kab/kota: Ankara

  • Erdogan Ancam Militan Kurdi di Suriah: Letakkan Senjata Atau Dikubur!

    Erdogan Ancam Militan Kurdi di Suriah: Letakkan Senjata Atau Dikubur!

    Ankara

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan ancaman terbaru untuk militan Kurdi di Suriah, yang dianggap sebagai bagian dari milisi terlarang yang mengobarkan pemberontakan terhadap Ankara selama puluhan tahun.

    Erdogan, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (26/12/2024), menyerukan militan Kurdi di Suriah untuk segera meletakkan senjata mereka atau akan “dikuburkan” bersama senjata mereka.

    “Para pembunuh separatis harus memilih untuk mengucapkan selamat tinggal pada senjata mereka, atau mereka akan dikuburkan di tanah Suriah bersama dengan senjata-senjata mereka,” ucap Erdogan saat berbicara kepada para anggota parlemen dari Partai AK yang berkuasa.

    “Kita akan memberantas organisasi teroris yang berupaya membangun dinding darah antara kita dengan saudara-saudara kita,” sebutnya.

    Pernyataan itu disampaikan Erdogan saat Suriah kini dikuasai pasukan pemberontak yang didukung Turki, yang berhasil menggulingkan rezim pemerintahan Bashar al-Assad pada awal bulan ini.

    Usai rezim Assad tumbang, otoritas Ankara berulang kali mendesak agar milisi YPG Kurdi segera dibubarkan. Turki menegaskan bahwa kelompok itu tidak memiliki tempat dalam masa depan Suriah.

    Faksi-faksi utama Kurdi di Suriah berada dalam posisi tidak menguntungkan sejak pergantian kepemimpinan terjadi di negara tersebut.

    Lihat juga Video ‘Heboh Erdogan Disebut Walk Out Saat Prabowo Pidato di KTT D-8’:

  • Assad Tumbang, 25 Ribu Pengungsi di Turki Mudik ke Suriah

    Assad Tumbang, 25 Ribu Pengungsi di Turki Mudik ke Suriah

    Ankara

    Lebih dari 25.000 warga negara Suriah telah pulang kampung setelah bertahun-tahun mengungsi di Turki. Mereka pulang sejak Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak HTS.

    Dilansir AFP, Selasa (24/12/2024), Turki adalah rumah bagi hampir 3 juta orang pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara Suriah sejak tahun 2011. Keberadaan mereka telah menjadi masalah bagi pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    “Jumlah orang yang kembali ke Suriah dalam 15 hari terakhir telah melampaui 25.000,” kata Mendagri Turki Ali Yerlikaya kepada kantor berita resmi Anadolu.

    Ankara berhubungan erat dengan para pemimpin baru Suriah dan sekarang berfokus pada pemulangan sukarela para pengungsi Suriah. Turki berharap pergantian kekuasaan di Damaskus akan memungkinkan banyak dari pengungsi untuk kembali ke rumah.

    Yerlikaya mengatakan kantor imigrasi akan didirikan di kedutaan dan konsulat Turki di Damaskus dan Aleppo sehingga catatan tentang warga Suriah yang kembali dapat disimpan. Turki juga membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus, hampir seminggu setelah Assad digulingkan oleh pasukan yang didukung oleh Ankara, dan 12 tahun setelah kantor diplomatik itu ditutup pada awal perang saudara Suriah.

    Yerlikaya mengatakan satu orang dari setiap keluarga akan diberikan hak untuk masuk dan keluar tiga kali mulai 1 Januari hingga Juli 2025 berdasarkan peraturan yang akan disusun berdasarkan instruksi Erdogan. Warga Suriah yang kembali ke negara asal mereka akan dapat membawa barang-barang dan mobil mereka.

    (haf/dhn)

  • Ledakan Dahsyat Terjadi Pabrik Peledak Turki, 12 Orang Tewas

    Ledakan Dahsyat Terjadi Pabrik Peledak Turki, 12 Orang Tewas

    Ankara

    Ledakan dahsyat mengguncang pabrik peledak di wilayah barat laut Turki. Peristiwa itu menewaskan 12 orang dan melukai lima orang lainnya.

    Dilansir AFP, Selasa (24/21/2024), rekaman menunjukkan pecahan kaca dan logam berserakan di luar pabrik. Ambulans tampak disiagakan.

    “Menurut laporan awal, 12 karyawan tewas dan empat orang dibawa ke rumah sakit karena luka-luka akibat ledakan di distrik Karesi, Provinsi Balikesir,” kata gubernur setempat, Ismail Ustaoglu.

    “Saya mendoakan pengampunan Tuhan atas warga kami yang meninggal dan kesembuhan yang cepat bagi yang terluka,” tambahnya.

    Para pejabat kemudian merevisi jumlah korban luka menjadi lima orang dan menambahkan bahwa mereka tidak dalam kondisi serius. Tidak ada anggota staf yang tersisa di dalam pabrik dan api telah dipadamkan.

    Ledakan terjadi pada pukul 08.25 waktu setempat hari ini di salah satu bagian pabrik yang menurut pejabat setempat runtuh akibat kekuatan ledakan. Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, mengatakan penyebab ledakan di pabrik tersebut, yang terletak jauh dari permukiman penduduk, belum diketahui.

    “Kami sedang berusaha mencari tahu apa penyebabnya,” katanya.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dia ‘sangat sedih atas kematian 12 bersaudara’ dalam sebuah pesan di platform sosial X.

    Dia mengatakan dirinya telah diberi pengarahan oleh semua lembaga terkait segera setelah ledakan tersebut dan menginstruksikan agar ‘penyelidikan yang diperlukan segera dimulai dalam semua aspek’.

    Pabrik tersebut, yang terletak di utara Balikesir, membuat amunisi, bahan peledak, dan suar untuk pasar domestik dan internasional.

    Para saksi mengatakan kepada media lokal bahwa sebagian bangunan itu ‘seperti medan perang’. Jenazah para korban akan dibawa ke kamar mayat.

    Pasukan keamanan juga mengambil tindakan pencegahan jika terjadi ledakan kedua. Warga sipil tidak diizinkan berada di dekat pabrik.

    Turki telah menjadi eksportir pertahanan utama, khususnya untuk pesawat nirawak, dengan Erdogan sebagai pendukung utama industri tersebut.

    (haf/dhn)

  • Helikopter Jatuh di Rumah Sakit Turki, 4 Orang Tewas

    Helikopter Jatuh di Rumah Sakit Turki, 4 Orang Tewas

    Ankara

    Satu unit helikopter jatuh di rumah sakit yang terletak di Turki barat daya. Kecelakaan yang diduga terjadi akibat kabut tebal itu menewaskan empat orang.

    “Helikopter itu jatuh ke tanah setelah menabrak lantai empat sebuah rumah sakit saat lepas landas,” kata Gubernur Mugla, Idris Akbiyik, seperti dilansir AFP, Minggu (22/12/2024).

    Peristiwa itu menewaskan dua pilot, seorang dokter, dan seorang karyawan. Otoritas berwenang masih menyelidiki penyebab pasti kecelakaan itu.

    “Ada kabut tebal,” kata Akbiyik.

    Saluran televisi NTV melaporkan helikopter itu lepas landas dalam kondisi dengan jarak pandang yang buruk dari atap rumah sakit di Mugla untuk menuju ke kota Antalya. Helikopter itu kemudian terlihat melayang dalam kabut beberapa menit setelah lepas landas, sebelum jatuh ke lapangan kosong di sebelah rumah sakit yang ditabraknya.

    Kecelakaan itu terjadi kurang dari 2 minggu setelah enam tentara tewas ketika dua helikopter bertabrakan selama latihan militer di provinsi Isparta, barat daya Turki. Saat itu, Kementerian Pertahanan tidak menjelaskan secara rinci apa yang menyebabkan kecelakaan itu.

    (haf/imk)

  • Erdogan Bertekad Basmi Petempur ISIS-Kurdi di Suriah Usai Assad Tumbang

    Erdogan Bertekad Basmi Petempur ISIS-Kurdi di Suriah Usai Assad Tumbang

    Ankara

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan sudah waktunya untuk menghancurkan kelompok-kelompok teroris yang menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup Suriah, setelah rezim Bashar al-Assad tumbang. Dia secara khusus menyebut kelompok radikal Islamic State (ISIS) dan para petempur Kurdi di Suriah.

    “Daesh, PKK dan afiliasi mereka — yang mengancam kelangsungan hidup Suriah — harus dibasmi,” cetus Erdogan saat berbicara kepada wartawan ketika kembali dari menghadiri pertemuan puncak di Kairo, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (21/12/2024).

    Daesh merupakan nama Arab untuk menyebut ISIS, sedangkan PKK merupakan kependekan dari Partai Pekerja Kurdistan, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan beberapa negara lainnya.

    “Sudah waktunya untuk menetralisir organisasi-organisasi teroris yang ada di Suriah,” ujar Erdogan dalam pernyataannya.

    Turki menganggap Pasukan Pertahanan Suriah (SDF) sebagai organisasi teror karena didominasi oleh YPG, sebuah kelompok Kurdi yang disebut terkait dengan militan PKK yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun di negara tersebut.

    Namun, SDF yang didukung AS memimpin perang melawan ISIS di Suriah pada tahun 2019 lalu. Washington menganggap SDF sebagai kelompok yang “penting” untuk mencegah kebangkitan ekstremis di kawasan tersebut.

    “Mustahil bagi kami untuk menerima risiko seperti itu,” ujarnya, sembari menyatakan harapan agar pemimpin baru Suriah tidak akan memiliki untuk bekerja sama dengan kelompok ekstremis tersebut.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Diplomat AS Sambangi Penguasa Baru Suriah

    Diplomat AS Sambangi Penguasa Baru Suriah

    Damaskus

    Kaburnya Bashar Assad dari Damaskus menandakan berakhirnya separuh abad kekuasaan totaliter dan berakhirnya perang saudara di Suriah.

    Kemenangan Hay’at Tahrir al-Sham dan kelompok oposisi bersenjata lain mengejutkan Barat, yang kini berusaha mempengaruhi pembentukan pemerintahan baru di Damaskus agar lebih moderat dan inklusif. Karena meski telah telah meninggalkan terorisme, HTS betapapun juga tetap diisi oleh banyak mantan jihadis jebolan al-Qaeda dan Islamic State.

    Sebab itu, Amerika Serikat mengirimkan misi diplomatik pertama ke Damaskus sejak berkecamuknya Musim Semi Arab 2011 silam. Para diplomat akan bertemu dengan perwakilan HTS, yang hingga kini masih dikategorikan sebagai kelompok teroris, serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat prodemokrasi.

    Delegasi AS mencakup Barbara Leaf, pejabat tinggi Kemenlu AS untuk Timur Tengah, dan Daniel Rubinstein, diplomat veteran yang berpengalaman di dunia Arab, kata seorang jurubicara Kemenlu.

    Hadir pula Roger Carstens, negosiator AS, yang ditugaskan mencari petunjuk tentang warga Amerika yang hilang, termasuk Austin Tice, seorang jurnalis yang diculik pada bulan Agustus 2012.

    Demi Suriah yang inklusif

    Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambangi satu per satu negara jiran Suriah. Dalam sebuah pertemuan pada hari Sabtu (14/12) di resor Aqaba, Yordania, negara-negara Barat dan Arab serta Turki bersama-sama menyerukan untuk sebuah “pemerintahan yang inklusif, non-sektarian, dan representatif” yang menghormati hak-hak semua komunitas Suriah yang beragam.

    Seruan itu ikut digaungkan Iran, yang sebelumnya mendukung rejim Assad di Damaskus. Presiden Masoud Pezeskhian mengimbau “partisipasi semua kelompok Suriah pada pemerintahan baru, serta rasa hormat kepada keyakinan dan agama yang berbeda-beda.”

    Protes juga digalang ribuan warga Kurdi di Qamshli, di timur laut, karena mengkhawatirkan pengaruh Turki, yang kini giat menyerang dari seberang perbatasan. Mereka meneriakkan yel-yel “bangsa Suriah adalah satu,” atau “katakan tidak kepada perang, tolak intervensi militer Turki.”

    Turki gencarkan operasi militer

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan rekonsiliasi dan pemulihan “integritas dan persatuan teritorial” Suriah. Dia juga mendesak “pembentukan Suriah yang bebas dari terorisme.”

    Turki belakangan menggencarkan serangan terhadap gerilyawan Kurdi di Suriah, dan mengatakan pada hari Kamis bahwa operasi akan terus dilanjutkan demi “melucuti senjata.”

    Wilayah timur laut Suriah yang semiotonom dilindungi oleh Pasukan Demokratik Suriah, sebuah kelompok yang dipimpin oleh Unit Perlindungan Rakyat, YPG.

    Turki menuduh YPG sebagai cabang dari Partai Buruh Kurdistan, PKK, yang oleh Washington dan Ankara dianggap sebagai kelompok teroris.

    AS gandakan pasukan di Suriah

    Sementara itu, Amerika Serikat dilaporkan telah menggandakan jumlah pasukannya di Suriah. Demikian diungkapkan Pentagon pada hari Kamis (19/14), yang mengakui bahwa pasukan tambahan tersebut telah berada di sana selama berbulan-bulan atau bahkan lebih dari setahun.

    AS telah mengatakan selama ini bahwa hanya ada sekitar 900 tentara di Suriah. Menurut Mayjen Pat Ryder, sekretaris pers Kementerian Pertahanan, saat ini ada sekitar 2.000 tentara di sana.

    Washington acap bersitegang dengan Turki dan Irak, soal keberadaan pasukannya di Suriah. Ryder mengatakan bahwa dirinya “tidak mengira” adanya tambahan jumlah pasukan di masa mendatang. Namun, hal itu dapat berubah di masa Presiden terpilih Donald Trump yang mengatakan tidak mendukung pasukan AS untuk terlibat lebih jauh di Suriah.

    Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa peningkatan jumlah pasukan bersifat sementara dan mereka berada di sana untuk menambah operasi AS melawan kelompok ISIS. Pasukan konvensional dan operasi khusus Angkatan Darat AS merupakan bagian terbesar dari pasukan tambahan tersebut.

    rzn/hp (ap,afp)

    (nvc/nvc)

  • Jerman: Militan Kurdi Harus Dilucuti Senjatanya dan Gabung Tentara Suriah yang Baru – Halaman all

    Jerman: Militan Kurdi Harus Dilucuti Senjatanya dan Gabung Tentara Suriah yang Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyerukan kelompok Kurdi di Suriah harus dilucuti dan dimasukkan ke dalam pasukan keamanan pemerintah baru di Suriah.

    “Kelompok Kurdi harus dilucuti dan diintegrasikan ke dalam struktur keamanan nasional,” kata Annalena Baerbock kepada Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di Ankara pada Jumat (20/12/2024).

    Ia menekankan keamanan Kurdi sangat penting untuk kebebasan Suriah, namun masalah keamanan Turki juga harus diatasi untuk menjamin stabilitas.

    “Keamanan Turki tidak boleh terancam oleh Suriah utara,” katanya, merujuk pada wilayah yang dikuasai militan Kurdi.

    Turki mengatakan militan Kurdi, People’s Defense Units (YPG) di Suriah, yang didukung pasukan AS selama bertahun-tahun adalah perpanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PPK), yang memerangi Turki dan diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa.

    “PPK dan YPG harus meletakkan senjata mereka dan membubarkan diri,” kata Hakan Fidan, Menteri Luar Negeri Turki, seperti diberitakan Al Mayadeen.

    Pasukan Turki dan sekutunya di Suriah telah bentrok dalam pertempuran dengan YPG sejak jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad bulan ini.

    Sebelumnya, Presiden Turki Erdogan mengatakan Turki akan membantu pemerintahan baru Suriah membangun struktur negara dan merancang konstitusi baru.

    Erdogan mengumumkan Hakan Fidan akan segera mengunjungi Suriah untuk membahas struktur baru pemerintahan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Ia berharap pemerintahan baru di Suriah yang dipimpin oleh Muhammad Al-Julani akan mengarah pada kesepakatan hubungan bilateral dengan Turki.

    Sebelumnya, pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang berkuasa sejak tahun 2000, telah digulingkan pada 8 Desember 2024 lalu oleh oposisi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin Muhammad Al-Julani.

    Sebelum jatuhnya rezim Assad, Turki mendukung kelompok bersenjata yang memusuhi militan Kurdi, yang dianggap mengancam keamanan Turki.

    Faksi bersenjata pro-Turki di Suriah di antaranya Tentara Nasional Suriah (SNA) dan Tentara Pembebasan Suriah (SFA).

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • AS Akhirnya Ngaku Pasukannya di Suriah Masih Sangat Banyak, Bukan 900, tapi 2.000 Pasukan – Halaman all

    AS Akhirnya Ngaku Pasukannya di Suriah Masih Sangat Banyak, Bukan 900, tapi 2.000 Pasukan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui pasukannya di Suriah masih sangat banyak.

    Sebelumnya, Pentagon menyebut terdapat 900 pasukan AS yang masih berada di Suriah.

    Kini, Pentagon merevisi jumlah tersebut dengan mengungkapkan bahwa jumlah total pasukan AS di Suriah dua kali lebih banyak dari pernyataan sebelumnya.

    Saat ini, pasukan AS di Suriah ada sekitar 2.000 tentara, menurut Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder.

    Ia mengatakan, jumlah pasukan AS di Suriah tersebut mencakup pasukan sementara untuk “persyaratan misi yang berubah-ubah” dan misi Mengalahkan ISIS.

    Penambahan pasukan AS ini terjadi sebelum jatuhnya rezim Assad, kata Ryder, tanpa menyebutkan kapan tepatnya pengerahan tentara dilakukan.

    “Saya mengetahui angkanya hari ini,” kata Ryder, dikutip dari Al Arabiya.

    “Sebagai seseorang yang berdiri di sini dan memberi tahu Anda angka 900 (tentara), saya ingin memberi tahu Anda apa yang kami ketahui tentang itu,” lanjutnya.

    Meskipun kepala Pentagon, Lloyd Austin, mengetahui jumlah sebenarnya, ia tidak meminta siapa pun untuk mencegahnya dipublikasikan.

    Sebaliknya, ia mengaitkan kurangnya transparansi dengan “sensitivitas dari sudut pandang keamanan diplomatik dan operasional”.

    AS memiliki kemitraan dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dianggapnya penting.

    Hal ini ditegaskan ketika Jenderal Erik Kurilla, jenderal tertinggi AS untuk Timur Tengah, mengunjungi beberapa pangkalan di Suriah minggu lalu untuk bertemu dengan pasukan AS dan anggota SDF.

    Ia kemudian melakukan perjalanan ke Irak, menekankan komitmen AS untuk mengalahkan ISIS dan mengamankan mitranya di kawasan tersebut, termasuk Irak, Yordania, Lebanon, dan Israel.

    Namun, serangan Turki terhadap pejuang SDF di Manbij dan Suriah utara telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, khususnya di Pentagon.

    SDF secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper milik Amerika setelah mengira pesawat nirawak itu milik Turki minggu lalu.

    AS dan Turki sebelumnya pernah berselisih mengenai penargetan pejuang SDF.

    Pada Desember 2022, Direktur CIA Bill Burns dilaporkan memperingatkan Turki bahwa serangan udara Ankara di Suriah membahayakan pasukan AS.

    Pada Oktober 2023, sebuah F-16 Amerika menembak jatuh sebuah pesawat nirawak Turki yang memasuki zona terlarang AS kurang dari setengah kilometer dari pasukan AS.

    AS telah berulang kali memperingatkan Turki tentang risiko menerbangkan pesawat nirawak di dekat personel AS.

    Pasukan Bashar al-Assad Serahkan Senjata ke Pemerintah Baru

    Ilustrasi tentara Suriah (Al Mayadeen/X)

    Mantan pasukan keamanan rezim Bashar al-Assad telah menyerahkan senjata mereka kepada pemerintah transisi.

    Dalam sebuah video yang dirilis AFP menunjukkan barisan pria berpakaian preman tengah menyerahkan senjata api mereka kepada pejabat Kementerian Dalam Negeri pemerintah baru Suriah.

    Para pejabat terlihat mewawancarai para pria itu secara informal dan mengambil foto mereka saat mereka menyerahkan senjata mereka, seperti yang ditunjukkan dalam rekaman AFP.

    Dilansir CNN, ratusan berbagai jenis pistol dan amunisi terlihat menumpuk tinggi di sudut-sudut kantor pemerintah.

    Hal ini terjadi ketika kepemimpinan baru Suriah, yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al Sham (HTS), telah berupaya untuk mentransfer kekuasaan secara damai dan memperoleh legitimasi internasional.

    Seorang pemimpin pemerintah yang terkait dengan pemberontak Suriah, Mohammad Al-Bashir, telah ditunjuk sebagai perdana menteri sementara negara itu untuk tiga bulan ke depan, di mana pemerintahannya akan mengawasi transisi Suriah ke pemerintahan baru.

    Para menterdi dari bekas Pemerintahan Keselamatan yang terkait dengan HTS, serta pegawai negeri sipil era Assad, akan terus menjabat sebagai menteri dalam pemerintahan sementara hingga 1 Maret 2025, kata Al-Bashir.

    Media pemerintah Suriah telah melaporkan, kota-kota lain di Suriah, seperti Daraa, telah menerapkan skema serupa untuk mengembalikan senjata.

    Setelah menerima senjata api, otoritas baru mengeluarkan kartu sementara kepada pasukan rezim Suriah sebelumnya yang akan memberi mereka kebebasan untuk beraktivitas di wilayah “yang telah dibebaskan” di Suriah.

    Sementara “proses hukum mereka diselesaikan”, menurut pemberitahuan yang dipasang di luar kantor pemerintah.

    Pemberitahuan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang “proses hukum” tersebut.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Putin Desak Israel Angkat Kaki dari Suriah: Mereka Mau Perluas Wilayah

    Putin Desak Israel Angkat Kaki dari Suriah: Mereka Mau Perluas Wilayah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam Israel yang “memanfaatkan kesempatan” untuk memperluas perampasan wilayah di Suriah di tengah kekacauan politik usai Presiden Bashar Al Assad digulingkan milisi 8 Desember lalu.

    Putin mendesak Israel untuk angkat kaki dari Suriah dan berhenti membombardir negara itu. Sebab, segera setelah kejatuhan Assad, Israel mengerahkan pasukan ke zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Tel Aviv dan melancarkan ratusan serangan udara untuk menghancurkan senjata dan peralatan militer Suriah.

    “Rusia mengecam perebutan wilayah Suriah mana pun. Hal ini jelas,” kata Putin dalam jumpa pers tahunan di Moskow pada Kamis (19/12)

    Ia juga mewanti-wanti bahwa Israel telah masuk hingga kedalaman 25 km (16 mil) dan mencapai benteng-benteng yang dulu dibangun untuk Suriah oleh Uni Soviet.

    Putin juga mendesak agar Israel meninggalkan wilayah Suriah. Namun, menurutnya, hal itu kecil kemungkinan terjadi.

    “Saya memiliki kesan bahwa bukan hanya mereka (Israel) tidak akan pergi, tetapi mereka justru akan memperkuat kehadiran mereka di sana.”

    Putinjuga mengatakan bahwa Israel menjadi “pihak yang paling diuntungkan” dari situasi saat ini.

    Ia juga menyoroti intervensi Turki, yang bertindak untuk melindungi kepentingan keamanannya sendiri terhadap para pejuang Kurdi di Suriah yang dianggap sebagai teroris oleh Ankara.

    “Kita semua memahami ini. Akan ada banyak masalah. Namun, kami berpihak pada hukum internasional dan mendukung kedaulatan semua negara, sambil menghormati integritas wilayah mereka, termasuk Suriah,” ujar Putin seperti dikutip Reuters.

    Ia mengatakan bahwa sebagian besar pihak di Suriah yang berkomunikasi dengan Rusia mendukung keberadaan dua pangkalan militer utama Rusia di negara tersebut, tetapi pembicaraan terkait hal itu masih berlangsung.

    Putin juga membantah bahwa intervensi Rusia selama sembilan tahun di Suriah adalah sebuah kegagalan. Ia mengatakan bahwa Moskow telah mengajukan sejumlah usulan kepada penguasa baru di Damaskus untuk mempertahankan pangkalan udara dan laut Rusia di negara tersebut.

    Dalam komentarnya yang pertama kali disampaikan ke publik mengenai isu ini, Putin mengungkapkan bahwa ia belum bertemu Assad sejak mantan presiden itu melarikan diri ke Moskow awal bulan ini.

    Namun, Putin menekankan bahwa dia berencana untuk bertemu di masa depan.

    .

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Turki dan Lebanon Akan Kerja Sama usai Penggulingan Assad, Erdogan: Era Baru Telah Dimulai di Suriah – Halaman all

    Turki dan Lebanon Akan Kerja Sama usai Penggulingan Assad, Erdogan: Era Baru Telah Dimulai di Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya dan Lebanon akan bekerja sama mengenai Suriah.

    Kerja sama itu dilakukan setelah penggulingan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad awal bulan ini.

    “Era baru kini telah dimulai di Suriah. Kami sepakat bahwa kami harus bertindak bersama sebagai dua tetangga penting Suriah,” ungkap Erdogan dalam konferensi pers, bersama Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati, Rabu (18/12/2024), dilansir The Guardian.

    “Stabilitas Suriah berarti stabilitas kawasan,” jelas Erdogan.

    Ia menambahkan, pembangunan kembali Suriah di perbatasan akan menjadi prioritas mereka, karena kepemimpinan sementara Suriah berupaya membangun kembali infrastruktur setelah 14 tahun konflik dan sanksi yang melumpuhkan.

    Erdogan berharap Uni Eropa akan mendukung pemulangan warga Suriah yang meninggalkan negara itu selama perang saudara.

    Diketahui, jutaan warga Suriah melarikan diri ke Turki untuk mencari perlindungan, dengan mayoritas tinggal di Istanbul, Gaziantep atau Sanliurfa.

    Lebanon juga merupakan rumah bagi sejumlah besar pengungsi Suriah.

    “Ini adalah periode kritis di mana kita perlu bertindak dengan persatuan, solidaritas, dan rekonsiliasi bersama,” tambah Erdogan.

    Pemerintahan yang ‘Inklusif’ Diperlukan di Suriah

    Pada Selasa (17/12/2024), Erdogan mengatakan bahwa pemerintahan yang inklusif diperlukan di Suriah.

    Erdogan juga meminta Uni Eropa untuk mendukung pemulangan warga Suriah yang melarikan diri selama perang saudara selama 13 tahun di negara itu.

    “Kami telah melihat bahwa kami sepakat tentang pembentukan pemerintahan yang inklusif di Suriah,” kata Erdogan pada konferensi pers bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Ankara, dikutip dari Arab News.

    Negara-negara Barat secara bertahap membuka saluran bagi otoritas baru di Damaskus yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), meskipun mereka terus menunjuknya sebagai kelompok teroris.

    Erdogan mengatakan tidak ada tempat bagi organisasi teroris di wilayah tersebut, merujuk secara khusus pada kelompok militan Daesh dan Kurdi.

    Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan sebelumnya telah menyoroti pentingnya proses transisi yang inklusif di Suriah.

    PBB: Satu Juta Warga Suriah Mungkin Kembali

    Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa mereka memperkirakan sekitar satu juta orang akan kembali ke Suriah pada paruh pertama tahun 2025, setelah runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.

    Assad melarikan diri dari Suriah, saat pasukannya meninggalkan tank dan peralatan lainnya dalam menghadapi serangan kilat yang dipelopori oleh Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), yang mengakhiri lima dekade pemerintahan represif oleh keluarga Assad.

    Pemerintahan tersebut ditandai dengan pemenjaraan dan pembunuhan massal terhadap para tersangka pembangkang, dan hampir 14 tahun perang saudara yang menyebabkan lebih dari 500.000 orang meninggal dan memaksa setengah dari populasi tersebut meninggalkan rumah mereka.

    Penggulingan Assad memicu perayaan di seluruh Suriah dan sekitarnya, dan telah mendorong banyak orang untuk mulai kembali ke negara mereka yang dilanda perang.

    “Kami telah meramalkan bahwa kami berharap dapat melihat sekitar satu juta warga Suriah kembali antara Januari dan Juni tahun depan,” kata Rema Jamous Imseis, direktur Timur Tengah dan Afrika Utara untuk badan pengungsi PBB UNHCR, seperti diberitakan Arab News.

    Ia mengatakan perkembangan terkini telah membawa “sejumlah besar harapan bahwa krisis pengungsian terbesar yang kita alami di planet Bumi akhirnya akan terselesaikan.”

    Namun, ia menekankan bahwa “kita juga harus mengakui bahwa perubahan rezim tidak berarti bahwa krisis kemanusiaan yang sudah ada di sana telah berakhir.”

    Menunjuk pada “tantangan besar,” ia meminta negara-negara yang telah menampung jutaan pengungsi Suriah untuk menahan diri dari memulangkan mereka dengan tergesa-gesa.

    “Tidak seorang pun boleh dipulangkan secara paksa ke Suriah dan hak warga Suriah untuk mempertahankan akses ke suaka harus dipertahankan,” papar Imseis.

    Pejuang pemberontak Suriah merayakan di Menara Jam di jantung kota Homs pada 8 Desember 2024, setelah pasukan pemberontak memasuki kota ketiga Suriah. (AFP/AAREF WATAD)

    Hampir segera setelah jatuhnya Assad, sejumlah negara Eropa mengatakan mereka akan membekukan permintaan suaka yang tertunda dari warga Suriah.

    Sementara, partai-partai sayap kanan telah mendesak deportasi pengungsi kembali ke Suriah.

    “Apa yang kami katakan kepada pemerintah yang telah menangguhkan proses suaka adalah harap terus hormati hak untuk mengakses wilayah, untuk mengajukan klaim suaka,” kata Jamous Imseis.

    “Orang-orang tidak bisa begitu saja, setelah 14 tahun mengungsi, mengemasi tas dalam semalam dan kembali ke negara yang telah hancur karena konflik.”

    “Beri kami dan para pengungsi Suriah waktu untuk menilai apakah aman untuk kembali. Masih terlalu dini untuk melihat seberapa aman nantinya,” terang Jamous Imseis.

    Pada saat yang sama ketika banyak orang kembali ke Suriah, Jamous Imseis menunjukkan bahwa lebih dari satu juta orang telah menjadi pengungsi baru di Suriah dalam tiga minggu terakhir.

    “Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak,” ungkapnya.

    Ia pun menyoroti bahwa ada juga kebutuhan untuk mengevaluasi ulang siapa yang berisiko di Suriah yang telah berubah secara radikal.

    “Profil risiko yang ada sebelum 8 Desember mungkin tidak lagi memerlukan tingkat perlindungan yang sama, atau tidak memiliki ancaman atau ketakutan yang sama terhadap pelanggaran hak-hak mereka, sedangkan sekarang dengan perubahan rezim ini, kita memiliki kelompok rentan lain yang muncul dalam proses tersebut,” imbuh dia.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Suriah