Jerit Korban Pelecehan Pembina Pramuka di Samarinda, Modusnya Pengobatan Tangkal Kesurupan Regional 2 Juli 2025

Jerit Korban Pelecehan Pembina Pramuka di Samarinda, Modusnya Pengobatan Tangkal Kesurupan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        2 Juli 2025

Jerit Korban Pelecehan Pembina Pramuka di Samarinda, Modusnya Pengobatan Tangkal Kesurupan
Tim Redaksi
SAMARINDA, KOMPAS.com –
Kasus dugaan
pelecehan seksual
yang melibatkan seorang pembina Pramuka di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Samarinda menyisakan luka mendalam dan pertanyaan besar bagi para korban.
Empat alumni yang menjadi korban melaporkan bahwa penanganan kasus di kepolisian seakan tidak diterima, menambah beban trauma dan menipiskan harapan akan
keadilan
.
Dalam kesempatan ini, Kompas.com berhasil menemui keempat korban, yaitu LY (18), YA (18), JH (19), dan YM (19).
Para korban membeberkan kronologi kejadian traumatis yang mereka alami saat mengikuti kegiatan Pramuka kenaikan tingkat pada Jumat malam, (13/6/2025).
Terduga pelaku, HG, disebut memanfaatkan dalih “pengobatan” untuk melancarkan aksinya yang meresahkan.
Menurut keterangan LY bersama korban lainnya pada Rabu (2/7/2025), kejadian bermula saat para peserta kenaikan tingkat dikumpulkan di musala
SMK Samarinda
.
HG, sang pembina, memanggil LY dan beberapa rekannya yang sedang memasak di luar musala.
“Dia tanya, ‘Siapa saja yang masak kopi ini?’ Lalu saya jawab ada enam orang di dalam musala, dua putra dan empat putri,” terang LY kepada Kompas.com.
Di dalam musala, HG disebut memulai modusnya yang tak lazim.
Dengan dalih adanya “pantangan” atau “kepuhunan” akibat kegiatan memasak, HG menawarkan bantuan untuk “mengobati” agar tidak kesurupan.
HG bahkan mengeklaim pernah menjadi tumbal saat mengobati orang lain untuk meyakinkan korbannya.
Para korban kemudian diminta duduk membentuk setengah lingkaran, dengan HG berada di tengah.
Mereka diinstruksikan untuk menutup mata dan fokus mendengarkan suara HG, seolah dalam kondisi terhipnotis.
“Kami disuruh masuk ke alam bawah sadar, lebih dalam, lebih dalam,” ujar LY, menggambarkan suasana mencekam saat itu.
Puncak pelecehan terhadap LY terjadi saat lampu musala dimatikan.
Setelah diminta berbaring di mimbar musala, LY merasakan napas pelaku semakin dekat dan ia dicium.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.