Jenis Media: Regional

  • Aksi Eksibisionis Kembali Gegerkan Kanigoro Blitar, Pelaku Terekam Video

    Aksi Eksibisionis Kembali Gegerkan Kanigoro Blitar, Pelaku Terekam Video

    Blitar (beritajatim.com) – Aksi eksibisionis atau pamer alat kelamin kembali menggegerkan warga Kanigoro Blitar. Pelaku sempat terekam video amatir warga, yang kemudian viral di media sosial.

    Aksi tak senonoh itu terjadi di Jalan Raya Tlogo, Kanigoro, Blitar pada Minggu (14/12/2025), sekitar pukul 16.00 WIB. Korbannya seorang pedagang perempuan yang sedang berjaga di dekat rombong jualannya.

    Dalam video yang beredar, sang korban sempat merekam tampang pelaku pamer alat kemalin tersebut. Terlihat dalam video tersebut pelaku eksibisionis itu menggunakan baju merah dengan celana pendek dan sepeda motor lengkap dengan helm.

    Menurut keterangan korban, S, pelaku mulanya berhenti di dekat tempatnya berjualan selama hampir setengah jam. Pada awalnya, korban tidak menaruh curiga serius.

    Karena penasaran melihat pelaku tak kunjung beranjak, korban akhirnya memberanikan diri untuk mengamati. Korban pun terkejut, pria tersebut ternyata sudah mengeluarkan alat kelaminnya di tempat umum.

    Alih-alih menjauh, pelaku justru dilaporkan mendekati korban yang saat itu sudah berdiri gemetar di dekat gerobak jualannya. Dalam kondisi syok dan takut, korban secara refleks mengambil ponselnya dan mulai merekam aksi pelecehan tersebut.

    Video yang beredar menunjukkan detik-detik mencekam saat korban, dengan suara gemetar, meneriaki pelaku. Teriakan dan perekaman video inilah yang akhirnya membuat pelaku panik.

    “Tak Viralne Kowe (tak viralkan kamu),” jelas korban.

    Aksi eksibisionisme di tempat umum ini merupakan bentuk pelecehan seksual dan melanggar hukum, menciptakan rasa tidak aman bagi masyarakat, terutama perempuan. Jalan Raya Tlogo yang cukup ramai seharusnya menjadi area yang aman dari tindakan asusila.

    Pihak kepolisian Blitar didesak untuk segera mengidentifikasi pelaku berdasarkan rekaman video yang kini viral di media sosial. Kasus ini bukan hanya tentang penangkapan pelaku, tetapi juga tentang memberikan perlindungan dan rasa aman bagi warga Blitar yang mencari nafkah di ruang publik. [owi/beq]

  • 19 Hari Tanpa Bantuan, Lansia Gayo Lues Hidup di Tenda Darurat

    19 Hari Tanpa Bantuan, Lansia Gayo Lues Hidup di Tenda Darurat

    Gayo Lues, Beritasatu.com – Masih banyak warga korban banjir di Kabupaten Gayo Lues, Aceh yang belum mendapat bantuan sampai hari ke-19 pascabencana. Salah satunya Majudin, warga Desa Singa Mulo,  Kecamatan Putri Betung, Kabupaten Gayo Lues, yang hingga saat ini bersama istrinya masih terisolasi.

    Pasangan lansia ini bahkan harus mendirikan tenda pengungsian di pinggir jalan lantaran rumah yang mereka huni untuk menikmati hari tua kini sudah hanyut terseret arus air.

    Majudin yang sudah berusia 80 tahun terpaksa tinggal di tenda darurat demi mencari perlindungan dengan sang istri tercinta,.

    “Saya tinggal berdua dengan istri di tenda pengungsian ini. Rumah yang sudah hanyut dan memaksa kami harus membuat tenda perlindungan dengan panjang 1,5 meter dan lebar lebih kurang tiga meter,” ungkap Majudin

    Tanpa kehadiran sang anak, mereka berusaha saling menguatkan menghadapi cobaan bencana ini. Majudin berharap mendapat perhatian dari pemerintah, terutama soal rumah mereka. 

    “Saya berharap pemerintah membangun kembali rumah kami. Usia yang sudah tua rasanya tidak mungkin buat kami terus tidur di bawah tenda yang sempit ini,” tutur Majudin.

    Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Gayo Lues, Aceh, berdampak kerugian infrastruktur yang diperkirakan mencapai Rp 1 triliun. Sejumlah wilayah dilaporkan masih terisolasi setelah fasilitas umum seperti jalan dan jembatan terputus total.

    Bupati Gayo Lues Suhaidi menjelaskan, berdasarkan data sementara, dampak kerusakan sangat masif. Tercatat 42 jembatan mengalami kerusakan, 16 sekolah rusak berat, dan tiga unit kantor pemerintah juga hancur.

    “Data sementara 42 jembatan mengalami kerusakan, tiga unit kantor pemerintah rusak berat, sekolah 16 rusak berat serta fasilitas lainnya,” ungkap Suhaidi, Senin (8/12/2025).

     

  • Apel Siaga Bencana Pasuruan, Bupati Rusdi: Normalisasi Sungai Untuk Antisipasi Banjir

    Apel Siaga Bencana Pasuruan, Bupati Rusdi: Normalisasi Sungai Untuk Antisipasi Banjir

    Pasuruan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Pasuruan menggelar Apel Siaga Bencana sebagai langkah penguatan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Halaman Kantor Bupati Pasuruan, Senin (15/12/2025).

    Apel siaga yang dirangkai dengan gelar peralatan kebencanaan itu dipimpin langsung Bupati Pasuruan Rusdi Sutejo. Seluruh unsur terkait dilibatkan untuk memastikan kesiapan personel dan sarana pendukung.

    Dalam sambutannya, Rusdi Sutejo menegaskan bahwa penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama. “Semua pihak harus terlibat karena ini urusan kita bersama,” ujarnya.

    Ia menyebut kolaborasi dan sinergi menjadi kunci agar penanganan bencana berjalan tepat dan cepat. Menurutnya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan seluruh elemen masyarakat.

    Terkait upaya pencegahan banjir, Pemkab Pasuruan telah melakukan normalisasi sungai secara besar-besaran. Rusdi mengatakan langkah tersebut cukup efektif menekan dampak banjir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    “Di Rejoso dan Bangil masih ada genangan, tapi tidak sebesar dulu,” terangnya. Ia menilai hasil tersebut menunjukkan upaya pencegahan mulai memberikan dampak positif.

    Meski demikian, Rusdi mengakui bencana tidak dapat diprediksi sepenuhnya. Ia menegaskan bahwa pencegahan dan penanganan maksimal tetap harus menjadi prioritas.

    “Yang besar alhamdulillah berkurang, tapi kejadian minor hampir tiap tahun masih ada,” ucapnya. Menurutnya, kesiapsiagaan menjadi kunci mengurangi risiko.

    Dalam hal peralatan, Rusdi memastikan seluruh sarana kebencanaan dalam kondisi siap pakai. Ia menyebut beberapa peralatan akan ditambah dan dimodernisasi.

    “Peralatan lengkap dan sebagian akan kami perbarui,” katanya. Langkah tersebut dilakukan agar respons kebencanaan semakin optimal.

    Kepada masyarakat, Rusdi mengimbau agar tetap waspada terhadap potensi bencana, terutama di wilayah rawan. Ia meminta warga segera melapor ke perangkat desa jika muncul tanda-tanda bencana.

    “Kalau ada indikasi bencana, segera lapor agar bisa dikoordinasikan,” imbaunya. Ia juga mengingatkan warga untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas di tengah cuaca ekstrem.

    Ke depan, Pemkab Pasuruan akan memperkuat sistem peringatan dini dengan dukungan command center baru. Rusdi menyebut fasilitas tersebut akan mempercepat koordinasi lintas instansi.

    “Nanti command center sudah jadi, koordinasi akan jauh lebih cepat,” pungkasnya. Usai apel, Bupati Pasuruan meninjau langsung peralatan kebencanaan yang dipamerkan. [ada/aje]

  • 476 Keluarga Korban Bencana Agam Siap Direlokasi di Huntara

    476 Keluarga Korban Bencana Agam Siap Direlokasi di Huntara

    Lubuk Basung, Beritasatu.com – Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mencatat 476 dari 539 keluarga korban bencana alam di daerah tersebut menyatakan bersedia tinggal di hunian sementara (huntara) yang akan segera dibangun oleh pemerintah.

    “Sebanyak 476 keluarga ini telah menandatangani surat pernyataan tinggal di hunian sementara,” kata Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Agam, Rinaldi, di Lubuk Basung, dikutip dari Antara pada Senin (15/12/2025).

    Rinaldi menjelaskan, ratusan keluarga tersebut tersebar di sejumlah kecamatan terdampak bencana. Di Kecamatan Palembayan, sebanyak 225 keluarga akan direlokasi ke hunian sementara yang dibangun di SDN 05 Kayu Pasak Nagari Salareh Aia serta lapangan bola voli Batu Mandi Nagari Salareh Aia Timur.

    Sementara itu, di Kecamatan Tanjung Raya, sebanyak 183 keluarga direlokasi ke hunian sementara yang berlokasi di Linggai Park Nagari Duo Koto. Adapun di Kecamatan Ampek Koto, terdapat 54 keluarga yang akan menempati hunian sementara di lahan DOB Nagari Balingka.

    Selain itu, Kecamatan Malalak juga menjadi lokasi relokasi bagi 14 keluarga yang akan menempati hunian sementara di lapangan Lampeh Jorong Bukik Malanca, Nagari Malalak Timur.

    “Data ini merupakan hasil validasi dari pemerintah nagari. Untuk lahan telah kita tinjau bersama camat dan wali nagari,” ujar Rinaldi.

    Ia menambahkan, secara keseluruhan terdapat 539 keluarga yang rumahnya mengalami rusak berat, berada di zona merah di sepanjang aliran sungai, serta di kawasan tepi bukit yang berpotensi longsor. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 476 keluarga yang bersedia direlokasi, sementara 63 keluarga lainnya menolak relokasi.

    Dalam waktu dekat, pemerintah daerah akan melakukan survei detail ke masing-masing lokasi hunian sementara. Proses pembangunan huntara sendiri akan dilakukan bekerja sama dengan TNI, guna mempercepat penyediaan tempat tinggal layak bagi para korban bencana.

    “Sesampai di lokasi langsung dibangun hunian sementara dan ditargetkan selesai menjelang akhir Desember 2025,” katanya.

    Ia menjelaskan, hunian sementara yang dibangun bertipe 21, dilengkapi dengan dapur, akses jalan, serta fasilitas pendukung lainnya. Pendanaan pembangunan huntara tersebut bersumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

    Hunian sementara ini akan menjadi tempat tinggal korban bencana hingga hunian tetap selesai dibangun. Pemerintah Kabupaten Agam merencanakan pembangunan hunian tetap bagi para korban pada tahun 2026 mendatang.

  • Kak Na Terobos Wilayah Terisolasi Antar Bantuan Banjir di Bireuen

    Kak Na Terobos Wilayah Terisolasi Antar Bantuan Banjir di Bireuen

    Bireuen, Beritasatu.com – Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Aceh Marlina Muzakir bersama Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Aceh Chaidir, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh T Adi Darma, serta istri ketua DPR Aceh mengantarkan bantuan bagi warga terdampak banjir di Gampong Kubu, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Minggu (14/12/2025).

    Menumpang perahu nelayan, Marlina Muzakir yang akrab disapa Kak Na bersama rombongan menyeberangi Krueng Peusangan. Gampong Kubu menjadi salah satu wilayah terisolasi setelah jembatan Pante Lheung, satu-satunya akses darat penghubung, putus diterjang material banjir.

    “Alhamdulillah, sore ini kita bisa mengantar bantuan untuk masyarakat terdampak banjir di Gampong Kubu. Putusnya jembatan Pante Lheung membuat gampong ini terisolasi. Akses ke sini hanya bisa dilakukan dengan menumpang perahu nelayan serta gondola tradisional yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat,” ujar Kak Na.

    Pada kesempatan tersebut, Kak Na mengimbau masyarakat agar tetap bersabar menghadapi cobaan akibat bencana banjir. Ia menegaskan Pemerintah Aceh bersama seluruh pemangku kepentingan terus berupaya melakukan penanganan pascabanjir.

    “Tetap bersabar ya, bu. Pemerintah Aceh dan semua pihak terus berupaya melakukan penanganan pascabanjir. Masih panjang dan berat kerja-kerja kita. Namun insyaallah, dengan kerja bersama kita mampu menghadapi cobaan ini,” ucapnya.

    Sebelumnya, Kak Na juga mengantarkan bantuan ke Posko Gampong Kapa yang berada di Meunasah Kapa serta Posko Gampong Blang Panjoe yang didirikan di meunasah setempat. Akses menuju kedua gampong tersebut sudah dapat dilalui, namun di sisi kiri dan kanan jalan tampak timbunan pasir bercampur lumpur setinggi hingga satu meter, sisa pembersihan pascabanjir yang menghitam menyerupai benteng.

    Kondisi serupa juga terlihat di pekarangan dan di dalam rumah warga. Pasir bercampur lumpur mengendap hingga setinggi satu meter dan mulai mengeras, menimbun rumah-rumah warga. Seluruh peralatan rumah tangga terendam material banjir, sementara ketersediaan air bersih sangat terbatas.

    Selain kesulitan membersihkan rumah, warga juga kebingungan membuang endapan lumpur dan pasir karena hampir seluruh wilayah gampong terdampak. Kondisi ini semakin memperberat upaya pemulihan pascabanjir.

    Geuchiek Gampong Blang Panjoe, M Ruslan, berharap pemerintah dapat membantu alat berat untuk mempercepat proses pembersihan lingkungan.

    “Kami sangat berharap pemerintah membantu alat berat seperti beko dan buldoser untuk membersihkan jalan gampong serta pekarangan rumah warga. Endapan lumpur dan pasir yang cukup tinggi sangat sulit dibersihkan secara manual,” ujar M Ruslan.

    Selain membawa bantuan pangan dan sandang, Kak Na juga menyertakan petugas kesehatan beserta obat-obatan. Saat membagikan biskuit untuk menyemangati anak-anak dan para ibu, petugas kesehatan secara bergantian melayani keluhan warga di posko pengungsian.

     

  • Kawanan Gajah Liar Terpantau di Jalan Suoh- Tanggamus Lampung

    Kawanan Gajah Liar Terpantau di Jalan Suoh- Tanggamus Lampung

    Kepala Balai TNBBS, Hifzon Zawahiri, mengatakan pemantauan pergerakan kawanan gajah liar dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Global Positioning System (GPS) Collar yang terpasang pada salah satu individu gajah.

    “Berdasarkan pantauan data GPS Collar tanggal 14 Desember 2025, kawanan gajah ‘Bunga’ berada di Blok 8 Hutan Lindung Kotaagung Utara Register 39. Selain itu, laporan masyarakat juga menemukan kotoran gajah baru di Blok 9 kawasan tersebut,” ujar Hifzon dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (15/12).

    Dia mengutarakan, terdapat dua kawanan gajah yang terpantau aktif. Yakni kawanan Bunga-Lestari berjumlah 12 ekor dan kawanan Jambul-Ramadhani berjumlah 6 ekor. Sejak 19 Juli 2024, kedua kawanan tersebut dipantau secara intensif menggunakan GPS Collar.

    Menurut Hifzon, meningkatnya interaksi negatif antara gajah dan manusia tidak lepas dari perubahan tutupan lahan di wilayah jelajah gajah. Kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan perkebunan dan permukiman menjadi faktor dominan pemicu konflik.

    “Pembukaan kawasan hutan untuk pertanian, perkebunan, dan permukiman, serta penanaman tanaman bernilai ekonomi yang juga menjadi sumber pakan gajah, menjadi pemicu utama konflik manusia dan gajah,” jelasnya.

    Sebagai langkah mitigasi, BBTNBBS menerapkan pendekatan Community-Based Conflict Mitigation atau mitigasi konflik berbasis komunitas, dengan membentuk Satgas konflik gajah-manusia di tingkat desa atau pekon.

    Selain itu, pendekatan Integrated Prevention Model (IPM) juga diterapkan dengan menggabungkan aspek sosial, ekologi, dan teknologi.

    Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu, Itno Itoyo mengatakan, pihaknya bersama TNBBS, KPH Kotaagung, dan Satgas terus melakukan peningkatan kesadaran masyarakat di wilayah rawan konflik.

    Ia menambahkan, pemanfaatan GPS Collar sangat membantu dalam memantau keberadaan kelompok gajah sehingga upaya antisipasi dan mitigasi dapat dilakukan lebih cepat dan efektif.

    “Kami bersama para pihak melakukan monitoring dan edukasi di desa-desa seperti Sidomulyo dan Sedayu. Karakteristik wilayah yang berbukit dan pegunungan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya penghalauan gajah,” kata Itno.

  • Kesaksian Warga Kecelakaan Maut Mojokerto: Terdengar Benturan Keras, 3 Korban Tergeletak Tak Bernyawa

    Kesaksian Warga Kecelakaan Maut Mojokerto: Terdengar Benturan Keras, 3 Korban Tergeletak Tak Bernyawa

    Mojokerto (beritajatim.com) – Suara benturan yang sangat keras memecah keheningan malam di Jalan Raya Desa Padi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, sesaat sebelum warga menemukan tiga jenazah tergeletak di aspal pada Senin (15/12/2025) dini hari.

    Abdul Chalim, seorang petugas keamanan (satpam) pabrik tembakau di sekitar lokasi kejadian, menjadi salah satu saksi yang mendengar langsung momen mengerikan tersebut. Meski tidak melihat detik-detik tabrakan secara visual, ia memastikan bahwa suara yang timbul dari insiden “adu banteng” itu terdengar sangat jelas sekitar pukul 00.15 WIB.

    “Saya tidak tahu persis kejadiannya. Tiba-tiba terdengar suara keras, seperti adu banteng. Pas saya lihat ke jalan, sudah ada beberapa orang tergeletak,” ungkap Abdul Chalim saat ditemui di lokasi.

    Chalim menggambarkan situasi di tempat kejadian perkara (TKP) sangat memprihatinkan. Sebanyak empat orang menjadi korban dalam insiden yang melibatkan dua sepeda motor tersebut. Tiga di antaranya meninggal dunia seketika di lokasi, sementara satu orang lainnya selamat meski mengalami luka-luka.

    Berdasarkan pengamatannya, kedua kendaraan diduga melaju dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan. Kerasnya suara benturan menjadi indikasi kuat besarnya momentum tabrakan antara kedua motor tersebut.

    “Sepertinya motor melaju kencang. Tidak tahu (akibat penerangan minim atau mabuk). Kelihatannya kecepatannya yang kencang sampai terdengar suara keras, sepertinya adu banteng. Tiga orang langsung meninggal di tempat, satu orang masih sadar dan masih bisa diajak ngomong,” tambahnya.

    Hingga saat ini, pihak kepolisian belum menyimpulkan penyebab pasti kecelakaan, apakah murni karena faktor kecepatan (human error), kondisi penerangan jalan, atau faktor lainnya. Petugas masih terus mengumpulkan keterangan dari para saksi dan telah mengamankan barang bukti berupa dua unit sepeda motor yang terlibat ke kantor polisi. [tin/beq]

  • Polisi Kembali Gelar Pra Rekonstruksi, Tersangka Belum Ditetapkan

    Polisi Kembali Gelar Pra Rekonstruksi, Tersangka Belum Ditetapkan

    Kepala Lingkungan V, Tono, adalah saksi mata pertama yang tiba di lokasi setelah menerima laporan warga tentang adanya keributan.

    Ia mendapati ambulans RS Colombia Asia sudah di depan rumah dan Faizah sudah diperiksa oleh tim medis.

    “Korban sudah tiada,” kata petugas medis, memupus harapan suaminya, Alham, yang masih terpukul di samping jenazah istrinya.

    Tono awalnya hanya melihat luka di lengan korban. Namun, laporannya ke Polsek Sunggal mengungkapkan fakta yang jauh lebih mengerikan. Polisi menemukan 20 luka tusukan pisau yang bersarang di tubuh Faizah.

    Menurut keterangan yang didengar Tono, insiden berdarah ini diduga dipicu oleh cekcok yang terjadi antara ibu dan anak itu pada malam sebelumnya. Faizah sempat memarahi putrinya, A, sebelum tragedi itu pecah saat fajar.

    Kontras dengan kejahatan yang terjadi, keluarga ini justru dikenal sebagai keluarga yang harmonis dan tanpa masalah besar.

    “Akrab kali mereka itu. Ibu dan anaknya tak berjarak. Ibunya tiap pagi mengantar anaknya keluar, panggilkan Grab sebelum sekolah,” ujar Tono, menunjukkan betapa sulitnya warga mempercayai peristiwa ini.

    Rumah itu kini hanya dipenuhi kesunyian dan tatapan kosong.

    Garis polisi membentang di pintu, menandai akhir tragis dari kehidupan Faizah Soraya dan menghancurkan kehangatan keluarga yang dihuni 4 orang, ayah, ibu, serta 2 anak perempuan yang kini harus menghadapi kenyataan pahit.

     

  • Polisi Kembali Gelar Pra Rekonstruksi, Tersangka Belum Ditetapkan

    Polisi Kembali Gelar Pra Rekonstruksi, Tersangka Belum Ditetapkan

    Kepala Lingkungan V, Tono, adalah saksi mata pertama yang tiba di lokasi setelah menerima laporan warga tentang adanya keributan.

    Ia mendapati ambulans RS Colombia Asia sudah di depan rumah dan Faizah sudah diperiksa oleh tim medis.

    “Korban sudah tiada,” kata petugas medis, memupus harapan suaminya, Alham, yang masih terpukul di samping jenazah istrinya.

    Tono awalnya hanya melihat luka di lengan korban. Namun, laporannya ke Polsek Sunggal mengungkapkan fakta yang jauh lebih mengerikan. Polisi menemukan 20 luka tusukan pisau yang bersarang di tubuh Faizah.

    Menurut keterangan yang didengar Tono, insiden berdarah ini diduga dipicu oleh cekcok yang terjadi antara ibu dan anak itu pada malam sebelumnya. Faizah sempat memarahi putrinya, A, sebelum tragedi itu pecah saat fajar.

    Kontras dengan kejahatan yang terjadi, keluarga ini justru dikenal sebagai keluarga yang harmonis dan tanpa masalah besar.

    “Akrab kali mereka itu. Ibu dan anaknya tak berjarak. Ibunya tiap pagi mengantar anaknya keluar, panggilkan Grab sebelum sekolah,” ujar Tono, menunjukkan betapa sulitnya warga mempercayai peristiwa ini.

    Rumah itu kini hanya dipenuhi kesunyian dan tatapan kosong.

    Garis polisi membentang di pintu, menandai akhir tragis dari kehidupan Faizah Soraya dan menghancurkan kehangatan keluarga yang dihuni 4 orang, ayah, ibu, serta 2 anak perempuan yang kini harus menghadapi kenyataan pahit.

     

  • Karang Taruna Dirikan Posko Ceria untuk Pulihkan Psikososial Anak Terdampak Bencana di Tapanuli Selatan

    Karang Taruna Dirikan Posko Ceria untuk Pulihkan Psikososial Anak Terdampak Bencana di Tapanuli Selatan

    Liputan6.com, Tapanuli Selatan – Pengurus Nasional Karang Taruna mendirikan Posko Ceria di Desa Pengkolan, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian dan respons cepat terhadap kebutuhan psikososial anak-anak yang terdampak bencana.

    Posko Ceria difungsikan sebagai ruang ramah anak yang aman, nyaman, dan menyenangkan untuk membantu pemulihan mental dan emosional anak-anak melalui kegiatan trauma healing berbasis bermain. Berbagai aktivitas diselenggarakan, mulai dari permainan edukatif, menggambar dan mewarnai, bernyanyi, dongeng ceria, hingga penguatan emosional yang dipandu relawan Karang Taruna.

    Ketua Bidang Perempuan dan Anak Pengurus Nasional Karang Taruna, Maya Muizatil Lutfillah menjelaskan, bahwa pendirian Posko Ceria merupakan wujud komitmen Karang Taruna untuk hadir langsung di tengah masyarakat, khususnya dalam situasi darurat kebencanaan.

    “Anak-anak adalah kelompok paling rentan saat bencana. Posko Ceria hadir untuk memastikan mereka tetap memiliki ruang aman untuk bermain, tertawa, dan memulihkan diri secara psikologis,” ujar Maya.

    Sementara itu, Sekretaris Jenderal Pengurus Nasional Karang Taruna Malik Haramain menegaskan bahwa Posko Ceria merupakan bagian dari gerakan nasional Karang Taruna dalam merespons bencana secara menyeluruh. Tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga sosial dan kemanusiaan.

    “Penanganan bencana tidak cukup hanya dengan logistik. Pemulihan sosial dan psikologis, terutama bagi anak-anak, harus menjadi perhatian utama. Posko Ceria ini adalah ikhtiar Karang Taruna untuk memastikan anak-anak tetap terlindungi dan tidak kehilangan harapan,” kata Malik.

    Ia menambahkan, keterlibatan relawan muda Karang Taruna di lapangan menunjukkan peran strategis pemuda dalam kerja-kerja kemanusiaan dan kebencanaan. “Karang Taruna hadir sebagai kekuatan sosial di akar rumput. Para relawan bergerak cepat, bekerja bersama masyarakat, dan menjadi bagian dari proses pemulihan,” tambahnya.

    Salah seorang relawan Karang Taruna yang terlibat langsung dalam kegiatan Posko Ceria, Rizal Hasibuan, mengatakan bahwa pendekatan bermain terbukti membuat anak-anak lebih cepat pulih dari trauma pascabencana.

    “Di hari pertama, banyak anak yang masih diam dan terlihat takut. Tapi setelah diajak bermain dan bercerita, mereka mulai berani tertawa dan berinteraksi lagi. Itu tanda pemulihan mulai berjalan,” ujar Rizal.

    Seluruh kegiatan di Posko Ceria dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip ramah anak, tanpa paksaan, dan berorientasi pada rasa aman. Pelaksanaannya melibatkan kolaborasi antara Pengurus Nasional Karang Taruna, Karang Taruna Kabupaten Tapanuli Selatan, serta masyarakat Desa Pengkolan.

    Pemerintah desa dan masyarakat setempat menyambut positif kehadiran Posko Ceria. Mereka menilai program ini sangat membantu anak-anak agar tidak larut dalam rasa takut dan kecemasan pascabencana, serta mendorong mereka kembali menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih ceria.

    Ke depan, Posko Ceria direncanakan beroperasi secara berkelanjutan selama masa pemulihan. Program ini juga diharapkan menjadi model pendampingan psikososial anak yang dapat diterapkan di wilayah terdampak bencana lainnya di Sumatera.