kab/kota: Andalusia

  • Kemenkes Siapkan Serum Anti Tetanus untuk Pengungsi Korban Bencana Sumatera

    Kemenkes Siapkan Serum Anti Tetanus untuk Pengungsi Korban Bencana Sumatera

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memastikan kebutuhan obat-obatan dan bahan medis habis pakai bagi warga terdampak bencana Sumatera masih tercukupi. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia.

    Rizka menjelaskan, salah satu risiko kesehatan yang kerap muncul di lokasi bencana adalah luka akibat terkena benda tajam seperti seng atau paku. Untuk mencegah infeksi serius, terutama tetanus, Kemenkes menyiapkan anti tetanus serum bagi korban.

    “Kalau ada bencana, banyak yang terkena luka akibat seng atau paku. Kita berikan serumnya, anti tetanus serum untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi,” ujar Rizka dalam konferensi pers, Jumat (5/12/2025).

    Ia menegaskan bahwa hingga saat ini seluruh kebutuhan logistik kesehatan, mulai dari obat-obatan, bahan medis habis pakai, hingga dukungan pelayanan dasar, masih dapat dipenuhi dan didistribusikan dengan baik ke wilayah terdampak.

    Rizka juga menambahkan, tidak ada hambatan berarti dalam pemenuhan logistik kesehatan untuk para pengungsi maupun fasilitas kesehatan di wilayah bencana Sumatera.

    “Semua bisa dipenuhi terutama untuk pelayanan kesehatan dasar buat masyarakat di kamp-kamp pengungsian maupun di rumah sakit,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Upaya Kemenkes Tangani Pasien Cuci Darah di Tengah Bencana Sumatera

    Upaya Kemenkes Tangani Pasien Cuci Darah di Tengah Bencana Sumatera

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memastikan layanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan di tengah bencana Sumatera, termasuk bagi pasien dengan kondisi kronis yang membutuhkan perawatan rutin seperti hemodialisis atau cuci darah.

    Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalusia, mengatakan dukungan logistik obat-obatan menjadi kunci dalam menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan di wilayah terdampak.

    Menurutnya, saat bencana terjadi, berbagai penyakit mulai muncul di pengungsian seperti batuk-pilek, demam, diare, hingga penyakit kulit. Untuk itu, Kemenkes memastikan suplai obat tidak terputus, termasuk juga untuk pasien kritis seperti cuci darah.

    “Daerah-daerah yang terdampak gudang farmasinya hancur, obat dan vaksinnya rusak semua. Terutama untuk penyakit yang kritis dan kronis, contohnya cuci darah. Cuci darah harus rutin nggak boleh ditunda, sementara supply ke sana terputus,” ucapnya dalam konferensi pers, Jumat (5/12/2025).

    “Jadi kita menyuplai, kita pusatkan di Medan pengadaan karena kalau dari Jakarta jauh ya, berat membawa perbekalan logistik tersebut. Hemodialisis tidak boleh berhenti,” lanjutnya lagi.

    Ia menambahkan sejumlah rumah sakit terdampak berhasil memindahkan pasien cuci darah ke fasilitas kesehatan terdekat yang masih aman beroperasi. Ia juga memastikan pasokan alat hemodialisis serta kebutuhan medis pendukung lainnya tetap tersedia.

    “Alhamdulilah di rs-rs terdampak bisa ditransfer ke rs terdekat yang aman dan kita supply alat hemodialisanya dan sudah mulai lancar pasien-pasien yg rutin HD tersebut,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Jakarta

    Meski industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri meningkat signifikan, masih banyak pasien Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Direktur Jenderal Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Lucia Rizka Andalusia, mengungkapkan salah satu penyebabnya adalah akses terhadap teknologi kesehatan inovatif yang masih terbatas di Tanah Air.

    “Kalau untuk mendapatkan akses teknologi kesehatan inovatif, apakah itu alat kesehatan atau obat-obatan, masih sulit di Indonesia, ya pasti orang akan berobat ke luar negeri karena di sana lebih mudah,” ujar Rizka dalam konferensi pers Minggu (26/10/2025).

    Menurutnya, persoalan ini bukan sekadar preferensi pasien, melainkan akibat dari lambatnya ketersediaan teknologi kesehatan mutakhir di rumah sakit dalam negeri, yang berdampak ke layanan pasien.

    “Misalnya untuk radioterapi, di Indonesia harus antre berminggu-minggu, bahkan berbulan. Sementara di negara tetangga bisa cepat. Itu yang membuat orang akhirnya memilih berobat ke luar negeri,” lanjutnya.

    Rizka menegaskan, dari sisi produksi alkes dalam negeri, kemajuan Indonesia sebenarnya dinilai tajam.
    Sebelum pandemi COVID-19, hanya ada sekitar 400 industri alkes di Indonesia, yang sebagian besar masih bergantung pada impor. Kini, jumlahnya melonjak dua kali lipat menjadi sekitar 815 industri.

    Tidak hanya itu, belanja alat kesehatan dalam negeri dalam tiga tahun terakhir meningkat 3,4 kali lipat dibandingkan 2019.

    “Dulu belanja alkes dalam negeri itu sangat rendah. Tapi sekarang sudah jauh meningkat karena berbagai upaya kita lakukan,” jelasnya.

    Salah satu strategi utama Kemenkes adalah penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kebijakan freeze-unfreeze terhadap produk impor.

    “Kalau kita sudah bisa membuat produk dalam negeri dan jumlahnya mencukupi, maka kita akan ‘freeze’ produk impornya. Ini sangat efektif, sehingga rumah sakit pemerintah, termasuk RS vertikal, akan memilih produk dalam negeri,” ujar Rizka.

    Kemenkes juga menggelar business matching antara industri alkes lokal dan fasilitas kesehatan (faskes). Langkah ini terbukti penting agar produk dalam negeri dikenal dan digunakan oleh rumah sakit di Indonesia.

    “Kalau tidak ada business matching, industri dan rumah sakit tidak saling tahu. Misalnya ada yang bikin hospital bed elektrik otomatis di dalam negeri, tapi rumah sakit tidak tahu, akhirnya tetap beli impor,” katanya.

    Rizka memastikan peluang produk alkes seperti linet dan dv medika yang wacananya akan membantu memproduksi bed dengan teknologi advanced di Indonesia terbuka, selama mematuhi mekanisme pengadaan yang berlaku.

    “Yang penting harganya kompetitif dan spesifikasinya sesuai kebutuhan rumah sakit,” tandas dia.

    Meski capaian industri alkes dalam negeri sudah menggembirakan, Rizka menilai tantangan terbesar Indonesia justru terletak pada akses terhadap teknologi kesehatan inovatif.

    Tanpa perbaikan di sisi ini, pasien akan terus mencari pengobatan di luar negeri.

    “Pemerintah berupaya keras agar masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap teknologi inovatif secepat mungkin, supaya mereka bisa berobat di Indonesia dengan kualitas yang sama seperti di negara lain,” tegasnya.

    Pertumbuhan pesat industri alkes lokal menunjukkan Indonesia punya kapasitas besar untuk mandiri. Namun, persoalan akses, efisiensi layanan, dan kecepatan adopsi teknologi menjadi titik lemah yang masih membuat pasien memilih pengobatan di luar negeri.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Kemenkes Spill Alasan Banyak Warga RI Berobat ke Luar Negeri!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Jakarta

    Meski industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri meningkat signifikan, masih banyak pasien Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Direktur Jenderal Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Lucia Rizka Andalusia, mengungkapkan salah satu penyebabnya adalah akses terhadap teknologi kesehatan inovatif yang masih terbatas di Tanah Air.

    “Kalau untuk mendapatkan akses teknologi kesehatan inovatif, apakah itu alat kesehatan atau obat-obatan, masih sulit di Indonesia, ya pasti orang akan berobat ke luar negeri karena di sana lebih mudah,” ujar Rizka dalam konferensi pers Minggu (26/10/2025).

    Menurutnya, persoalan ini bukan sekadar preferensi pasien, melainkan akibat dari lambatnya ketersediaan teknologi kesehatan mutakhir di rumah sakit dalam negeri, yang berdampak ke layanan pasien.

    “Misalnya untuk radioterapi, di Indonesia harus antre berminggu-minggu, bahkan berbulan. Sementara di negara tetangga bisa cepat. Itu yang membuat orang akhirnya memilih berobat ke luar negeri,” lanjutnya.

    Rizka menegaskan, dari sisi produksi alkes dalam negeri, kemajuan Indonesia sebenarnya dinilai tajam.
    Sebelum pandemi COVID-19, hanya ada sekitar 400 industri alkes di Indonesia, yang sebagian besar masih bergantung pada impor. Kini, jumlahnya melonjak dua kali lipat menjadi sekitar 815 industri.

    Tidak hanya itu, belanja alat kesehatan dalam negeri dalam tiga tahun terakhir meningkat 3,4 kali lipat dibandingkan 2019.

    “Dulu belanja alkes dalam negeri itu sangat rendah. Tapi sekarang sudah jauh meningkat karena berbagai upaya kita lakukan,” jelasnya.

    Salah satu strategi utama Kemenkes adalah penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kebijakan freeze-unfreeze terhadap produk impor.

    “Kalau kita sudah bisa membuat produk dalam negeri dan jumlahnya mencukupi, maka kita akan ‘freeze’ produk impornya. Ini sangat efektif, sehingga rumah sakit pemerintah, termasuk RS vertikal, akan memilih produk dalam negeri,” ujar Rizka.

    Kemenkes juga menggelar business matching antara industri alkes lokal dan fasilitas kesehatan (faskes). Langkah ini terbukti penting agar produk dalam negeri dikenal dan digunakan oleh rumah sakit di Indonesia.

    “Kalau tidak ada business matching, industri dan rumah sakit tidak saling tahu. Misalnya ada yang bikin hospital bed elektrik otomatis di dalam negeri, tapi rumah sakit tidak tahu, akhirnya tetap beli impor,” katanya.

    Rizka memastikan peluang produk alkes seperti linet dan dv medika yang wacananya akan membantu memproduksi bed dengan teknologi advanced di Indonesia terbuka, selama mematuhi mekanisme pengadaan yang berlaku.

    “Yang penting harganya kompetitif dan spesifikasinya sesuai kebutuhan rumah sakit,” tandas dia.

    Meski capaian industri alkes dalam negeri sudah menggembirakan, Rizka menilai tantangan terbesar Indonesia justru terletak pada akses terhadap teknologi kesehatan inovatif.

    Tanpa perbaikan di sisi ini, pasien akan terus mencari pengobatan di luar negeri.

    “Pemerintah berupaya keras agar masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap teknologi inovatif secepat mungkin, supaya mereka bisa berobat di Indonesia dengan kualitas yang sama seperti di negara lain,” tegasnya.

    Pertumbuhan pesat industri alkes lokal menunjukkan Indonesia punya kapasitas besar untuk mandiri. Namun, persoalan akses, efisiensi layanan, dan kecepatan adopsi teknologi menjadi titik lemah yang masih membuat pasien memilih pengobatan di luar negeri.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Kemenkes Spill Alasan Banyak Warga RI Berobat ke Luar Negeri!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Lebih Kaya dari Elon Musk, Orang Ini Pernah Bikin 1 Negara Krisis

    Lebih Kaya dari Elon Musk, Orang Ini Pernah Bikin 1 Negara Krisis

    Jakarta

    Namanya mungkin tidak sepopuler Elon Musk atau Jeff Bezos, tapi kekayaannya disebut-sebut jauh melampaui mereka. Dialah Mansa Musa, penguasa Afrika Barat di abad ke-14 yang hartanya sampai bikin satu negara krisis gara-gara emas!

    Melansir laman History yang tayang pada 19 Maret 2018 dan diperbarui 28 Mei 2025, dikisahkan Mansa Musa menjadi penguasa Kekaisaran Mali pada tahun 1312. Dia naik tahta setelah pendahulunya, Abu-Bakr II, hilang dalam perjalanan yang ditempuh melalui laut di Samudra Atlantik.

    Pemerintahan Mansa Musa datang pada saat negara-negara Eropa sedang berjuang karena perang saudara yang berkecamuk dan kurangnya sumber daya. Selama periode itu, Kekaisaran Mali berkembang berkat sumber daya alam yang melimpah seperti emas dan garam.

    Di bawah pemerintahan Mansa Musa, kawasan kekuasaannya makmur dan tumbuh hingga menjangkau sebagian besar Afrika Barat. Wilayah kekuasaan terdiri dari pantai Atlantik hingga pusat perdagangan pedalaman Timbuktu dan sebagian Gurun Sahara.

    Mansa Musa merupakan seorang Muslim yang taat. Dia pernah melakukan perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Dia berlayar sekitar 4.000 mil bersama 60.000 rombongannya yang terdiri dari tentara dan budak. Rombongan itu membawa ratusan pon emas yang diangkat menggunakan unta dan kuda.

    Dalam perjalanan itu rombongan Mansa Musa menjadi tontonan untuk setiap wilayah yang dilaluinya. Bahkan sosoknya menjadi tersohor di Mesir selama lebih dari satu dekade.

    Sesampainya di Kairo, Mansa Musa bertemu dengan penguasa Kairo, al-Malik al-Nasir. Menurut teks-teks dari sejarawan kuno Shihab al-Umari, Mansa Musa disambut di Kairo oleh bawahan al-Nasir, yang mengundangnya untuk bertemu dengan sesama raja. Mansa Musa menolak proposisi sambutan mewah itu dan mengatakan bahwa dia hanya numpang lewat dalam perjalanan haji ke Mekah.

    Salah satu alasan Mansa Musa menolak adalah karena dia diharuskan tunduk dan mencium kaki sultan. Dia memilih untuk menyapa al-Nasir dengan layak dalam pandangannya. Dalam percakapan keduanya al-Nasir menawarkan penginapan kepada Mansa Musa dan semua orang yang menemaninya. Namun Mansa Musa menolak dan justru meninggalkan sebagian hartanya di sana.

    Saat melalui Kairo dari pusat kerajaan hingga kawasan pemukiman miskin, Mansa Musa menebar hartanya berupa emas dengan membeli barang-barang asing. Hal itulah yang membuat dia begitu terkenal dan dihargai.

    Meski bermaksud baik, pemberian emas Mansa Musa sebenarnya menurunkan nilai logam di Mesir, dan perekonomian kerajaan mengalami pukulan besar. Butuh waktu 12 tahun bagi ekonomi Mesir untuk pulih.

    The Sun yang melansir SmartAsset.com menyebut Timur Tengah mengalami kerugian ekonomi sebesar 1,1 miliar Euro gara-gara harga emas yang jatuh.

    Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci, Mansa Musa coba membantu ekonomi Mesir yang anjlok ‘gara-gara’ dia. Mansa Musa mengambil kembali emas di peredaran dan meminjamnya dengan bunga tinggi.

    Beberapa waktu kemudian dia kembali ke Mekah dengan beberapa ulama termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad SAW dan seorang penyair asal Andalusia. Mansa Musa membayar mereka dengan 200 kg emas yang jika sekarang diuangkan menjadi 6,3 juta Euro.

    (fdl/fdl)

  • BUMN Farmasi Geber Kualitas Produk Obat-obatan RI

    BUMN Farmasi Geber Kualitas Produk Obat-obatan RI

    Jakarta

    PT Indoframa (Indofarma) yang merupakan bagian dari holding BUMN Farmasi berupaya untuk mencapai ketahanan kesehatan nasional dengan kualitas dan ketersediaan produk farmasi.

    Direktur Utama Indofarma Sahat Sihombing menjelaskan Indoframa juga berkontribusi dalam kesehatan masyarakat.

    Saat ini Indofarma memiliki fasilitas produksi di Cibitung, Cikarang Barat, memiliki kapasitas produksi yang mampu memproduksi berbagai sediaan farmasi, mulai dari Solid, Liquid, Semi Solid, Steril, hingga Herbal dan Natural Extract dengan kapasitas produksi yang besar, hingga 3 M unit per tahun.

    Hal ini menjadi potensi besar bagi Indofarma dalam mendukung kemandirian industri farmasi nasional.

    Sahat menjelaskan Indofarma memiliki kapasitas produksi yang besar, telah menjadi mitra penting Kementerian Kesehatan dalam penyediaan obat-obatan, terutama untuk kebutuhan pengobatan pada fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah.

    Komitmen ini terus dijaga melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi lintas sektor.

    Dalam rangka memperkuat peran strategis dalam penyediaan obat di Indonesia, Senin (11/8/2025), Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Lucia Rizka Andalusia, mengunjungi pabrik dan fasilitas produksi Indofarma di Cibitung, Cikarang Barat, yang didampingi oleh Direktur Utama Indofarma, Sahat Sihombing, Direktur Operasional Indofarma, Andi Prazos, Direktur Sales Bio Farma, Kamelia Faisal, Direktur Produksi & Supply Chain Bio Farma, Sri Harsi Teteki, serta Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi Kemenkes RI, Dita Novianti Sugandi Argadiredja.

    “Indofarma siap menjadi bagian penting dalam pencapaian ketahanan kesehatan nasional melalui kualitas dan ketersediaan produk – produk farmasi. Kunjungan pabrik ini dilaksanakan guna memastikan supply produk Indofarma dalam mendukung program – program Kemenkes RI, ” ujar Sahat Sihombing, Direktur Utama PT Indofarma Tbk, saat mendampingi Dirjen Farmalkes Kementerian Kesehatan RI dalam mengunjungi beberapa fasilitas produksi Indofarma.

    Dalam kunjungannya, Dirjen Farmalkes Kementerian Kesehatan RI juga memberikan arahan serta diskusi terkait peningkatan kontribusi Indofarma dalam ekosistem kesehatan masyarakat.

    (kil/kil)

  • Sekolah Rakyat, Revolusi Duafa Pasukan Thariq bin Ziyad

    Sekolah Rakyat, Revolusi Duafa Pasukan Thariq bin Ziyad

    Jakarta – Tanggal 14 Juli 2025, sebuah gerakan senyap merayap di 63 titik di sejumlah daerah di Tanah Air. Laksana titik api membara yang membakar barisan bukit jerami. Asap putih pembakaran muncul tipis-tipis. Isyarat genderang revolusi jiwa tengah bergolak dari kedalaman nurani yang meronta. Dari gejolak jiwa yang datang menyambut tantangan masa depan. Bagaikan gelegak jiwa Panglima Perang Thariq Bin Ziyad saat pertama menjejak semenanjung Iberia.

    Gejolak jiwa setelah ia memerintahkan segenap pasukannya membakar kapal-kapal perang yang membawa mereka dari Maroko menuju Isbania. “Wahai pasukanku! Ke manakah kalian hendak melarikan diri? Musuh di depanmu dan lautan ganas di belakang siap menelan? Demi Allah! Tak ada keselamatan bagi kalian kecuali dalam keberanian dan keteguhan hati. Timbanglah situasi kalian saat ini; berdiri di sini bagai anak-anak yatim yang terlontar ke dunia!”

    “Di depan sana, kalian akan segera bertemu musuh yang kuat. Mengepung kalian dari segala penjuru bagaikan gelombang samudera yang bergejolak. Maka buanglah segala ketakutan dari hati kalian. Percayalah, kemenangan akan menjadi milik kita dan percayalah musuh-musuh tak akan mampu bertahan menghadapi serangan kita. Jika aku terbunuh sebelum mendekati (Roderick, Raja Isbania), maka jangan kalian bersusah hati karena diriku!”

    “Tetaplah bertempur seolah aku masih hidup di tengah kalian. Sebab, musuh-musuh kita akan langsung kehilangan daya dan perlawanan saat melihat raja mereka jatuh. Mereka pastilah akan lari kocar-kacir. Namun jika aku terbunuh setelah kita berhasil menewaskan raja mereka itu, (maka) tunjuklah seseorang di antara kalian, yang di dalam dirinya terdapat jiwa keberanian dan kecakapan pengalaman, mampu memimpin kalian dalam situasi genting ini,” seru Thariq.

    Pasukan Duafa

    Barisan muda kaum duafa itu jumlahnya ribuan. Menyebar di seluruh Indonesia. Bergerak dengan kaki penuh energi. Pergi dengan tangan tergenggam. Pergi dengan dada mengembang. Berteriak dengan lantang, suaranya bertenaga. Dilepas bersama gelombang doa. Diharap kembali penuh kemenangan. Kembali dengan semangat baru, jiwa baru, dan penuh percaya diri. Kembali lewat peta jalan hidup baru. Peta yang mampu menaklukkan badai kehidupan.

    Laskar duafa muda yang lahir dari keluasan hati orang tua yang tiada memiliki tanah selain tanah Tuhan. Orang tua yang keringatnya asin akibat tiada hari tanpa berenang di lautan kehidupan nan garang. Orang tua yang tulang dan otot-ototnya mengeras akibat melawan terjangan angin malam nan kejam. Orang tua yang ujian hidupnya tak pernah ada dalam pelajaran di sekolah manapun. Orang tua yang lupa cara menanyakan nasib kepada Mikail.

    Tanggal 14 Juli 2025, semangat juang Thariq Bin Ziyad seperti muncul kembali di langit Nusantara. Seorang jenderal dari Dinasti Umayyah, yang memimpin penaklukan Andalusia pada tahun 711 M. Ia dikenal karena keberanian, strategi militer, dan pidatonya yang membakar semangat juang pasukan sebelum pertempuran. Penaklukan ini menandai awal dari periode kekuasaan Islam yang berlangsung selama berabad-abad di Semenanjung Iberia. Kini Thariq di sini.

    Suaranya menggelegar, bak membakar kesadaran kita. Menggugah anak-anak Indonesia yang sekian tahun hidup dalam batin terkungkung. Terkungkung akibat jalan hidup yang terlalu terjal untuk batas kemampuan mereka. Kini, melalui gagasan Presiden Prabowo Subianto, suara Thariq Bin Ziyad, datang lagi menyemangati pasukan yang tak punya pilihan selain maju. Menoleh ke belakang, hanya akan melihat masa lalu yang mengintai dan siap menerkam.

    Wong Cilik

    Dengan menyitir pernyataan mantan gubernur Jawa Timur, Mohammad Noer soal kaum duafa, Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf, sering mengutipnya bak sebuah mantra. “Agawe Wong Cilik Melu Gemuyu.” (membuat rakyat kecil ikut tertawa). Ungkapan ini disampaikan di SU Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Maret 1973, sebagai Ketua Fraksi Utusan Daerah. Sejak itu ia sering disebut dengan “gubernurnya rakyat kecil”. Ia akrab disapa dengan Cak Noer.

    Dengan redaksi yang lebih sederhana, Presiden Prabowo Subianto mengutip pernyataan itu saat pelantikan dirinya, 20 Oktober 2024 lalu. “Wong cilik iso gemuyu.” Dan empat kata ini juga yang selalu menjadi pengantar setiap kali Mensos menjelaskan bisnis proses serta tugas dan fungsi Kemensos lewat konsep “12 PAS”. Kelompok sasaran utama kesejahteraan sosial. Kelompok ini meliputi semua lapisan masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus.

    “Kefakiran itu mendekatkan kepada kekufuran,” begitu sering disitir para guru. Namun begitu, semua orang paham bahwa kefakiran adalah perantara yang dikirim Tuhan agar bisa menjadikannya ladang beramal saleh. Ke mana pun pergi, semua perangkat dan aparatur negara, dan terutama Kementerian Sosial, membawa misi perlindungan, jaminan, rehabilitasi, dan pemberdayaan sosial. “Jangan pernah abai terhadap tugas dan fungsi ini.”

    Sejak 14 Juli 2025 lalu, misi dipertajam pendekatannya. Didekatkan langsung ke jantung permasalahan. Permasalahan kemiskinan yang akut. Laksana gelegar suara Thariq Bin Ziyab, kini teriakan para Kepala Sekolah yang telah menjalani masa retreat, para guru yang sudah menerima materi pelajaran khas, para tenaga kependidikan yang telah dilatih khusus, para siswa yang terpilih karena tekad ingin mendobrak kebekuan nasib, berbaiat tak kan mundur walau selangkah.

    Doa dalam Diam

    Hari itu, Senin 14 Juli 2025, Pelan tapi pasti. Derap langkah kaki dan batin ribuan duafa muda. Atas dasar niat yang kuat, tekad yang menjulang, semangat yang bergelora, memancangkan tiang nasib di masa depan. Mereka bersiap menyeberangi sungai kehidupan yang curam. Menuju Sekolah Rakyat. Sungai yang belum ditaklukkan. Satu yang pasti, diam-diam dari pelosok negeri, ada doa bersama yang mengalir deras, sederas gelombang elektromagnetik.

    Doa para orang tua, doa para handai taulan, doa para tetangga, doa para guru, doa seluruh anak bangsa, turut serta melepas laskar duafa bak Thariq melepas pasukannya ke medan tempur. Hari itu, bangsa Indonesia bersatu dalam doa demi Sekolah Rakyat. “Duhai Tuhan! Menyayangi fakir miskin adalah titah-Mu. Kuatkan kami untuk membersamai mereka. Kuatkan anak-anak kami. Kuatkan kami dalam segala keadaan. Kuatkan bangsa kami di saat belajar patuh dan taat pada firman-Mu.”

    Ishaq Zubaedi Raqib, Staf Khusus Menteri Sosial RI

    (anl/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Strategi Spanyol dalam Mengatasi Overtourism Perlu Ditiru

    Strategi Spanyol dalam Mengatasi Overtourism Perlu Ditiru

    JAKARTA – Negara Spanyol kini fokus untuk mengatur padatnya pengunjung yang datang ke suatu destinasi tertentu terutama di Kepulauan Canary dan Balearic. Negara ini sangat populer sebagai tujuan nomor satu bagi wisatawan Inggris pada tahun 2024 dan negara kedua yang paling banyak dikunjungi di Eropa.

    “Kami bekerja dengan model pariwisata berkelanjutan dengan teknologi cerdas. Kami telah mengembangkan platform digital yang memantau berapa banyak orang di pantai, serta kualitas udara, suhu laut, cuaca dan bahkan ubur-ubur di dalam air.” kata Jessica Harvey, kepala pers di Kantor Pariwisata Spanyol.

    Informasi dapat diakses oleh kantor pariwisata dan pelaku bisnis perhotelan melalui aplikasi Smart Destinations, membantu mereka – dan karena itu pengunjung – membuat keputusan yang lebih cerdas tentang ke mana harus pergi dan apa yang harus dilakukan.

    Ini adalah salah satu dari beberapa inisiatif yang diambil di Spanyol, di mana Harvey mengatakan hanya lima wilayah di negara itu – Kepulauan Canary, Kepulauan Balearic, Valencia, Catalonia dan Andalusia – menerima 85% pengunjung.

    Operator tur dan agen perjalanan diperkenalkan ke daerah-daerah baru untuk menghindari kemacetan di tempat-tempat populer; dan pajak turis yang mengurangi masa tinggal yang lebih lama telah ikut bermain di beberapa daerah, termasuk Kepulauan Balearic, menguntungkan mereka yang tinggal lebih lama.

    Pemerintah juga berinvestasi besar-besaran dalam warisan budaya melalui inisiatif Paradores of Spain, jaringan hotel mewah milik negara menggunakan bangunan bersejarah seperti kastil dan rumah manor untuk menarik wisatawan di luar pantai.

    “Kami ingin menyambut semua orang,” kata Harvey. “Kami hanya ingin memindahkan model pariwisata untuk membuatnya lebih berkelanjutan jangka panjang.”tandasnya.

  • Komandan IDF Israel Tewas Dihujani Peluru Brigade Al Qassam Hamas

    Komandan IDF Israel Tewas Dihujani Peluru Brigade Al Qassam Hamas

    GELORA.CO –  Upaya kelompok perlawanan Hamas terhadap kebiadaban genosida Israel tak pernah berhenti. Meski keberadaan mereka misterius, Brigade Izzuddin al Qassam tiba-tiba mengejutkan IDF dengan serangan-serangan mematikan.

    Kali ini, tentara penjajahan Israel mengumumkan pada Kamis malam bahwa seorang komandan tank dari Batalyon ke-79 tewas. Seorang perwira serta seorang prajurit terluka parah. Sementara prajurit lainnya terluka sedang, di Beit Hanoun, utara Jalur Gaza.

    Menurut penyelidikan militer, pejuang perlawanan menyerang sebuah tank dengan rudal anti-tank, kemudian melepaskan tembakan penembak jitu, sebelum mundur.

    Penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa “insiden tersebut terjadi di dekat lokasi militer lain di zona penyangga, di dalam wilayah yang dikuasai oleh pasukan tersebut selama beberapa bulan,” dan menambahkan bahwa “jalan administratif tempat insiden tersebut terjadi merupakan rute yang sama dengan insiden Sabtu lalu.”

    Terkait hal ini, pihak IDF menyatakan, “Kami belum bisa memastikan apakah sel bersenjata yang melakukan penyergapan pada hari Sabtu dan menewaskan prajurit tersebut adalah sel yang sama dengan yang melakukan operasi hari ini.” Disebutkan bahwa mereka gagal “membunuh sel tersebut pada hari Sabtu,” yang menunjukkan bahwa mereka “mungkin kembali ke daerah yang sama hari ini untuk melakukan serangan serupa.”

    Sementara itu, koresponden Radio Angkatan Darat Israel Doron Kadosh mencatat bahwa “para prajurit, yang sebagian besar adalah prajurit cadangan di korps lapis baja, sedang menaiki tank di dalam zona penyangga di utara Jalur Gaza,” seraya menambahkan bahwa “pada titik tertentu, para prajurit turun dari tank untuk melaksanakan misi operasional, sehingga mereka terekspos.”

    Kadoush menambahkan, “Ketika mereka menghadapi ancaman misi, orang-orang bersenjata menembakkan rudal anti-tank ke arah mereka dan, pada saat yang sama, melakukan serangan penembak jitu, menewaskan satu tentara dan melukai tiga lainnya.”

    Media Israel pada hari Kamis melaporkan insiden keamanan parah yang terjadi di Jalur Gaza utara.

    Kontrak yang gagal dan bencana

    Belum lama ini, Israel gagal mendapatkan uang Rp 115 miliar dari Spanyol. Negeri yang dahulu menjadi kejayaan peradaban Islam Andalusia itu membatalkan kontrak pengadaan amunisi senjata api, Sebabnya, pemerintah di sana berkomitmen menekan bahkan meniadakan segala bentuk perdagangan dan kerja sama dengan Israel. 

    Pemerintah Spanyol merupakan yang paling konsisten mengecam kebiadaban genosida Israel terhadap Gaza yang telah mengakibatkan puluhan ribu nyawa hilang. Hal tersebut merupakan bentuk pengabaian nilai kemanusiaan, keadilan, dan upaya bersama menyejahterakan dunia.

    Israel juga dilanda bencana kebakaran hebat di Yerusalem. Akibatnya, pemerintah setempat harus mengevakuasi seluruh warga di beberapa distrik yang ada di sana agar tidak ada korban jiwa.

    Israel juga dihajar kerugian karena sejumlah jutawan dan ahli angkat kaki dari Israel. Mereka lebih memilih berada di negara lain yang keamanan dan ekonominya stabil. Di sana mereka lebih mampu mengaktualisasikan diri sehingga dapat lebih berkarya dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

    Heboh Pengakuan mantan menteri 

    Mantan menteri perang Israel, Yoav Gallant telah mengakui bahwa pasukan pendudukan Israel telah membuat klaim palsu tentang penemuan terowongan besar di Rute Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.

    Sebuah foto yang dirilis Agustus lalu, yang diklaim Israel menunjukkan terowongan bertingkat yang digunakan oleh kelompok-kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, sebenarnya hanya menggambarkan parit dangkal dengan kedalaman kurang dari satu meter dan saluran pembuangan air biasa.

    Dikutip dari laman Days of Palestine, Selasa (22/4/2025), Gallant mengungkapkan bahwa klaim palsu tersebut merupakan bagian dari upaya untuk membesar-besarkan pentingnya Rute Philadelphia, yang menggambarkannya sebagai jalur penyelundupan senjata untuk menunda kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.

    Pada saat itu, media Israel memuji penemuan tersebut sebagai pencapaian besar, menggambarkan terowongan tersebut sebagai bagian dari jaringan bawah tanah yang luas.

    Para kritikus mengutuk pengakuan tersebut sebagai bukti penggunaan informasi yang salah oleh Israel untuk membenarkan tindakan militer dan merusak upaya perdamaian.

    Para pemimpin Palestina menyebutnya sebagai contoh lain dari manipulasi fakta oleh Israel untuk mendelegitimasi perjuangan mereka dan memperpanjang penderitaan di Gaza, Palestina.

    Pengakuan ini menimbulkan pertanyaan tentang pendudukan Israel dan ketergantungannya pada propaganda, sekaligus menggarisbawahi kerugian yang harus ditanggung oleh korban jiwa akibat penipuan semacam itu. Untuk saat ini, pengakuan tersebut menyoroti ketidakpercayaan yang sedang berlangsung dan tantangan untuk menyelesaikan konflik.

    Dilaporkan Al-Jazeera pada Rabu (23/4), Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban wafat menjadi lebih dari 61.700 orang, dan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diperkirakan telah wafat oleh serangan Israel. 

  • Wanita Pura-pura Bisu 16 Tahun Biar Dapat Tunjangan, Ditangkap saat Ngobrol

    Wanita Pura-pura Bisu 16 Tahun Biar Dapat Tunjangan, Ditangkap saat Ngobrol

    Jakarta

    Seorang wanita di Spanyol mendapatkan tunjangan disabilitas karena mengalami ketidakmampuan berbicara setelah insiden terkait pekerjaan. Selama 16 tahun lamanya, dia mendapatkan dana dari perusahaan lama tempat dia bekerja.

    Diberitakan Oddity Central, pada tahun 2003, seorang wanita yang bekerja di supermarket di Andalusia, Spanyol, tiba-tiba diserang oleh pelanggan. Atas insiden tersebut, dia didiagnosis gangguan stres pascatrauma dan kehilangan kemampuannya berbicara.

    Setelah meninjau kasus tersebut, pihak jaminan sosial memberikan dana pensiun cacat permanen dan perusahaan asuransi bertanggung jawab atas biaya tersebut. Bertahun-tahun kemudian, perusahaan asuransi meninjau kasusnya dan menemukan beberapa kejanggalan.

    Pihak asuransi kemudian menyewa detektif swasta yang menemukan bahwa wanita tersebut bisa berbicara normal namun tetap mengklaim dana tunjangannya.

    Sekitar 16 tahun kemudian, perusahaan asuransi yang bertanggung jawab untuk membayar tunjangan cacatnya mulai meninjau catatan medisnya dan menyadari bahwa tidak ada satu pun dokter spesialis yang pernah ia kunjungi sejak 2009 yang mencatat ketidakmampuannya untuk berbicara dalam laporan mereka.

    NEXT: Ketahuan bisa berbicara dengan normal

    Kecurigaan seorang ahli medis tidak cukup untuk membuka kasus terhadap wanita itu, jadi perusahaan asuransi menyewa detektif swasta untuk mengikuti wanita itu dan mengumpulkan lebih banyak bukti.

    Setelah beberapa minggu, detektif swasta itu melaporkan bahwa “wanita bisu itu berbicara dengan normal di jalan, mengobrol dengan ibu-ibu lain di luar gerbang sekolah, menggunakan ponselnya tanpa masalah, dan menghadiri kelas Zumba.”

    Untuk membuktikan tanpa keraguan sedikit pun bahwa wanita itu dapat berbicara, detektif swasta itu mendatanginya di jalan suatu hari dan menanyakan petunjuk jalan tentang cara mencapai sebuah toserba setempat. Dia langsung jatuh ke dalam perangkapnya, dengan fasih menjelaskan dalam bahasa Spanyol yang diartikulasikan dengan sempurna cara mencapai toko, tanpa mengetahui bahwa dia sedang direkam.

    Dengan bukti ini, perusahaan asuransi mengambil tindakan hukum untuk membuktikan bahwa mereka tidak lagi bertanggung jawab untuk menyediakan tunjangan disabilitas.

    Pada bulan Januari 2025, Pengadilan Tinggi Andalusia (TSJA) memutuskan mendukung perusahaan asuransi, dengan menyatakan bahwa bukti yang diajukan di pengadilan sah dan tidak perlu lagi membayar tunjangan disabilitas kepada wanita tersebut.

    Pengadilan juga menolak permohonan wanita tersebut agar rekaman detektif ditolak oleh pengadilan karena merupakan “pelanggaran yang jelas terhadap hak konstitusionalnya.”