Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Rombongan wisatawan asal Surabaya, Jawa Timur mengalami kejadian tak mengenakkan saat berkunjung ke Pantai Bangsring, Banyuwangi.
Para wisatawan mengalami pemalakan dan sempat dilarang pulang di sekitar kawasan Mutiara Pulau Tabuhan oleh oknum yang mengatasnamakan warga lokal dengan embel-embel “uang pengawalan”.
Tour leader rombongan, Timothy menceritakan awal mula kejadian ketika rombongan bus parkir di kawasan Mutiara Pulau Tabuhan, samping Pantai Bangsing pada Sabtu (13/12/2025).
“Kita kemarin bawa rombongan bus medium yang kecil. Parkir di depan Pantai Mutiara sebelahnya Bangsring,” kata Timothy saat dihubungi
Kompas.com
, Minggu (14/12/2025).
Timothy mengaku telah membayar tiket resmi sejumlah rombongan untuk masuk ke wisata
Pantai Bangsring
.
Rombongan pun menikmati suasana lalu pulang menuju parkiran bus.
“Setelah kita semua selesai, waktu kita mau keluar ternyata ada yang menghentikan kendaraan. Alasannya untuk pengawalan,” terangnya.
Agen yang merasa curiga pun langsung melapor ke pengelola tempat wisata dan dipastikan tidak ada biaya tambahan “uang pengawalan” sebesar Rp 150.000.
“Dari pengelola resmi gak ada itu iuran pengawalan kecuali kalau untuk kendaraan bus besar memang gak bisa masuk lalu mereka menyediakan shuttle tapi untuk medium bisa,” imbuhnya.
Rombongan pun sempat tertawan tidak bisa pulang karena bernegosiasi dengan oknum pungli.
Pihak agen pun bersedia membayar asal ada bukti kuitansi jelas dari pihak desa agar transparan.
“Tapi dia (pelaku) ini mengatasnamakan dari warga lalu bilang kalau misal gak bayar kendaraannya gak bisa keluar, jadi kita gak bisa pulang,” ucapnya.
Oknum pungli pun pergi sebentar mengambil kuitansi lalu kembali menyerahkan ke agen.
Namun anehnya, kuitansi yang ditunjukkan tidak ada logo atau stiker resmi dari pihak desa.
“Kan bilangnya yang mengeluarkan itu aturan desa tapi setelah kita minta tanda terima, dia gak bisa menunjukkan alasannya tanda terimanya di rumah,” bebernya.
“Lalu ya sudah ambil saja nggak apa-apa kita tunggu di sini. Orangnya pergi balik lagi bawa kuitansi ternyata ditulis tangan tanpa ada stempel atau kop dari desa,” sambung Timothy.
Agen pun geram. Tetapi, untuk menghindari keributan dan mengutamakan kondisi wisatawan, agen akhirnya membayar pungli tersebut sebesar Rp 100.000 lalu berhasil pulang.
“Dan setelah kita konfirmasi ternyata dari pihak desa itu tidak pernah mengeluarkan aturan tersebut. Dari pihak Polsek juga mengkonfirmasi bahwa orang tersebut bukan bagian dari pengelola, hanya mengatasnamakan warga,” pungkasnya.
Kejadian ini langsung mendapat respons dari pihak kepolisian setempat.
2 pelaku Busahra (56) dan Joddy Soebiyanto (61), yang merupakan warga Desa Bangsring dan Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo.
Keduanya telah diamankan oleh pihak Polsek Wongsorejo.
Tetapi, kedua pelaku tidak ditahan, melainkan hanya disanksi wajib lapor.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Jenis Media: Regional
-
/data/photo/2025/12/14/693e3c422ff20.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar Surabaya 14 Desember 2025
-

Pasutri Pengusaha Sembako di Tanggamus Ditemukan Meninggal Penuh Luka
Tanggamus, Beritasatu.com – Pasangan suami istri (pasutri) pengusaha sembako di Kabupaten Tanggamus, Lampung, ditemukan tewas bersimbah darah di dalam rumahnya. Kedua korban diduga kuat menjadi korban pembunuhan karena mengalami sejumlah luka akibat senjata tajam. Meski demikian, polisi memastikan tidak ada barang berharga di rumah korban yang hilang.
Peristiwa tersebut terjadi di Desa Way Pring, Kecamatan Pugung. Korban diketahui bernama Rohimi (54) dan istrinya Suryanti (50). Keduanya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di rumah mereka.
Kedua korban pertama kali ditemukan oleh anaknya pada Minggu (14/12/2025) sekitar pukul 01.30 WIB. Saat itu, anak korban baru pulang ke rumah dan mendapati kedua orang tuanya telah tergeletak bersimbah darah.
Melihat kondisi tersebut, anak korban langsung berteriak meminta pertolongan hingga mengundang perhatian warga sekitar. Warga kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.
Petugas kepolisian yang tiba di lokasi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengumpulkan sejumlah barang bukti. Kedua korban mengalami sejumlah luka akibat senjata tajam di bagian wajah, kepala, serta beberapa bagian tubuh lainnya.
Adik korban, Nur Apriyanti (42), mengatakan kedua korban mengalami luka akibat senjata selama ini kedua korban tidak memiliki masalah dengan siapa pun dan dikenal baik oleh lingkungan sekitar.
“Setahu kita, kedua korban tidak pernah ada masalah dengan siapa pun. Ayuk (kakak) saya orangnya baik sama siapa saja, sama saudara maupun dengan tetangga. Kalau ada tetangga yang mau hutang, pasti dikasih,” tutur Nur Apriyanti.
Sementara itu, tetangga korban, Ahmad (44), mengaku baru mengetahui kejadian tersebut setelah dibangunkan warga sekitar. Menurut Ahmad, sebelum kejadian kondisi di rumah korban terlihat normal dan tidak terdengar keributan maupun teriakan.
Hingga Minggu petang, jenazah kedua korban masih berada di RS Bhayangkara Polda Lampung untuk proses autopsi. Polres Tanggamus menyatakan masih melakukan penyelidikan lebih lanjut dan belum dapat memastikan motif di balik pembunuhan tersebut.
-
/data/photo/2025/12/14/693e90e0354fd.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Viral 2 Siswa Sekelas di Bali Duel Gara-gara Persoalan Asmara, Polisi Turun Tangan Denpasar 14 Desember 2025
Viral 2 Siswa Sekelas di Bali Duel Gara-gara Persoalan Asmara, Polisi Turun Tangan
Tim Redaksi
BULELENG, KOMPAS.com
– Video perkelahian antara dua siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, menjadi viral di media sosial.
Duel yang terjadi pada Jumat (12/12/2025) ini diduga dipicu oleh persoalan asmara.
Dalam rekaman video yang beredar, dengan durasi sekitar 50 detik dan 1 menit 39 detik, tampak dua remaja bercelana pendek saling adu pukulan dan tendangan di tengah lapangan terbuka.
Perkelahian tersebut disaksikan oleh belasan remaja lainnya yang mengenakan seragam sekolah.
Alih-alih melerai, mereka justru terlihat menyemangati dan menyoraki kedua siswa yang sedang bertarung.
Kapolsek Gerokgak, Kompol I Made Derawi, menjelaskan bahwa pihaknya telah menangani dan menyelesaikan kasus ini melalui proses mediasi di sekolah pada Sabtu (13/12/2025).
“Kedua siswa yang berkelahi merupakan siswa satu sekolah dan duduk di kelas yang sama,” ungkapnya saat dikonfirmasi pada Minggu (14/12/2025).
Mediasi tersebut dihadiri oleh para guru, wali kelas, guru kesiswaan, serta orang tua dari kedua siswa.
Kompol Derawi menambahkan bahwa perkelahian ini dipicu oleh
masalah asmara
.
“Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran, tidak hanya bagi yang terlibat, tetapi juga bagi siswa lainnya agar tidak mudah terprovokasi,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Rumah Tertimbun Lumpur, Korban Banjir Pidie Jaya Butuh Cangkul-Sekop
Meureudu, Beritasatu.com – Banyak korban banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh sangat membutuhkan bantuan peralatan penanganan lumpur, seperti sekop dan cangkul, untuk membersihkan rumah mereka dari timbunan lumpur.
“Kami membutuhkan alat, seperti sekop, cangkul, dan lainnya untuk membersihkan timbunan lumpur yang menimbun hampir sebagian besar rumah warga di desa ini,” kata Dahlan (68), korban banjir bandang di Pidie Jaya, Minggu (14/12/2025).
Dahlan adalah warga Gampong Geunteng, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya. Pensiun guru itu kini mengungsi di meunasah, tidak jauh dari rumahnya.
Ia mengatakan lumpur sisa banjir bandang akibat luapan Krueng (Sungai) Meureudu akhir November 2025 menimbun rumahnya dan warga lainnya dengan ketinggian berkisar sepinggang hingga sedada orang dewasa.
“Saat ini, setiap hari kami mengeruk timbunan lumpur dengan alat seadanya, tetapi tidak maksimal. Kami butuh sekop, cangkul, dan alat lainnya untuk mengeruk timbunan lumpur tersebut,” ujar Dahlan dikutip dari Antara.
Ia juga mengaku tidak mampu mempekerjakan orang lain untuk mengeruk lumpur serta membersihkan rumahnya yang terkena banjir bandang.
“Kami tidak sanggup membersihkan rumah dengan tenaga sendiri. Begitu juga untuk mengupah orang lain, kami tidak ada uang. Upahnya mencapai Rp 200.000 per orang,” kata dia.
Keuchik (Kepala Desa) Geunteng Usman mengatakan warga terdampak banjir bandang di desa tersebut 697 jiwa atau 220 keluarga, sedangkan warga mengungsi 553 jiwa atau 697 keluarga.
“Saat ini, warga mengungsi di empat titik, di antara meunasah setempat, kantor kepala desa, dan tempat lainnya di sekitar desa. Selain itu, juga ada dua dapur umum melayani makanan korban banjir setiap harinya,” katanya.
Terkait dengan rumah terdampak bencana, kata dia, 158 rumah rusak berat, sedang, dan ringan. Semua rumah tersebut tertimbun lumpur hingga ketinggian mencapai 2,5 meter.
“Kami berharap bantuan alat-alat seperti sekop dam cangkul untuk membersihkan lumpur di rumah warga. Jika rumah bisa dibersihkan dari material banjir, maka warga bisa secepatnya pulang,” katanya.
-
/data/photo/2025/12/14/693e940a12534.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kuasai 3 Markas OPM Yahukimo Papua, TNI Sita Senjata Hingga Uang Tunai Regional 14 Desember 2025
Kuasai 3 Markas OPM Yahukimo Papua, TNI Sita Senjata Hingga Uang Tunai
Tim Redaksi
MIMIKA, KOMPAS.com
– Satgas TNI Koops Habema Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, melakukan penindakan terhadap kelompok bersenjata OPM di wilayah Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Sabtu (13/12/2025).
Dalam operasi tersebut, aparat TNI menguasai 3 markas yang digunakan sebagai basis aktivitas kelompok bersenjata OPM Kodap XVI Yahukimo.
Satgas TNI Koops Habema menyebut tak ada korban jiwa dalam operasi yang dilakukan.
Panglima Koops TNI Habema Mayjen TNI Lucky Avianto mengatakan, penindakan tersebut bagian dari upaya negara dalam menjaga stabilitas keamanan serta melindungi masyarakat dari ancaman kelompok bersenjata OPM yang selama ini melakukan aksi kekerasan dan intimidasi terhadap warga di Yahukimo.
“Operasi ini dilaksanakan secara terukur, profesional, dan sesuai aturan pelibatan. TNI hadir untuk menjamin keamanan masyarakat Papua. Kami tidak menargetkan warga sipil, dan setiap prajurit dibekali perintah yang jelas untuk mengedepankan keselamatan rakyat,” ujar Lucky dalam keterangannya, Minggu (14/12/2025)
Dalam operasi penindakan yang dilakukan TNI terhadap OPM, ditemukan sejumlah barang bukti yang disita.
Di antaranya senjata organik dan beberapa senjata rakitan laras panjang, amunisi berbagai kaliber, alat komunikasi, perlengkapan optik, senjata tajam, atribut bercorak bendera bintang kejora, dokumen, logistik hingga uang tunai jutaan Rupiah.
Dansatgas Media Koops Habema Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki kepemilikan senjata organik hingga dokumen berisi permintaan bantuan dana terhadap Kepala Desa.
“KIta masih selidiki itu organik dari satuan mana? Apakah perampasan atau dugaan lain. Ada juga dokumen seperti permintaan dana, kita selidiki bagaimanan intervensinya,” ujar Iwan melalui sambungan panggilan.
Ia pun menambahkan bahwa usai penindakan, situasi di Kabupaten Yahukimo kondusif.
TNI menyebut bahwa operasi penindakan menyasar pada kelompok OPM yang mengganggu stabilitas keamanan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/12/14/693e876cca495.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/12/693c2008414a5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/12/693be6325092f.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2025/12/14/693e643c1a4f5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)