Jenis Media: Tekno

  • Tiga Konten Kreator TIkTok Ini Buktikan Live Streaming Bisa Ubah Hidup Banyak Orang

    Tiga Konten Kreator TIkTok Ini Buktikan Live Streaming Bisa Ubah Hidup Banyak Orang

    Jakarta

    Tiga konten kreator Indonesia mendapatkan sorotan khusus setelah berhasil menunjukkan dampak sosial yang kuat melalui karya-karya mereka di TikTok Live.

    Melalui pendekatan kreatif yang berakar pada budaya, bahasa, dan edukasi, mereka mampu memperlihatkan bagaimana konten live streaming dapat menjadi ruang pemberdayaan dan pembelajaran bagi komunitas.

    Sebagai informasi, setelah rangkaian program ASEAN Live Creators for Change selesai, dari 20 kreator berpartisipasi, dipilih tiga kreator sebagai pemenang, yaitu Jhonatan (@jhonatanyuditya_pratama), Leni (@lenirezi), dan Sir Pedot (@sirpedot).

    Mereka dinilai memiliki dampak yang kuat terhadap sosial melalui konten yang diproduksi, melalui cara pandang dan cerita yang mereka bawa. Ketiganya menunjukkan bahwa TikTok Live dapat menjadi ruang untuk belajar, menjembatani budaya, dan merayakan identitas.

    Sir Pedot membuka akses belajar sehari-hari, kemuidan Leni menjaga bahasa daerah tetap hidup. Sedangkan Jhonatan memperkuat identitas budaya dengan storytellingnya.

    Berikut profil dari konten kreator tersebut:

    1. Jhonatan Dari Borneo: Budaya Dayak dalam Sorotan Digital

    Sebagai pemenang pertama, Jhonatan asal Borneo menyalurkan semangat budaya Dayak melalui karya-karya digitalnya. Baginya, identitas Dayak bukan sekadar simbol seremonial, tetapi nilai hidup sehari-hari seperti rasa syukur, keseimbangan, dan kedekatan dengan alam.

    Ia memilih menampilkan konten yang autentik, salah satunya melalui sesi Live Gawai Dayak yang memamerkan parade dan tari tradisional. Siaran tersebut ditonton lebih dari 16.000 orang dan mengundang ratusan interaksi, menjadi momen kebanggaan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi komunitas Dayak.

    Jhonatan menceritakan bahwa pendekatannya yang memandang budaya sebagai sesuatu yang hidup. Ia ingin penonton tidak hanya melihat visual, tetapi juga merasakan makna di balik tiap tradisi. Melalui konten seperti ini, ia membuktikan bahwa budaya dapat berkembang di platform digital sekaligus mendukung UMKM dan memberdayakan komunitas.

    “Program ASEAN Live Creators for Change menjadi pengingat bahwa kreativitas bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pemberdayaan,” ujarnya.

    Ia meyakini bahwa storytelling digital mampu menghubungkan generasi muda dengan akar budaya mereka secara lebih natural dan mendalam.

    2. Leni: Membawa Bahasa Daerah Indonesia Kembali Mainstream

    Leni, sebagai pemenang kedua, memulai perjalanannya dari keprihatinan terhadap masa depan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Data dari lembaga bahasa dan UNESCO menunjukkan penggunaan yang terus menurun, bahkan beberapa bahasa menghilang dari percakapan sehari-hari. Kekhawatirannya ini terasa personal baginya karena tumbuh di Belitung Timur, sementara ia sendiri tidak sepenuhnya fasih berbahasa Belitong.

    Melalui program ASEAN Live Creators for Change, Leni menyalurkan kepeduliannya dengan membuat konten edukatif di TikTok Live. Ia memfokuskan materinya pada ungkapan sederhana, penggunaan praktis, dan konteks budaya yang dekat dengan keseharian agar bahasa daerah terasa relevan dan mudah digunakan.

    Dalam sesi Live, ia sering memakai fitur Multi-Guest untuk menciptakan interaksi dua arah yang lebih hidup. Percakapan yang terjadi mengalir hangat, dengan peserta berbagi idiom, lelucon, dan frasa sehari-hari dalam dialek masing-masing, sehingga proses belajar menjadi menyenangkan dan mudah dipahami.

    Seiring waktu, Leni semakin terampil merencanakan konten dan memahami audiens. Ia juga terhubung dengan kreator ASEAN dari Filipina, Myanmar, dan Malaysia, yang membuatnya menyadari bahwa tantangan menjaga bahasa daerah adalah isu bersama di kawasan.

    3 Sir Pedot: Membuka Ruang Belajar Digital bagi Semua Pelajar Malaysia

    Firdaus, yang merupakan pemenang ketiga yang dikenal sebagai Sir Pedot, memulai perjalanan kontennya dari niat sederhana: membuat pengetahuan lebih mudah diakses pelajar secara digital.

    Sebagai dosen di Malaysia, ia melihat banyak anak muda membutuhkan panduan tentang topik-topik yang tidak diajarkan di kurikulum formal, mulai dari beasiswa, literasi digital, public speaking, hingga pemahaman budaya Asia Tenggara.

    Ia kemudian membawakan topik-topik tersebut melalui TikTok Live dengan gaya yang menyerupai sesi mentoring pribadi namun menjangkau ribuan penonton. Para pelajar bahkan menjulukinya #YourTikTokLecturer, sebuah panggilan yang ia terima sebagai tanda bahwa ia telah menemukan cara efektif untuk membantu generasi muda.

    Momen paling mengharukan bagi Firdaus datang ketika seorang siswa mengirim pesan bahwa mereka akhirnya memahami sebuah materi setelah menonton siaran langsungnya. Baginya, ini menjadi bukti bahwa konten edukasi di TikTok tidak hanya memungkinkan, tetapi benar-benar dapat memberikan dampak nyata-meningkatkan kepercayaan diri, memberi arah, dan membuka peluang baru bagi pelajar.

    Mengikuti program ASEAN Live Creators for Change memperkaya cara ia mengembangkan konten. Ia kini menyusun sesi dengan lebih terstruktur, memahami perilaku audiens, dan tetap konsisten meski jumlah penonton berubah-ubah.

    ASEAN Live Creators for Change

    ASEAN Foundation dan TikTok Live berkolaborasi dalam Program ASEAN Live Creators for Change 2025 yang mempertemukan para kreator muda dari berbagai negara di Asia Tenggara dalam sebuah perjalanan kreatif untuk menunjukkan dalam tujuan berbeda, mereka bisa menemukan ruang yang sama di TikTok.

    Director of Public Policy for Southeast Asia TikTok, Chanida Klyphun mengatakan, Program ASEAN Live Creators for Change mencerminkan misi TikTok untuk menginspirasi kreativitas dan menghadirkan kegembiraan.

    “Kami sangat tergerak melihat para kreator menggunakan TikTok Live untuk menyebarkan pengetahuan, melestarikan budaya, dan menjaga bahasa daerah tetap hidup. Storytelling digital membuka jendela ke dunia sekaligus menyoroti kekayaan keragaman Asia Tenggara,” ujar Chanida melalui keterangan pers diterima, Selasa (26/11/2025).

    Chanida menjelaskan, sebagai kolaborasi antara ASEAN Foundation dan TikTok, program tersebut membekali 20 kreator muda dari seluruh kawasan dengan mentorship, dukungan dana, dan alat-alat untuk mengadakan sesi TikTok Live yang berdampak mulai dari edukasi, kewirausahaan, hingga budaya.

    “Berlangsung dari 2024 hingga 2025, inisiatif ini tidak hanya mendorong pengaruh digital yang bertanggung jawab, tetapi juga memperkuat kemampuan generasi muda dalam menceritakan kisah mereka sendiri di ASEAN yang semakin terhubung,” tutur Chanida.

    Selain itu, lanjut Chanida, melalui program tersebut, para peserta juga memperoleh keterampilan praktis mulai dari pengaturan teknis, perencanaan konten yang konsisten, hingga memahami audiens secara lebih mendalam.

    “Fondasi ini memungkinkan mereka untuk melanjutkan misi masing-masing dengan lebih percaya diri dan menghasilkan dampak yang lebih nyata bagi komunitas mereka,” yakin dia.

    Sementara itu, Executive Director ASEAN Foundation, Dr. Piti Srisangnam berharap, melalui kolaborasi dengan TikTok Live, ASEAN Foundation dapat terus mendukung kreator muda yang menggunakan platform digital untuk mendorong pembelajaran, inklusivitas, dan apresiasi budaya di seluruh kawasan.

  • Siap-siap Belajar AI yang Seru Bareng Samsung Biar Makin Kreatif

    Siap-siap Belajar AI yang Seru Bareng Samsung Biar Makin Kreatif

    Jakarta

    Makin banyak orang memakai Artificial Intelligence (AI) untuk meningkatkan produktivitas. Sekalian nih, ada acara khusus belajar AI bareng Samsung dan detikcom.

    Melihat antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema ‘Beyond Creativity with Everyday AI’ yang direncanakan pada Kamis (27/11/2025) siang nanti di Jakarta Selatan. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini akan mengupas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI hadir dengan fitur-fitur yang mempermudah penyusunan ide dan eksekusi konten, sementara Gemini menawarkan analisis real-time yang membantu proses riset dan pengambilan keputusan.

    Acara ini menghadirkan Arief Muhammad, kreator sekaligus entrepreneur yang dikenal piawai memanfaatkan teknologi dalam membangun berbagai lini usaha. Dalam acara ini, Arief akan mengupas tuntas soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari. Akan hadir juga Ilham Indrawan, selaku MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia.

    Sebanyak 30 konten kreator akan ikut dalam acara ini. Mereka berasal dari berbagai bidang kreatif seperti lifestyle, beauty, health dan travel enthusiast serta entrepreneur.

    Workshop soal AI tentu sekarang semakin relevan. AI sudah menjadi aktivitas digital masyarakat untuk bekerja dan membuat konten. Bahkan, AI menjadi sumber informasi yang cepat, relevan, dan mudah diakses.

    Survei detikINET Soal Penggunaan AI

    Hasil survei detikINET menunjukkan bahwa 56,03% detikers menggunakan AI untuk mencari informasi atau ide tertentu. Selain itu, 96% detikers mengakui punya minat baru dari AI. AI bukan hanya dipakai untuk mencari minat baru, tetapi dimanfaatkan detikers untuk mendalami passion yang sudah dimiliki.

    Hal menarik lainnya, 87,42% responden juga memakai AI untuk mengelola keuangan dan bisnis. Mereka menilai kemampuan AI memproses data secara real-time membuat pengguna lebih mudah memahami kondisi finansial dan menentukan langkah strategis.

    Ini menjadikannya alasan paling dominan dalam penggunaan AI sehari-hari. Survei online ini berlangsung pada 4-14 November 2025 melalui artikel di detikINET yang dibuka lewat perangkat mobile maupun desktop.

    Menggunakan platform Typeform, survei ini berhasil menjaring 597 responden dari berbagai kalangan yang aktif mengikuti perkembangan teknologi. Dari seluruh responden, sebanyak 90% sudah pernah menggunakan AI.

    Adapun rinciannya sebanyak 38% mengaku menggunakannya secara rutin sesuai kebutuhan, 31,80% menggunakannya hanya sesekali, dan 20,26% bahkan memanfaatkannya setiap hari, serta hanya 9,14% yang mengaku tidak pernah mencobanya sama sekali.

    Lebih lanjut, tingginya angka penggunaan ini menunjukkan bahwa AI telah menjadi elemen yang akrab bagi mayoritas detikers bukan lagi teknologi rumit, tetapi alat pendukung yang semakin mudah diadaptasi dalam aktivitas digital.

    Bagi banyak pengguna, AI menawarkan pengalaman yang lebih cepat, terarah, dan interaktif dalam menemukan referensi atau ide awal. Fitur seperti penyusunan ringkasan, rekomendasi ide, hingga penjelasan mendalam membuat AI menjadi ‘teman brainstorming’ yang responsif.

    Selain mencari ide, penggunaan AI yang juga menonjol adalah untuk pembelajaran bahasa asing. Banyak detikers mengaku terbantu dengan kemampuan AI dalam menerjemahkan, menjelaskan grammar, sekaligus memberikan latihan simulasi percakapan.

    Tak kalah menarik, sebagian responden memanfaatkan AI untuk riset mendalam, bukan sekadar menjawab pertanyaan singkat. Pengguna mengaku terbantu untuk menganalisis data, memahami topik kompleks, hingga menyusun referensi secara sistematis, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap kemampuan AI dalam mendukung kegiatan akademik maupun profesional.

    Halaman 2 dari 2

    (fay/rns)

  • WIFI di Pusaran Internet Rakyat, Untung atau Buntung?

    WIFI di Pusaran Internet Rakyat, Untung atau Buntung?

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) dan PT Eka Mas Republik (MyRepublic) mengemban kewajiban menghadirkan layanan internet terjangkau bagi puluhan juta masyarakat setelah mereka memenangkan pita frekuensi 1,4 GHz.

    PT Telemedia Komunikasi Pratama telah terlibat dalam penggelaran Internet Rakyat Rp100.000, sementara itu MyRepublic belum mengumumkan. 

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi Wayan Toni Supriyanto mengatakan para pemenang seleksi memiliki kewajiban untuk menyediakan layanan layanan internet dengan harga per bulan yang terjangkau.

    Perluasan layanan internet murah diarahkan ke kelompok masyarakat menengah ke bawah yang jumlahnya mencapai 34,5 juta rumah tangga serta 2,8 juta rumah tangga di segmen low-income dengan pengeluaran telekomunikasi Rp17.000 sampai Rp180.000 per bulan.

    “Ini tidak hanya wajib dilaksanakan oleh PT Telemedia Komunikasi Pratama, namun juga wajib dilaksanakan oleh PT Eka Mas Republik selaku pemenang seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz,” kata Wayan kepada Bisnis, dikutip Kamis (27/11/2025).

    Dia mengatakan langkah tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah menghadirkan internet di rumah dengan kecepatan akses sampai dengan (up to) 100 Mbps dengan harga layanan yang terjangkau dan andal.

    Pemerintah menargetkan penetrasi internet tetap  berbasis fiber to the home (FTTH) dan fixed wireless access (FWA) dapat menyentuh 30% pada 2026. 

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan layanan internet tetap yang stabil dibutuhkan sebagai menjadi fondasi utama pembelajaran digital, serta untuk memberdayakan UMKM. 

    “Jadi FTTH dan FWA tahun depan kita targetkan 30 persen rumah memiliki koneksi tetap. Pendidikan dan UMKM memerlukan koneksi yang lebih secure dan lebih stabil,” kata Meutya.

    Komdigi resmi menutup lelang frekuensi 1,4 GHz dengan PT Telemedia Komunikasi Pratama memenangkan regional I dan PT Eka Mas Republik mendapat regional II dan regional III.

    Dengan berakhirnya lelang ini, Komdigi juga akan berkontribusi terhadap pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp805,5 miliar per tahun, dengan tahun pertama 2x dari angka yang disetorkan. 

    Mengutip laman resmi, Selasa (25/11/2025),  sesuai ketentuan Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) resmi memenangkan lelang regional I yang meliput Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. Telemedia menang dengan harga penawaran Rp403,7 miliar.

    Sementara itu Eka Mas Republik, perusahaan telekomunikasi milik Sinar Mas, mendapat regional II dengan harga penawaran Rp308,8 miliar, dan regional III dengan harga penawaran Rp100,8 miliar.

    Adapun regional II meliputi Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara, sementara regional III meliputi Kalimantan dan Sulawesi.

    Menkomdigi menetapkan kemenangan mereka melalui Keputusan Menteri Komunikasi dan Digital no.489/2025, 490/2025, dan Kepmen no.491/2025 tanggal 24 November 2025.

    “Penetapan Pemenang Seleksi sebagaimana dimaksud pada angka 2 bersifat final dan mengikat,” tulis Komdigi dalam websitenya.

    Pasar luas …

  • Penjualan Tumbuh 50-60% Tahun Ini

    Penjualan Tumbuh 50-60% Tahun Ini

    Jakarta

    Minat masyarakat terhadap perangkat telekomunikasi berteknologi 5G terus menunjukkan tren kenaikan. NielsenIQ (NIQ), perusahaan intelijen konsumen global, melaporkan bahwa penjualan smartphone 5G di Indonesia sepanjang 2025 mencatat pertumbuhan signifikan di kisaran 50-60%.

    Bramantiyoko Sasmito, Director Tech and Durables Commercial Lead NielsenIQ Indonesia, menyebut pasar gadget nasional bergerak positif pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

    “Berpatokan pada dua kuartal tersebut, kami optimis di tahun 2026 nanti masih ada peningkatan pertumbuhan. Tetapi dari survei kami, brand harus menyediakan produk yang diinginkan konsumen, misalnya durability, kualitas yang bagus hingga membangun kepercayaan konsumen terhadap brand,” ujar Bramantiyoko dalam acara Digital Economy & Telco Outlook 2026, Selasa (26/11 ).

    Meski tidak memerinci total unit yang terjual, NIQ menegaskan bahwa adopsi ponsel 5G semakin meluas seiring banyaknya pilihan perangkat di kelas harga menengah yang kini mendukung jaringan generasi kelima tersebut. Faktor lain yang mendorong lonjakan ini adalah turunnya harga perangkat 5G dibanding dua tahun terakhir dan semakin luasnya jangkauan jaringan 5G di kota-kota besar.

    Selain dukungan 5G, preferensi konsumen juga ikut bergeser. NIQ mencatat bahwa ponsel dengan kapasitas penyimpanan 512 GB menjadi yang paling diminati, dengan 28% konsumen memilih memori jumbo tersebut saat membeli smartphone baru. Tren ini menunjukkan kebutuhan pengguna yang semakin besar untuk menyimpan foto, video, aplikasi, dan konten digital, termasuk konten AI yang mulai banyak digunakan.

    Tak hanya segmen smartphone, perangkat terkait komputer juga mengalami kenaikan permintaan. Bramantiyoko memaparkan bahwa produk seperti laptop, PC, tablet, dan keyboard mencatat pertumbuhan hingga 14% dibanding periode sebelumnya.

    “Secara overall itu flat, tapi komputernya masih tumbuh 14%,” kata dia.

    Dengan proyeksi pasar yang masih positif pada 2026, NIQ menilai bahwa produsen gadget perlu fokus pada kualitas dan inovasi agar dapat memenangkan persaingan.

    Sementara itu, meningkatnya permintaan terhadap ponsel 5G dan perangkat komputasi menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin mengandalkan perangkat digital untuk aktivitas kerja, hiburan, dan produktivitas harian.

    (agt/rns)

  • Harga Poco F8 Pro dan F8 Ultra di Indonesia Tetap Kompetitif Meski Versi Global Naik

    Harga Poco F8 Pro dan F8 Ultra di Indonesia Tetap Kompetitif Meski Versi Global Naik

    Berbeda dari seri F sebelumnya, Poco F8 Ultra sudah langsung menggunakan chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5 teranyar milik Qualcomm. Perusahaan melengkapi ponsel ini dengan RAM 12GB dan 16GB, ditambah memori hingga 512GB.

    Poco F8 Ultra mengusung layar AMOLED 6,9 inci beresolusi 2608 x 1200, refresh rate 120Hz, dan sudah dilindung oleh Poco Shield Glass mampu menahan goresan dan benturan.

    Ditambah, perusahaan juga sudah didukung chipset VisionBoost D8. Dengan chip visual ini, perusahaan mengklaim ketajaman gambar di layar lebih meningkat berkat teknologi AI Super Resolution.

    Tampil sebagai paling premium, Poco juga tidak ingin setengah-setengah dalam hal teknologi yang digunakan untuk ponsel barunya ini. Salah satunya adalah audio.

    Berkolaborasi dengan Bose, Poco F8 Ultra hadir dengan kemampuan audio yang sudah di-tunning oleh Bose. Poco F8 Ultra akan membawa setup speaker 2.1 channel, terdiri dari speaker stereo atas-bawah dan woofer belakang khusus. Pengaturan ini diklaim akan memberikan pengalaman audio kencang, detail, dan bass lebih dalam.

    Poco F8 Ultra juga sudah menggunakan baterai berkapasitas 6.500mAh, dan dilengkapi dengan tiga kamera yang masing-masing memiliki kemampuan 50MP, 50MP telephoto periskop, dan 50MP ultra-wide. Untuk selfie-nya, ponsel ini menggunakan kamera 32MP.

    Poco F8 Ultra juga akan langsung menggunakan sistem operasi Xiaomi HyperOS 3 berbasis Android 16, IP68 untuk ketahanan terhadap debu dan cipratan air.

  • Poco F8 Ultra Tawarkan Denim Blue, Tinggalkan Warna Kuning Ikonik?

    Poco F8 Ultra Tawarkan Denim Blue, Tinggalkan Warna Kuning Ikonik?

    Bali

    Poco dikenal luas dengan identitas warna kuning yang kuat dan mudah dikenali. Selama bertahun-tahun, warna tersebut menjadi ciri khas perangkat Poco.

    Namun pada generasi terbaru HP flagshipnya, Poco mengambil langkah berbeda. Poco F8 Ultra menghadirkan desain yang terinspirasi denim dalam warna Denim Blue, menandai perubahan arah desain sekaligus strategi baru brand tersebut di pasar premium.

    Perubahan ini bukan tanpa alasan. Dalam sesi wawancara grup, Kang Lou, Senior Product Marketing Manager Poco Global menjelaskan bahwa warna kuning sebenarnya tidak pernah menjadi kewajiban untuk setiap produk Poco. Ia menegaskan bahwa identitas visual Poco kini dibuat lebih fleksibel, disesuaikan dengan positioning masing-masing perangkat.

    “Kami tidak selalu memakai kuning untuk setiap smartphone. Untuk lini premium seperti F8 Ultra, kami ingin menghadirkan sesuatu yang benar-benar berbeda dan lebih matang,” ujar Kang Lou.

    Desain Denim Blue pada F8 Ultra sendiri dipilih untuk memberikan kesan standout sejak pandangan pertama. Meski tampak seperti kain jeans, bahan ini bukan denim sungguhan, melainkan dibuat menggunakan material nano-tech generasi ketiga Xiaomi untuk daya tahan, ketahanan terhadap kotoran dan keausan, serta sentuhan eco-friendly.

    Kang Lou menambahkan bahwa F8 Ultra dirancang untuk memberikan kesan unik yang langsung terasa saat disentuh.

    Kang Lou, Senior Product Marketing Manager Poco Global Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    “Kami ingin pengguna merasa F8 Ultra itu spesial pada sentuhan pertama. Material denim-inspired ini eco-friendly, durable, dan langsung memberi identitas berbeda dari ponsel lain,” jelasnya.

    Meski begitu, Poco menegaskan bahwa keputusan meninggalkan warna kuning tidak berarti identitas itu akan hilang selamanya. Menurut Kang Lou, Poco tetap membuka peluang menghadirkan kembali elemen kuning ikonik jika permintaan dari komunitas pengguna cukup besar.

    “Kami membuat desain berdasarkan umpan balik pengguna. Kalau fans menginginkan kuning kembali, tentu itu bisa kami pertimbangkan untuk produk mendatang,” ungkapnya.

    Menariknya, Poco juga membuka peluang meneruskan adopsi material denim ke penerus F8 series maupun lini lainnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan pada tablet, casing, atau bahkan aksesori pendukung.

    “Desain kami selalu berkembang dari masukan pengguna. Jika denim disukai, tentu bisa diaplikasikan ke lini lain,” tegas Kang Lou.

    (afr/rns)

  • Raksasa Teknologi Disebut Ogah Investasi di RI karena Marak Praktik Suap

    Raksasa Teknologi Disebut Ogah Investasi di RI karena Marak Praktik Suap

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dihadapkan risiko kehilangan momentum investasi dari raksasa teknologi global akibat tingginya biaya berbisnis atau high-cost economy hingga marak praktik suap.

    Meski atensi para CEO teknologi dunia seperti Elon Musk, Jensen Huang, dan Jeff Bezos sangat tinggi terhadap Indonesia, realisasi investasi dengan jumlah besar justru beralih ke negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, atau Vietnam.

    Pengamat Ekonomi/Peneliti LPEM UI Teuku Rifki mengatakan sejumlah investor luar menilai hambatan utama bukan terletak pada kurangnya potensi pasar, melainkan birokrasi yang rumit dan praktik korupsi.

    Faktanya, praktik pemerasan (rent-seeking) masih menjadi penghambat terbesar dalam proses perizinan. Artinya, perusahaan besar yang berniat masuk ke Indonesia sangat rentan menghadapi pemalakan.

    “Lebih dari 60% perusahaan besar (Big Firms) di Indonesia mengaku harus memberikan suap atau ‘hadiah’ hanya untuk mendapatkan izin konstruksi,” kata Rifki dalam acara Digital Economy & Telco Outlook 2026, Rabu (26/11/2025).

    Laporan tersebut juga menunjukkan ketimpangan ekstrem jika disandingkan dengan rata-rata dunia yang hanya 14%. Bahkan, suap untuk perizinan serupa di Malaysia tercatat 0%. Kesenjangan efisiensi ini menjadi alasan logis mengapa arus modal lebih deras mengalir ke negara tetangga.

    Rifki juga menjelaskan pola korupsi yang terjadi sangat ironis karena secara spesifik menyasar karakteristik perusahaan yang paling produktif. Perusahaan dengan teknologi maju, tenaga kerja high-skill, dan berorientasi ekspor adalah entitas yang paling sering menjadi sasaran pemerasan.

    “Ternyata prevalensinya itu lebih banyak eksportir yang dipalak,” jelasnya. 

    Dampak dari hambatan struktural ini sangat nyata. Ketika investor enggan membuka usaha karena risiko tinggi, penciptaan lapangan kerja terhenti dan daya beli masyarakat pun stagnan. 

    Selain itu, ketidakpastian hukum juga menjadi faktor mengapa banyak investor luar lebih memilih klausul arbitrase di Singapura dibanding pengadilan dalam negeri.

    “Mungkin banyak yang belum diketahui publik tapi banyak international companies yang invest di Indonesia itu dalam kontraknya arbitrasenya maunya di court Singapura. Enggak ada yang mau arbitrase di court Indonesia gitu. Karena legal uncertainty-nya sangat-sangat tinggi,” ujar Rifki.

    Rifki berharap pemerintah dapat perlu segera mengambil langkah strategis guna membalikkan keadaan dan menarik kembali minat investor global. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • Benua Bumi Perlahan ‘Mengelupas’ dari Bawah, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya

    Benua Bumi Perlahan ‘Mengelupas’ dari Bawah, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya

    Jakarta

    Para ilmuwan ahli Bumi telah memecahkan misteri kuno vulkanisme dan lempeng tektonik, menjelaskan mengapa beberapa pulau mengandung begitu banyak ‘bahan’ pembentuk benua meskipun jaraknya jauh dari lempeng benua.

    Menurut studi simulasi dan analisis kimia yang dipimpin oleh University of Southampton, mekanisme yang membingungkan ini terjadi ketika benua-benua itu ‘dikupas’ dari bawah oleh kekuatan tektonik Bumi, melalui ‘gelombang mantel’ yang lambat dan bergulir.

    Ketika lempeng benua mengalami keretakan dan hanyut terpisah, mantel atas yang panas dan cair mengalir lambat melucuti di akar mereka. Bahan yang dijelajahi ini kemudian dibawa jauh ke tempat ia memperkaya mantel laut dan bahan bakar vulkanisme untuk ribuan tahun.

    “Kami telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa bagian dari mantel di bawah lautan terlihat aneh terkontaminasi, seolah-olah potongan-potongan benua kuno entah bagaimana berakhir di sana,” jelas ilmuwan ahli Bumi Thomas Gernon dari University of Southampton dan penulis utama studi tersebut, dikutip dari Science Alert.

    Para ilmuwan sebelumnya telah mencoba menjelaskan hal ini dengan berbagai cara. Mungkin mantel samudera ‘terkontaminasi’ oleh sedimen yang menjadi didaur ulang saat kerak menyelam ke mantel, sebuah proses yang disebut subduksi.

    Atau mungkin kolom batu panas, yang disebut bulu mantel, membawa bahan yang diperkaya dengan mereka saat mereka menggelembung dari jauh di dalam Bumi menuju permukaan.

    Proses ini dapat berkontribusi, tetapi mereka tidak menceritakan kisah lengkap, karena beberapa daerah yang diperkaya ‘bahan-bahan’ pembentukan benua, menunjukkan sedikit bukti adanya daur ulang kerak atau pluming panas. Selain itu, pengayaan di mantel laut tampak bervariasi, berasal dari mosaik batuan dari berbagai usia.

    Teori ‘gelombang mantel’ yang melucuti kerak menjelaskan proses pengayaan: ketika sebuah benua pecah, ia memicu rantai ketidakstabilan, atau gelombang mantel, yang menyapu di sepanjang dasar benua pada kedalaman 150 hingga 200 kilometer.

    Gerakan seperti menyapu ini mengupas benua dari bawah, pada akarnya, dan dapat membawa bahan kontinental selama lebih dari 1.000 kilometer ke mantel laut, memberi makan letusan gunung berapi yang dapat bertahan puluhan juta tahun.

    Ini adalah sapuan yang sangat lambat, bermain di rentang waktu geologis. Ini terjadi pada kecepatan yang sangat lambat. Sebagai gambaran, celah benua tersapu ke lautan dengan kecepatan satu juta kali lebih lambat dari gerakan berjalan siput.

    Foto: Geoscience

    Skala waktu yang diperpanjang ini berarti bahwa benua meninggalkan sidik jari kimia mereka lama setelah mereka pecah.

    “Kami menemukan bahwa mantel masih merasakan efek dari perpisahan benua lama setelah benua itu sendiri telah berpisah,” kata Sascha Brune, seorang geodinamika dari University of Potsdam.

    “Sistem ini tidak mematikan ketika cekungan laut baru terbentuk, mantel terus bergerak, mereorganisasi, dan mengangkut bahan yang diperkaya jauh dari tempat asalnya,” ujarnya.

    Sebuah rantai gunung berapi dan gunung bawah laut di Samudra Hindia memberikan garis tambahan bukti. Setelah terletak di timur laut Australia, rantai ini termasuk Pulau Natal dan dibentuk lebih dari 150 juta tahun yang lalu sebagai superbenua Gondwana yang pecah.

    Wilayah ini tidak menunjukkan bukti kuat dari bulu mantel. Sebaliknya, ia menyajikan profil vulkanisme yang diperkaya yang terjadi dalam 50 juta tahun. Pengayaan ini perlahan menurun dari waktu ke waktu, karena konsisten dengan prediksi model para peneliti.

    Selain memecahkan misteri materi konvensional di lautan dan vulkanisme yang tak terduga jauh dari batas-batas tektonik, tim peneliti baru-baru ini menemukan beberapa rahasia geosains lainnya.

    Mereka menemukan bahwa gelombang mantel yang lambat dan bergulir juga dapat menyebabkan magma yang kaya berlian Meletus jauh di dalam Bumi. Akhirnya, gelombang mantel yang sama ini dapat menyebabkan pengangkatan benua, memaksa bagian benua yang tampaknya stabil untuk bangkit lebih dari satu kilometer, membentuk beberapa fitur topografi terbesar planet.

    (rns/rns)

  • Operator Telekomunikasi Belum Siap Adopsi AI, Terkendala Data Debt

    Operator Telekomunikasi Belum Siap Adopsi AI, Terkendala Data Debt

    Bisnis.com, JAKARTA — Operator telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik dinilai belum sepenuhnya siap memaksimalkan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), salah satunya karena persoalan “data debt”.

    Temuan tersebut diungkap dalam laporan terbaru Accenture bertajuk Cracking the Code on Data Debt. 

    Laporan itu menjelaskan bahwa data debt merupakan hambatan yang timbul akibat data perusahaan yang tersebar, tidak konsisten, dan terfragmentasi sehingga sulit dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan maupun inovasi berbasis AI.

    Kondisi ini membuat 71% eksekutif operator telekomunikasi di Asia Pasifik mengaku tidak memiliki visibilitas menyeluruh terhadap jaringan dan portofolio mereka. 

    Dampaknya, pengambilan keputusan menjadi lebih lambat. Selain itu, 66% karyawan operator (CSP) justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membersihkan data dibandingkan menganalisisnya. Hanya 2% operator di kawasan ini yang telah memiliki strategi data terpadu dengan proses berbagi data lintas fungsi yang berjalan mulus.

    Accenture juga merilis laporan pendukung berjudul The Front Runner’s Guide to Scaling AI, yang menunjukkan bahwa hanya 21% perusahaan telekomunikasi di Asia Pasifik berhasil memperoleh manfaat nyata dari investasi AI. 

    Kelompok yang lebih maju ini umumnya menempatkan investasi jangka panjang pada pembaruan fondasi teknologi, pembangunan platform data yang siap untuk AI, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja.

    Selain itu, operator di kawasan APAC kini berfokus pada lima area pengembangan AI, termasuk penerapan Self-Healing Automated Network dan Field Engineer Technical Assistant dalam Network & Service Assurance, Agent Co-Pilot pada layanan pelanggan, serta Sales Co-Pilot dan Marketing Content Generation untuk mendukung penjualan dan pemasaran.

    Managing Director and Lead, Communications, Media and Technology Industry, Accenture in APAC Tore Berg mengatakan perusahaan telekomunikasi memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI, data, dan otomatisasi guna menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih mulus dan personal. 

    Menurutnya, inovasi tersebut juga dapat membuka peluang layanan baru agar bisnis konsumer tetap tumbuh di tengah pasar yang semakin kompetitif.

    Dia menambahkan bahwa pertumbuhan AI dan meningkatnya kebutuhan solusi berbasis cloud yang aman memberikan peluang bagi operator untuk memanfaatkan kekuatan jaringan dan kepercayaan pelanggan.

    “Ini dapat mendorong pertumbuhan bisnis B2B sekaligus memperkuat peran mereka dalam ekonomi digital,” kata Tore dalam keterangan resminya pada Rabu (26/11/2025).

    Tore juga menyoroti tumbuhnya kesadaran operator telekomunikasi terhadap potensi AI. 

    Dia mengatakan operator telekomunikasi semakin menyadari potensi kecerdasan buatan dan mulai berinvestasi karena melihat teknologi tersebut mampu meningkatkan produktivitas sekaligus profitabilitas bisnis.

    “Sebagian kecil pemimpin sudah bergerak lebih jauh dengan melakukan investasi mendalam dan konsisten untuk melakukan reinvent bisnis mereka, membuka peluang baru yang mendukung perluasan bisnis di masa depan,” katanya.

    Sementara itu, Vivek Luthra, Senior Managing Director, Data and AI Lead, APAC & South East Asia Business and Global Strategic Pursuits at Accenture, menegaskan peningkatan pemanfaatan AI membutuhkan komitmen besar dari perusahaan.

    Dia menyebut adopsi AI harus berfokus pada inti bisnis dan dipandu langsung oleh manajemen puncak serta didukung transformasi struktural yang nyata.

    “Dua area yang harus menjadi prioritas utama adalah teknologi dan talenta,” katanya. Vivek menjelaskan persoalan technical debt yang selama ini membebani operator kini berkembang menjadi data debt, terutama karena data yang terisolasi dan tidak konsisten.

    “Sistem lama menyerap anggaran namun menghambat kelincahan. Sekarang muncul pula data debt karena data yang tidak konsisten dan terisolasi menghambat inovasi berbasis AI. AI justru dapat membantu operator mempercepat modernisasi dan mengatasi masalah tersebut,” katanya.

    Menurutnya, kebutuhan keterampilan juga berubah seiring meningkatnya otomatisasi di industri telekomunikasi. Tenaga kerja yang dibutuhkan bukan hanya ahli jaringan, tetapi juga memiliki kemampuan data dan AI

    “Operator perlu strategi terarah untuk membangun keterampilan baru sekaligus menyiapkan tenaga kerja masa depan,” ungkapnya.

    Adapun Tejas Rao, Managing Director and Global Network Practice Lead, Communications Media and Technology, Accenture, menilai penerapan agentic AI menjadi kunci akselerasi menuju operasi jaringan otonom atau zero-touch.

    Dia menuturkan teknologi ini memberikan peluang transformasi besar bagi operator telekomunikasi.

    “Sebanyak 63% operator telekomunikasi global kini telah berinvestasi dalam AI agents. Sebagian besar masih pada tahap eksperimen, namun 2 dari 10 sudah mulai menerapkannya secara lebih luas di berbagai fungsi. Teknologi ini memberikan peluang besar bagi operator untuk mentransformasi konektivitas menjadi aset strategis yang mendorong pertumbuhan,” ungkapnya.

    Laporan Cracking the Code on Data Debt disusun berdasarkan survei terhadap 256 eksekutif senior dari 24 negara, termasuk 66 eksekutif asal Asia Pasifik. Adapun riset The Front Runner’s Guide to Scaling AI melibatkan 2.000 eksekutif C-suite dan pakar data dari hampir 2.000 perusahaan global berpendapatan di atas US$1 miliar di 15 negara, termasuk 38 operator telekomunikasi (CSP) di kawasan APAC. 

    Penilaian dilakukan terhadap kesiapan data, talenta, responsible AI, serta kematangan LLM operations untuk memetakan tingkat kesiapan AI perusahaan pada empat kategori, yaitu Experimenting, Progressing, Fast-Followers, dan Front-Runners.

  • #Tanyadetikinet Apa Sih Internet Rakyat Koneksi 100 Mbps Harga Rp 100 Ribu?

    #Tanyadetikinet Apa Sih Internet Rakyat Koneksi 100 Mbps Harga Rp 100 Ribu?

    Kebutuhan internet cepat dengan harga terjangkau masih jadi tantangan di banyak daerah. Di tengah kondisi itu, hadir layanan baru bernama Internet Rakyat yang menawarkan koneksi hingga 100 Mbps dengan tarif sekitar Rp 100 ribu per bulan.

    Layanan ini juga mengusung teknologi berbeda dari kebanyakan penyedia internet saat ini. Menariknya, mereka mengklaim koneksi bisa dinikmati tanpa perlu jaringan kabel serat optik.

    Kira-kira, seberapa menarik layanan ini dan apa saja fakta di balik teknologinya? Tonton video berikut yuk untuk mengetahui jawabannya!