Jenis Media: Tekno

  • Samsung Teken Kontrak Rp 270 Triliun dari Tesla untuk Bikin Chip AI – Page 3

    Samsung Teken Kontrak Rp 270 Triliun dari Tesla untuk Bikin Chip AI – Page 3

    Fasilitas Samsung di Taylor, Texas, sebelumnya sempat dirundung ketidakpastian karena minimnya permintaan.

    Pabrik tersebut bahkan dilaporkan belum mendapatkan klien besar dan akhirnya harus menunda jadwal pembukaannya hingga tahun 2026.

    Namun situasi itu berubah drastis setelah tercapainya kontrak besar dengan Tesla senilai lebih dari Rp 270 triliun.

    Proyek ini mengubah pabrik yang sebelumnya “sepi” menjadi tulang punggung produksi chip AI6 generasi terbaru untuk kendaraan Tesla.

    Kerja sama ini akan berlangsung hingga 2033 dan diprediksi menjadi salah satu tonggak penting dalam industri semikonduktor global.

    Samsung sendiri bukan pemain baru dalam ekosistem Tesla, sebelumnya sudah memproduksi chip A14, meski chip A15 sempat direbut oleh TSMC.

    Kini, Samsung kembali memimpin dalam proyek A16 yang lebih canggih.

  • Bakar Uang Triliunan, Nasib Facebook Memprihatinkan

    Bakar Uang Triliunan, Nasib Facebook Memprihatinkan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meta Platforms, induk Facebook, tengah menghadapi tekanan besar di tengah ambisi Mark Zuckerberg menguasai pasar kecerdasan buatan (AI) global.

    Meski telah membakar dana lebih dari US$60 miliar (Rp984 triliun) untuk teknologi augmented reality (AR) dan ratusan triliun rupiah lagi untuk pengembangan AI, hasil yang diperoleh belum sebanding dengan pengeluaran.

    Dalam laporan keuangan kuartal kedua (Q2) 2025, Meta diperkirakan mencatat pertumbuhan laba paling lambat dalam dua tahun terakhir, hanya 11,5% menjadi US$15,01 miliar (Rp246 triliun).

    Pendapatan perusahaan hanya tumbuh 14,7%, paling lemah dalam tujuh kuartal terakhir. Sementara itu, biaya operasional mereka bengkak hampir 9% dan menjadi sorotan utama para analis.

    Zuckerberg bahkan menginvestasikan US$14,3 miliar (Rp234 triliun) ke startup Scale AI dan membentuk Superintelligence Lab, sambil tetap melanjutkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di internal perusahaan. Langkah ini dinilai penuh risiko, apalagi model AI Meta, Llama 4, masih belum menunjukkan performa yang berarti.

    Para investor masih akan mencermati apakah Meta akan kembali meningkatkan belanja modalnya tahun ini, setelah sebelumnya dinaikkan pada April.

    Pekan lalu, Alphabet juga menaikkan proyeksi belanja modalnya sebesar 13% menjadi US$85 miliar (Rp1.394 triliun) karena lonjakan permintaan untuk layanan Google Cloud berbasis AI.

    “Kami memandang kenaikan capex sebagai hal positif karena. Meta bisa menjadi solusi lengkap bagi banyak departemen pemasaran,” ujar Ben Barringer, kepala riset teknologi di Quilter Cheviot, yang memegang saham Meta, dikutip dari Reuters, Rabu (30/7/2025).

    Meskipun harga saham Meta naik 20% tahun ini, banyak pihak mempertanyakan ke mana arah strategi AI perusahaan. Analis eMarketer menilai, Meta memang berhasil mengintegrasikan AI dalam platform iklannya, namun upaya bersaing langsung dengan OpenAI dan Google DeepMind tampak berat dan menghabiskan modal.

    Dengan meningkatnya persaingan di sektor AI dan tekanan dari pasar iklan yang lesu serta dominasi TikTok, masa depan Meta kini penuh ketidakpastian.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kasus MDI Ventures–Tanihub, Pemerintah Disarankan Terlibat Kawal Pendanaan Startup

    Kasus MDI Ventures–Tanihub, Pemerintah Disarankan Terlibat Kawal Pendanaan Startup

    Bisnis.com, Jakarta — Dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang melibatkan MDI Ventures, perusahaan modal ventura milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., bersama startup agritech Tanihub, menjadi pukulan serius terhadap upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia.

    Pemerintah diminta mengambil peran lebih aktif dalam mengawasi arus pendanaan ke startup.

    Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec), Tesar Sandikapura menilai perlunya langkah konkret untuk memastikan kasus serupa tidak terjadi lagi pada masa depan. Salah satunya adalah pembentukan dewan pengawas khusus untuk sektor modal ventura.

    “Mesti ada dewan pengawas modal ventura mirip OJK. Setiap ada pendanaan lewat VC, mesti diawasi semua proses dan aliran dana serta pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan. Jangan sampai ini jadi ‘gorengan di dalam’,” ujar Tesar kepada Bisnis, Rabu (30/7/2025).

    Menurut Tesar sejauh ini belum terdapat sistem pengawasan menyeluruh terhadap aktivitas modal ventura, yang membuka celah bagi penyalahgunaan dana dan konflik kepentingan antara investor dan startup yang didanai.

    Berbeda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda berpendapat keterlibatan pemerintah dalam pengawasan pendanaan tidak boleh berlebihan.

    Dia menilai peran utama pemerintah seharusnya sebagai regulator bukan sebagai pengawas operasional secara langsung.

    “Pemerintah hanya perlu menciptakan peraturan yang prudent dan mendukung ekosistem digital, termasuk untuk VC. Jangan sampai terlalu dalam mengawasi pendanaan, karena bisa menimbulkan intervensi yang merugikan ekosistem ke depan,” kata Huda.

    Dia menggarisbawahi bahwa regulasi yang tepat sasaran dan tetap memberi ruang gerak kepada pelaku industri jauh lebih efektif dibanding kontrol langsung yang berpotensi menyebabkan birokratisasi dan menurunkan minat investor.

    Sebagai solusi, Huda mengusulkan agar pemerintah mewajibkan VC, khususnya yang menyalurkan dana ke startup digital, untuk menyampaikan pelaporan keuangan dan kinerja secara berkala melalui badan audit independen.

    “Bisa juga melalui sistem pelaporan berbasis digital yang transparan dan bisa dipantau publik atau regulator,” ujarnya.

    Sebelumnya, Kejari Jakarta Selatan telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengelolaan dana investasi pada Tani Group atau TaniHub. Salah satunya adalah CEO PT MDI Ventures.

    Berdasarkan akun Instagram Kejari Jakarta Selatan, tiga tersangka itu yakni Direktur PT MDI Ventures, DSW; mantan Direktur Utama PT Tani Group Indonesia (TGI), IAS; dan eks Direktur PT TGI ETPLT.

    Adapun penetapan tersangka dilakukan pada Senin (28/7/2025). Di hari yang sama, penyidik Kejari Jakarta Selatan juga melakukan penahanan untuk kepentingan penyidikan.

    “Pada hari ini Senin, 28 Juli 2025, Penyidik pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan telah menetapkan tersangka dan melakukan penahanan terhadap 3 orang [DSW, IAS dan ETPLT],” tulis akun @Kejari.jaksel, dikutip Rabu (30/7/2025).

    Kejari Jaksel menjelaskan bahwa perkara ini berkaitan dengan dugaan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dana investasi PT MDI dan PT BRI Ventura Investama pada Tani Group.

    “Pada PT Tani Group Indonesia startup bidang pertanian tani hub dan afiliasinya tahun 2019-2023,” pungkasnya.

  • Dorong Literasi Keuangan, Ajaib Luncurkan “Aura of the Future Fund”

    Dorong Literasi Keuangan, Ajaib Luncurkan “Aura of the Future Fund”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Platform investasi digital di Indonesia, Ajaib meluncurkan “Aura of the Future Fund” bertepatan dengan Hari Anak Nasional. Inisiatif berkelanjutan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan anak dan remaja, sekaligus menjadi kegiatan perdana yang mengawali gerakan #SIAPinvestasi, program Ajaib yang fokus ke peningkatan keamanan dan literasi keuangan bagi investor retail di Indonesia.

    Inisiatif Aura of the Future Fund berangkat dari kesenjangan antara adopsi digital yang tinggi dan literasi keuangan yang masih rendah di kalangan generasi muda.

    Riset dari MicroSave menunjukkan 78% anak muda Indonesia belum memahami produk dan layanan keuangan secara mendalam, padahal 45,5% dari mereka aktif menggunakan layanan keuangan digital.

    Kondisi ini membuka celah bagi risiko kejahatan finansial seperti investasi bodong dan pinjaman online ilegal. Direktur Utama Ajaib Sekuritas, Juliana mengatakan, anak-anak dan remaja sangat terbuka terhadap dunia digital, tapi butuh dibekali pengetahuan untuk mengelola keuangan secara bijak serta menghindari penipuan.

    “Aura of the Future Fund adalah bentuk komitmen kami untuk membekali mereka melalui edukasi keuangan, termasuk identifikasi risiko serta cara menghindari penipuan – terutama di ruang digital,” ungkap Juliana dalam keterangan resmi, Selasa (29/7/2025).

    Sebagai langkah awal Aura of the Future Fund, Ajaib mengundang Rayyan Arkan Dhika, seorang anak berusia 11 tahun dari Riau yang dikenal karena kecintaannya pada tarian Pacu Jalur, untuk menerima perlengkapan sekolah dan akses reksa dana pendidikan. Ajaib juga akan memberikan dukungan yang sama kepada seluruh tim Pacu Jalur Dhika.

    “Saya senang sekali bisa datang ke Jakarta dan bertemu tim Ajaib. Ini membuat saya semakin semangat belajar tentang keuangan dan cara menabung untuk masa depan. Saya berharap teman-teman saya juga bisa belajar agar kita semua lebih pintar mengatur uang,” ujar Dhika saat berkunjung ke kantor Ajaib.

    Adapun, program Aura Fund akan mencakup beberapa kegiatan:

    Kelas Literasi Keuangan:Kelas yang menyenangkan dan sesuai usia di sekolah-sekolah dan komunitas.
    Kolaborasi dengan Inspirator Muda: Bermitra dengan figur-figur muda inspiratif seperti Dhika untuk menjangkau lebih banyak komunitas.
    Konten Edukasi Digital:Konten yang mudah diakses di aplikasi Ajaib dan media sosial.

    “Melalui Aura of the Future Fund, kami ingin mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan finansial anak-anak Indonesia. Kami percaya bahwa kebiasaan finansial yang sehat harus ditanamkan sejak dini, salah satunya melalui akses terhadap edukasi keuangan. Hal ini sesuai dengan misi kami menyambut generasi baru di layanan keuangan modern,” tutup Juliana.

    Gerakan ini merupakan bagian dari Ajaib Protect, komitmen menyeluruh dari Ajaib untuk memberikan perlindungan dan edukasi bagi seluruh investor di Indonesia, dari keamanan platform yang terus diperbarui dengan teknologi terbaru hingga program #SiapInvestasi yang fokus ke peningkatan dan literasi investasi. 

    (bul/bul)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Teknologi AI Generatif-Agentik Diklaim Dorong Efisiensi Bisnis

    Teknologi AI Generatif-Agentik Diklaim Dorong Efisiensi Bisnis

    Bisnis.com, JAKARTA — Solusi kecerdasan buatan atau AI generatif dan agentik berbasis cloud diklaim mampu meningkatkan efisiensi bisnis di Indonesia.

    CTO Terralogiq, Farry Argoebie mengatakan generative AI dan agentic AI, makin menjadi sorotan karena kemampuannya dalam mendorong efisiensi, analitik cerdas, dan layanan otonomi bisnis. Terralogiq menghadirkan solusi inovatif yang dibangun di atas fondasi teknologi Google Cloud Platform (GCP).

    “AI bukan lagi sekadar tren, ini adalah katalis untuk bisnis yang ingin tetap kompetitif,” kata Farry dalam siaran pers, Rabu (30/7/2025).

    Menurutnya, dampak positif dari penerapan teknologi AI antara lain bagi sektor ritel dan logistik, visualisasi stok dan permintaan berbasis AI telah mampu mengurangi biaya operasional hingga 30%.

    Kemudian, pemerintah daerah dapat memberikan pelayanan publik yang lebih cepat dan akurat berkat penggunaan data yang ditingkatkan oleh AI.

    Selanjutnya, penggunaan Vertex AI memungkinkan pembangunan model hingga 5 kali lebih cepat dengan integrasi pipeline Machine Learning Operations (MLOps), mempercepat time-to-value dari inisiatif AI.

    Dia menjelaskan solusi AI bisa disesuaikan untuk berbagai kebutuhan bisnis seperti menjalankan query petabyte data dalam hitungan detik, tanpa memerlukan hardware fisik di lokasi. Penyediaan asisten AI untuk agen properti hingga layanan pelanggan untuk meningkatkan interaksi pelanggan dan efisiensi operasional.

    Kemudian, mengintegrasikan teknologi geospasial dengan AI untuk optimasi rute, pemilihan lokasi (site selection), dan manajemen multi-outlet, sehingga memberikan keunggulan dalam logistik dan distribusi.

    Terakhir, memberikan ruang kerja terpadu untuk membangun, mengelola, dan menguji agen AI. Ini menjadikannya solusi ideal untuk sektor yang membutuhkan otomatisasi kompleks, seperti perbankan, asuransi, pelayanan publik, dan supply chain.

    “Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan membantu bisnis di Indonesia mengadopsi teknologi AI terkini untuk pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujarnya.

  • Imbas Kasus MDI Ventures–Tanihub, Reputasi Modal Ventura di Mata Investor Meredup?

    Imbas Kasus MDI Ventures–Tanihub, Reputasi Modal Ventura di Mata Investor Meredup?

    Bisnis.com, Jakarta  —  Kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menyeret nama MDI Ventures dan startup agritech Tanihub dikhawatirkan berdampak pada persepsi investor global terhadap industri modal ventura (venture capital/VC) di Tanah Air.

    MDI Ventures, yang merupakan entitas investasi milik salah satu BUMN, dinilai gagal menjaga akuntabilitas dalam proses pendanaan. Padahal, sebagai lengan investasi perusahaan negara, MDI memegang peran penting dalam penguatan ekosistem startup nasional.

    Sementara itu, Tanihub yang sebelumnya banyak dipuji sebagai startup agritech yang menjanjikan, kini turut terseret dalam pusaran kasus tersebut.

    Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda mengatakan kasus yang MDI Ventures berpotensi berdampak jangka panjang bagi sektor investasi digital di Indonesia. Dia khawatir ini akan menjadi bola salju yang terus membesar. 

    Menurut Huda, gelombang kasus yang menimpa sektor startup, terutama yang berkaitan dengan VC, dapat membentuk persepsi negatif dari investor baik dalam maupun luar negeri terhadap sistem permodalan di Indonesia.

    “Persepsi investor ke VC kita akan negatif, padahal VC ini menjadi pemegang urat nadi startup digital di Indonesia. Dalam hal ini sudah tepat jika kasus ini dipandang sebagai pintu masuk untuk pengelolaan VC yang lebih baik,” kata Huda kepada Bisnis, Rabu (30/7/2025).

    Huda menekankan perlunya reformasi dalam mekanisme pendanaan oleh VC agar kasus serupa tidak terulang. Dia menekankan bahwa VC tidak hanya bertugas memberikan dana, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk mengawasi efektivitas dan integritas penggunaan dana tersebut.

    “Setelah pendanaan pun, VC juga harus bertanggung jawab terhadap penggunaan dananya,” kata Huda. 

    Jika kondisi ini terus berlangsung, Huda memperingatkan bahwa aliran pendanaan ke sektor digital Indonesia bisa semakin menyusut.

    Dalam menciptakan iklim pendanaan yang lebih baik, Huda mengatakan modal ventura harus dapat memastikan ke depan peluang startup untuk tumbuh.

    Selain itu memastikan bahwa startup penerima pendanaan memiliki solusi yang jelas dan berkelanjutan, terakhir dia meminta agar modal ventura tidak lepas tangan atas kondisi startup yang sekarat. 

    Sebelumnya, Kejari Jakarta Selatan telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengelolaan dana investasi pada Tani Group atau TaniHub. Salah satunya adalah CEO PT MDI Ventures.

    Berdasarkan akun Instagram Kejari Jakarta Selatan, tiga tersangka itu yakni Direktur PT MDI Ventures, DSW; mantan Direktur Utama PT Tani Group Indonesia (TGI), IAS; dan eks Direktur PT TGI ETPLT.

  • TikTok Gelar Summit Pertama di Asia Tenggara, Ajak Kreator dan Publisher Lokal Berbagi Ilmu – Page 3

    TikTok Gelar Summit Pertama di Asia Tenggara, Ajak Kreator dan Publisher Lokal Berbagi Ilmu – Page 3

    Dalam paparannya, Angga juga mengungkap tiga pilar utama yang perlu kreator ingat ketika ingin membuat konten berkualitas dan akhirnya viral di platform media sosial tersebut.

    “Kreator konten wajib ingat konten berkualitas jadi kunci. Namun konten berkualitas itu seperti apa? Harus wellcrafted, engaging, dan specilized,” paparnya.

    Apa itu wellcrafted? Konten yang akan dibuat harus dirancang dengan matang, dari skrip hingga penyuntingan. Sedangkan engaging, konten tersebut harus memicu interaksi dan membangun emosi user atau pengguna.

    Terakhir specialized, di mana konten yang dibuat menujukkn keahlian spesifik untuk audiens tertentu. “Konten berkualitas itu hasilnya langsung terasa, dengan views bisa 3 kali lebih tinggi, followers naik 4 kali lebih cepat, dan completion rate rata-rata hingga 72 persen,” jelas Agga.

     

  • Modem 1,4 GHz Dijual Seharga Rp6,5 Juta, Pengamat: Ekosistem Belum Matang

    Modem 1,4 GHz Dijual Seharga Rp6,5 Juta, Pengamat: Ekosistem Belum Matang

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekosistem yang kurang matang dinilai menjadi salah satu penyebab harga perangkat keras (hardware) yang mendukung pita frekuensi 1,4 GHz sangat tinggi di pasaran. 

    Dalam penelusuran Bisnis, sebuah perangkat modem untuk menerima sinyal internet dari frekuensi 1,4 GHz diketahui dibanderol dengan harga Rp6,5 juta per unit. Perangkat milik Huawei dengan seri B525-65a LTE FDD tersebut telah mendukung beragam pita frekuensi mulai dari 2100 MHz, 1900 MHz, 1800 MHz, 1700 MHz, 1400 MHz hingga 800 MHz.

    Umumnya modem di pita frekuensi eksisting dijual dengan harga sekitar Rp140.000 – Rp200.000 per unit. Biaya tersebut nantinya bisa dipikul oleh pelanggan, atau disubsidi oleh penyedia jasa internet di pita 1,4 GHz.

    Menanggapi hal tersebut, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward menduga mahalnya harga modem 1,4 GHz disebabkan belum banyak masyarakat yang menggunakan perangkat tersebut untuk terhubung dengan internet. 

    Hal ini menandakan bahwa ekosistem pita 1,4 GHz belum matang dan menjadi salah satu tantangan bagi pemenang lelang untuk mempersiapkan ekosistem. 

    “Ekosistemnya, kalau dikatakan di Inggris ada 1,4 GHz, iya tapi kan tadi enggak banyak banget. Berbeda dengan 2,4 GHz,” kata Ian kepada Bisnis, dikutip Rabu (30/7/2025). 

    Modem pita frekuensi 1,4 GHz

    Senada, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan secara ekosistem,  pita 1,4 GHz, memang tidak sematang pita mid-band yang lain.

    “Maka ini bisa berdampak pada keterbatasan pilihan perangkat atau pada harga perangkat,” kata Sigit. 

    Untuk itu, lanjutnya, pilihan kebijakan 1,4 GHz untuk mendorong broadband FWA ini, untuk dapat mencapai tujuan kebijakannya perlu dikawal dengan regulasi yang tepat. Tujuannya, mencegah kegagalan pasar, dan juga mengantisipasi kelambatan adopsi layanan.

    Dia memperkirakan umumnya dibutuhkan 1-1.5 tahun bagi vendor untuk menyediakan perangkat. Namun kalau bisa diantisipasi, mungkin risiko ini bisa dikendalikan oleh regulasi terkait.

    “Misalnya regulasi mengatur jelas, kapan layanan FWA terkait harus tersedia, di wilayah mana, kecepatan minimal berapa, berapa harga layanan dst. Hal2 tersebut, bisa dikomitmenkan kepada pemenang lelang,” kata Sigit.

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membuka lelang seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz untuk layanan akses nirkabel pita lebar (Broadband Wireless Access) guna memperluas jangkauan internet tetap dan mendukung pemerataan transformasi digital di seluruh wilayah Indonesia.

    Langkah ini diambil seiring meningkatnya kebutuhan konektivitas tetap yang andal dan terjangkau, khususnya di daerah yang belum terlayani secara optimal.

    “Langkah ini tidak hanya membuka ruang bagi penyelenggara jaringan untuk meningkatkan kapasitas dan cakupan layanan, tetapi juga memperluas pilihan akses internet yang lebih terjangkau bagi masyarakat,” ujar Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Wayan Toni Supriyanto, dilansir Selasa (29/7/2025).

    Pelaksanaan seleksi ini berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 337 Tahun 2025 tentang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025 yang menetapkan pita frekuensi selebar 80 MHz (1432–1512 MHz) di 3 (tiga) regional sebagai objek seleksi.

    Seleksi diselenggarakan secara terbuka bagi seluruh penyelenggara telekomunikasi yang telah memiliki izin sesuai persyaratan.

    Tahapan seleksi akan dilaksanakan secara objektif dan transparan, melalui mekanisme evaluasi administrasi dan evaluasi komitmen pengembangan jaringan dan layanan.

  • Beli Tiket di Aplikasi TransJakarta Kini Bisa Pakai GoPay

    Beli Tiket di Aplikasi TransJakarta Kini Bisa Pakai GoPay

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Transportasi Jakarta dan GoPay mengumumkan kolaborasi strategis untuk mendukung TransJakarta semakin menjadi pilihan utama transportasi publik di Jabodetabek. Melalui kemitraan ini, GoPay resmi hadir sebagai metode pembayaran di aplikasi TransJakarta.

    Direktur Bisnis dan Pemanfaatan Aset TransJakarta Fadly Hasan mengatakan kerja sama ini tidak hanya menjadi inovasi untuk mendukung mobilitas warga, melainkan juga perwujudan dari komitmen TransJakarta terhadap kerangka kerja 3S (Service, Strategic Partnership, dan Sustainability) yang menjadi landasan utama dalam menjalankan misinya.

    “Kami sangat gembira dapat bermitra dengan GoPay untuk menghadirkan solusi pembayaran inovatif ini kepada pelanggan kami,” kata dia, dikutip Rabu (30/7/2025).

    “Kolaborasi ini merupakan bukti dedikasi berkelanjutan TransJakarta dalam membangun kemitraan strategis dengan berbagai sektor untuk memperluas manfaat layanan TransJakarta bagi masyarakat. Dengan mengintegrasikan GoPay, kami memperkuat ekosistem transportasi publik yang lebih terhubung dan modern, memberikan kenyamanan yang lebih besar bagi pelanggan,” tambah dia.

    Melalui sistem pembayaran terintegrasi ini, TransJakarta dan GoPay menyederhanakan proses transaksi bagi penumpang, juga membuka peluang baru untuk mendorong efisiensi operasional dan memperluas aksesibilitas layanan transportasi. Kemitraan ini dirancang untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang lebih inklusif, memungkinkan lebih banyak masyarakat Jakarta menikmati kemudahan bertransaksi di TransJakarta.

    Direktur Public Affairs and Communications PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Ade Mulya, menjelaskan kolaborasi ini merupakan komitmen GoPay dalam menghadirkan solusi pembayaran non-tunai yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan finansial pengguna, termasuk di sektor transportasi publik.

    “Sejalan dengan komitmen GoPay untuk menghadirkan layanan pembayaran yang aman, mudah, dan bisa digunakan di mana saja, kami berharap hadirnya GoPay di aplikasi TransJakarta dapat memudahkan masyarakat dalam menikmati mobilitas yang cepat dengan menggunakan transportasi publik. Hadirnya GoPay dengan segala fitur keamanan dan kemudahan pembayaran juga kami harapkan bisa membantu pemerintah dalam meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan transportasi publik,” pungkas dia.

    Sebagai informasi, GoPay sebagai opsi pembayaran di aplikasi TJ: Transjakarta resmi hadir sejak 22 Juli 2025. Pelanggan dapat membeli tiket TransJakarta dengan akun GoPay mereka. Pelanggan dapat menikmati perjalanan TransJakarta gratis dengan mekanisme cashback 100% hingga 3.500 GoPay Coins untuk 2 kali per pengguna selama periode 29 Juli-30 September 2025.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Startup Kemarin Sore Tiba-tiba Ubah Masa Depan Dunia

    Startup Kemarin Sore Tiba-tiba Ubah Masa Depan Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Startup robotik Skild AI baru beroperasi sejak 2023, tetapi ambisinya besar untuk mengubah dunia. Startup tersebut dibekingi raksasa e-commerce Amazon dan raksasa investasi multinasional SoftBank.

    Pada pekan ini, Skild AI menghebohkan industri teknologi setelah meluncurkan model kecerdasan buatan (AI) dasar yang dirancang untuk menjalankan berbagai macam robot, mulai dari robot perakitan di manufaktur hingga robot serupa manusia (humanoid).

    Model yang dinamai ‘Skild Brain’ tersebut memungkinkan robot untuk berpikir, menavigasi, dan merespons layaknya manusia. Jadi, robot tak cuma menjalankan tugas berdasarkan perintah. Hal ini dapat mengubah lanskap masa depan dunia. Robot akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi bagi bisnis, tetapi di saat bersamaan berpotensi mendisrupsi pekerjaan manusia. 

    Peluncuran Skild Brain terjadi dalam momentum yang tepat, di tengah dorongan yang lebih luas untuk membangun robot humanoid yang mampu melakukan tugas yang lebih beragam daripada mesin serbaguna yang saat ini ditemukan di pabrik.

    Dalam video demonstrasi, robot bertenaga Skild diperlihatkan menaiki tangga, menjaga keseimbangan setelah didorong, dan mengambil objek di lingkungan yang berantakan. Tugas-tugas itu memerlukan penalaran spasial dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang masih jarang ditemukan di pasaran saat ini.

    Skild AI mengklaim modelnya dilengkapi batasan daya secara otomatis untuk mencegah robot menerapkan kekuatan yang tidak aman. Skild AI melatih modelnya menggunakan episode simulasi dan video aksi manusia, lalu menyempurnakannya menggunakan data dari setiap robot yang menjalankan sistem.

    Para pendiri, Deepak Pathak dan Abhinav Gupta, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara eksklusif bahwa pendekatan ini membantu mengatasi masalah kelangkaan data yang unik bagi robotika.

    “Tidak seperti bahasa atau penglihatan, tidak ada data untuk robotika di internet. Jadi, Anda tidak bisa begitu saja menerapkan teknik AI generatif ini,” ujar Pathak, yang menjabat sebagai CEO, dikutip dari Reuters, Rabu (30/7/2025).

    Robot yang digunakan oleh pelanggan memberikan data kembali ke Skild Brain untuk mengasah keterampilannya, menciptakan “otak bersama” yang sama, kata Gupta, yang sebelumnya mendirikan laboratorium robotika Meta Platforms di Pittsburgh.

    Klien Skild termasuk LG CNS yang merupakan divisi solusi TI dari LG Group, serta mitra lain yang tidak disebutkan namanya di bidang logistik dan aplikasi industri lainnya.

    Tidak seperti software yang dapat diskalakan dengan cepat, robotika membutuhkan penerapan fisik, yang membutuhkan waktu. Kendati demikian, pendekatan Skild memungkinkan robot untuk menambahkan kemampuan baru di berbagai industri dengan cepat, kata Raviraj Jain, mitra di Lightspeed Venture Partners, investor startup tersebut.

    Startup ‘kemarin sore’ yang baru berdiri selama 2 tahun ini telah merekrut banyak talenta dari Tesla, Nvidia, dan Meta. Skild AI juga telah mengantongi pendanaan seri A senilai US$300 juta pada tahun lalu. Pendanaan itu membuat valuasinya mencapai US$1,5 miliar.

    Investornya antara lain Menlo Ventures, Khosla Ventures, Sequioia Capital, serta pendiri Amazon Jeff Bezos.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]