Jenis Media: Regional

  • Bus Tabrak Truk di Tol Ngawi-Kertosono KM 589, Empat Luka

    Bus Tabrak Truk di Tol Ngawi-Kertosono KM 589, Empat Luka

    Ngawi (beritajatim.com) – Satu unit bus dilaporkan menabrak truk di Jalan Tol Ngawi-Kertosono KM 589 pada Kamis (7/3/2024) pukul 23.20 WIB. Titik kejadian tepatnya masuk Desa Kasreman, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi.

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Ngawi, Ipda Yudhi Irawan mengatakan terdapat empat korban mengalami luka dalam kejadian ini.

    “Ada luka empat orang, nggak ada yang meninggal. Insya Allah aman,” kata Yudhi kepada beritajatim.com.

    Diduga, pengemudi bus kurang berkonsentrasi hingga menabrak truk yang ada di depannya. Petugas Jasamarga dan pihak kepolisian pun mengamankan lokasi kejadian.

    Unit Gakkum Satlantas Polres Ngawi pun menuju ke lokasi kejadian untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). [fiq/beq]

  • 20 Hektar Tanaman Padi Rusak, Petani di Bojonegoro Terancam Tak Dapat Asuransi Pertanian

    20 Hektar Tanaman Padi Rusak, Petani di Bojonegoro Terancam Tak Dapat Asuransi Pertanian

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung di RT 02 RW 01 Desa Prangi Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro berdampak pada kerusakan tanaman padi di Desa Tebon Kecamatan Padangan yang sudah siap panen.

    Sedikitnya ada sekitar 20 hektar lahan sawah di Desa Tebon Kecamatan Padangan yang ditanami padi rusak akibat diterjang air limpasan waduk yang jebol. “Sekitar 20 hektar sawah yang ditanami padi rusak,” ujar Kepala Desa Tebon, Wasito, Kamis (7/3/2024).

    Salah seorang petani yang tanaman padinya rusak akibat jebolnya tanggul waduk Tirto Agung adalah Supriatun. Ia mengaku, tanaman padi yang rusak itu sudah siap panen. Bahkan, hari ini rencananya ia akan memanen tanaman padinya.

    “Sudah cari orang untuk memanen padi hari ini. Tapi kondisinya sekarang rusak tertimbun tanah dan pasir,” ucapnya.

    Rusaknya tanaman padi itu membuatnya gagal panen. Akibat gagal panen yang dialaminya itu diperkirakan mengalami kerugian mencapai Rp8 juta. Ia mengaku juga tidak memiliki asuransi pertanian. “Tidak punya. Tidak tahu kalau ada asuransi pertanian,” ungkapnya.

    Sementara jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung tersebut kini sudah ditangani oleh instansi terkait. Sebanyak dua alat berat ekskavator milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo terlihat di lokasi untuk menutup tanggul yang jebol.

    “Kewenangan ada di BBWS, untuk Dinas PU SDA dan PU Bina Marga dan Penataan Ruang, bersama BPBD, supporting penanganannya,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Pemkab Bojonegoro, Heri Widodo.

    Menurut Heri Widodo, target utama dalam penanganan tanggul waduk yang jebol hingga mengakibatkan kerusakan puluhan hektar lahan sawah dan putusnya jalan poros desa Tebon dengan Desa Prangi agar bisa segera tertangani.

    “Target utama penutupan titik lokasi ambrolnya dan penanganan dampaknya terputusnya jalan desa,” pungkasnya. [lus/ian]

  • Bambang Haryo: Harga Beras Masih Melambung, Harus Ada Penanganan Pemerintah

    Bambang Haryo: Harga Beras Masih Melambung, Harus Ada Penanganan Pemerintah

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Dewan Pembina Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Bambang Haryo Soekartono (BHS) melakukan inspeksi mendadak untuk mengetahui harga beras di Toko Sembako Pojok Pasar Larangan Kec. Candi Kamis (8/3/2024).

    Saat melakukan sidak, Bambang Haryo langsung melakukan dialog dengan para pedagang beras terkait alasan mereka sehingga harga beras di daerah itu masih melambung tinggi.

    Hasil sidak tersebut diketahui bahwa harga beras masih melambung yakni harga tertinggi untuk beras kualitas baik.

    Menurut Bambang, beras makin mahal lantaran kenaikan harga gabah kering panen (GKP) yang mencapai Rp 8.000 per kg. Biasanya, kata dia, harga beras dua kali lipat harga GKP.

    Kalau harga gabahnya Rp 8.000 maka jangan heran harga berasnya Rp 16 ribu. Kalau mau harga berasnya Rp 14 ribu maka harga gabahnya kurang lebih Rp7.000,” rincinya.

    Masih kata Bambang Bulog sudah melakukan operasi pasar tetapi harga beras masih melambung.
    “Pemerintah harus cepat tanggap terkait hal ini, harus rajin melakukan pemantauan di lapangan jangan sampai ada pihak lain yang sengaja menimbun beras,” terang caleg DPR RI terpilih di Dapil Jatim l itu.

    Diakui kalau permasalahan kenaikan beras tersebut bukan hanya terjadi di Sidoarjo melainkan secara nasional.

    Hasil sidak tersebut, menurut pria yang akrab di sapa BHS itu, akan menjadi bahan dan agar ada langkah-langkah antisipasi dari pemerintah daerah maupun pusat.

    “Untuk pemenuhan stok dan sekaligus menguntungkan petani, pemerintah harus mencari solusi supaya harga gabah yang menguntungkan untuk petani dan harga selep gabah yang menjadi beras yang sampai dengan saat ini mencapai 90 persen dikuasai oleh pihak swasta. Sedangkan 10 persen sisanya perusahaan selep beras dimiliki pemerintah,” harap Bambang Haryo. (isa/ian)

  • Akses Jalan Desa Tebon – Prangi di Bojonegoro Putus, Warga Terisolir

    Akses Jalan Desa Tebon – Prangi di Bojonegoro Putus, Warga Terisolir

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Akses jalan poros Desa Tebon – Desa Prangi Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro putus. Akses utama warga yang ada di dua desa tersebut putus lantaran terhempas air dari jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung di Desa Prangi Kecamatan Padangan.

    Salah seorang warga RT 01 Desa Prangi, Muhali mengatakan, akses jalan yang putus tersebut merupakan jalan utama warga Desa Tebon yang akan ke Desa Prangi. Begitu juga sebaliknya. Putusnya jalan sehingga mengganggu lalu lintas warga.

    “Warga yang naik kendaraan terpaksa harus jalan memutar lewat hutan di Desa Tinggang, jaraknya sekitar 5 km lebih,” ujarnya, Kamis (7/3/2024) petang.

    Jalan putus diperkirakan sepanjang kurang lebih 30 meter berada tepat di samping jembatan Kali Pencol. Jalan yang putus lantaran arus air cukup deras dengan volume yang cukup banyak. Sehingga Sungai Pencol tidak bisa menampung air.

    “Kemarin airnya mengalir cukup deras, karena tanggul Waduk Tirto Agung di Desa Prangi jebol. Kalau tidak jebol biasanya air waduk itu mengalir melalui sungai dan bermuara ke Sungai Bengawan Solo,” terangnya.

    Putusnya akses utama warga tersebut, warga merasa terisolir. Sejumlah pelajar SD yang berangkat ke sekolah terpaksa jalan kaki dengan menyeberangi jalan yang putus. Warga membuat jembatan darurat berupa papan kayu dan tangga untuk naik agar masih bisa dilewati pejalan kaki.

    Untuk itu, warga setempat berharap agar pemerintah segera memperbaiki jalan yang putus. “Harapannya bisa segera ditangani, karena ini akses utama warga,” harapnya.

    Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Laela Nor Aeni telah melakukan assessment terhadap kejadian tersebut. Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait agar kerusakan fasilitas umum itu bisa segera tertangani.

    “Kami juga memberikan sembako kepada warga terdampak sebanyak 105 paket bagi penerima di Desa Prangi dan Tebon,” ujar Kalaksa BPBD Bojonegoro Laela Nor Aeni.

    Untuk diketahui, tanggul Waduk Tirto Agung yang longsor itu berada di Desa Prangi RT 02 RW 01 Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro pada Rabu, 6 Maret 2024 sekitar pukul 00.45 WIB. Akibat tanggul yang jebol itu menyebabkan tanaman padi seluar kurang lebih 20 hektare rusak. [lus/ian]

  • Ratusan PKL Sunan Ampel Geruduk Kantor Kecamatan Semampir, Ada Apa?

    Ratusan PKL Sunan Ampel Geruduk Kantor Kecamatan Semampir, Ada Apa?

    Surabaya (beritajatim.com) – Ratusan PKL (Pedagang Kaki Lima) di Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel menggeruduk Kantor Kecamatan Semampir, Surabaya, Kamis (7/3/2024). Kedatangan mereka untuk memprotes upaya penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP.

    Para PKL yang berasal dari Jalan KH Mas Mansyur, Jalan Nyamplungan, dan Jalan Pegirian tersebut menolak direlokasi ke bekas RPH Babi Surabaya di Jalan Pegirian. Mereka menilai tempat tersebut tidak layak pakai dan kesulitan mendapat pelanggan.

    “Tempat yang disediakan tidak layak. Bekas kandang babi, kami sebagai muslim kan ya gimana. Di sana juga penataannya dua shift, dan kalau di dalam gedung tidak ada pembeli,” kata Saiful Ahmad, salah satu PKL.

    Badriyah, pedagang jus buah di Jalan KH Mas Mansyur, mengaku sudah mengikuti relokasi, namun lapaknya belum layak. PKL harus mengambil air dari terminal wisata yang jaraknya jauh.

    “Air dan listrik belum menyala. Untuk air, saya harus mengangkut dari musholla terminal ke RPH. Yang didata juga tidak semua, hanya beberapa,” ungkap Badriyah.

    Camat Semampir Surabaya, Yunus, mengatakan pihaknya masih menampung aspirasi PKL untuk disampaikan ke Pemkot Surabaya. Menurutnya, terjadi miskomunikasi antara PKL dan petugas.

    “Kami harus menata kota ini. Nanti kita duduk bareng mencari solusi terbaik. Wajar pedagang menolak, tapi kita harus mencari solusi yang terbaik,” tandas Yunus. [asg/but]

  • Banjir di Mojokerto Masih Rendam 4 Desa di 3 Kecamatan

    Banjir di Mojokerto Masih Rendam 4 Desa di 3 Kecamatan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Banjir di Kabupaten Mojokerto, Kamis (7/3/2024) masih merendam empat desa yang ada di tiga kecamatan. Banjir itu disebabkan tanggul di dua sungai yakni Kali Sadar dan Sungai Tambak Agung jebol.

    Salah satu warga Dusun Kedungudi, Desa Kedunggempol, mengatakan, banjir merendam rumah warga di Desa Kedunggempol sudah mulai surut. “Alhamdulilah sudah mulai surut,” tuturnya.

    Menurutnya, banjir tersebut baru pertama kali terjadi. Air pada Rabu (6/3/2024) kemarin di atas tanggul Kali Sadar. Banjir yang terjadi karena hujan terjadi dengan intensitas tinggi sehingga menyebabkan tanggul Kali Sadar jebol. Tanggul tidak kuat menampung debit air.

    “Harapannya agar banjir ini diperhatikan oleh pemerintah dan tanggul di Kali Sadar yang jebol ditinggikan. Sehingga saat hujan turun lama dan deras, air di Kali Sadar tidak meluap dan menyebabkan banjir hingga masuk ke rumah-rumah warga,” urainya.

    Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Mojokerto, Teguh Gunarko mengatakan, empat desa di tiga kecamatan yang masih terendam banjir yakni Desa Kedunggempol dan Jotangan di Kecamatan Mojosari, Desa Ngrame Kecamatan Pungging serta Desa Salen Kecamatan Bangsal.

    “Di Desa Kedung Gempol, banjir merendam 588 rumah dengan 2.388 jiwa dan 81 hektare lahan pertanian. Di Desa Jotangan, banjir merendam 330 rumah penduduk dengan jumlah warga terdampak 400 jiwa. Desa Salen, banjir merendam 95 rumah warga dengan 300 jiwa,” ungkapnya.

    Banjir di Mojokerto

    Sekdakab menjelaskan, banjir paling parah terjadi di Desa Ngrame, Kecamatan Pungging dengan ketinggian air mulai sebetis sampai pinggang orang dewasa. Di Desa Ngrame, sebanyak 500 rumah penduduk terendam banjir dengan jumlah warga terdampak 1.500 jiwa.

    “Total rumah penduduk yang terendam banjir saat ini 1.513 rumah, jumlah warga terdampak 4.588 jiwa. Banjir ini karena tanggul di dua sungai jebol, Kali Sadar dan Sungai Tambak Agung. Logistik cukup karena kita keluarkan cadangan beras kita, sebanyak 1 ton per hari,” jelasnya. [tin/suf]

  • Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Magetan (beritajatim.com) – Saluran irigasi sawah di Desa Dadi Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, Jawa Timur ambrol dan longsor pada Kamis (7/3/2024) siang. Akibatnya, belasan rumah warga di bawahnya terdampak banjir lumpur sampai masuk rumah.

    Kejadian berawal saat hujan deras sekitar satu jam mengguyur kawasan Plaosan. Tak lama kemudian, warga di sekitar mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. Tak disangka, bongkahan batu sebesar kepalan tangan mulai longsor bersama lumpur.

    Mardi, warga desa yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan,  saat kejadian dirinya tengah istirahat di rumah. Kemudian, dia mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. “Ternyata batu sama lumpur itu yang jatuh. Airnya sampai masuk ke rumah saya,” terang Mardi.

    Setelah dicek, rupanya banjir itu imbas irigasi yang berada di atas pemukiman warga ambrol. Posisi irigasi itu di ketinggian 75 meter dari kawasan permukiman warga yang padat di Dusun Kuren tersebut.

    Hari Karyono, perangkat Desa Dadi, mengatakan, imbas kejadian itu, ada 15 rumah warga yang terdampak yakni rumah kemasukan air dan lumpur. Serta, lahan sawah milik beberapa warga juga rusak karena terjangan banjir itu. Serta, beberapa pipa saluran air bersih juga terputus.

    “Saluran air ini menampung aliran air dari kawasan Jalan Tembus, dan kebetulan letak yang longsor ini agak menikung. Karena air yang datang dari atas ini besar, akhirnya berdampak ke talud irigasi, sehingga ambrol,” terang Hari.

    Dia memprediksi, akan terjadi banjir lagi jika kembali turun hujan. Medan yang sulit membuat petugas tak mudah dibuatkan tanggul dari beberapa karung pasir. Pun, pihaknya sudah melaporkan kejadian itu pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan.

    Kapolsek Plaosan AKP Joko Yuwono mengatakan, pihaknya telah menutup aliran air dari kawasan atas. Tujuannya agar tidak menggerus bagian dari irigasi. “Kami antisipasi jika sampai kembali turun hujan. Sementara hasil pemeriksaan tidak ada korban jiwa maupun korban luka,” katanya. [fiq/suf]

  • Bocah 6 Tahun Tenggelam di Sungai Kedunglarangan Bangil, Tewas

    Bocah 6 Tahun Tenggelam di Sungai Kedunglarangan Bangil, Tewas

    Pasuruan (beritajatim.com) – Muhammad Rafif Al Farizi (6), seorang bocah asal Lingkungan Cemande, Kelurahan Kersikan, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, ditemukan tewas tenggelam di Sungai Kedunglarangan, Kamis (7/3/2024) siang.

    Kapolsek Bangil, Kompol Sukiyanto, menjelaskan bahwa korban awalnya pamit kepada ibunya untuk bermain di area sungai bersama dua temannya sepulang sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. Namun, sekitar satu jam kemudian, korban ditemukan tenggelam oleh sejumlah warga.

    “Saat ditemukan, korban sudah berada di dasar sungai dengan posisi badan telungkup,” ujar Sukiyanto.

    Warga yang menemukan korban segera mengangkatnya ke permukaan dan memanggil ibu korban. Korban kemudian dibawa ke RSI Masyitoh untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun, nyawanya tidak dapat diselamatkan.

    “Saksi kemudian melaporkan peristiwa tersebut kepada Ketua RT setempat, yang kemudian diteruskan ke Polsek Bangil,” pungkas Sukiyanto. [ada/but]

  • Balap Liar Desa Gunting Pasuruan Dibubarkan Polisi

    Balap Liar Desa Gunting Pasuruan Dibubarkan Polisi

    Pasuruan (beritajatim.com) Aksi balap liar yang meresahkan warga di Jalan Desa Gunting, Sukorejo, akhirnya dibubarkan oleh Polsek Sukorejo. Sebanyak 8 unit motor berhasil diamankan dalam operasi tersebut.

    Kapolsek Sukorejo AKP Slamet Wahyudi mengatakan, pihaknya bergerak setelah menerima laporan dan pengaduan dari masyarakat. Balap liar tersebut tidak hanya mengganggu lalu lintas tetapi juga membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya.

    “Dari lokasi balap liar, kami amankan 8 unit motor, kebanyakan tanpa plat nomor,” kata Slamet Wahyudi, Kamis (7/3/24).

    Pembubaran balap liar ini dilakukan pada Rabu (6/3/24) petang. Penyitaan motor dilakukan sebagai efek jera agar tidak ada lagi kegiatan serupa yang meresahkan masyarakat.

    Slamet menambahkan, operasi pembubaran balap liar ini juga merupakan bagian dari Operasi Keselamatan Semeru 2024. Menjelang bulan Ramadhan, Polsek Sukorejo gencar melaksanakan sosialisasi cipta kondisi untuk menciptakan Kamtibmas di wilayah Kecamatan Sukorejo.

    Bagi pemilik motor yang ingin mengambil kendaraannya, dapat mendatangi Mapolsek Sukorejo dengan membawa surat-surat kendaraan lengkap. Jika motor protolan, pemilik harus membawa kelengkapannya dan memasangnya di kantor polsek.

    “Motor bisa diambil ke kantor polsek dengan membawa surat lengkap,” lanjut Slamet.

    Kapolsek berharap warga juga mendukung upaya menciptakan lingkungan yang tertib dan aman di wilayahnya masing-masing. Mengingat menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri, angka kriminalitas biasanya mengalami kenaikan. [ada/but]

  • Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang (beritajatim.com) – Bencana hadir di Jombang tanpa jeda. Belum kering banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Mojoagung, tiba-tiba tanah bergerak terjadi di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024) sekitar pukul 01.00 WIB.

    Bencana itu datang tanpa permisi. Diawali dengan guyuran hujan deras pada Selasa (5/3/2024) malam. Semakin malam hujan semakin deras, warga Kecamatan Mojoagung sudah harap-harap cemas. Karena kawasan tersebut dilintasi dua sungai, yakni Catak Banteng dan Sungai Pancir.

    Utamanya, Dusun Kebundalem Desa Kademangan yang selama bertahun-tahun menjadi langganan banjir. Benar saja, memasuki dini hari, debit air sungai meningkat. Lalu tumpah. Masuk ke jalan desa, lalu menerobos permukian warga.

    Berdasarkan catatan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang, Rabu (6/3/2024), ada lima desa di Kecamatan Mojoagung yang terendam. Yakni, Desa Kademangan setinggi 50-100 cm dan berangsur surut, Desa Janti setinggi 10-20 cm berangsur surut, Desa Betek setinggi 10-20 cm berangsur surut.

    Sedangkan banjir di Desa Mancilan dan Tanggalrejo sudah surut. Sementara di Kecamatan Sumobito, banjir terjadi Desa Madyopuro setinggi 10-30 cm, berangsur surut dan di Desa Talunkidul setinggi 30-50 cm juga berangsur surut.

    Sedangkan di Kecamatan Jombang, banjir melanda Desa Pulo Lor setinggi 20-40 cm dan Desa Sambongdukuh setinggi 20-40 cm. Hingga Kamis (7/3/2024), air surut. Genangan air pergi. Namun tidak demikian dengan Desa Kademangan.

    Air mulai surut, tiba-tiba meninggi lagi. Air sungai kembali meluap. Warga harap-harap cemas, namun tetap bertahan di rumah masing-masing. Genangan air juga masih terjadi di Dusun Balongsomo Desa Talunkidul Kecamatan Sumobito.

    Ketika di dua desa tersebut air masih menggenang. Bencana yang lain membuntuti. Yakni terjadi tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam. Bencana tanah gerak ini terjadi pada Rabu (8/3/2024) malam hingga Kamis dini hari.

    Lagi-lagi diawali dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Hal itu menyebabkan tanah yang ada di permukiman Dusun Jumok retak. Tanah tersebut terus tergerus air. Nah, hal itulah yang memicu sejumlah rumah temboknya rontok.

    Kalaksa BPBD Jombang Bambang Dwijo Pranowo mengungkapkan bahwa potensi bencana tanah gerak di dusun tersebut sudah terjadi sejak dua tahun lalu atau sekitar 2022. Permukiman warga di Dukuh Jumok dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan permukiman warga.

    Nah, malam itu bencana soalah sudah menodong nyawa. Terdengar gemuruh suara tembok runtuh. Tanah berguncang. Warga terjaga dari tidurnya. Di tengah gelapnya malam mereka menyelematkan diri. “Tidak ada korban jiwa. Saat ini mereka mengungsi di rumah kerabat terdekat,” ujar Bambang.

    Bambang menyebut terdapat 12 rumah yang rusak, sedangkan warga yang terdampak sekitar 34 orang. Semuanya selamat. “Retakan di Dusun Jumok itu sudah lama. Makanya terus kita lakukan pemantauan,” lanjutnya.

    Mitigasi Bencana

    Tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024)

    Hal serupa diungkapkan oleh Sekretaris FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Jombang Amik Purdinata. Pihaknya bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang dan Jawa Timur sudah melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut.

    Di antaranya, memberikan pelatihan tanggap bencana kepada warga. Kemudian membentuk FPRB tingkat desa yang diberi nama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat). Warga di lokasi juga sudah diberikan pelatihan tanggap bencana.

    “Semisal apa yang harus dilakukan terjadi tanah gerak. Lalu melakukan pengemasan dokumen-dokumen penting, sehingga ketika terjadi bencana dengan mudah bisa dievakuasi. FPRB di tingkat desa juga sudah terbentuk. Ini sebagai uapaya kita untuk mengurangi risiko bencana,” kata Amik.

    Selain itu, FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) alias alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. Alat yang dipasang itu akan berbunyi jika terjadi getaran pada tanah.

    Kemudian sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023 dilakukan penelitian oleh tim ahli dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya terkait munculnya retakan belasan bangunan rumah warga di Dusun Jumok.

    Jembatan Tertimbun Longsor

    Polisi memasang polisi line di jalan menuju jembatan yang tertimbun longsor, Kamis (7/3/2024)

    Bencana yang menghantam Desa Sambirejo bukan hanya tanah bergerak. Tapi juga tanah longsor. Kejadiannya hamoir bersamaan. Namun untuk tanah longsor terjadi di Dusun Banturejo Desa sambirejo.

    Jembatan yang ada di dusun tersebut tertimbun material longsor seperti rumpun bambu dan pohon besar, Kamis (7/3/2024). Kondisi itu berdampak terputusnya akses jalan. Anak-anak sekolah dan para guru harus balik kanan. Karena jalan tidak bisa dilewati. Akses tersebut menghubungan Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam dengan Desa Gelaran Kecamatan Bareng.

    “Bencana itu bermula ketika hujan deras mengguyur Wonosalam pada Rabu (6/3/2024) malam. Nah, kawasan bukit sebelah barat yang ada di lokasi ambrol hingga menutup aliran sungai. Sehingga rumpun bambu dan pohon besar menyumbat jembatan hingga ambrol,” ujar Kepala Desa Sambirejo Sungkono.

    Kemudian rumpun bambu dan sejumlah pohon juga terseret arus hingga menutup jembatan. Kepala Desa juga memastikan bahwa longsor yang menyebabkan jembatan putus tersebut tidak menyebabkan korban jiwa. Hanya memutus askes jalan karena jembatan tertimbun material longsor.

    “Kalau yang tanah bergerak itu rumah yang terdampak sekitar 11 unit. Sedangkan warga yang terdampak jumnlahnya kisaran 30 orang. Mereka mengungsi di rumah saudaranya. Kalau curah hujan masih tinggi, sangat berbahaya. Karena rumah-rumah tersebut sudah miring,” kata Sungkono. [suf]