gerakan tandingan yang justru mengancam stabilitas negara.
    Di Indonesia, kekhawatiran semacam itu sudah mulai terasa. Massa aksi di depan DPR pada 25 Agustus, tidak hanya menuntut pembatalan tunjangan, tetapi juga meneriakkan yel-yel pembubaran DPR.
    Ini bukan sekadar bentuk kekecewaan, melainkan gejala ketidakpercayaan sistemik terhadap parlemen. Apalagi, seperti diakui salah satu peserta aksi kepada
    Kompas.id
    , para pengunjuk rasa berasal dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari mahasiswa, pelajar, pekerja informal, hingga pedagang kaki lima.
    Ini menandakan bahwa protes tersebut bukan digerakkan oleh elite oposisi, tetapi merupakan ekspresi organik dari rakyat biasa (
    Kompas.id
    , 25/08/2025).
    Sayangnya, alih-alih mendengar suara tersebut, negara merespons dengan kekuatan represif. Tindakan membubarkan massa sebelum waktunya, tanpa eskalasi kekerasan yang memadai, mencederai prinsip hak asasi warga negara yang dijamin dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945: “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
    Bahkan, Menteri Koordinator Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra mengakui bahwa menyuarakan aspirasi, termasuk usulan pembubaran DPR, sah saja dilakukan dalam demokrasi, selama dilakukan secara tertib dan damai (
    Kompas.id
    , 25/08/2025).
    Perlu dicatat bahwa tidak ada institusi demokratis yang sakral atau kebal dari kritik, termasuk DPR. Ketika lembaga legislatif justru menjadi beban anggaran dan gagal menunjukkan kepekaan terhadap kesulitan ekonomi rakyat, maka seruan pembubaran bukan sekadar agitasi, tapi peringatan keras.
    Demokrasi menuntut adanya kontrak sosial yang adil. Jika wakil rakyat hanya fokus pada kenyamanan pribadi, maka legitimasi moralnya sebagai “representasi rakyat” patut dipertanyakan.
    Argumen pembelaan yang kerap disampaikan anggota DPR bahwa pendapatan tinggi dibutuhkan untuk operasional di daerah pemilihan, masih belum ditunjang oleh transparansi data.
    Aria Bima, anggota DPR dari PDIP, misalnya, menyebut dana dibutuhkan untuk ambulans, mobil tangki air, dan sanggar tari (
    Kompas.id
    , 25/08/2025).
    Namun sejauh ini, belum ada laporan resmi terbuka yang bisa diaudit publik mengenai alokasi dana tersebut. Tanpa akuntabilitas, argumen semacam itu hanya memperdalam kecurigaan masyarakat.
    Demokrasi sejatinya dibangun atas dasar kepercayaan dan partisipasi. Jika wakil rakyat gagal mendengarkan suara konstituennya, dan negara terus meminggirkan hak menyatakan pendapat dengan cara represif, maka krisis demokrasi akan menjadi keniscayaan.
    Demokrasi yang sehat bukan hanya tentang pemilu setiap lima tahun, tetapi juga jaminan bahwa setiap warga negara bisa didengar, tanpa harus berhadapan dengan gas air mata dan pentungan aparat.
    DPR dan pemerintah perlu segera merespons sinyal darurat ini. Pertama, dengan mengevaluasi kembali seluruh bentuk tunjangan yang tidak rasional dan tidak selaras dengan kondisi ekonomi nasional.
    Kedua, membuka kembali akses fisik dan simbolik ke lembaga parlemen agar rakyat merasa memiliki tempat menyampaikan aspirasi.
    Ketiga, menginstruksikan aparat keamanan untuk mengedepankan pendekatan persuasif dan menjamin hak konstitusional rakyat.
    Jika tidak, maka kita sedang menyaksikan proses “penghampaan” demokrasi, sebuah sistem yang hanya tersisa bentuknya, tetapi kosong dari semangat partisipasi dan keadilan sosial.
    Maka, pagar tinggi di DPR bukan sekadar beton dan besi. Ia adalah metafora ketertutupan, jarak, dan kegagalan sistem yang mestinya mewakili dan melayani rakyat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • AHY Ingin Tingkatkan Akses dan Konektivitas Kawasan Dataran Tinggi Dieng

    AHY Ingin Tingkatkan Akses dan Konektivitas Kawasan Dataran Tinggi Dieng

    JAKARTA – Konektivitas jadi hal yang difokuskan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam mengembangkan Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Dengan potensi yang dimiliki, peningkatan akses menuju daerah tersebut diharap dapat mendongkrak pertumbuhan pariwisatanya.

    “Konektivitas ini penting, karena jika berbicara pariwisata, hal pertama yang ditanyakan adalah aksesnya. Kalau aksesnya baik, jalannya cukup lebar dan nyaman, saya rasa itu akan menjadi daya tarik tersendiri,” kata Menteri AHY usai menghadiri ritual cukur rambut gimbal yang menjadi puncak acara Dieng Culture Festival (DCF) XV Tahun 2025 di Kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, mengutip ANTARA pada Minggu, 24 Agustus.

    Dari pengalamannya menuju Dieng dari arah Kabupaten Wonosobo, AHY melihat kondisi jalan yang dilalui masih sempit dan berpotensi macet. Sebagai tindak lanjut, pihaknya akan berkoordinasi dengan kementerian teknis untuk memastikan dukungan infrastruktur, termasuk jalan, dapat diperkuat secara bertahap.

    “Pembangunan infrastruktur di kawasan ini diharapkan tidak hanya memajukan pariwisata, juga menghidupkan sektor UMKM dan ekonomi kreatif, serta membuka lapangan pekerjaan,” kata Menteri AHY.

    Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengatakan, pembangunan infrastruktur di Jateng, termasuk Dieng, telah menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025.

    “Kita akan bangun infrastruktur yang mengoneksikan ekonomi wilayah, baik antarprovinsi maupun antarkabupaten, kota, dan desa,” katanya.

    Ia mengatakan, Dieng merupakan bagian dari aglomerasi pariwisata Jawa Tengah. Karena itu, pembangunan infrastruktur, termasuk jalan, bertujuan untuk menghubungkan Dieng dengan destinasi wisata lain.

    “Dieng tidak bisa berdiri sendiri tanpa kita koneksikan dengan aglomerasi wisata-wisata yang lain. Anggaran untuk program ini telah disiapkan,” kata Gubernur.

  • Menko AHY Akan Perbaiki Infrastruktur Dataran Tinggi Dieng
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        24 Agustus 2025

    Menko AHY Akan Perbaiki Infrastruktur Dataran Tinggi Dieng Regional 24 Agustus 2025

    Menko AHY Akan Perbaiki Infrastruktur Dataran Tinggi Dieng
    Tim Redaksi
    BANJARNEGARA, KOMPAS.com
    – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berkomitmen untuk memperbaiki infrastruktur di kawasan dataran tinggi Dieng.
    Sebab, akses jalan menuju kawasan wisata tersebut cukup sulit dan sempit, baik dari arah Wonosobo di sisi selatan maupun Batang di sisi utara.
    “Memang saya menyusuri kemarin, jalannya cukup terbatas lebarnya, tentunya secara bertahap kami ingin terus memperkuat rute-rute jalan,” kata AHY saat menghadiri rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) 2025 di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (24/8/2025).
    AHY mengatakan, konektivitas antarwilayah diperlukan untuk memajukan pariwisata.
    “Konektivitas ini penting karena kalau berbicara pariwisata selalu yang ditanyakan pertama adalah aksesnya bagaimana. Kalau aksesnya baik, jalannya cukup lebar, tidak rusak, saya rasa akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” ujar AHY.
    Menurut AHY, apabila pariwisata suatu daerah maju, akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
    “Kalau pariwisatanya maju pasti akan menghidupkan UMKM, pelaku ekonomi kreatif, membuka lapangan pekerjaan dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucap dia. 
    Di tempat yang sama, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mengatakan, pembangunan infrastruktur telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025.
    “Dieng merupakan bagian dari aglomerasi pariwisata Jawa Tengah, dan perlu dihubungkan dengan destinasi wisata lain agar potensinya semakin maksimal,” kata Luthfi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dieng Culture Festival 2025, 8 Anak Rambut Gimbal Diarak Keliling Desa
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        24 Agustus 2025

    Dieng Culture Festival 2025, 8 Anak Rambut Gimbal Diarak Keliling Desa Regional 24 Agustus 2025

    Dieng Culture Festival 2025, 8 Anak Rambut Gimbal Diarak Keliling Desa
    Tim Redaksi
    BANJARNEGARA, KOMPAS.com –
    Kirab budaya mengawali prosesi cukur rambut gimbal yang menjadi acara puncak Dieng Culture Festival (DCF) 2025, Minggu (24/8/2025).
    Sebanyak delapan anak berambut gimbal yang akan menjalani cukur rambut diarak keliling desa terlebih dahulu menggunakan andong.
    Kirab diawali dari rumah tetua adat sekitar pukul 08.00 WIB menuju tempat prosesi di Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
    Dalam kirab tersebut juga dibawa sejumlah barang-barang yang menjadi permintaan anak sebelum dicukur dan tumpeng untuk selamatan di candi.
    Selain warga lokal, dalam kirab budaya kali ini ada sedikit perbedaan karena diikuti juga seratusan partisipan DCF 2025 dengan menggunakan pakaian adat dari daerahnya masing-masing.
    Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Alif Faozi, mengatakan ritual atau ruwatan diikuti delapan anak berambut gembel atau gimbal.
    “Peserta ruwatan tahun ini tidak hanya dari sekitar Dieng, tetapi juga ada yang berasal dari Batang, Yogyakarta, dan Jakarta,” kata Alif kepada wartawan, Minggu (24/8/2025).
    Dalam DCF 2025, kata Alif, penyelenggara berusaha menonjolkan acara kebudayaan sesuai dengan tema yang diambil “Back To The Culture” seperti semangat awal DCF.
    Seperti diketahui, DCF 2025 digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu. Hari pertama, dibuka dengan aksi Dieng bersih, kemudian kongkow budaya pada sore hari dan Symphony Dieng dilanjut penerbangan lampipn pada malam harinya.
    Hari kedua, digelar cukur rambut gimbal di kompleks Candi Arjuna yang diikuti delapan anak dari beberapa daerah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dieng Culture Festival 2025 Diserbu 20.000 Wisatawan, 900 Homestay Penuh
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        24 Agustus 2025

    Dieng Culture Festival 2025 Diserbu 20.000 Wisatawan, 900 Homestay Penuh Regional 24 Agustus 2025

    Dieng Culture Festival 2025 Diserbu 20.000 Wisatawan, 900 Homestay Penuh
    Tim Redaksi
    BANJARNEGARA, KOMPAS.com –
    Perekonomian masyarakat di dataran tinggi Dieng menggeliat seiring dengan dibukanya Dieng Culture Festival (DCF) 2025 pada Sabtu (23/8/2025).
    Diperkirakan 20.000 wisatawan memadati kawasan wisata tersebut, membuat 900 homestay yang tersedia penuh dipesan dan 200 UMKM lokal kebanjiran pembeli.
    Dieng Culture Festival (DCF) 2025 di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, resmi dibuka, Sabtu (23/8/2025) sore.
    Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Tursiman mengatakan, tujuan utama DCF yaitu untuk melestarikan tradisi dan budaya lokal di dataran tinggi Dieng sekaligus meningkatkan pariwisata.
    “Tujuan DCF ini melestarikan dan memajukam kebudayaaan dserah, khususnya tradisi pemotongan rambut gimbal dan memperkuat pariwisata budaya,” kata Tursiman, Minggu (24/8/2025).
    Selain itu, DCF juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar dataran tinggi Dieng.
    “Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui keterlibatan pelaku UMKM, ekonomi kreatif, dan pelaku usaha pariwisata,” ujar Tursiman.
    Tursiman menyebut, selama dua hari pelaksanaan DCF 2025 diperkirakan tidak kurang dari 20.000 wisatawan datang ke dataran tinggi Dieng.
    “Kurang lebih 20.000 wisatawan datang, baik lokal maupun mancanegara,” kata Tursiman.
    DCF ini juga melibatkan kurang lebih 200 UMKM.
    Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa Alif Faozi mengungkapkan, hampir seluruh homestay yang berjumlah 900 unit penuh terisi.
    “Kami bersyukur ketika mendengar dari pengusaha dan masyarakat, seperti akomodasi hampir semua penuh,” ujar Alif.
    Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto Mahdi Abdillah mengatakan, berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata melalui ajang DCF.
    “Dalam kegiatan DCF kami rutin berkolaborasi dengan teman-teman Pokdarwis dan Pemkab Banjarnegara,” kata Mahdi.
    BI bersama Pemkab Banjarnegara menghadirkan bazar UMKM yang berisi berbagai macam kuliner dan kerajinan tangan lokal.
    Seperti diketahui, DCF 2025 digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu. Hari pertama, dibuka dengan aksi Dieng bersih, kemudian kongkow budaya pada sore hari dan Symphony Dieng pada malam harinya.
    Hari kedua, digelar cukur rambut gimbal di kompleks Candi Arjuna yang diikuti delapan anak dari beberapa daerah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.