Jenis Media: Tekno

  • Gundah Seller Lazada, dari Ratusan Paket Terjual hingga Turun Drastis

    Gundah Seller Lazada, dari Ratusan Paket Terjual hingga Turun Drastis

    Bisnis.com, JAKARTA — Naik turunnya sebuah penjualan tentu merupakan hal yang wajar dialami oleh seller di e-commerce. Ada masanya penjualan meningkat pesat, dan ada pula masanya penjualan menurun tajam. Panji (30), seorang seller di Lazada berbagi cerita.

    Panji khusus berjualan pakaian di e-commerce Lazada. Panji mulai berdagang melalui platform online berwarna biru itu sejak 2019 hingga sekarang. Tentu dia telah merasakan pasang surut penjualan online, terutama di era pandemi Covid-19 masa kejayaan yang pernah ia rasakan.

    Di masa jayanya, Panji mendapatkan omzet yang cukup besar, hingga ratusan paket terkirim setiap hari, tetapi itu tidak bertahan lama “Dulu waktu pandemi, penjualan tertinggi itu dari Lazada. Sehari bisa kirim 20–100 paket. Waktu itu belum ada promosi berbayar, omzet bisa Rp2 juta – Rp15 juta per hari,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (27/11/2025).

    Setelah pandemi mereda, kata Panji, transaksi penjualan mulai berubah. Terlebih dalam dua tahun terakhir, penjualan terasa semakin menurun. Berbagai cara telah diupayakan, mulai dari iklan berbayar hingga membuat konten untuk menarik pembeli. Namun apa daya, penjualan yang diharapkan melejit justru kadang berada di titik terendah.

    Penurunan ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti perubahan sudut pandang konsumen ke merek Lazada. Namun yang dia soroti, di tengah penurunan jumlah pengunjung, beberapa kebijakan platform dinilai memberatkan, seperti kenaikan biaya admin, keharusan menggunakan layanan promosi berbayar agar produk terlihat, serta kewajiban memakai layanan pengiriman milik Lazada (LEX).

    “Terus harus pakai promosi, kalau enggak ya nggak ada pembeli. Pengiriman juga cuma bisa lewat LEX yang titik drop point-nya masih sedikit, jadi seller sering telat kirim dan pembeli kecewa,” jelasnya. 

    Menurut Panji, penjualan dalam dua tahun terakhir merupakan yang terburuk. “Sekarang udah kayak mati suri itu akun Lazada. Nggak ada penjualan sama sekali.”

    Panji juga merasa heran mengapa kondisi tersebut bisa terjadi, padahal dahulu penjualannya sangat tinggi hingga mampu membentuk komunitas sesama pedagang online Lazada di wilayah Tangerang. 

    Tidak hanya Panji yang merasakan penurunan daya beli. Ani (22), seorang mantan karyawan perusahaan penjual perabotan bayi di BSD yang juga berjualan di Lazada, mengalami penurunan penjualan serupa. Pada 2025, Lazada menjadi platform dengan pemasukan terendah dibandingkan platform belanja online lainnya.

    Bagaimana dengan Konsumen Lazada?

    Tidak hanya penjual, konsumen pun merasakan perubahan layanan di Lazada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, sebagian besar pengguna mengaku berhenti memakai aplikasi tersebut dalam satu hingga dua tahun terakhir. Alasannya beragam, mulai dari pengiriman, ongkos kirim, hingga branding yang dinilai kalah bersaing dengan platform lain.

    Laila (21), seorang mahasiswi di Sumatera Barat, mengatakan sudah dua tahun tidak memakai Lazada. “Aku jarang pakai soalnya ongkirnya kadang mahal banget dan pengirimannya lebih lama dari aplikasi oranye. Padahal sebenarnya harga di Lazada lebih murah,”

    Pengguna lain menyebut bahwa iklan dan branding Lazada kini tidak segencar kompetitor. “Jarang dipakai jadi dihapus, terakhir pakai satu tahun kebelakang. Lazada udah ketimpa sama Shopee, TikTok, Tokopedia. Mungkin karena promosinya nggak semenarik aplikasi lain, padahal produknya sama aja,” ujar Adel (21).

    Senadan, Rara (22), pekerja kantoran di Tangerang juga berpendapat Lazada kalah dengan kompetitor dari segi marketing hingga iklan. “Sampai diskon lebih menarik di sana. [kompetitor]” kata Rara.

    Lazada pada masanya pernah menjadi era kejayaan bagi para seller di dalamnya. Platform ini juga sempat menjadi salah satu yang paling digemari konsumen pada waktunya. Namun perubahan zaman, strategi platform, dan persaingan yang semakin ketat kini membuat posisi Lazada tidak lagi sekuat dahulu. (Nur Amalina)

  • Tim Cook Diprediksi Tetap Menjabat Sebagai CEO Apple hingga 2026

    Tim Cook Diprediksi Tetap Menjabat Sebagai CEO Apple hingga 2026

    Liputan6.com, Jakarta – Tim Cook diperkirakan masih akan memegang jabatan sebagai Chief Executive Officer (CEO) Apple setidaknya hingga 2026.

    Meski sebelumnya laporan Financial Times menyebut Cook berpotensi mundur antara Januari hingga Juni 2026, analis Bloomberg, Mark Gurman, menilai informasi tersebut masih terlalu spekulatif.

    Pengamat teknologi Bloomberg, Mark Gurman, menyebut wacana Tim Cook mundur antara awal hingga pertengahan 2026, sebagaimana dilaporkan Financial Times, dinilai belum dapat dipastikan kebenarannya. Dalam buletin Power On terbaru, Gurman bahkan mengaku akan terkejut jika Cook benar-benar mengundurkan diri dalam kurun waktu tersebut.

    Menurut Gurman, dikutip Kamis (27/11/2025), hingga saat ini tidak ada tanda-tanda signifikan di internal Apple yang mengarah pada proses pergantian kepemimpinan.

    Sebaliknya, Cook yang baru menginjak usia 65 tahun masih terlibat langsung dalam perencanaan jangka panjang Apple, termasuk strategi pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menjadi fokus baru perusahaan.

    Meski demikian, Gurman memastikan Apple sudah memiliki rencana jangka panjang terkait suksesi kepemimpinan.

    Nama John Ternus, Senior Vice President of Hardware Engineering Apple, masih menjadi kandidat terkuat secara internal untuk menggantikan Cook.

    Ternus bertanggung jawab atas pengembangan iPhone, Mac, hingga Vision Pro, serta kini memegang peran yang semakin strategis dalam struktur perusahaan.

  • Apple Digugat Lagi, Pasokan iPhone Dituduh Pakai Mineral Selundupan

    Apple Digugat Lagi, Pasokan iPhone Dituduh Pakai Mineral Selundupan

    Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa teknologi Apple Inc. kembali menghadapi tekanan hukum terkait transparansi rantai pasok globalnya.

    Kelompok hak asasi manusia International Rights Advocates (IRAdvocates) mengajukan gugatan baru yang menuduh Apple menggunakan mineral konflik yang melanggar hukum perlindungan konsumen.

    Melansir dari Apple Insider Kamis (27/11/2025), IRAdvocates melalui dokumen gugatan yang dilaporkan pada November 2025, meminta pengadilan untuk memverifikasi dugaan bahwa rantai pasok Apple telah disusupi oleh material ilegal yang terhubung dengan pelanggaran hak asasi manusia di Republik Demokratik Kongo.

    Gugatan itu juga memberikan rincian spesifik yang menjadi dasar argumen hukum mereka.  IRAdvocates secara gamblang menamai tiga smelter asal China Ningxia Orient, JiuJiang JinXin, dan Jiujiang Tanbre. 

    Para penggugat menuduh bahwa ketiga smelter ini memproses coltan, bijih penghasil tantalum untuk iPhone, yang diselundupkan melalui Rwanda setelah kelompok bersenjata merebut tambang di Republik Demokratik Kongo Timur. Mineral tersebut kemudian “dicuci” melalui skema sertifikasi palsu sebelum diekspor ke Asia.

    Ini bukan pertama kalinya Apple menjadi sasaran gugatan IRAdvocates. Kelompok ini sebelumnya menggugat Apple pada 2019, bersamaan dengan  Tesla, Alphabet, Microsoft, dan Dell, atas dugaan pelanggaran terkait pengadaan kobalt. 

    Kasus tersebut akhirnya ditutup pada 2024 setelah pengadilan memutuskan bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan teknologi dalam rantai pasok kobalt global tidak dapat dikategorikan sebagai keterlibatan langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia.

    Apple juga pernah melayangkan pernyataan resmi demi menyanggah dugaan tersebut pada 2024 terkait kasus mineral konflik. Dalam dokumen itu Apple mempertahankan posisi bahwa mereka menjalankan standar pengadaan yang ketat. 

    Perusahaan menyatakan bahwa untuk tahun kesepuluh berturut-turut, 100% pelebur dan pemurni yang teridentifikasi dalam rantai pasoknya untuk material 3TG (timah, tungsten, tantalum, dan emas) telah berpartisipasi dalam audit pihak ketiga yang independen. 

    Pernyataan resmi Apple pada 2023 juga menyoroti target tahun 2025 untuk menggunakan 100% kobalt daur ulang di semua baterai rancangan Apple dan 100% elemen tanah jarang daur ulang pada magnet.

    Rumitnya situasi di lapangan memaksa Apple mengambil langkah drastis pada pertengahan tahun lalu. Perusahaan teknologi raksasa itu mengeluarkan pemberitahuan kepada pemasok pada Juni 2024 untuk menghentikan pengadaan mineral 3TG dari Republik Demokratik Kongo dan Rwanda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    “Menanggapi laporan tentang meningkatnya konflik regional, serta penyelundupan dan pajak ilegal, pada Juni 2024 Apple mengeluarkan pemberitahuan kepada pemasoknya untuk menghentikan pengadaan,” demikian pernyataan Apple. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • Village of Calamity Makin Horor

    Village of Calamity Makin Horor

    Jakarta

    Separuh Interactive, studio game indie asal Jakarta, telah merilis trailer terbaru Agni: Village of Calamity. Dengan menyisipkan lagu nina bobo, video berdurasi 1 menit 32 detik ini terasa lebih horor dan mengerikan.

    Mereka merilis videonya di YouTube Separuh Interactive pada 24 November 2025. Ketika artikel ini dibuat, videonya sudah disaksikan 4,6 ribu kali dan sudah mendapatkan 411 likes.

    Dengan backsound terbarunya ini, netizen Indonesia banyak yang memujinya. Mereka menyatakan nuansa seramnya lebih terasa dan tidak sabar ingin memainkan Agni:Village of Calamity.

    Bagi yang penasaran dengan trailernya, bisa simak video berikut:

    Sebelumnya, trailer terbarunya yang mereka rilis hadir dalam acara ID@Xbox Showcase Fall 2025. Video tersebut tayang pada 29 Oktober 2025 dengan durasi lebih dari dua menit.

    Namun alih-alih menggunakan lagu horor untuk backsound trailernya, mereka justru menyisipkan musik Jepang hingga akhirnya mendapat pro dan kontra dari para penggemar, khususnya netizen Indonesia. Terkait hal itu, Separuh Interactive pun memiliki alasannya.

    Co-Founder sekaligus Marketing Director Separuh Interactive, Bayu Arafat, mengungkapkan awal mulanya dari event Tokyo Game Show 2025. Saat itu, pihaknya yang mewakili Indonesia memang sengaja membuat trailer eksklusif untuk salah satu pameran game terbesar di dunia ini, yang lebih action ketimbang horor.

    “Kenapa action? Karena CERO (lembaga rating game Jepang) itu lumayan ketat terhadap game-game yg cukup gore (terdapat unsur kekerasan yang sangat berdarah dalam film, game, atau media visual). Kenapa music-nya jepang? Ya, buat menarik pengunjung dan publisher jepang,” kata Bayu kepada detikINET, Rabu (26/11).

    Lanjut, Bayu menceritakan ketika di Tokyo Game Show 2025, Separuh Interactive mendapat tawaran dari IGN untuk showcase di acara ID@Xbox Fall 2025. Dalam acara ini, terdapat sejumlah game indie yang juga akan menampilkan karya terbarunya dan Agni: Village of Calamity satu-satunya game dari Indonesia.

    “Nah deadline untuk submit videonya itu mepet banget mas. Kita nggak punya resources untuk bikin trailer baru, akhirnya yang bisa kita lakukan adalah menggunakan trailer TGS dengan sedikit modifikasi di ujung (Joko Anwar revealed),” jelas Bayu.

    Namun Bayu mengaku sangat bersyukur atas kejadian ini, karena ada hikmah yang diperoleh timnya. Jumlah penonton video trailer Agni: Village of Calamity di ID@Xbox Showcase Fall 2025 menjadi yang terbanyak. Dari situ, ia mengatakan malah ada beberapa publisher yang menghubunginya.

    “Ibaratya nasi udah jadi bubur, sekarang kita lagi berusaha buat jadiin itu bubur, jadi bubur ayam special mas,” pungkasnya.

    Tambahan informasi, rencananya Agni: Village of Calamity akan rilis terlebih dahulu di Steam dan Xbox, baru setelah itu menyambangi PS5. Dijadwalkan peluncuran game ini pada 2026.

    (hps/rns)

  • BRIN Bakal Bangun Pusat Penelitian Untuk Produksi Protein

    BRIN Bakal Bangun Pusat Penelitian Untuk Produksi Protein

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria mengatakan bahwa pihaknya akan membentuk pusat penelitian baru untuk memperkuat produksi protein nasional.

    Hal ini disampaikannya usai menghadap Presiden Prabowo Subianto bersama dengan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian ke Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (24/11/2025). 

    “Insyaallah kami akan segera membentuk pusat penelitian perikanan tangkap untuk bisa menunjang target peningkatan produksi untuk protein ini,” ucapnya.

    Dalam pertemuan tersebut, Arif Satria menyampaikan laporan sekaligus menerima arahan langsung Presiden Prabowo terkait masa depan riset dan inovasi nasional.

    Arif Satria mengatakan bahwa dirinya bersama Wakil Kepala BRIN melaporkan langkah-langkah jangka pendek yang telah disiapkan untuk menata ulang organisasi dan memperkuat dukungan terhadap program prioritas pemerintah. Presiden Prabowo, lanjut Arif, menegaskan pentingnya peran BRIN sebagai lembaga riset dan inovasi nasional.

    “Pak Presiden berpesan bahwa BRIN adalah sebuah institusi riset yang sangat penting buat bangsa ini dan diharapkan harus selalu memberi harapan baru dengan temuan-temuannya, dengan inovasi-inovasinya, agar berbagai masalah yang ada di bangsa ini bisa diselesaikan,” ujar Arif dalam keterangannya kepada awak media usai pertemuan.

    Arif mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo meminta BRIN memperkuat percepatan hilirisasi inovasi, termasuk kolaborasi strategis dengan kementerian dan lembaga, termasuk Danantara serta Agrinas.

    Bahkan, kata Arif, Presiden Ke-8 RI itu memberikan arahan khusus mengenai kemitraan strategis antara BRIN dan Agrinas.

    “Agrinas adalah partner yang harus benar-benar menjadi mitra dalam hilirisasi, inovasi maupun riset. Sehingga Agrinas Palma, Agrinas Pangan, Agrinas Jaladri ini bisa mendapatkan teknologi terkini untuk meningkatkan produksi pangan. Karena bagi Bapak Presiden, masalah swasembada pangan itu sesuatu yang harus benar-benar diwujudkan,” ungkap Arif.

    Dia melanjutkan bahwa Prabowo pun menekankan bahwa swasembada pangan harus diperluas, bukan hanya pada komoditas pangan seperti padi dan jagung. 

    Selain sektor pangan, Presiden Prabowo juga menugaskan BRIN untuk mendukung berbagai industri strategis yang menyerap banyak tenaga kerja. Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada garmen dan sepatu, namun perlu memperkuat kemandirian di sektor elektronik.

    Dalam kesempatan tersebut, Arif turut melaporkan kepada Presiden Prabowo bahwa BRIN telah menyiapkan sejumlah inovasi di sektor alutsista. BRIN disebut akan memperluas kolaborasi dengan PT Dirgantara Indonesia, Pindad, serta industri otomotif nasional

    “Saya kira Maung yang sudah diproduksi oleh Pindad ini terus akan diperkuat R&D-nya,” tutur Arif.

    Arif pun menilai arahan Presiden Prabowo membuka momentum besar bagi konsolidasi riset nasional.

    “Ini saya kira momentum yang sangat baik sekali untuk konsolidasi riset dan inovasi nasional, agar ini bisa menjadi pilar bagi kemajuan ekonomi kita,” pungkasnya.

  • Meme Menohok Liverpool Digunduli PSV di Kandang Sendiri

    Meme Menohok Liverpool Digunduli PSV di Kandang Sendiri

    Meme Menohok Liverpool Digunduli PSV di Kandang Sendiri

  • Harga Poco F8 di Global Naik, Indonesia Ikutan?

    Harga Poco F8 di Global Naik, Indonesia Ikutan?

    Bali

    Poco mengguncang pasar flagship global dengan merilis Poco F8 Pro dan Poco F8 Ultra di Bali pada Rabu (26/11). Namun di balik gebrakan teknisnya, ada satu isu besar yang mencuat: kenaikan harga global Poco F8 Series. Pertanyaannya, apakah harga di Indonesia juga akan ikut naik?

    Angus Ng, Ex Head of Product Marketing Poco Global, secara gamblang mengakui adanya kenaikan harga pada Poco F8 Ultra. Dalam sesi breafing di sela-sela acara peluncuran, Angus mengatakan bahwa Poco tahun ini mengambil langkah besar dengan menaikkan posisi produk—terutama untuk lini F-Ultra.

    “Saya harus minta maaf karena tahun ini sedikit lebih mahal dibanding generasi sebelumnya,” ujar Angus. “Ada perubahan positioning untuk seri F-Ultra. Kami tidak ingin lagi menjadi yang terakhir memakai chipset terbaru seperti tahun lalu. Sekarang kami ingin menjadi salah satu yang pertama menghadirkan chipset terbaru, dengan banyak peningkatan di baterai, RAM, speaker, dan kamera.”

    Ia mengonfirmasi bahwa Poco F8 Ultra mengalami kenaikan harga sekitar USD 50–100 dibanding generasi sebelumnya. Angus tidak menyebut angka detail harga, namun menegaskan bahwa kenaikan ini adalah konsekuensi dari strategi baru Poco: masuk ke segmen flagship premium.

    Meski begitu, Angus tetap menekankan bahwa Poco masih menjaga DNA harga kompetitif.

    Angus Ng, Ex Head of Product Marketing Poco Global Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    “Samsung S26 Ultra tahun depan saya yakin tidak akan lebih murah,” katanya. “Dengan kenaikan 50–100 dolar, kami masih mempertahankan posisi sebagai flagship paling terjangkau.”

    Angus mengklaim bahwa Poco F8 Ultra adalah salah satu smartphone global tercepat yang mengadopsi chipset generasi terbaru, lengkap dengan pembaruan signifikan di seluruh lini hardware. Ambisi itu berimbas langsung pada struktur biaya yang akhirnya membuat harga naik.

    Poco F8 Series Indonesia Bakal Naik?

    Walau harga global naik, bagaimana dengan Indonesia? Novita Krisutami, PR Manager Poco Indonesia menegaskan bahwa peluncuran global di Bali menjadi momentum penting untuk pasar Tanah Air. Poco F8 Series dipastikan hadir di Indonesia, hanya tinggal menunggu tanggal resmi.

    “Bisa ditunggu aja. Itu pasti worth the wait,” kata Novita. Ia menyebut jadwal rilis lokal “tidak lama lagi”, meskipun belum memberikan kepastian apakah akan terjadi pada Desember 2025 atau awal 2026.

    Novita Krisutami, PR Manager Poco Indonesia (kiri) Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Saat ditanya apakah harga di Indonesia akan ikut naik mengikuti pasar global, Novita tidak memberikan jawaban langsung, tetapi memberi sinyal bahwa Poco tetap berpegang pada prinsip lama.

    “Poco memiliki keunggulan dalam penjualan online sehingga bisa menjaga harga tetap kompetitif,” jelasnya. “Tentu kita akan kasih yang sepadan dengan performance yang kita kasih.”

    Ketika kembali didesak apakah Poco F8 Pro dan F8 Ultra lokal akan naik harga seperti versi global, Novita hanya menegaskan:

    “Harga lokal akan memberikan value sesuai performa dan upgrade perangkat tersebut. Sekali lagi, it will worth the wait.”

    Novita juga memastikan bahwa baik F8 Pro maupun F8 Ultra akan masuk ke Indonesia. Namun, waktu peluncurannya masih dirahasiakan.

    “Iya, keduanya rilis. Tapi untuk waktunya, ditunggu di media sosial kami,” tutup Novita.

    (afr/afr)

  • Indonesia Jadi Target Ransomware Sepanjang 2025, Apa Penyebabnya?

    Indonesia Jadi Target Ransomware Sepanjang 2025, Apa Penyebabnya?

    Liputan6.com, Jakarta – Perubahan teknologi kian terlihat di tingkat yang tidak bisa dibayangnya. Di tengah modernisasi, Indonesia berada dalam ancaman keterlambatan Artificial Intelligence (AI) dan lonjakan kejahatan digital, khususnya ransomware yang kini menjadi model bisnis menguntungkan bagi hacker.

    Pengamat Teknologi Informasi (IT) dan Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menjelaskan AI saat ini merupakan kelanjutan dari big data. Teknologi tersebut saat ini dikuasai oleh negara maju, seperti Amerika Serikat dan China.

    “Kita bisa lihat data center-data center sekarang ada di Amerika Serikat (AS), dan sebagai gambaran data center AI berbeda dengan data center biasa,” tutur Alfons di seminar bertajuk ‘Evaluasi Malware 2025, Trend 2026 dan Antisipasinya’ yang digelar Vaksincom, Rabu (26/11/2025) di Jakarta.

    Alfons memberikan gambaran di mana AS sedang memonopoli data center yang disebutnya ada di “level chip”. Hal ini menyebabkan negara-negara lain yang ingin membuat data center harus memiliki chip dari AS.

    “Maka yang kita takuti bukan ini (monopoli data center), kita lebih takut kepada budaya digital. Jadi, budaya digital itu bisa memberi ancaman yang lebih besar,” Alfons menjelaskan.

    Kekhawatiran saat ini dialihkan dari AI ke program kejahatan digital. Ransomware menjadi model bisnis yang sudah berbeda dengan virus generasi awal (Malware 1.0), di mana tidak memiliki perisai dan tak berkembang dalam hal ekonomi.

    “Malware 1.0 yang waktu awal-awal virus love bug, yang kalau datang love letter, besoknya klik lalu kena virus, itu malware 1.0,” ucap Alfons.

    Selain 1.0, Alfons juga menjelaskan soal Malware 2.0 (Worm) yang membutuhkan koneksi ke jaringan dan akan aktif otomatis dengan mengeksploitasi celah keamanan atau vulnerability, sehingga saat seseorang tidak meng-klik, maka tidak akan terkena infeksi virus.

    “Kalau virus itu aktif, korban membutuhkan bantuan dari pihak ketiga. Jadi, kalau virus masuk ke komputer kita, kita terima virus secara teknis, secara definitif,” Alfons memaparkan.

    Bentuk malware terbaru adalah Extortion (Malware 4.0) di mana seseorang ketika sudah mencadangkan data dan tidak ingin membayar, pelaku akan mengancam menyebarkan data meskipun sudah di back-up.

  • Tiga Konten Kreator TIkTok Ini Buktikan Live Streaming Bisa Ubah Hidup Banyak Orang

    Tiga Konten Kreator TIkTok Ini Buktikan Live Streaming Bisa Ubah Hidup Banyak Orang

    Jakarta

    Tiga konten kreator Indonesia mendapatkan sorotan khusus setelah berhasil menunjukkan dampak sosial yang kuat melalui karya-karya mereka di TikTok Live.

    Melalui pendekatan kreatif yang berakar pada budaya, bahasa, dan edukasi, mereka mampu memperlihatkan bagaimana konten live streaming dapat menjadi ruang pemberdayaan dan pembelajaran bagi komunitas.

    Sebagai informasi, setelah rangkaian program ASEAN Live Creators for Change selesai, dari 20 kreator berpartisipasi, dipilih tiga kreator sebagai pemenang, yaitu Jhonatan (@jhonatanyuditya_pratama), Leni (@lenirezi), dan Sir Pedot (@sirpedot).

    Mereka dinilai memiliki dampak yang kuat terhadap sosial melalui konten yang diproduksi, melalui cara pandang dan cerita yang mereka bawa. Ketiganya menunjukkan bahwa TikTok Live dapat menjadi ruang untuk belajar, menjembatani budaya, dan merayakan identitas.

    Sir Pedot membuka akses belajar sehari-hari, kemuidan Leni menjaga bahasa daerah tetap hidup. Sedangkan Jhonatan memperkuat identitas budaya dengan storytellingnya.

    Berikut profil dari konten kreator tersebut:

    1. Jhonatan Dari Borneo: Budaya Dayak dalam Sorotan Digital

    Sebagai pemenang pertama, Jhonatan asal Borneo menyalurkan semangat budaya Dayak melalui karya-karya digitalnya. Baginya, identitas Dayak bukan sekadar simbol seremonial, tetapi nilai hidup sehari-hari seperti rasa syukur, keseimbangan, dan kedekatan dengan alam.

    Ia memilih menampilkan konten yang autentik, salah satunya melalui sesi Live Gawai Dayak yang memamerkan parade dan tari tradisional. Siaran tersebut ditonton lebih dari 16.000 orang dan mengundang ratusan interaksi, menjadi momen kebanggaan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi komunitas Dayak.

    Jhonatan menceritakan bahwa pendekatannya yang memandang budaya sebagai sesuatu yang hidup. Ia ingin penonton tidak hanya melihat visual, tetapi juga merasakan makna di balik tiap tradisi. Melalui konten seperti ini, ia membuktikan bahwa budaya dapat berkembang di platform digital sekaligus mendukung UMKM dan memberdayakan komunitas.

    “Program ASEAN Live Creators for Change menjadi pengingat bahwa kreativitas bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pemberdayaan,” ujarnya.

    Ia meyakini bahwa storytelling digital mampu menghubungkan generasi muda dengan akar budaya mereka secara lebih natural dan mendalam.

    2. Leni: Membawa Bahasa Daerah Indonesia Kembali Mainstream

    Leni, sebagai pemenang kedua, memulai perjalanannya dari keprihatinan terhadap masa depan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Data dari lembaga bahasa dan UNESCO menunjukkan penggunaan yang terus menurun, bahkan beberapa bahasa menghilang dari percakapan sehari-hari. Kekhawatirannya ini terasa personal baginya karena tumbuh di Belitung Timur, sementara ia sendiri tidak sepenuhnya fasih berbahasa Belitong.

    Melalui program ASEAN Live Creators for Change, Leni menyalurkan kepeduliannya dengan membuat konten edukatif di TikTok Live. Ia memfokuskan materinya pada ungkapan sederhana, penggunaan praktis, dan konteks budaya yang dekat dengan keseharian agar bahasa daerah terasa relevan dan mudah digunakan.

    Dalam sesi Live, ia sering memakai fitur Multi-Guest untuk menciptakan interaksi dua arah yang lebih hidup. Percakapan yang terjadi mengalir hangat, dengan peserta berbagi idiom, lelucon, dan frasa sehari-hari dalam dialek masing-masing, sehingga proses belajar menjadi menyenangkan dan mudah dipahami.

    Seiring waktu, Leni semakin terampil merencanakan konten dan memahami audiens. Ia juga terhubung dengan kreator ASEAN dari Filipina, Myanmar, dan Malaysia, yang membuatnya menyadari bahwa tantangan menjaga bahasa daerah adalah isu bersama di kawasan.

    3 Sir Pedot: Membuka Ruang Belajar Digital bagi Semua Pelajar Malaysia

    Firdaus, yang merupakan pemenang ketiga yang dikenal sebagai Sir Pedot, memulai perjalanan kontennya dari niat sederhana: membuat pengetahuan lebih mudah diakses pelajar secara digital.

    Sebagai dosen di Malaysia, ia melihat banyak anak muda membutuhkan panduan tentang topik-topik yang tidak diajarkan di kurikulum formal, mulai dari beasiswa, literasi digital, public speaking, hingga pemahaman budaya Asia Tenggara.

    Ia kemudian membawakan topik-topik tersebut melalui TikTok Live dengan gaya yang menyerupai sesi mentoring pribadi namun menjangkau ribuan penonton. Para pelajar bahkan menjulukinya #YourTikTokLecturer, sebuah panggilan yang ia terima sebagai tanda bahwa ia telah menemukan cara efektif untuk membantu generasi muda.

    Momen paling mengharukan bagi Firdaus datang ketika seorang siswa mengirim pesan bahwa mereka akhirnya memahami sebuah materi setelah menonton siaran langsungnya. Baginya, ini menjadi bukti bahwa konten edukasi di TikTok tidak hanya memungkinkan, tetapi benar-benar dapat memberikan dampak nyata-meningkatkan kepercayaan diri, memberi arah, dan membuka peluang baru bagi pelajar.

    Mengikuti program ASEAN Live Creators for Change memperkaya cara ia mengembangkan konten. Ia kini menyusun sesi dengan lebih terstruktur, memahami perilaku audiens, dan tetap konsisten meski jumlah penonton berubah-ubah.

    ASEAN Live Creators for Change

    ASEAN Foundation dan TikTok Live berkolaborasi dalam Program ASEAN Live Creators for Change 2025 yang mempertemukan para kreator muda dari berbagai negara di Asia Tenggara dalam sebuah perjalanan kreatif untuk menunjukkan dalam tujuan berbeda, mereka bisa menemukan ruang yang sama di TikTok.

    Director of Public Policy for Southeast Asia TikTok, Chanida Klyphun mengatakan, Program ASEAN Live Creators for Change mencerminkan misi TikTok untuk menginspirasi kreativitas dan menghadirkan kegembiraan.

    “Kami sangat tergerak melihat para kreator menggunakan TikTok Live untuk menyebarkan pengetahuan, melestarikan budaya, dan menjaga bahasa daerah tetap hidup. Storytelling digital membuka jendela ke dunia sekaligus menyoroti kekayaan keragaman Asia Tenggara,” ujar Chanida melalui keterangan pers diterima, Selasa (26/11/2025).

    Chanida menjelaskan, sebagai kolaborasi antara ASEAN Foundation dan TikTok, program tersebut membekali 20 kreator muda dari seluruh kawasan dengan mentorship, dukungan dana, dan alat-alat untuk mengadakan sesi TikTok Live yang berdampak mulai dari edukasi, kewirausahaan, hingga budaya.

    “Berlangsung dari 2024 hingga 2025, inisiatif ini tidak hanya mendorong pengaruh digital yang bertanggung jawab, tetapi juga memperkuat kemampuan generasi muda dalam menceritakan kisah mereka sendiri di ASEAN yang semakin terhubung,” tutur Chanida.

    Selain itu, lanjut Chanida, melalui program tersebut, para peserta juga memperoleh keterampilan praktis mulai dari pengaturan teknis, perencanaan konten yang konsisten, hingga memahami audiens secara lebih mendalam.

    “Fondasi ini memungkinkan mereka untuk melanjutkan misi masing-masing dengan lebih percaya diri dan menghasilkan dampak yang lebih nyata bagi komunitas mereka,” yakin dia.

    Sementara itu, Executive Director ASEAN Foundation, Dr. Piti Srisangnam berharap, melalui kolaborasi dengan TikTok Live, ASEAN Foundation dapat terus mendukung kreator muda yang menggunakan platform digital untuk mendorong pembelajaran, inklusivitas, dan apresiasi budaya di seluruh kawasan.

  • Siap-siap Belajar AI yang Seru Bareng Samsung Biar Makin Kreatif

    Siap-siap Belajar AI yang Seru Bareng Samsung Biar Makin Kreatif

    Jakarta

    Makin banyak orang memakai Artificial Intelligence (AI) untuk meningkatkan produktivitas. Sekalian nih, ada acara khusus belajar AI bareng Samsung dan detikcom.

    Melihat antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema ‘Beyond Creativity with Everyday AI’ yang direncanakan pada Kamis (27/11/2025) siang nanti di Jakarta Selatan. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini akan mengupas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI hadir dengan fitur-fitur yang mempermudah penyusunan ide dan eksekusi konten, sementara Gemini menawarkan analisis real-time yang membantu proses riset dan pengambilan keputusan.

    Acara ini menghadirkan Arief Muhammad, kreator sekaligus entrepreneur yang dikenal piawai memanfaatkan teknologi dalam membangun berbagai lini usaha. Dalam acara ini, Arief akan mengupas tuntas soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari. Akan hadir juga Ilham Indrawan, selaku MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia.

    Sebanyak 30 konten kreator akan ikut dalam acara ini. Mereka berasal dari berbagai bidang kreatif seperti lifestyle, beauty, health dan travel enthusiast serta entrepreneur.

    Workshop soal AI tentu sekarang semakin relevan. AI sudah menjadi aktivitas digital masyarakat untuk bekerja dan membuat konten. Bahkan, AI menjadi sumber informasi yang cepat, relevan, dan mudah diakses.

    Survei detikINET Soal Penggunaan AI

    Hasil survei detikINET menunjukkan bahwa 56,03% detikers menggunakan AI untuk mencari informasi atau ide tertentu. Selain itu, 96% detikers mengakui punya minat baru dari AI. AI bukan hanya dipakai untuk mencari minat baru, tetapi dimanfaatkan detikers untuk mendalami passion yang sudah dimiliki.

    Hal menarik lainnya, 87,42% responden juga memakai AI untuk mengelola keuangan dan bisnis. Mereka menilai kemampuan AI memproses data secara real-time membuat pengguna lebih mudah memahami kondisi finansial dan menentukan langkah strategis.

    Ini menjadikannya alasan paling dominan dalam penggunaan AI sehari-hari. Survei online ini berlangsung pada 4-14 November 2025 melalui artikel di detikINET yang dibuka lewat perangkat mobile maupun desktop.

    Menggunakan platform Typeform, survei ini berhasil menjaring 597 responden dari berbagai kalangan yang aktif mengikuti perkembangan teknologi. Dari seluruh responden, sebanyak 90% sudah pernah menggunakan AI.

    Adapun rinciannya sebanyak 38% mengaku menggunakannya secara rutin sesuai kebutuhan, 31,80% menggunakannya hanya sesekali, dan 20,26% bahkan memanfaatkannya setiap hari, serta hanya 9,14% yang mengaku tidak pernah mencobanya sama sekali.

    Lebih lanjut, tingginya angka penggunaan ini menunjukkan bahwa AI telah menjadi elemen yang akrab bagi mayoritas detikers bukan lagi teknologi rumit, tetapi alat pendukung yang semakin mudah diadaptasi dalam aktivitas digital.

    Bagi banyak pengguna, AI menawarkan pengalaman yang lebih cepat, terarah, dan interaktif dalam menemukan referensi atau ide awal. Fitur seperti penyusunan ringkasan, rekomendasi ide, hingga penjelasan mendalam membuat AI menjadi ‘teman brainstorming’ yang responsif.

    Selain mencari ide, penggunaan AI yang juga menonjol adalah untuk pembelajaran bahasa asing. Banyak detikers mengaku terbantu dengan kemampuan AI dalam menerjemahkan, menjelaskan grammar, sekaligus memberikan latihan simulasi percakapan.

    Tak kalah menarik, sebagian responden memanfaatkan AI untuk riset mendalam, bukan sekadar menjawab pertanyaan singkat. Pengguna mengaku terbantu untuk menganalisis data, memahami topik kompleks, hingga menyusun referensi secara sistematis, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap kemampuan AI dalam mendukung kegiatan akademik maupun profesional.

    Halaman 2 dari 2

    (fay/rns)