VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus, menyampaikan bahwa dengan pengoperasian Peron jalur 1 di bangunan baru ini akan mengubah akses flow pengguna Commuter Line. “Perubahan ini hanya khusus untuk flow kedatangan dan keberangkatan pengguna Commuter Line tujuan Stasiun Angke/Kampung Bandan di Stasiun Tanah Abang, sedangkan untuk relasi atau tujuan lain tidak ada perubahan,” jelas Joni dalam keterangan press rilisnya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
kab/kota: Angke
-
/data/photo/2025/02/24/67bc697eca72b.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Penumpang KRL Keluhkan Akses Peron Baru Stasiun Tanah Abang Jadi Lebih Jauh Megapolitan 24 Februari 2025
Penumpang KRL Keluhkan Akses Peron Baru Stasiun Tanah Abang Jadi Lebih Jauh
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) yang transit di
Stasiun Tanah Abang
mengeluhkan perubahan akses peron yang membuat mereka harus berjalan lebih jauh.
Heti (35), seorang guru yang menggunakan KRL tujuan Rajawali dari Pondok Ranji, mengaku membutuhkan waktu lebih banyak untuk berpindah dari peron 5 ke peron 1.
“Biasanya enggak terlalu jauh, sekarang butuh waktu 3-5 menit untuk jalan dari peron 5 atau 6 ke peron 1,” kata Heti kepada
Kompas.com,
Senin (24/2/2025).
Heti menambahkan, sebelumnya ia menggunakan jalur kereta rel listrik di peron 2, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari peron 5 atau 6.
“Sekarang jalannya harus lebih jauh karena melalui JPO (jembatan penyeberangan orang) dan butuh memperhitungkan waktu ulang lagi,” jelasnya.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Zela (30), seorang karyawan swasta yang transit di Stasiun Tanah Abang dari Stasiun Sudirman menuju Rangkasbitung.
Ia mengungkapkan, ia harus berjalan lebih jauh dari peron 5 atau 6 menuju peron 1 melalui JPO yang cukup jauh.
“Saya harus jalan dahulu dari peron 5 atau 6 ke peron 1 lewat JPO yang agak lumayan jauh,” ujarnya.
Zela menambahkan, sebelumnya ia hanya berjalan kaki sekitar 2 menit dari peron 5 atau 6 menuju peron 2, namun kini ia harus menambah waktu perjalanan.
“Sekarang butuh banyak waktu,” tuturnya.
Sebelumnya, penumpang yang turun dari arah Manggarai atau hendak menuju Stasiun Angke/Kampung Bandan menggunakan peron jalur 2 di bangunan lama.
Namun, saat ini, penumpang jalur tersebut dialihkan ke peron jalur 1 di bangunan baru dengan akses melalui JPO yang menghubungkan kedua bangunan.
Bagi penumpang arah Rangkasbitung yang transit di Stasiun Tanah Abang dan hendak melanjutkan perjalanan ke arah Angke/Kampung Bandan atau Sudirman/Manggarai, tersedia akses JPO menuju peron jalur 5-6 serta jalur 3 di bangunan lama.
Sementara itu, pengguna yang keluar dari jalur 5 dan 6 disarankan untuk menggunakan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) menuju Pasar Tanah Abang guna menghindari kepadatan di JPO.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

25 alat berat dikerahkan untuk keruk 10 titik di wilayah Jakbar
Harapannya nanti, Kali Semongol setelah dilakukan penurapan dan pengerukan, Insyaallah dapat meminimalkan terjadinya genangan akibat hujan maupun pasang laut
Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat (Jakbar) mengerahkan 25 unit alat berat dan 42 unit truk untuk mengeruk dan mengangkut sedimen lumpur di 10 titik (lokasi) kali dan saluran.
“Kita mengikuti instruksi dari Pak Gubernur untuk penanganan banjir. Ada 10 titik di sini,” kata Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Uus menyebut dengan pengerukan yang terus dilakukan, air dalam jumlah besar pada saat hujan dapat ditampung di lokasi penampung air yang dikeruk.
“Sehingga, pada saat musim hujan, ketika terjadi banjir, genangan air bisa tertampung di kali-kali yang saat ini sedang dikeruk,” ujar Uus.
Adapun 10 titik yang dikeruk tersebut seperti tiga titik pengerukan Kali Semongol, Kali Pesanggrahan, Kali Angke, PHB Pedongkelan, dan saluran PHB di wilayah Tegal Alur.
Selain pengerukan kali, pihak Uus juga memperbaiki saluran dan tali-tali air, termasuk kegiatan penurapan di Kali Semongol.
“Harapannya nanti, Kali Semongol setelah dilakukan penurapan dan pengerukan, Insyaallah dapat meminimalkan terjadinya genangan akibat hujan maupun pasang laut (rob). Mudah-mudahan dengan kegiatan yang dipercepat dengan pengerukan saluran-saluran yang ada akan mempercepat penanganan banjir di Jakarta Barat,” imbuh Uus.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025 -

Harga Alat Mahal, Nelayan Muara Angke Minta Aturan Penggunaan VMS Dicabut
JAKARTA – Nelayan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, meminta aturan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) yang mewajibkan nelayan dengan perahu di bawah 30 Gross Ton (GT) menggunakan perangkat monitoring sistem berbasis sinyal “Vessel Monitoring System” (VMS) agar dicabut. Hal itu karena VMS dinilai sangat memberatkan bagi nelayan kecil.
“Kami menolak. Ini ibaratnya sudah jatuh malah tertimpa tangga,” kata nelayan cumi Haji Suhari di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, regulasi yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 tahun 2015 tentang Sistem Pemantauan Kapal Perikanan membuat nelayan harus membeli perangkat dengan nilai Rp18 juta per unit.
Selain itu jika sudah terpasang ada biaya perpanjangan setiap tahunnya yang dibebankan kepada para nelayan kecil ini. Tidak hanya sampai di situ, para nelayan juga dihantui sanksi denda uang jika mereka menangkap ikan di luar zonasi yang mereka miliki.
“Jangan memberatkan nelayan, apalagi banyak nelayan yang tidak paham dengan teknologi seperti ini,” kata dia, seperti dilansir ANTARA.
Ia menegaskan, nelayan dari Jakarta Utara menolak hal ini dan akan menyampaikan agar aturan ini dicabut oleh KKP secara langsung. Pihaknya berharap agar aspirasi ini dapat diterima.
“Kami coba audiensi tapi jika tidak ada tindak lanjut kami akan turun ke jalan. Penolakan ini juga dilakukan oleh nelayan dari daerah lain,” kata dia.
Nelayan Muara Angke lainnya, Ji Kasum menambahkan, dengan adanya VMS ini keberadaan nelayan terlacak dan jika menangkap ikan di luar zona mereka akan dikenakan sanksi.
“Sudah ada nelayan yang kena sanksi. Itu tambah memberatkan karena itu ketidaktahuan nelayan,” kata dia.
Ia mengatakan, regulasi ini memberatkan karena pendapatan nelayan yang melaut juga tidak menentu karena kadang menghasilkan kadang tidak. “Ini yang akan kami suarakan agar didengar pemerintah dan aturan ini dicabut dan dikembalikan ke regulasi semula,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua Gerakan Bangkit Petani dan Nelayan (Gerbang Tani) Tri Waluyo menyebutkan, di dermaga Muara Angke ini ada 1.000 lebih nelayan dengan kapal di bawah 30 GT. Belum lagi nelayan dari Kamal Muara dan Kali Baru Jakarta serta nelayan kecil lainnya.
Para nelayan mengaku sangat keberatan karena sama saja aturan itu mencekik mereka. “Belum lagi pajak tahunan yang harus mereka bayar sebesar Rp6 juta per tahun,” katanya.
Ia mengatakan, dengan adanya VMS ini juga akan mengetahui posisi kapal nelayan saat melaut. Jika mereka berada di luar zonasi tangkap maka akan diberikan sanksi administratif dan sanksi denda sesuai regulasi tersebut.
Bahkan, jika mesin kapal nelayan mati dan mereka terbawa angin laut hingga ke luar zonasi tangkap mereka juga akan didenda.
Ia mengatakan nelayan yang menggunakan kapal di bawah 30 GT ini merupakan nelayan kecil. Mereka memiliki beragam kendala saat melaut, mulai dari kesulitan mendapatkan akses bahan bakar minyak bersubsidi, cuaca buruk yang membuat mereka tidak melaut dan lainnya.
“Jika kapal tidak memasang VMS ini maka mereka tidak boleh melaut dan jika memaksa tetap melaut akan ada sanksi denda,” kata dia.
Jadi dari segi aturan, banyak yang harus dipenuhi dan modal uang cukup banyak, sementara mereka saat ini saja tak jelas penghasilan yang didapat.
Ada yang berhasil bawa ikan pulang dan tidak sedikit pulang dengan tangan hampa. “Ini yang perlu dikaji pemerintah agar regulasi ini benar-benar membuat nelayan sejahtera, jangan menambah beban mereka,” kata dia.
Gerbang Tani sebagai organisasi sayap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan memfasilitasi nelayan ini bertemu wakil rakyat di DPR RI dan KKP melalui Fraksi PKB untuk menyampaikan aspirasi ini.
“Kami menunggu nelayan dari luar daerah untuk datang ke Jakarta dan bertemu dengan DPR RI serta Kementerian Kelautan dan Perikanan,” kata dia.
-

Pria Disekap hingga Dipukuli Pipa Besi di Kampung Ambon, Pelaku Ditangkap
Jakarta –
Seorang pria berinisial JS disekap di Komplek Permata atau yang dikenal Kampung Ambon, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat. Pelaku berinisial YAB juga melakukan penganiayaan terhadap korban.
Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (20/2) sekitar pukul 06.00 WIB. Korban disekap di sebuah rumah di Komplek Permata, Jalan Akik RT 015 RW 007, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
“Korban laki-laki inisial JS dan pelaku inisial YAB telah diamankan,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (22/2/2025).
Kejadian berawal saat korban sedang mandi. Tiba-tiba pintu kamar mandi digedor-gedor oleh pelaku.
“Kemudian pelaku memukul korban dengan menggunakan pipa besi ke tangan kiri dan bokong korban,” imbuhnya.
Tak hanya itu, pelaku juga merampas ponsel milik korban. Pelaku berdalih hendak memeriksa nomor kontak pada ponsel korban.
“Pelau meminta HP milik korban dengan alasan hendak memeriksa nomor kontak ponsel sambil pelaku menahan korban untuk tidak pergi,” ungkapnya.
Belum diketahui apa motif pelaku melakukan penyekapan tersebut. Namun, pelaku berhasil diamankan beberapa saat setelah kejadian tersebut.
“Kejadian ini sudah dilaporkan ke Polsek Cengkareng untuk pengusutan lebih lanjut,” katanya.
Lebih lanjut, Ade Ary mengimbau masyarakat untuk menghubungi call center 110 apabila menemukan gangguan kamtibmas.
(mei/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu
-

Bangunan Baru Stasiun Tanah Abang Resmi Beroperasi Hari Ini, Naik-Turun Penumpang Berubah – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan penyesuaian layanan bagi Penumpang Commuter Line di Stasiun Tanah Abang sejalan dengan pengoperasian Peron Jalur 1 bangunan baru yang dibuka mulai hari ini, Sabtu (22/2/2025).
“Perubahan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pergerakan penumpang dan mengurangi kepadatan di area stasiun,” kata Vice President Public Relations KAI, Anne Purba dalam keterangannya, Sabtu.
Anne menyampaikan dengan pengoperasian peron jalur 1 di bangunan baru ini akan mengubah akses flow pengguna Commuter Line. Perubahan ini hanya khusus untuk flow kedatangan dan keberangkatan pengguna Commuter Line tujuan Stasiun Angke/Kampung Bandan di Stasiun Tanah Abang.
Sebelumnya, untuk pengguna Commuter Line yang turun di Stasiun Tanah Abang dari arah Manggarai atau naik menuju Stasiun Angke/Kampung Bandan menggunakan peron jalur 2 bangunan stasiun lama. Mulai hari ini, dialihkan menggunakan peron jalur 1 bangunan stasiun baru yang terhubung dengan bangunan lama melalui Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
“Sedangkan pengguna Commuter Line Rangkasbitung yang akan transit di Stasiun Tanah Abang untuk menuju ke arah Angke/Kampung Bandan dan menuju Stasiun Sudirman/Manggarai maupun sebaliknya, juga bisa mengakses JPO yang menghubungkan bangunan baru dengan peron jalur 5-6 dan jalur 3 di bangunan lama stasiun,” imbuhnya.
Kemudian, bagi pengguna Commuter Line Rangkasbitung yang akan keluar dari jalur 5 dan 6, disarankan menggunakan Jembatan Penyebrangan Multiguna (JPM) arah Pasar Tanah Abang yang berada di bangunan lama stasiun. Hal itu agar tidak menambah kepadatan di JPO stasiun, sehingga penumpang yang akan turun di Stasiun Tanah Abang maupun penumpang transit sama-sama merasa nyaman.
Anne bilang, perubahan flow dan peron tunggu pengguna ini juga sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan di peron jalur 2 dan 3 bangunan lama stasiun saat menunggu perjalanan Commuter Line tujuan Stasiun Sudirman atau Stasiun Manggarai dan tujuan Stasiun Duri atau Angke.
“Mengingat masih dalam tahap pembangunan, KAI mengimbau kepada pengguna Commuter line untuk tetap mengikuti arahan petugas, hal itu demi keselamatan dan kenyamanan para penumpang baik yang akan naik, transit maupun turun,” jelasnya.
Adapun terkait aksesibilitas, pembuatan bangunan baru di Stasiun Tanah Abang yang dilakukan oleh pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan dalam hal ini Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Jakarta, juga telah menyediakan tiga buah eskalator dan tangga manual.
“Adanya eskalator diharapkan dapat memudahkan akses bagi para penumpang Commuter Line, terutama para lansia dan penyandang disabilitas,” ungkap Anne.
-

Bangunan Baru Stasiun Tanah Abang Beroperasi, Cek Penyesuaian Layanan KRL
Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan penyesuaian layanan bagi penumpang KRL Commuter Line yang dikelola oleh KAI Commuter di Stasiun Tanah Abang sejalan dengan pengoperasian bangunan baru.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba mengatakan penyesuaian dilakukan seiring pengoperasian peron jalur 1 di bangunan baru Stasiun Tanah Abang mulai Sabtu, (22/2/2025).
“Perubahan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pergerakan penumpang dan mengurangi kepadatan di area stasiun,” kata Anne, Sabtu (22/2/2025).
Anne menjelaskan bahwa pengoperasian peron jalur 1 di bangunan baru akan mengubah alur pergerakan pengguna Commuter Line di Stasiun Tanah Abang. Perubahan ini berlaku khusus untuk kedatangan dan keberangkatan penumpang tujuan Stasiun Angke/Kampung Bandan.
Sebelumnya, pengguna Commuter Line yang turun di Stasiun Tanah Abang dari arah Manggarai atau yang akan menuju Stasiun Angke/Kampung Bandan menggunakan peron jalur 2 di bangunan lama stasiun. Namun, mulai Sabtu (22/2/2025), mereka akan dialihkan ke peron jalur 1 di bangunan baru, yang terhubung dengan bangunan lama melalui Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
Selain itu, pengguna Commuter Line Rangkasbitung yang transit di Stasiun Tanah Abang untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Angke/Kampung Bandan, Sudirman, atau Manggarai juga dapat menggunakan JPO yang menghubungkan bangunan baru dengan peron jalur 5–6 serta jalur 3 di bangunan lama.
Sementara itu, bagi pengguna yang keluar dari jalur 5 dan 6, disarankan menggunakan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) menuju Pasar Tanah Abang agar tidak menambah kepadatan di JPO stasiun.
Perubahan alur dan peron ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan di peron jalur 2 dan 3 bangunan lama, terutama bagi pengguna yang menunggu perjalanan Commuter Line menuju Stasiun Sudirman/Manggarai dan Stasiun Duri/Angke.
Anne juga mengimbau pengguna Commuter Line untuk mengikuti arahan petugas selama masa pembangunan demi keselamatan dan kenyamanan bersama. Pembangunan bangunan baru Stasiun Tanah Abang oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan melalui Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Jakarta juga telah dilengkapi dengan tiga eskalator dan tangga manual guna meningkatkan aksesibilitas.
KAI Commuter mencatat bahwa rata-rata jumlah pengguna yang naik dari Stasiun Tanah Abang mencapai 54.000–55.000orang per hari kerja dan 41.000–43.000 orang pada hari libur. Sementara itu, volume pengguna transit di stasiun ini tercatat sekitar 145.000–146.000 orang pada hari kerja dan 124.000–125.000 orang pada hari libur.
KAI mengimbau kepada para pengguna Commuter Line di Stasiun Tanah Abang untuk memperhatikan kembali alur penumpang yang sudah mulai diterapkan. Bagi penumpang yang masih merasa kebingungan dapat mengikuti arahan petugas.
-

Stasiun Baru Tanah Abang Mulai Dioperasikan Besok, Ada Perubahan Naik-Turun KRL
JAKARTA – PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan akan mengoperasikan peron jalur 1 di bangunan baru Stasiun Tanah Abang mulai besok, Sabtu, 22 Februari.
VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus menjelaskan dengan pengoperasian peron jalur 1 di bangunan baru ini akan mengubah akses flow pengguna Commuter Line.
“Perubahan ini hanya khusus untuk flow kedatangan dan keberangkatan pengguna Commuter Line tujuan Stasiun Angke atau Kampung Bandan di Stasiun Tanah Abang, sedangkan untuk relasi atau tujuan lain tidak ada perubahan,” kata Joni dalam keterangan resmi, Jumat, 21 Februari.
Joni mengatakan mulai besok pengguna Commuter Line yang turun di Stasiun Tanah Abang dari arah Manggarai akan dialihkan ke peron jalur 1 bangunan stasiun baru dengan mengakses JPO yang terhubung dengan bangunan lama.
Lebih lanjut, Joni bilang sebelumnya untuk pengguna Commuter Line yang turun di Stasiun Tanah Abang dari arah Manggarai atau naik menuju Stasiun Angke maupun Kampung Bandan di peron jalur 2 bangunan stasiun lama.
“Pengguna Commuter Line tujuan Stasiun Tanah Abang dari arah Manggarai dan pengguna Commuter Line tujuan Angke atau Kampung Bandan yang akan naik di Stasiun Tanah Abang akan menggunakan Peron jalur 1 di bangunan baru Stasiun Tanah Abang,” kata Joni.
Sementara untuk pengguna Commuter Line Rangkasbitung yang akan transit di Stasiun Tanah Abang untuk menuju ke arah Angke atau Kampung Bandan dan menuju Stasiun Sudirman atau Manggarai maupun sebaliknya, bisa mengakses JPO yang menghubungkan bangunan baru dengan peron jalur 5 dan 6 serta jalur 3 di bangunan lama stasiun.
Sedangkan pengguna Commuter Line Rangkasbitung yang akan keluar dari jalur 5 dan 6, disarankan untuk menggunakan Jembatan Penyebrangan Multiguna (JPM) arah Pasar Tanah Abang yang berada di bangunan lama stasiun.
“Agar tidak terjadi kepadatan di JPO stasiun dan lebih nyaman, pengguna Commuter Line Rangkasbitung yang akan turun di Stasiun Tanah Abang bisa menggunakan JPM arah Pasar Tanah Abang,” tutur Joni.
Joni mengatakan perubahan flow dan peron tunggu pengguna ini juga sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan di peron jalur 2 dan 3 bangunan lama stasiun saat menunggu perjalanan Commuter Line tujuan Stasiun Sudirman atau Manggarai dan tujuan Stasiun Duri atau Angke.
Selain itu, Joni juga memastikan perubahan flow pengguna dan pengoperasian peron jalur 1 di bangunan baru ini juga memperhatikan keselamatan dan kenyamanan pengguna yang akan naik dan turun.
“Untuk itu, KAI Commuter mengimbau kepada seluruh pengguna untuk selalu menjaga keselamatan dan mengikuti arahan petugas,” katanya.
Joni juga menjelaskan untuk aksesibilitas menuju bangunan baru stasiun, BTP Kelas I Jakarta juga telah menyediakan tiga buah eskalator dan tangga manual untuk akses naik dan turun pengguna dari peron 1 menuju lantai 2 bangunan stasiun baru yang terhubung JPO di bangunan lama stasiun.
“KAI Commuter juga mengimbau kepada seluruh pengguna Commuter Line di Stasiun Tanah Abang untuk memperhatikan kembali akses untuk naik ke tujuan Stasiun Angke atau Kampung Bandan, serta turun dari Commuter Line relasi Manggarai-Angke atau Kampung Bandan,” ucapnya.


