Jurnalis dan Aktivis Jadi Sasaran

Jurnalis dan Aktivis Jadi Sasaran

Liputan6.com, Jakarta – Sebuah laporan terbaru yang mencakup temuan dari Intellexa Leaks kembali membunyikan alarm mengenai melonjaknya penggunaan mercenary spyware seperti Predator dan sistem infeksi berbasis iklan, Aladdin.

Spyware ini secara khusus menargetkan jurnalis, aktivis, pengacara, oposisi politik, dan kelompok sensitif lainnya di berbagai negara, termasuk kekhawatiran yang signifikan bagi Indonesia.

Serangan canggih itu mengandalkan rantai eksploitasi zero-day yang menargetkan perangkat seluler, penyalahgunaan ekosistem iklan digital, dan manipulasi infrastruktur jaringan.

Temuan ini menegaskan bahwa kapabilitas siber yang tadinya eksklusif milik negara (state-grade) kini telah menjadi komoditas komersial yang mudah diakses.

Pengungkapan Intellexa menyoroti kemunculan Aladdin, sistem infeksi berbasis iklan yang mampu merusak perangkat melalui jaringan periklanan berbahaya (malvertising).

Teknik baru ini memperluas cara operator mercenary spyware beroperasi, mengonfirmasi aktivitas berkelanjutan dari ancaman yang jauh melampaui metode peretasan konvensional.

Chief Technology Officer, ITSEC Asia, Marek Bialoglowy, menilai bahwa situasi ini mencerminkan pergeseran arsitektur serangan.

“Ancaman yang kita hadapi direncanakan, terus-menerus, dan tertanam di seluruh rantai nilai digital,” ujar Bialoglowy dalam keterangannya, Sabtu (13/12/2025).

Mengingat statusnya sebagai salah satu negara dengan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia-Pasifik (APAC), Indonesia disebut tidak bisa hanya menunggu insiden terjadi.

“Kita membutuhkan kapabilitas pertahanan yang mampu mengantisipasi dan mengelola risiko ini secara berkelanjutan,” ia menambahkan.