kab/kota: Banjarnegara

  • Kreasi Peternak di Banjarnegara Cipta Mesin Pencacah dan Penetas Telur, Pelanggan Sampai Luar Jawa

    Kreasi Peternak di Banjarnegara Cipta Mesin Pencacah dan Penetas Telur, Pelanggan Sampai Luar Jawa

    TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA – Ternak berperan vital dalam ketahanan pangan sebagai sumber protein hewani. 

    Ternak juga penting untuk ketersediaan pangan dan gizi keluarga. 

    Kesadaran ini pula yang dirasakan Khoiru Ramadan, warga Desa Rakit Kecamatan Rakit, Banjarnegara.

    Pemuda itu bukan hanya bisa mencukupi gizi keluarga. Lebih dari itu, ternak unggas yang ia kembangkan bahkan bisa menghasilan banyak cuan. 

    Tak cukup di situ, pemuda itu mampu menciptakan teknologi tepat guna berupa mesin pencacah yang berhasil dikomersilkan. 

    Tanah kosong di belakang rumahnya yang tak seberapa luasnya, ia sulap menjadi kandang itik atau entok. 

    Suara soang saling bersahutan seperti sinyal hewan peliharaan itu sedang lapar. 

    Entok-entok itu bak pasukan yang berlari rapi ke arahnya saat dipancing makanan. 

    Ramadan tak segan bergulat dengan tanah becek penuh kotoran.  Karena dari situ, ia berpenghasilan. 

    “Ini jenis entok jumbo, rambon, ” katanya, Sabtu (29/3/2025). 

    Di sebelah kandang entok, ada kandang bambu berisikan ayam kampung yang tertutup rapat. 

    Sebuah mesin penetas berkapasitas ratusan telur sedang bekerja di dalam kandang. 

    Seperti umumnya peternak, Ramadan pun berharap peternakannya menghasilkan cuan. 

    Karenanya ia memelihara cukup banyak indukan. 

    Dari indukan banyak dengan beberapa pejantan, diharapkan bisnis pembiakan (breeding) nya cepat berkembang. 

    Hanya usaha itu yang memungkinkan dilakukannya di desa, di luar usaha pertanian. 

    “Kalau untuk penghasilan meliharanya harus yang banyak,” katanya.

    Tapi Ramadan sempat menghadapi hambatan. Kendala usaha peternakan ada di pakan. 

    Jika semua pakan atau konsentrat dibeli dari pabrikan, hasilnya tak bisa menutup modal. 

    Karena itu Ramadan memutuskan membuat sendiri pakan bermodal bekatul dan dedaunan. 

    Masalahnya, pekerjaan itu merepotkan jika dilakukan dengan cara manual. Butuh alat pencacah untuk melembutkan bahan-bahan. 

    Sayang harga mesin itu di pasaran tidak terjangkau olehnya. 

    BERI MAKAN ENTOK: Khoiru Ramadan sedang memberi makan entok di kandang belakang rumahnya Desa Rakit, Kecamatan Rakit Banjarnegara, Sabtu (29/3/2025). (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI)

    Ciptakan Mesin Pencacah

    Beruntung, Ramadan punya latar belakang sebagai teknisi las. Dengan keterampilannya, ia mencoba berkreasi untuk menciptakan mesin pencacah sendiri. 

    Kebetulan, ada tetangganya yang meminta tolong kepadanya agar dibuatkan alat pencacah. 

    Ramadan mulai berburu mesin pompa bekas. Ia juga mencoba membuat pisau pencacah dari bahan baja.

    Ember cat ukuran 20 kilogram dijadikan bak penampung bahan. 

    “Tadinya ada yang minta dibuatkan, karena saya tukang las dianggap bisa, ” katanya

    Setelah berkali-kali melakukan ujicoba (trial and error), Ramadan berhasil menciptakan teknologi tepat guna. 

    Ia berhasil memodifikasi mesin pompa dan elemen lainnya menjadi alat pencacah yang handal. 

    Batang dan dedaunan yang ia masukkan ke mesin itu langsung digilas hingga remuk menjadi ukuran kecil. Sehingga mudah dicerna ternak. 

    Mulanya ia hanya memakainya untuk keperluan pribadi. Ia sendiri butuh alat itu untuk membuat pakan unggasnya. 

    Ramadan sempat iseng mengunggah karyanya ke media sosial Tiktok. 

    Siapa sangka, kontennya yang memperkenalkan alat pencacah ciptaannya viral.

    Karyanya menuai pujian dari banyak orang. Bukan hanya mengapresiasi,  sebagian dari mereka bahkan langsung memesan produknya. 

    Tak ingin menyiakan kesempatan, Ramadan terus menyempurnakan produknya agar layak dijual. 

    Ia akhirnya berani menerima pesanan dari pelanggan dengan harga wajar. 

    “Saya gak sengaja hanya iseng posting di Tiktok, tak tahunya FYP, ” katanya.

    BERI MAKAN AYAM: Khoiru Ramadan memberi makan ayam dan memeriksa mesin penetas telur di belakang rumahnya di Desa Rakit Kecamatan Rakit, Banjarnegara, Sabtu (29/3/2025). (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI)

    Manfaatkan BRImo 

    Usai kontennya viral, Ramadan kebanjiran pesanan. Tidak tanggung-tanggung, pelanggannya banyak datang dari luar Jawa di antaranya Kalimantan. 

    Media sosial menjadi penghubung dia dengan para pelanggan dari berbagai daerah di Indonesia. 

    Lewat konten yang dia unggah di akun medsos, mereka percaya produknya teruji hingga mantab untuk memesan. 

    Ramadan sendiri mengklaim keunggulan produknya yang dibuat dari bahan pilihan. 

    Baik dari sisi kualitas maupun harga yang kompetitif. 

    Mesin pencacah karyanya ia jual dengan harga bervariasi, tergantung spesifikasi bahan dan kapasitas mesin. 

    Ia membanderolnya dengan harga mulai Rp 770 ribu hingga Rp 1,1 juta. 

    “Kalau mau beli disesuaikan kebutuhan, semakin bagus mesinnya semakin mahal. Tergantung permintaan juga, ” katanya

    Bukan hanya dalam hal pemasaran yang menggunakan teknologi komunikasi digital. Untuk bertransaksi dengan pelanggan, ia juga biasa memanfaatkan layanan transaksi digital. 

    Transaksi digital bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sepertinya adalah suatu keniscayaan. 

    Apalagi pelanggannya berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tidak mungkin transaksi dilakukan secara tunai karena tidak saling bertatap. 

    Rata-rata pelanggannya mentransfer uang ke rekeningnya untuk pembayaran. Ramadan selalu mengaktifkan aplikasi perbankan digital milik Bank Rakyat Indonesia, yakni BRImo. 

    Setiap pembayaran dari pelanggan langsung masuk ke rekening BRI nya. Bagi dia, transaksi digital memudahkan dan tidak merepotkan. 

    “Pelanggan saya jauh-jauh, jadi rata-rata transfer saat mau bayar, ” katanya

    Meski baru seumur jagung, usaha Ramadan cepat berkembang. Ia bahkan tak bisa mengerjakan sendiri untuk melayani pelanggan. 

    Ia harus dibantu dua karyawan yang masih ada ikatan keluarga dengannya. 

    Nanang Wiyoso, salah satu karyawan, mengaku menikmati pekerjaannya. Ia mulai bekerja saat Ramadan mendapat pesanan pertama kalinya, beberapa bulan lalu. 

    Ia sendiri bertugas membuat pisau pencacah yang nantinya dimodifikasi dengan komponen lainnya. 

    “Yang paling susah menurut saya bikin pisaunya, agak lama, ” katanya

     

    Nanang sebelumnya berprofesi sebagai pekerja bangunan. Ia biasa merantau ke luar Jawa untuk menafkahi keluarga.

    Karenanya, ia antusias ketika mendapatkan tawaran kerja di tempat Ramadan. Apalagi tempatnya kerja saat ini tidak jauh dari rumahnya di Desa Purwonegoro Kecamatan Purwanegara. 

    Ia tak harus merantau lagi ke luar kota untuk bekerja. 

    Karena itu, ia berharap usaha Ramadan terus eksis, bahkan semakin maju ke depannya. Sebab keberlangsungan usaha itu ikut memengaruhi nasibnya. 

    “Harapannya usahanya bisa maju jadi saya bisa bekerja di rumah, gak merantau lagi, “katanya

    Ia mengaku salut dengan kreativitas Ramadan. Terlebih kreativitas itu bisa menghasilkan cuan dan mampu memberdayakan warga sekitar. Termasuk dirinya. 

    Bahkan, di luar mesin pencacah, Ramadan kini kembali berkreasi membuat mesin penetas telur.

    Mesin penetas berkapasitas 100 telur sudah berhasil dibuat dan telah melalui serangkaian ujicoba. 

    Kini pemuda itu sedang mengembangkan mesin penetas dengan kapasitas lebih besar yang mampu mengeram 500 telur.

    Ramadan sudah mengaplikasikan mesin itu di kandangnya. 

    Inovasi ini juga berasal dari kegelisahan Ramadan yang ingin bisnis breeding-nya cepat berkembang. 

    Jika mengandalkan proses natural, telur dierami indukan, pembiakan akan lamban. Karena itu, proses pengeraman perlu dibantu teknologi. 

    Dengan begitu, setelah bertelur, induk unggas bisa cepat kembali kawin dan bertelur lagi. 

    “Kalau pakai mesin penetas, siklus bertelurnya bisa lebih cepat. Karena indukan gak harus mengerami telurnya, bisa cepat bertelur lagi, ” katanya. (aqy)

  • Kumpulan Tulisan Unik di Motor Pemudik ‘Tuku Pilus Karo Kecap, Wayahe Wong Tulus Mulih Cilacap’ – Halaman all

    Kumpulan Tulisan Unik di Motor Pemudik ‘Tuku Pilus Karo Kecap, Wayahe Wong Tulus Mulih Cilacap’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kumpulan tulisan unik para pemudik yang ditempel di kendaraan saat perjalanan ke kampung halaman mencuri perhatian.

    Pemudik biasanya menempelkan tulisan berisi pesan lucu yang diletakkan di balik barang bawaan.

    Seperti tulisan pemudik yang melintas di Jalur Kalimalang, Jalan KH Noer Ali Kota Bekasi pada Jumat (28/3/2025) ini. 

    Tulisan pemudik itu, berbunyi “Bikin dosa di kota minta maaf di kota, lama gak mudik sekali mudik gak lama,”. 

    Kemudian, tulisan “Tuku pilus karo kecap, wayahe wong tulus mulih Cilacap, Tangerang-Cilacap Mudik 2025”. 

    Dikutip dari TribunJakarta.com, menurut pemudik bernama Galih, sengaja memasang tulisan unik di belakang kendaraannya untuk seru-seruan. 

    “Mudik dari Jaksel mau ke Pekalongan, sendiri aja, bikin tulisan biar ada kesannya aja gitu. Seru-seruan aja.”

    “Alhamdulillah enggak ada kendala selama perjalanan,” kata Galih saat dijumpai di Bekasi.

    Lebih lanjut, Galih menceritakan, ini pertama kalinya ia mudik menggunakan sepeda motor, biasanya pulang ke kampus halaman menggunakan bus. 

    “Masih jauh perjalanan masih delapan jam lagi, baru kali ini mudik bawa motor, biasanya naik bus. Pengen tahu rasanya mudik pake motor gitu,” ungkapnya.

    Selain itu, ada pemudik di Jalan Kalimalang, yang menuliskan “Bikin dosa di kota, minta maaf di desa. Lama gak mudik, sekali mudik gak lama, Jaksel-Banjarnegara-Semarang”.

    Tulisan unik lainnya, juga dijumpai di Jalan Raya Kalimalang, Cipinang, Jakarta Timur.

    Seorang pemudik menempelkan tulisan berbahasa Jawa ‘Wayae Wong Mumet Tampil #panturarace Tangerang-Pemalang’.

    Bila diartikan ke Bahasa Indonesia, tulisan itu berbunyi ‘saatnya orang Mumet tampil’.

    Kemudian, ketika berjalan menuju Simpang BCP, Bekasi, ada pemudik motor juga menempelkan secara kertas di barang bawaannya.

    Pemudik itu, menuliskan kata-kata “Setelah Minta Maaf Sama Orang Rumah, Jangan Lupa Minta Maaf Sama Orang Yang Pernah Jadi Rumah #Tangerang-Cilacap 2025”.

    Ada lagi pemudik yang menggunakan jaket dan helm ojek online, menempelkan kertas di barang bawaan bagian belakangnya.

    Kertas tersebut, bertuliskan bahasa Jawa ‘Golek Duit’E NGOJOL Ngentek`e Duit’EJUDOL. Sepurane Mbok Mudik kali iki gur Gowo Awak mergo golek Duit lagi gak kepenak, GAS TIPIS-TIPIS. TANGSEL-TEMANGGUNG’.

    Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia, ‘Nyari duit lewat Ngojol, ngabisin duit lewat Judol. Mohon maaf bu Mudik kali ini cuma bawa diri sendiri, masalahnya nyari duit lagi gak enak’.

    Kemudian, tim Wartakotalive.com juga menemui pemudik motor yang menempelkan secarik kertas bertuliskan lucu ‘Mudiklah rindu mantan pacar bro…’.

    Tak hanya itu, pemudik yang menggunakan mobil atau roda empat pun menempelkan kertas di kaca belakang.

    Sementara itu, di Jalur Pantura Cirebon, Selasa (25/3/2025), berbagai tulisan nyeleneh ditempel di bagian belakang motor pemudik.

    Ada yang berisi motivasi, harapan, hingga humor yang mengundang tawa.

    Sejumlah pemudik menuliskan pesan yang mencerminkan perasaan dan pengalaman mereka selama perjalanan, di antaranya:

    “Tulus’e ati bakal kalah karo baguse rai.” (Tulusnya hati bakal kalah sama bagusnya wajah)

    “Tetap merendah soale sing duwur kui langit karo seleramu.” (Tetap merendah, karena di atas itu cuma ada langit dan seleramu)

    “Royal tok nek ra nganteng yo sodakoh.” (Royal saja kalau nggak ganteng, ya sedekah)

    “Gass mudik ngetan…”

    Cerita Pemudik Tempel Tulisan Unik di Kendaraan

    Deni (32), seorang pemudik asal Jakarta, mengaku sengaja menempelkan tulisan di motornya agar perjalanan lebih seru.

    “Buat hiburan saja, biar nggak terlalu stres di jalan. Ya, sekalian pembelaan diri kalau jatuh cinta jangan sampai buat gila,” kata Deni di sebuah warung di Cirebon, Selasa (25/3/2025), dilansir TribunJabar.id.

    Selain bersifat humor, ada tulisan yang mengandung doa dan harapan. 

    Seperti tulisan yang dibuat pemudik asal Tangerang, Iwan (40).

    Ia menuliskan “Semoga selamat sampai tujuan, istri dan anak menunggu di rumah.”

    “Biar lebih semangat di jalan. Saya bawa istri dan anak juga, jadi semoga perjalanan lancar,” ucap Iwan.

    Tulisan-tulisan ini menjadi hiburan tersendiri bagi pemudik lain.

    Di sisi lain, petugas kepolisian tetap mengingatkan agar para pemudik mengutamakan keselamatan di perjalanan.

    Hal tersebut, disampaikan Kasat Lantas Polres Cirebon Kota, AKP Ngadiman.

    “Silakan berkreasi, tapi tetap patuhi aturan lalu lintas. Jangan sampai tulisan di motor malah mengganggu visibilitas pengendara lain,” katanya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Para Pemudik Menuliskan Pesan Unik dan Lucu, Ditempelkan ke Bodi Kendaraan dan TribunJakarta.com dengan judul ‘Bikin Dosa di Kota, Minta Maaf di Desa’ Kumpulan Tulisan Unik Pemudik di Kalimalang Bikin Senyum

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJabar.id, Arie Puji Waluyo, TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar, TribunJabar.id/Eki Yulianto)

  • Bupati Banjarnegara Segera Tangani Permasalahan di TPA Winong

    Bupati Banjarnegara Segera Tangani Permasalahan di TPA Winong

    TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA – Bupati Banjarnegara, dr. Amalia Desiana, bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan kepala BPPKAD Banjarnegara meninjau langsung lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Winong, Kecamatan Bawang, pada Rabu (27/3/2025).

    Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat langsung bagaimana kondisi TPA sampah untuk dilakukan penataan lebih lanjut sehingga dalam proses penanganan sampah dapat dilakukan dengan lebih baik dan tidak terjadi pencemaran lingkungan. 

    Selain meninjau secara langsung fasilitas dan kondisi di TPA Winong, Bupati Amalia juga berbincang langsung dengan beberapa petugas kebersihan yang ada di TPA tersebut. 

    Bupati Amalia mengatakan, kunjungannya ini bertujuan untuk mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan terkait sampah yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara. 

    Ia menilai perlu adanya peningkatan teknologi yang lebih baik di TPA Winong. 

    Hal ini mengingat lahan yang ada di TPA tersebut semakin lama semakin terbatas dan penambahan pun tidak dapat terus dilakukan.

    Satu-satunya jalan ialah dengan memanfaatkan teknologi untuk mengelola sampah menjadi produk yang lebih bermanfaat. 

    “Secepatnya tahun ini paling tidak kita harus sudah memulai itu.

    Yang prinsip kita harus dapat mengelola sampah di seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara dengan baik,” ujar Bupati Amalia dalan keterangan resmi yang diterima Tribunbanyumas.com pada Jumat (28/3/2025). 

    Bupati Amalia berharap, dengan kehadiran dirinya ke TPA Winong, kondisi dan persoalan yang ada di lapangan dapat segera teratasi.

    Selain itu, dengan adanya peninjauan lapangan, diharapkan perencanaan pengelolaan sampah di Kabupaten Banjarnegara dapat terus diperbaiki di masa mendatang agar Kabupaten Banjarnegara menjadi percontohan terbaik untuk masalah sampah. 

    “Pada intinya kita semangat dalam menanggulangi permasalahan sampah. Permasalahan sampah sudah menjadi keseriusan kita, sehingga kita tidak akan membiarkan keadaan sampah yang berkelanjutan,” ujar Bupati Amalia. 

    Ia juga menyatakan bahwa permasalahan sampah ini menjadi suatu motivasi yang harus benar-benar terjawab. 

    “Kita harus memotivasi bagaimana permasalahan sampah ini benar-benar terjawab. Ke depan harapannya Kabupaten Banjarnegara dapat menjadi percontohan terbaik dalam penanggulangan sampah.

    Oleh karena itu mari kita seluruh elemen berjuang bersama-sama untuk mewujudkannya,” ujar Bupati Amalia. (anr)

  • Saling Tatap Berujung Maut, Pemuda Banjarnegara Tewas Ditikam Tetangga Kos

    Saling Tatap Berujung Maut, Pemuda Banjarnegara Tewas Ditikam Tetangga Kos

    TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA – Polres Banjarnegara mengungkap tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan orang luka berat dan kematian.

    Kejadiannya di Jalan Elang Raya Perumahan Kalisemi, Kelurahan Parakancanggah, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, pada Senin (24/3/2025).

    Kapolres Banjarnegara AKBP Mariska Fendi Susanto SIK MM melalui Wakapolres Banjarnegara Kompol Handoyo SH menyatakan, tindak pidana tersebut dilakukan oleh tersangka MNSJ alias Weki (24) warga Desa Oihu, Kecamatan Togo Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. 

    “Dalam kejadian tersebut ada dua korban.

    Satu korban meninggal dunia yakni Muhammad Saefudin (23) warga Kelurahan Sokaraja Kulon, Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

    Di tubuh korban terdapat luka tusuk di ketiak belakang atas sebelah kiri 2 tusukan, punggung 1 tusukan, pantat 1 tusukan dan perut sebelah kiri 1 tusukan,” katanya saat konferensi pers di Mapolres Banjarnegara, Selasa (25/3/2025).

    Adapun korban lainnya ialah MH Zaki Amaris yang merupakan warga kelurahan Parakancanggah, Banjarnegara.

    Ia mengalami luka berat dan saat ini masih dalam perawatan medis di RSUD Hj. Anna Lasamanah.

    Handoyo mengungkapkan modus tersangka.

    Tersangka tidak terima diperhatikan oleh korban Zaki dan kemudian mengajak berkelahi korban.

    Pelaku diketahui membawa senjata tajam yang selalu melekat pada tubuh pelaku. 

    “Awalnya saling tatap, selanjutnya terjadi keributan dan perkelahian antara tersangka dan korban hingga pelaku mengeluarkan pisau lipat yang disimpan di saku untuk menusuk.

    Selanjutnya Muhammad Saefudin ketika akan menolong juga ikut ditusuk oleh pelaku,” katanya.

    Usai kejadian, pelaku kabur dari lokasi menggunakan sepeda motor.

    Warga yang melihat kejadian melaporkannya ke Polres Banjarnegara.

    Setelah menerima laporan, Satreskrim pun melakukan penyelidikan, bergerak cepat untuk mengejar pelaku.

    Berdasar informasi yang didapat, pelaku kabur ke arah Kabupaten Banyumas. 

    Mengetahui hal ini, tim Satreskrim bekerja sama dengan Resmob Polresta Banyumas melakukan penyekatan di perbatasan Banyumas-Purbalingga.

    Akhirnya, pelaku berhasil ditangkap di daerah Sokaraja, Kabupaten Banyumas, sekitar pukul 05.30 WIB pada saat sedang mengisi BBM di Pom mini.

    “Kurang dari tiga jam tersangka berhasil kami amanakan untuk dibawa ke Polres Banjarnegara untuk dilakukan proses penyidikan lebih lanjut,” kata Handoyo.

    Ia menerangkan, berdasarkan pemeriksaan para saksi, tersangka, dan barang bukti yang disita, tersangka dijerat pasal 351 Ayat (2) dan (3) KUHP dan atau pasal 338 KUHP tentang penganiayaan.

    “Dengan ancaman pidana 20 tahun penjara” tandasnya.

    Untuk diketahui, barang bukti yang diamankan dalam kejadian tersebut yakni satu unit sepeda motor Honda Beat tahun 2016 warna merah putih, satu buah kunci kontak, satu lembar STNK, dan satu buah BPKB.

    Lalu, satu pasang sandal japit merek swallow warna biru putih terdapat bekas darah yang menempel, satu potong jaket model sweater warna abu-abu terdapat gambar B dengan kondisi berlumuran darah serta terdapat bekas sobek, satu potong kaos warna hitam terdapat bekas sobek berlubang dan terdapat bekas darah yang menempel.

    Kemudian, satu bilah pisau lipat dengan gagang warna coklat, satu buah sarung pisau warna hitam, satu potong celana panjang warna hitam dengan tali berwarna putih dan satu potong jaket model hoodie warna abu-abu terdapat stiker bertuliskan Jack Daniels. (anr)

  • Kisah Penyintas Kanker Bangun Usaha di Banjarnegara, Tetap Berbagi meski Warung Sepi

    Kisah Penyintas Kanker Bangun Usaha di Banjarnegara, Tetap Berbagi meski Warung Sepi

    TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA – Bulan puasa menjadi masa paceklik bagi sebagian penjaja makanan. Tidak kecuali bagi Sukirman, pedagang nasi goreng di Desa Linggasari, Wanadadi, Banjarnegara. 

    Banyak warga yang lebih memilih makan atau berbuka di rumah di banding jajan. Selepas buka, juga jarang warga yang keluar untuk makan. 

    Menjelang Isya, Sukirman duduk termangu di sudut warung, menanti pelanggan. Jarum jam terus berputar. 

    Dua batang rokok sudah habis ia bakar. Kopi panas di gelas yang ia seruput sudah dangkal. 

    Tapi belum juga ada pelanggan datang. Hampir saja ia menyulut batang rokok yang ketiga. 

    Deru sepeda motor berhenti di depan warungnya.  Wajah Sukirman yang sempat layu kembali bercahaya. 

    Ia langsung beranjak menghampiri pelanggan. Satu orang pelanggan seakan memberinya sejuta harapan. 

    Meski akhirnya hanya satu porsi bungkus nasi goreng yang dipesan. 

    “Kalau bulan puasa ya seperti ini. Yang penting berangkat (dagang), ” katanya

    Sukirman tak galau meski warungnya sepi. Ia percaya rizki sudah ada yang membagi. 

    Ia yang sudah bertahun-tahun berjualan, tak kaget dengan fenomena seperti ini. Di awal merintis usaha dulu, ia bahkan sering merugi. 

     

    Beratnya Merintis

    GORENG NASI: Sukirman menggoreng nasi di warungnya Desa Linggasari, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, Senin malam (24/3/2025). Sukirman telah melewati banyak rintangan untuk sampai di titik sekarang ini. (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI)

    Tidak ada proses instan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sukirman telah melewati banyak rintangan untuk sampai di titik sekarang ini. 

    Awal membuka warung nasi goreng, tahun 2017 lalu, Sukirman sudah diuji. 

    Ia yang membuka warung tenda di depan Samsat Banjarnegara, nyaris tak punya pembeli.

    Keramaian orang lalu lalang di jalan kota berbanding terbalik dengan warungnya yang sepi. 

    “Saya semalam hanya laku 3 porsi,” katanya

    Ia kemudian memutuskan pindah lokasi di Desa Linggasari, Kecamatan Wanadadi. 

    Ia menyewa emper toko untuk mendirikan warung tenda. Sayang hasil jualannya tak jauh beda dengan di tempat sebelumnya. 

    Harusnya ia berangkat membawa dagangan, lalu pulang membawa uang. 

    Tapi yang terjadi, ia kerap membawa dagangannya kembali pulang. Terutama nasi karena tak terbeli.  Perasaan nelangsa menyelimuti. 

    Alih-alih untung, Sukirman kerap tombok dan merugi. Padahal anak dan istrinya di rumah sudah menanti rizki. 

    “Sering nasi sisa terus basi, terpaksa dibuang, ” katanya

    Dengan hanya mengandalkan hasil dagangan yang tak pasti, tak mungkin ia bisa menghidupi anak istri. 

    Untung Sukirman punya kebun salak yang bisa menyambung hidup keluarganya saat warung sepi. 

    Untuk menutup kebutuhan, istrinya membantu mencari nafkah ke ibu kota.  Sementara Sukirman terus berjuang merawat usahanya. 

    Ia yakin, kesusahannya tidak akan berlaku selamanya. Selalu ada asa di balik setiap perjuangan dan do’anya. 

    Setelah 3 tahun berjuang dengan situasi sulit, jalan rizkinya akhirnya terbuka. Warungnya mulai bergeliat. Omzet penjualannya terus meningkat. 

    Pelanggannya terus bertambah. Kesabaran dan ketelatenannya selama ini berbuah. 

    “3 tahun itu sering tombok, yang beli hanya segelintir. Alhamdulillah sekarang sudah stabil, ada hasil,” katanya

    Saat penghasilannya mulai stabil, Sukirman percaya diri untuk mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke Bank Rakyat Indonesia (BRI).

    Sebagaimana umumnya pelaku usaha, ia mengumpulkan syarat dan melalui berbagai tahapan. 

    Ia disurvei mantri BRI Unit Banjarmangu untuk memastikan kelayakannya menerima program tersebut. 

    Tidak sulit baginya mengajukan pinjaman, karena usahanya bukan abal-abal. 

    Ia memilih KUR bukan tanpa alasan. Di samping sebagai pelaku UMKM yang memang layak menerima program itu, Sukirman menyebut bunga KUR tidak memberatkan. 

    “Prosesnya mudah karena saya punya usaha, ” katanya.

     

    Derita Penyakit Langka

    Bagi Sukirman, berjuang mendapatkan pelanggan belum seberapa di banding ujian sakit yang ia rasakan. 

    Sukirman menderita penyakit langka. Seorang dokter memvonisnya kanker tulang. Tubuhnya kering. Hanya tangan kirinya yang membesar.  

    Saat penyakitnya kambuh, tangannya serasa dihujani ribuan jarum. Benda yang menyentuh kulitnya terasa menyengat. 

    Selama 4 tahun, tubuh ringkihnya hanya bisa tergolek di pembaringan. Jangankan bekerja, bergerak saja ia kesulitan. 

    Ia sudah menempuh berbagai cara pengobatan. Dari medis hingga supranatural. Tanah berharga pun terpaksa ia jual.  

    Sampai hampir seluruh harta bendanya habis, sembuh tak kunjung didapatkan.

    Hingga di batas kesabarannya, Sukirman nekat membedah sendiri benjolan di tangannya menggunakan pisau. 

    “Saya nekat operasi sendiri pakai pisau. Orang lihat saja gak kuat, ” katanya

    Di titik inilah Sukirman merasakan sakit tak tertahankan. Jangankan dilukai senjata tajam, tersentuh benda saja tangannya sudah kesakitan. 

    Tanpa dibius, ia mencabut sendiri tulang-tulang tumbuh di lapisan kulitnya yang dalam. 

    Setelah tindakan mengerikan itu, kondisi Sukirman perlahan membaik. Ia bisa kembali beraktivitas normal. Ia berhasil sembuh, meski belum total. 

    Sukirman kembali bertani dan berdagang. Meski kondisinya jauh lebih baik, Sukirman masih menjalani pengobatan hingga sekarang. 

    Ia masih suka kambuhan. Saat penyakit itu kembali menyerang, Sukirman terpaksa libur berdagang. 

    “Kemarin saya sempat libur 2 bulan karena sakit, ” katanya

     

    Selalu Berbagi

    NASI GORENG: Nasi Goreng bumbu rempah dengan taburan sayur, sosis, bakso dan ayam siap disantap pelanggan di warung Nasi Goreng Mas Amin Desa Linggasari, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, Senin malam (24/3/2025). Setiap hari, Sukirman menyisihkan beberapa porsi nasi goreng untuk berdonasi. (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI)

    Sukirman diam-diam berhati suci. Ia punya amalan yang tak pernah putus sampai kini. 

    Dalam kondisi apapun, baik penjualan ramai maupun sepi, ia mewajibkan diri untuk berbagi. 

    Setiap hari ia menyisihkan beberapa porsi nasi goreng untuk berdonasi. Ini sudah menjadi tradisi. 

     

    “Alhamdulillah setiap hari saya sisihkan beberapa porsi untuk donasi, ” katanya

    Sukirman pun tak pandang bulu dalam berdonasi. Ia tak memperhatikan penampilan seorang yang akan ia beri. 

    Ia juga tak takut penghasilannya berkurang atau rugi karena berbagi.  Padahal dalam usaha, ada kalanya ramai maupun sepi. 

    Bahkan saat baru dasaran, pelanggan belum datang, Sukirman sudah berbagi nasi goreng ke orang lain. 

    Tidak ada motif duniawi baginya untuk bersedekah. Ia hanya ingin mendapatkan berkah.  

    Keberkahan itu yang ia rasakan selama ini. Tidak melulu mewujud keuntungan materi. 

    “Saya diberi kesehatan bisa dagang itu berkah. Anak istri sehat, hidup rukun tenang tenteram itu juga berkah,” katanya

    Teman yang juga penikmat nasi goreng Sukirman, Yanto mengakui keuletan temannya itu dalam bekerja. 

    Ia mengetahui betul perjalanan hidup Sukirman yang diwarnai banyak ujian. Khususnya sakit yang sampai sekarang belum sepenuhnya hilang. 

    Ia bahkan tak tega melihat temannya itu saat mengoperasi sendiri tangannya dengan senjata tajam. 

    Yang ia salut, di tengah kondisi fisiknya yang ringkih, temannya itu masih semangat mencari nafkah. 

    “Ujiannya berat, tapi kuat, ” katanya

    Yanto selalu sigap mengantar Sukirman ke rumah sakit saat penyakitnya kambuh. 

    Ia berharap temannya itu mendapat kesembuhan total. Sukirman telah mewariskan keteladanan dan inspirasi bagi orang di sekitarnya. (aqy)

  • Pedagang Lampu Minyak Raup Berkah dari Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo

    Pedagang Lampu Minyak Raup Berkah dari Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo

    Liputan6.com, Gorontalo – Jelang Idulfitri 2025, tradisi Tumbilotohe yang artinya pasang lampu kembali membawa berkah bagi pedagang lampu minyak di Gorontalo.

    Tradisi tua dengan menyalakan pelita tradisional yang berlangsung tiga hari sebelum Lebaran ini, menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat, terutama para pedagang musiman.

    Seiring dengan semakin meriahnya perayaan Tumbilotohe di Tanah Serambi Madinah, penjualan lampu minyak berbahan botol bekas mengalami peningkatan signifikan.

    Di berbagai sudut Kota Gorontalo, lapak-lapak pedagang mulai bermunculan, menawarkan pelita kepada warga yang ingin turut serta dalam tradisi bersejarah tersebut.

    Haknun, salah seorang pedagang lampu minyak di Kota Gorontalo, mengaku mengalami peningkatan penjualan dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Alhamdulillah, tahun ini tradisi Tumbilotohe lebih semarak. Permintaan lampu minyak meningkat drastis,” ujarnya.

    Ia bahkan pernah menerima pesanan hingga 500 unit pelita dalam satu transaksi.

    “Kami sangat bersyukur, karena permintaan tinggi ini memberi keuntungan besar bagi pedagang seperti kami,” tambahnya.

    Pedagang lain, Lisna, yang telah berjualan pelita selama lima tahun, juga merasakan dampak positif dari meningkatnya antusiasme masyarakat.

    “Tahun ini saya menyiapkan sekitar 4.000 lampu minyak dari botol bekas, dan alhamdulillah penjualannya cukup lancar,” katanya.

    Harga lampu minyak yang ditawarkan para pedagang bervariasi tergantung jenis dan jumlah sumbu yang digunakan. Untuk pelita dengan 12 sumbu, harga yang dipatok sekitar Rp12 ribu per unit, sementara lampu botol lengkap dengan tiga sumbu dibanderol Rp5 ribu per unit.

    “Lampu botol dengan sumbu lengkap biasanya menjadi produk yang paling laris, karena lebih praktis digunakan,” ujar Lisna.

     

    Dilaporkan ke Ombudsman Soal Bansos, Bupati Banjarnegara Santuni Pelapor Rp200 Ribu

  • Travel Gelap: Cermin Buram Transportasi Umum Indonesia – Page 3

    Travel Gelap: Cermin Buram Transportasi Umum Indonesia – Page 3

    Keberadaan angkutan pedesaan sebagai penyambung atau penghubung antara desa dengan Terminal Tipe A sudah banyak yang punah. Sebagai penggantinya angkutan ojek pangkalan yang tarifnya tidak terkendali alias mahal.

    “Dengan beroperasinya angkutan umum plat hitam dianggap membantu memudahkan mendapatkan layanan angkutan umum door to door mengantarkan penumpang sampai dengan tujuan penumpang,” ujar Djoko.

    Berdasarkan investigasi yang dilakukan untuk penumpang barasal dari Jawa Tengah. Asal perjalanan dari Jawa Tengah adalah Kab. Brebes, Kab. Banyumas, Kab. Grobogan, Kab. Tegal, Kab. Wonosobo, Kab. Batang, Kab. Pekalongan, Kab Pemalang dan Kab. Banjarnegara. Penumpang dijemput sesuai dengan titik share location yang diberikan kepada agen.

    Sementara yang berasal dari Jawa Barat adalah Kab. Banjar, Kab. Ciamis, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, Kab. Majalaya. Kab. Sumedang, Kab. Subang.

    Ramainya penumpang di hari Jumat dan Minggu. Penumpang dijemput sesuai dengan titik share location yang diberikan kepada agen. Jam keberangkatan kisaran pukul 16.00 – 19.00.

    “Ada keluwesan dalam pembayaran, yakni pembayaran dapat dilakukan di awal atau sesudah penumpang tiba di tempat tujuan. Bahkan, ada layanan penawaran promo jika berombongan 6-7 penumpang, dapat gratis satu penumpang,” ujarnya.

    Adapun selama perjalanan pasti melakukan transit di titik kumpul yang telah ditentukan. lokasi istirahat di tempat yang telah ditentukan. Lokasi istirahat merupakan titik kumpul semua kendaraan yang berasal dari asal keberangkatan sebagai lokasi istirahat bagi pengemudi dan penumpang. Jam istirahat antara jam 20.00 – 00.00 dengan durasi waktu istirahat kisaran 45 menit – 1 jam.

    Djoko menyebut, maraknya bisnis travel gelap ini telah membikin gemas dan resah di kalangan para pengusaha angkutan umum resmi. Di satu sisi, angkutan umum resmi diminta taat regulasi.

    Sementara di sisi lain ada angkutan umum yang tidak taat regulasi dan makin marak beroperasi tanpa ada upaya tindakan tegas dari pemerintah untuk memberantasnya.

    “Bisnis travel gelap beroperasi sudah sejak lama dan jumlahnya sudah ratusan armada setiap hari yang masuk Kawasan Jabodetabek,” katanya.

     

  • Pemprov Jateng Siapkan Jalur Alternatif Arus Mudik

    Pemprov Jateng Siapkan Jalur Alternatif Arus Mudik

    SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai menyiapkan sejumlah jalur alternatif untuk mengantisipasi membludaknya arus kendaraan pada mudik Lebaran 2025.

    Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan jalur-jalur alternatif sudah mulai dipasang rambu-rambu penunjuk arah yang diharapkan bisa memudahkan pemudik menuju daerah tujuannya masing-masing.

    Jumlah kendaraan yang bakal masuk atau melintas Jateng diprediksi sebanyak 1,8 juta kendaraan, atau mengalami kenaikan 6,75 persen dibandingkan pada 2024.

    “Jalur-jalur alternatif kami beri papan petunjuk untuk mempermudah, karena kalau bicara Google Map, kadang terjebak,” kata sosok yang akrab disapa Gus Yasin dilansir ANTARA, Rabu, 19 Maret.

    Berdasarkan data Dinas Perhubungan Jateng, total sudah terpasang 15.290 unit lampu penerangan jalan, 14.826 unit rambu lalu lintas, dan 1.331 unit rambu pendahulu penunjuk jurusan.

    Untuk daerah rawan kecelakaan sebanyak enam lokasi telah dipasang warning light, marka jalan, dan rambu peringatan.

    Rambu imbauan kepada pemakai jalan berupa peringatan dengan kata-kata, juga telah disiapkan sebanyak 203 unit rambu sementara.

    Jalur-jalur alternatif yang disiapkan itu berada di jalur penghubung tengah, jalur alternatif pantura, dan jalur penghubung timur.

    Jalur penghubung tengah meliputi ruas Pemalang – Randudongkal – Belik – Bobotsari – Purbalingga, ruas Wiradesa-Kajen – Kalibening – Wanayasa – Banjarnegara, dan ruas Weleri – Patean – Parakan.

    Jalur alternatif Pantura meliputi ruas Bantarsari – Ketanggungan – Slawi – Bantarbolang – Kajen – Kesesi – Wonotunggal – Plantungan- Sukorejo – Ungaran, dan ruas Semarang – Godong – Purwodadi – Wirosari – Singget – Cepu.

    Untuk jalur penghubung timur meliputi ruas Pati – Purwodadi – Gemolong – Surakarta, ruas Sruwen – Karanggede – Andong – Gemolong; ruas Palur – Karanganyar – Kalisoro/Batas Jatim, dan ruas Surakarta – Sukoharjo – Wonogiri – Ngadirojo – Biting/Batas Jatim.

    Gus Yasin mengatakan bahwa kondisi infrastruktur jalan secara umum sudah baik, sementara pengerjaan penutupan lubang jalan terus dikebut.

    “Jalan-jalan sudah ditambal semua. Dan kemarin saya juga sudah muter, mencoba lewat jalan-jalan provinsi dan jalan-jalan yang menjadi jalan alternatif para pemudik, Insya Allah sudah baik semua,” katanya.

     

     

  • Nasi Jaha, Takjil Khas Sulawesi yang Selalu Hadir di Ternate saat Ramadan

    Nasi Jaha, Takjil Khas Sulawesi yang Selalu Hadir di Ternate saat Ramadan

    Liputan6.com, Gorontalo – Salah satu kuliner khas yang selalu hadir di meja warga Kota Ternate saat bulan Ramadan adalah nasi jaha. Hidangan tradisional ini menjadi menu favorit untuk berbuka puasa karena cita rasanya yang gurih dan aromanya yang khas.

    Nasi jaha merupakan makanan tradisional berbahan dasar beras ketan dan santan yang dicampur dengan jahe. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang telah dilapisi daun pisang, lalu dipanggang di atas bara api hingga matang. Proses pembakaran ini menghasilkan aroma khas yang menggugah selera.

    Tidak hanya saat Ramadhan, nasi jaha juga menjadi hidangan wajib dalam perayaan Idulfitri dan berbagai acara adat di Maluku Utara.

    Keunikan rasa nasi jaha kerap disandingkan dengan lemang dari Sumatera Barat atau lemper dari Jawa. Namun, perbedaannya terletak pada komposisi rasa, di mana nasi jaha memiliki cita rasa jahe yang kuat dan tidak berisi daging seperti lemper.

    Nasi jaha biasanya disajikan dengan berbagai lauk pendamping seperti abon sapi, daging rusa, atau abon ikan cakalang. Tak jarang, masyarakat juga menyantapnya dengan gulai atau kari untuk menambah kelezatan rasa.

    Menurut Fitri, salah seorang warga yang rutin membeli nasi jaha saat Ramadhan, makanan ini memiliki cita rasa yang khas dan selalu menggugah selera.

    “Saya suka nasi jaha karena teksturnya yang lembut dan rasa jahenya yang bikin hangat di perut. Apalagi kalau dimakan dengan abon ikan, makin enak!” ujarnya.

    Senada dengan Fitri, Rahman, seorang penjual nasi jaha di kawasan Pasar Gamalama, mengungkapkan bahwa permintaan nasi jaha meningkat signifikan saat bulan puasa.

    “Biasanya dalam sehari saya bisa menjual puluhan batang, tapi kalau Ramadhan bisa lebih dari dua kali lipat. Banyak warga yang mencari nasi jaha untuk berbuka,” katanya.

    Dengan keunikan rasanya serta nilai tradisi yang melekat, nasi jaha tetap menjadi kuliner favorit warga Ternate, khususnya saat bulan Ramadhan. Tak heran jika makanan ini selalu diburu dan menjadi salah satu simbol kekayaan kuliner Maluku Utara.

     

    Festival Layang-Layang Batik Ala Desa Wisata Pagak Banjarnegara

  • Bandung Disergap Banjir, Wali Kota Sebut Perlu Ada Solusi Jangka Panjang

    Bandung Disergap Banjir, Wali Kota Sebut Perlu Ada Solusi Jangka Panjang

    Liputan6.com, Bandung – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mengatakan bencana banjir di Kota Bandung, Jawa Barat memerlukan solusi jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana serupa di masa depan.

    “Setelah kondisi pulih, kita akan mencari langkah terbaik untuk mencegah kejadian ini terulang kembali. Keselamatan warga harus menjadi prioritas,” katanya dalam keterangan tertulis pada Minggu, 16 Maret 2025.

    Diketahui, sejumlah wilayah di Kota Bandung direndam banjir usai hujan lebat pada Sabtu, 15 Maret 2025. Tak hanya itu, banjir juga menyebabkan sungai meluap hingga kirmir jebol.

    Badan Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung mencatat 10 kelurahan di Kota Bandung direndam banjir.

    Di antaranya Kelurahan Babakan Ciamis, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Tamansari, Kelurahan Pajajaran, Kelurahan Cibadak, Kelurahan Braga, Kelurahan Gempol Sari, Kelurahan Rancanumpang, Kelurahan Palasari, dan Kelurahan Cisaranten.

    Banjir di beberapa wilayah tersebut sudah mulai surut. Meski demikian, masih perlu dilakukan pembersihan material lumpur.

    Farhan pun meninjau warga terdampak bencana di RW03, Kelurahan Babakan Ciamis pada Minggu, 16 Maret 2025. Di wilayah tersebut, banjir menyebabkan tiga rumah tergerus aliran sungai.

    Ada pun bangunan tempat tinggal warga yang terdampak, kata Farhan, berada di dekat daerah aliran sungai (DAS).

    “Ini adalah konsekuensi berat bagi warga yang tinggal di sekitar DAS. Namun, kita semua saudara, harus saling membantu. Yang utama sekarang adalah memastikan mereka bisa segera pulih,” ucapnya.

    Farhan menuturkan, bantuan perbaikan rumah diberikan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Bandung.

    Penulis: Arby Salim

     

    Pegawai Kejaksaan dan Pengadilan Negeri Banjarnegara Terpapar Covid-19