Jenis Media: Tekno

  • Aplikasi DeepSeek Hilang di Italia, Buntut Penyelidikan Soal Keamanan Data – Page 3

    Aplikasi DeepSeek Hilang di Italia, Buntut Penyelidikan Soal Keamanan Data – Page 3

    Di sisi lain, OpenAI menuding startup China yang terus-menerus berupaya meniru teknologi kecerdasan buatan (AI) perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS).

    Sejalan dengan tudingan tersebut, OpenAI dan mitranya, Microsoft, mengumumkan pemblokiran akun-akun yang dicurigai melakukan “distilasi” model-model AI mereka.

    Kedua perusahaan raksasa teknologi ini tengah berupaya mengidentifikasi pihak-pihak yang berada di balik upaya tersebut.

    Menurut laporan The Wall Street Journal, dikutip dari Engadget, Kamis (30/1/2025), startup yang sedang naik daun, DeepSeek, termasuk di antara entitas yang sedang diselidiki OpenAI.

    Distilasi mengacu pada proses penguatan model AI yang lebih kecil dan efisien dengan memanfaatkan respons dari model yang lebih canggih. Tujuannya untuk mencapai hasil serupa dalam kondisi tertentu dengan meniru penalaran model yang lebih besar.

    OpenAI mengizinkan pengguna bisnis untuk melakukan distilasi model AI besutannya di platform ChatGPT, seperti yang dicatat oleh Journal.

    Namun, berdasarkan persyaratan layanan perusahaan, pengguna tidak diizinkan untuk melatih model mereka sendiri berdasarkan keluaran sistemnya.

    DeepSeek menyatakan bahwa mereka menggunakan distilasi pada model AI buatannya yaitu R1, untuk melatih model yang lebih kecil.

    “Kami tahu perusahaan-perusahaan yang berbasis di Tiongkok dan lainnya, terus-menerus berusaha untuk menyuling model-model perusahaan AI terkemuka AS,” kata seorang juru bicara OpenAI kepada The Guardian.

    Mereka menambahkan “sangat penting” bagi OpenAI untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk melindungi model-model yang paling mumpuni dari upaya musuh dan pesaing untuk mengambil teknologi AS.

     

  • Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan sejumlah peluang dan tantangan dalam mengoptimalkan pita 1,4 GHz untuk keperluang Fixed Wireless Acces (FWA) atau jaringan internet tetap cepat nirkabel 4G dan 5G. 

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot pita frekuensi 1,4 GHz memiliki banyak potensi untuk mendukung layanan FWA 4G dan 5G di Indonesia, terutama dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan di area terpencil atau padat bangunan, seperti kompleks pemukiman, kampus hingga perkantoran. 

    Secara jenis frekuensinya, kata Sigit, juga cukup menarik, karena cakupannya lumayan. Sebagian besar use-case 5G ada di kelompok pita frekuensi tengah (Mid-band).  

    “Meskipun secara ketersediaan lebar pita yg disiapkan 80 MHz itu masih terbatas,” kata Sigit kepada Bisnis, Jumat (31/1/2025). 

    Untuk diketahui, beberapa laporan menyebut untuk menggelar 5G secara optimal dibutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz. Dukungan frekuensi akan melahirkan inovasi-inovasi baru di 5G.

    FWA 4G dan 5G, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur kabel. 

    Dia menuturkan di Indonesia, penetrasi akses tetap dengan fiber, perkembangannya sangat lambat, masih terus dibawah 15%. Sementara akses bergeraknya, 5G Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam konteks kompetisi 5G, baik secara infrastruktur, layanan maupun ekosistem. 

    “Di situlah FWA itu sangat potensial untuk mengisi gap tersebut, menjadi solusi broadband 5G yang secara harga lebih murah dari fiber, secara luasan cakupan lebih cepat berkembang, sehingga adopsi ke end-user bisa lebih cepat,” kata Sigit. 

    Sigit juga mengatakan sudah banyak studi tentang potensi teknologi 5G FWA ini di Indonesia. Namun, keberhasilan pengembangan FWA juga bergantung pada investasi jaringan, pemerataan akses, serta penyelesaian tantangan teknis dan regulasi. 

    “Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, FWA dapat menjadi solusi penting dalam meningkatkan konektivitas dan mendorong perkembangan ekonomi digital Indonesia,” kata Sigit. 

    Warga mengukur kecepatan internet di perkebunanPerbesar

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi tersebut. 

    BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.

    Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit. 

    Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Merek-merek tersebut kini telah tutup seiring dengan masifnya perkembangan 4G dan 5G di Indonesia. 

    Komdigi menyampaikan terobosan kebijakan tersebut nantinya akan tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz.

    Dikutip dari laman resmi, Sabtu (25/1/2025). Komdigi menyebut Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan layanan Fixed Broadband (FBB), di mana dari segi penetrasi dan kualitas saat ini hanya mencapai 21,31% rumah tangga dari sekitar 69 juta rumah tangga di Indonesia. 

    “Selain itu, harga rata-rata bulanan untuk kecepatan internet mencapai hingga 100 Mbps masih cukup mahal. Tingginya biaya internet pelanggan dan biaya penggelaran jaringan Fiber Optic (FO) terutama di daerah rural dan sub-urban, serta regulasi dan infrastruktur yang belum mendukung secara optimal, menjadi tantangan utama,” tulis Komdigi. 

    Untuk mengatasi masalah itu, Komdigi menyiapkan terobosan kebijakan guna mendorong pembangunan layanan akses internet di rumah secara masif dan cepat dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. 

  • Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Mastel Ungkap Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan sejumlah peluang dan tantangan dalam mengoptimalkan pita 1,4 GHz untuk keperluang Fixed Wireless Acces (FWA) atau jaringan internet tetap cepat nirkabel 4G dan 5G. 

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot pita frekuensi 1,4 GHz memiliki banyak potensi untuk mendukung layanan FWA 4G dan 5G di Indonesia, terutama dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan di area terpencil atau padat bangunan, seperti kompleks pemukiman, kampus hingga perkantoran. 

    Secara jenis frekuensinya, kata Sigit, juga cukup menarik, karena cakupannya lumayan. Sebagian besar use-case 5G ada di kelompok pita frekuensi tengah (Mid-band).  

    “Meskipun secara ketersediaan lebar pita yg disiapkan 80 MHz itu masih terbatas,” kata Sigit kepada Bisnis, Jumat (31/1/2025). 

    Untuk diketahui, beberapa laporan menyebut untuk menggelar 5G secara optimal dibutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz. Dukungan frekuensi akan melahirkan inovasi-inovasi baru di 5G.

    FWA 4G dan 5G, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur kabel. 

    Dia menuturkan di Indonesia, penetrasi akses tetap dengan fiber, perkembangannya sangat lambat, masih terus dibawah 15%. Sementara akses bergeraknya, 5G Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam konteks kompetisi 5G, baik secara infrastruktur, layanan maupun ekosistem. 

    “Di situlah FWA itu sangat potensial untuk mengisi gap tersebut, menjadi solusi broadband 5G yang secara harga lebih murah dari fiber, secara luasan cakupan lebih cepat berkembang, sehingga adopsi ke end-user bisa lebih cepat,” kata Sigit. 

    Sigit juga mengatakan sudah banyak studi tentang potensi teknologi 5G FWA ini di Indonesia. Namun, keberhasilan pengembangan FWA juga bergantung pada investasi jaringan, pemerataan akses, serta penyelesaian tantangan teknis dan regulasi. 

    “Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, FWA dapat menjadi solusi penting dalam meningkatkan konektivitas dan mendorong perkembangan ekonomi digital Indonesia,” kata Sigit. 

    Warga mengukur kecepatan internet di perkebunanPerbesar

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi tersebut. 

    BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.

    Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit. 

    Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Merek-merek tersebut kini telah tutup seiring dengan masifnya perkembangan 4G dan 5G di Indonesia. 

    Komdigi menyampaikan terobosan kebijakan tersebut nantinya akan tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz.

    Dikutip dari laman resmi, Sabtu (25/1/2025). Komdigi menyebut Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan layanan Fixed Broadband (FBB), di mana dari segi penetrasi dan kualitas saat ini hanya mencapai 21,31% rumah tangga dari sekitar 69 juta rumah tangga di Indonesia. 

    “Selain itu, harga rata-rata bulanan untuk kecepatan internet mencapai hingga 100 Mbps masih cukup mahal. Tingginya biaya internet pelanggan dan biaya penggelaran jaringan Fiber Optic (FO) terutama di daerah rural dan sub-urban, serta regulasi dan infrastruktur yang belum mendukung secara optimal, menjadi tantangan utama,” tulis Komdigi. 

    Untuk mengatasi masalah itu, Komdigi menyiapkan terobosan kebijakan guna mendorong pembangunan layanan akses internet di rumah secara masif dan cepat dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. 

  • Tali Apple Watch Disebut Beracun, Peneliti Beberkan Buktinya

    Tali Apple Watch Disebut Beracun, Peneliti Beberkan Buktinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple Watch dilaporkan mengandung masalah kesehatan. Dalam sebuah laporan, tali jam Apple itu mengandung PFAS atau polyfluoroalkyl substances.

    PFAS dikenal sebagai bahan kimia abadi yang tidak terurai tubuh atau lingkungan. Masalahnya ini juga terkait dengan beberapa kondisi kesehatan, seperti imunosupresi, disregulasi hormonal, perkembangan anak yang terlambat, berat badan rendah hingga risiko peningkatan kanker tertentu.

    Penelitian dari Universitas Notre Dame yang menemukan masalah ini. Mereka menguji sebanyak 22 tali jam.

    Mengutip 9to5Mac, hasilnya sembilan tali jam mengandung asam perfluoroheksanoat (PFHxA), yang biasanya ada pada tali jam dengan harga lebih dari US$15.

    Salah satu yang disoroti peneliti adalah PFAS bisa menembus kulit. Meskipun hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi.

    Terkait kandungan PFAS, The Register melaporkan Apple digugat untuk tiga tali jam Apple Watch. Ketiganya adalah Sport Band, Ocean Band dan Nike Sport Band.

    Menurut Apple, ketiga tali jamnya menggunakan fluoroelastomer. Namun sebaliknya, gugatan itu menyebut penggunaan bahan tersebut untuk menyembunyikan PFAS.

    Terkait tuduhan tersebut, Apple mengatakan tali jamnya aman. Meski begitu, perusahaan memastikan akan menghentikan penggunaan PFAS.

    “Tali jam Apple Watch aman untuk pengguna. Selain pengujian sendiri, kami bekerja sama dengan laboratorium independen untuk menguji dan menganalisa pada bahan yang digunakan untuk produk kami, termasuk tali jam Apple,” jelas Apple.

    (npb/dem)

  • Video Trump Minta Elon Musk Selamatkan 2 Astronaut NASA yang Terjebak di Luar Angkasa

    Video Trump Minta Elon Musk Selamatkan 2 Astronaut NASA yang Terjebak di Luar Angkasa

    Video Trump Minta Elon Musk Selamatkan 2 Astronaut NASA yang Terjebak di Luar Angkasa

  • Apple Kembali Jadi Perusahaan Paling Dikagumi 18 Tahun Berturut-turut

    Apple Kembali Jadi Perusahaan Paling Dikagumi 18 Tahun Berturut-turut

    Jakarta

    Fortune baru saja mengumumkan daftar perusahaan paling dikagumi di seluruh dunia edisi ke-27. Untuk 18 tahun berturut-turut, Apple kembali memuncaki daftar ini.

    “Selama 18 tahun berturut-turut, Apple menempati posisi pertama dalam peringkat tahunan reputasi perusahaan yang kami rilis, berdasarkan jajak pendapat yang melibatkan 3.380 eksekutif, direktur, dan analis,” kata Fortune, seperti dikutip dari 9to5Mac, Jumat (31/1/2025).

    Daftar ini dirangkum dari hasil survei yang melibatkan 650 perusahaan dengan pendapatan tertinggi di 51 industri. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Fortune berkolaborasi dengan perusahaan konsultan manajemen Korn Ferry.

    Untuk menentukan perusahaan yang paling dikagumi, Korn Ferry bertanya kepada lebih dari 3.000 eksekutif, direktur, dan analis untuk menilai perusahaan di industri mereka sendiri berdasarkan sembilan kriteria, mulai darinilai investasi dan kualitas manajemen produk, hingga kewajiban sosial dan kemampuan menarik talenta.

    Selain Apple, ada empat perusahaan teknologi lainnya yang masuk dalam peringkat 10 besar perusahaan paling dikagumi. Di peringkat dua dan tiga, ada Microsoft dan Amazon yang sudah menduduki posisi ini selama enam tahun terakhir.

    Meskipun posisi Apple, Microsoft, dan Amazon tidak berubah, ada satu perusahaan baru yang masuk ke peringkat lima besar, yaitu Nvidia. Raksasa chip itu sebelumnya berada di peringkat 10.

    “Nvidia, yang chip GPU-nya mendorong ledakan AI generatif, naik enam peringkat ke posisi No. 4 seiring pengaruhnya yang terus bertumbuh,” tulis Fortune.

    “Di tempat lain, penyedia softawre cloud Service Now (No. 42), raksasa chip global Taiwan Semiconductor (No. 45), dan pionir obat penurun berat badan Novo Nordisk (No.46) menjadi All-Stars untuk pertama kalinya,” imbuhnya.

    Berikut daftar 10 perusahaan paling dikagumi versi Fortune:

    AppleMicrosoftAmazonNvidiaBerkshire HathawayCostco WholesaleJPMorgan ChaseWalmartAlphabetAmerican Express

    (vmp/rns)

  • Menkomdigi Meutya Menyoal DeepSeek AI Bikin Heboh Dunia

    Menkomdigi Meutya Menyoal DeepSeek AI Bikin Heboh Dunia

    Jakarta

    Munculnya DeepSeek membuat heboh dunia karena mampu menghadirkan model AI yang lebih canggih tapi murah meriah. Tapi di sisi lain, perusahaan keamanan siber memberikan sinyal peringatan agar masyarakat berhati-hati menggunakan teknologi yang sedang populer.

    Terkait hal tersebut Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid buka suara.

    “Sejauh ini pemerintah belum membuat keputusan pembatasan akses publik ke AI. Untuk hal-hal yang perlu diperhatikan, Komdigi telah mengeluarkan pedoman penggunaan AI,” ujar Meutya kepada detikINET.

    Saat ini menyangkut penggunaan teknologi AI di Indonesia masih mengacu pada Surat Edaran. Namun ke depannya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) akan memperkuat aturan tersebut yang lebih rinci dan sekarang sedang dalam proses mengkaji bentuk dan dasar kebijakannya.

    “Di antaranya yang mengatur penggunaan dan pemanfaatan penggunaan dan pemanfaatan AI mesti memperhatikan nilai-nilai etika AI yang meliputi, inklusivitas, keamanan, aksesibilitas, perlindungan pribadi, kekayaan intelektual, kredibilitas, dan akuntabilitas informasi,” tuturnya.

    Meutya menambahkan, di luar itu, tentunya penggunaan AI perlu memperhatikan dengan tidak menyalahi undang-undang yang berlaku.

    “Seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) yang di antaranya mengatur pembatasan konten negatif, seperti judol dan pornografi, serta ruang digital ramah anak,” ungkap Menkomdigi Meutya Hafid.

    Perusahaan rintisan asal China, DeepSeek, membuat gebrakan dengan menghadirkan model AI open source bernama R1 yang mampu menyaingi perusahaan teknologi AI milik Amerika Serikat dengan harga yang jauh lebih murah.

    Kemampuan DeepSeek menciptakan model AI yang jauh lebih efisien membuat investor bertanya-tanya apakah Microsoft harus menghabiskan miliaran dolar untuk membangun infrastruktur AI. Sepak terjang DeepSeek sempat membuat saham Nvidia dan perusahaan teknologi AS lainnya anjlok hingga dua digit.

    Sementara itu, Kaspersky yang merupakan perusahaan keamanan internet turut berkomentar akan DeepSeek AI, lebih khusus terkait serangan siber yang terjadi pada perusahaan usai bikin heboh industri AI global.

    DeepSeek yang diduga mengalami serangan siber memang belum memberikan perincian spesifik tentang sifat insiden yang dihadapinya kemarin. Namun, kata Kaspersky, penting untuk menyadari bahwa penjahat dunia maya akan terus berupaya mengeksploitasi alat tersebut untuk tujuan berbahaya.

    Kaspersky mengungkapkan hal yang menonjol dalam kasus DeepSeek adalah sifat sumber terbukanya, yang merupakan pedang bermata dua. Meskipun kerangka kerja sumber terbuka mendorong transparansi, kolaborasi, dan inovasi, kerangka kerja tersebut juga menimbulkan risiko keamanan dan etika yang signifikan.

    Saat menggunakan alat sumber terbuka, pengguna tidak selalu dapat meyakini bagaimana data pengguna ditangani, terutama jika orang lain telah menyebarkannya. Eksploitasi perangkat lunak sumber terbuka merupakan tren utama dalam lanskap ancaman tahun lalu, dengan penjahat dunia maya menjalankan kampanye kompleks untuk menanamkan malware.

    (agt/rns)

  • 1 Hari di Bumi Bisa Menjadi 25 Jam, Gara-gara Bulan Kian Menjauh

    1 Hari di Bumi Bisa Menjadi 25 Jam, Gara-gara Bulan Kian Menjauh

    Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan mengungkapkan waktu 24 jam dalam sehari di bumi bisa menjadi 25 jam sehari karena bulan secara bertahap menjauh dari planet bumi.

    Hal itu terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Wisconsin-Madison.

    Menurut penelitian, Bulan bergerak menjauhi Bumi dengan kecepatan sekitar 3,8 sentimeter per tahun. Pergeseran bertahap ini berarti bahwa dalam waktu sekitar 200 juta tahun, hari-hari di Bumi akan bertambah menjadi 25 jam.

    Untuk diketahui, bumi pernah menjalani waktu 18 jam sehari pada 1,4 miliar tahun yang lalu.

    Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Science mengungkapkan bahwa sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu, ketika Bulan berada lebih dekat ke Bumi, satu hari hanya berlangsung selama 18 jam.

    Seiring bertambahnya jarak antara Bumi dan Bulan, lamanya satu hari di planet kita juga bertambah, menurut para peneliti.

    David Waltham, Profesor Geofisika di Royal Holloway, Universitas London mengatakan bahwa gaya tarik pasang surut di Bumi memperlambat rotasinya dan Bulan memperoleh energi tersebut sebagai momentum sudut.

    Saat ini, jarak Bulan rata-rata 384.400 km (238.855 mil) dari Bumi, membutuhkan waktu sekitar 27,3 hari untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi planet kita.

  • Microsoft Siap Hadirkan Integrasi iPhone di Windows 11 – Page 3

    Microsoft Siap Hadirkan Integrasi iPhone di Windows 11 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Microsoft dilaporkan terus memperkuat ekosistem Windows 11. Kali ini, perusahaan tersebut akan menghadirkan integrasi yang lebih baik bagi pengguna iPhone.

    Dikutip dari GSM Arena, Jumat (31/1/2025), dalam uji coba terbaru untuk Windows Insiders di saluran Dev dan Beta, Microsoft memperkenalkan panel samping baru di menu Start yang memungkinkan pengguna iPhone mengakses fitur penting dengan cepat dan mudah.

    Dengan update ini, pengguna iPhone dapat menghubungkan perangkat mereka ke PC Windows 11 untuk mengakses sejumlah informasi.

    Disebutkan, lewat akses baru ini, pengguna bisa melihat status baterai iPhone, mengakses pesan dan panggilan, hingga tombol cepat untuk transfer file.

    Untuk diketahui, fitur serupa lebih dulu hadir untuk penggun perangkat Android. Karenanya, dengan integrasi ini, Microsoft memperluas kompabilitas Windows 11 dengan ekosistem perangkat Apple.

    Fitur ini mulai diluncurkan secara bertahap untuk pengguna Windows 11 yang menjalankan Insider Preview Build 4805 atau lebih tinggi di saluran Beta.

    Selain itu, pengguna juga perlu menginstal Phone Link versi 1.24121.30.0 atau lebih baru. Untuk mengoptimalkan fitur ini, PC yang digunakan juga harus mendukung Bluetooth LE dan memiliki akun Microsoft yang aktif.

    Meski saat ini masih dalam tahap pengujian, Microsoft diperkirakan akan menghadirkan fitur ini ke versi reguler Windows 11 dalam beberapa bulan mendatang.

    Yang pasti, dengan pembaruan ini, pengguna iPhone dan Windows 11 dapat menikmati pengalaman yang lebih mulus, meningkatkan produktivitas, serta mempercepat akses ke fitur-fitur penting secara langsung.

  • Tak Cukup Sekali, China Hantam Telak Amerika Berturut-turut

    Tak Cukup Sekali, China Hantam Telak Amerika Berturut-turut

    Jakarta, CNBC Indonesia – DeepSeek baru saja merilis dua kerangka kerja multimoda baru pada 28 Januari 2025. Keduanya bernama Janus-Pro dan JanusFlow.

    Janus-Pro disebut lebih baik dari salah satu model pembuat gambar OpenAI bernama Dall-E 3. OpenAI sendiri merupakan perusahaan yang membuat chatbot populer ChatGPT.

    TechNode menuliskan Janus Pro adalah versi peningkatan dari Janus dan tetap open source. Model ini dirancang pemahaman dan pembuatan multimoda yang lebih baik. Kemampuan beradaptasi dan kinerja dalam berbagai tugas juga telah ditingkatkan.

    Janus-Pro tersedia dalam dua versi, 1,5 B dengan 1,5 miliar parameter dan JanusPro 7B dengan 7 miliar parameter, dikutip dari TechNode, Kamis (30/1/2025).

    Peluncuran ini hanya berselang beberapa hari dengan kemunculan aplikasinya R1. Aplikasi tersebut dengan cepat diunduh banyak orang.

    Membeludaknya pengguna baru membuat aplikasi tersebut gangguan. Akhirnya DeepSeek membatasi pendaftaran untuk pengguna dengan nomor telepon China.

    DeepSeek sendiri baru didirikan pada 2023. Perusahaan itu jadi pembicaraan setelah mengembangkan AI dengan modal yang bisa dibilang cukup kecil, hanya US$5,6 juta (Rp 90,8 miliar).

    Kemampuannya juga dibandingkan dengan ChatGPT. DeepSeek disebut unggul dari segi tugas teknis seperti coding dan persamaan matematika.

    Harganya juga lebih murah untuk akses API yakni US$0,13 (Rp 2.200) untuk satu juta token. Berbanding dengan model o1 OpenAI, yang disebut Mashable mirip dengan model baru DeepSeek, senilai US$7.50 (Rp 121 ribu) per satu juta token.

    (dem/dem)