Jenis Media: Regional

  • Gus Hans Imbau Warga Nahdliyin Tetap Fokus Masalah Keumatan di Tengah Polemik PBNU

    Gus Hans Imbau Warga Nahdliyin Tetap Fokus Masalah Keumatan di Tengah Polemik PBNU

    Jombang (beritajatim.com) – Dalam situasi yang memanas terkait polemik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans, pengasuh asrama Queen Al-Azhar Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) Peterongan, Jombang, Jawa Timur, memberikan imbauan kepada warga Nahdliyin agar tetap fokus pada masalah keumatan.

    Begitu juga kalangan pesantren, agar tetap mengedepankan fokus pada aspek kepesantrenan. Imbauan ini disampaikan menyusul peristiwa yang terjadi di PBNU, di mana jajaran Syuriah PBNU memutuskan untuk memecat Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

    Keputusan tersebut tertuang dalam surat edaran PBNU yang diterbitkan setelah rapat harian Syuriyah PBNU pada Selasa, 25 November 2025. Surat tersebut ditandatangani oleh Wakil Rais Aam PBNU Afifuddin Muhajir dan Katib Ahmad Tajul Mafakhir. Meskipun keputusan itu telah diterbitkan, Gus Yahya tetap teguh pada posisinya sebagai Ketua Umum PBNU.

    “Tidak perlu melihat atau mengurusi gerakan-gerakan di tataran elit (PBNU). Toh, apa yang mereka lakukan selama ini yang merasakan juga para elit itu sendiri,” ujar Gus Hans yang juga Sekjen Gerakan Nasional (Gernas) Ayo Mondok, Kamis (27/11/2025).

    Dalam kesempatan itu, Gus Hans kembali menekankan pentingnya bagi warga Nahdliyin untuk mengalihkan perhatian mereka dari konflik internal yang sedang berlangsung di tubuh PBNU. Ia meminta agar fokus kembali diarahkan pada program-program nyata yang memiliki manfaat bagi umat dan masyarakat luas. “Tidak terbawa dalam konflik internal,” tambahnya.

    Lebih jauh lagi, Gus Hans memprediksi bahwa polemik yang terjadi di PBNU tidak akan memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan warga Nahdliyin di akar rumput. Menurutnya, permasalahan yang muncul di tingkat elit PBNU tidak akan memengaruhi kehidupan ritual dan kegiatan sehari-hari warga Nahdlatul Ulama yang ada di bawah.

    “Kegaduhan, turbulensi, yang ada di PBNU adalah masalah-masalah elit yang tidak berdampak kepada kehidupan ritual bagi warga Nahdlatul Ulama yang ada di bawah,” ungkapnya.

    Sebagai putra dari KH As’ad Umar, tokoh ulama terkemuka asal Jombang, Gus Hans memandang bahwa fokus utama warga NU harus kembali pada misi-misi sosial dan keagamaan yang telah menjadi ciri khas organisasi ini.

    Ia menegaskan, polemik internal ini hanya akan membuang energi yang tidak perlu dan mengalihkan perhatian dari peran NU sebagai pendorong perubahan positif bagi umat. [suf]

  • Sempat Dilaporkan Hilang, Gadis Asal Magetan Muncul Mengaku Korban Kekerasan Seksual

    Sempat Dilaporkan Hilang, Gadis Asal Magetan Muncul Mengaku Korban Kekerasan Seksual

    Magetan (beritajatim.com) – Seorang gadis asal Kabupaten Magetan berinisial L (18) sempat dikabarkan hilang pada 20 November 2025 lalu. Namun, pada Rabu (26/11/2025), L muncul dalam akun media sosial, dan dia mengunggah rekaman video berdurasi 3 menit 58 detik berisi klarifikasi soal laporan orang hilang oleh DN, seseorang yang sempat tinggal serumah dengannya.

    Dalam video itu, L juga menerangkan jika dirinya merupakan korban kekerasan seksual dan perdagangan seksual, Dalam pernyataan yang dibagikan melalui akun media sosialnya, L mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada masyarakat yang telah peduli dan memberikan dukungan.

    L menjelaskan bahwa ia mengalami kekerasan seksual dan perdagangan seksual saat berusia 15 tahun oleh DN. Ia tidak memiliki tempat untuk meminta bantuan dan tidak ada yang mendukungnya untuk melaporkannya.

    “Terima kasih atas bantuannya dari salah satu dosen Universitas *** (menyebutkan nama salah satu universitas di Jawa Timur) ,” katanya.

    L juga mengungkapkan bahwa ia mengalami kekerasan fisik dan mental dari DN, yang membuatnya merasa tidak aman dan terpaksa meninggalkan rumah. Ia juga dipaksa meninggalkan perangkat pribadinya dan dilarang membawanya.

    DN juga dilaporkan telah mencemarkan nama baik dosen yang menolongnya dan keluarganya di tempat kerjanya.

    L telah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib dan didampingi oleh penasihat hukumnya.

    “Mohon doa dan support-nya saja ya,” kata Laila Jan.

    Kasus ini masih dalam penanganan pihak berwajib dan L berharap agar masyarakat dapat memberikan dukungan dan doa untuknya. [fiq/ian]

  • Keracunan MBG di Kedunggalar Ngawi Terus Bertambah, Total 79 Siswa

    Keracunan MBG di Kedunggalar Ngawi Terus Bertambah, Total 79 Siswa

    Ngawi (beritajatim.com) – Jumlah korban dugaan keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Ngawi terus bertambah. Hingga Rabu (26/11/2025), total korban mencapai 79 siswa, melonjak dari sebelumnya 46 anak yang sempat menjalani perawatan di puskesmas terdekat.

    Korban berasal dari empat sekolah, tiga di antaranya sekolah dasar—SDN Gemarang 5, SDN Jenggrik 2, dan SDN Jenggrik 6—serta SMPN 2 Kedunggalar. Sejumlah siswa masih mendapatkan penanganan medis di Puskesmas Gemarang, sementara sebagian lainnya diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.

    Para siswa mengalami gejala keracunan setelah menyantap lauk telur puyuh dari paket MBG yang disediakan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar. Telur puyuh tersebut diduga telah basi. Petugas kesehatan telah mengamankan sampel makanan, termasuk telur puyuh, untuk diuji laboratorium.

    Keterangan pihak SPPG memunculkan tanda tanya besar terkait standar pengelolaan makanan. Telur puyuh dimasak sejak pukul 02.00 WIB dini hari, namun baru dibagikan sekitar pukul 09.00 WIB pagi. Rentang waktu panjang itulah yang diduga memicu makanan rusak sebelum dikonsumsi siswa.

    Di sisi lain, kemarahan orang tua meledak. Mereka mendesak program MBG dihentikan sementara, mengingat kasus keracunan siswa bukan kali pertama terjadi.

    “Tolong program ini dihentikan biar tidak jadi begini. Besok anak saya tidak boleh makan MBG. Kalau yang lain terserah,” kata Muntiani, salah satu orang tua siswa.

    Pihak SPPG mengklaim selama ini tidak pernah ada masalah dan baru kali ini insiden terjadi.

    “Kami sudah delapan kali ini tidak ada masalah dan baru hari ini. Makanya kita akan melakukan perbaikan sambil menunggu hasil lab,” kata Agus Wijayanto, Kepala SPPG Desa Kawu.

    Sementara itu, Dinas Kesehatan Ngawi memastikan penanganan terhadap seluruh korban dan mengonfirmasi jumlah siswa terdampak.

    “Kita melakukan penanganan terhadap korban. Kita ambil sampel untuk uji lab. Ada 79 orang siswa dari tiga sekolah dasar dan SMP,” kata Heri Nur Fahrudin, Kepala Dinas Kesehatan Ngawi.

    Hingga sore hari, puluhan siswa masih menjalani perawatan di puskesmas. Diketahui dapur SPPG Desa Kawu selama ini memasok makanan MBG untuk 2.139 siswa di 35 SD dan SMP wilayah Kecamatan Kedunggalar sejak Senin (17/11/2025).

    Kasus ini kembali menyorot lemahnya pengawasan pangan dalam program makan bergizi gratis, terutama terkait standar kebersihan, pengolahan, serta waktu distribusi makanan. Pemeriksaan laboratorium kini dinantikan untuk memastikan langkah lanjutan, termasuk kemungkinan penghentian sementara program menuju evaluasi menyeluruh. [fiq/but]

     

  • Aliansi BEM Madiun Gelar Aksi Damai di Alun-Alun, Soroti KUHAP Baru dan Ruang Demokrasi

    Aliansi BEM Madiun Gelar Aksi Damai di Alun-Alun, Soroti KUHAP Baru dan Ruang Demokrasi

    Kota Madiun (beritajatim.com) – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Madiun dari Universitas Muhammadiyah Madiun, Universitas Merdeka Madiun, dan STIKES Bhakti Husada menggelar aksi unjuk rasa menolak apa yang mereka sebut sebagai supremasi polisi serta menolak pemberlakuan KUHAP baru. Aksi berlangsung di bawah Patung Kolonel Mahardi, Alun-alun Kota Madiun, Selasa (26/11/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.

    Koordinator Lapangan aksi, Maikel Jeksen dari Universitas Muhammadiyah Madiun, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil konsolidasi aliansi dalam menyikapi pemberlakuan KUHAP baru yang akan mulai diterapkan Januari mendatang.

    “Aksi ini wujud penolakan kami terhadap KUHAP yang baru karena ada banyak pasal bermasalah dan multitafsir. Kurang lebih ada lima pasal yang harus dicabut atau direvisi,” kata Maikel. Ia menyebut lokasi Alun-alun dipilih karena berada di pusat keramaian sehingga mahasiswa dapat sekaligus menyampaikan edukasi kepada masyarakat.

    Terkait langkah selanjutnya, Maikel menyebut aliansi akan mengkonsolidasikan kembali gerakan serta mempertimbangkan audiensi dengan DPRD.
    “Aksi hari ini belum cukup. Kami akan terus mengawal KUHAP baru ini sampai tuntutan kami benar-benar diperhatikan,” tegasnya.

    Pernyataan Sikap Aliansi BEM Madiun

    Menolak pemberlakuan KUHAP baru yang dinilai melemahkan hak konstitusional warga negara.
    Mendesak DPR RI melakukan revisi komprehensif secara transparan dan partisipatif.
    Meminta pemerintah menghentikan upaya pembungkaman demokrasi.
    Menegaskan bahwa hukum harus menempatkan rakyat sebagai subjek utama.
    Mengajak mahasiswa, masyarakat sipil, dan akademisi untuk mengawasi dan melawan regulasi yang merugikan publik.

    Tuntutan Aksi

    Mencabut dan meninjau ulang KUHAP baru yang mengandung pasal-pasal bermasalah.
    Menghentikan praktik kriminalisasi berbasis aturan multitafsir.
    Membuka kembali ruang partisipasi publik dalam pembahasan revisi KUHAP.
    Memastikan seluruh regulasi selaras dengan UUD 1945 dan prinsip HAM.
    Menegakkan prinsip negara hukum yang demokratis, bukan otoritarian.

    Sementara itu, pihak kepolisian memastikan pengamanan berlangsung humanis. Wakapolresta Madiun, Kompol I Gusti Agung Ananta Pratama, mengatakan bahwa Polri menerjunkan sekitar 67 personel untuk menjaga situasi tetap kondusif selama aksi.

    “Kami memberikan pelayanan yang humanis kepada adik-adik BEM yang menyampaikan pendapat di Alun-Alun Kota Madiun. Intinya mereka harus merasa aman,” ujar Kompol I Gusti Ananta.

    Ia menegaskan seluruh rangkaian aksi berjalan aman dan lancar.
    “Alhamdulillah situasi kondusif. Kami bersama masyarakat ingin Kota Madiun selalu tertib dan aman,” tambahnya.

    Aksi mahasiswa berlangsung damai hingga para peserta membubarkan diri dengan tertib menjelang sore hari. (rbr/ian)

  • Terekam CCTV, 2 Pria di Mojokerto Dikeroyok Empat Orang Tak Dikenal Usai Beli Kopi

    Terekam CCTV, 2 Pria di Mojokerto Dikeroyok Empat Orang Tak Dikenal Usai Beli Kopi

    Mojokerto (Beritajatim.com) – Seorang pria di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto menjadi korban pengeroyokan oleh empat orang tak dikenal usai beli kopi di sebuah angkringan, Rabu (19/11/2025) pekan lalu. Aksi brutal tersebut terekam kamera CCTV dan kini tengah ditangani Polres Mojokerto.

    Korban diketahui atas nama Muhammad Anugra Dwi warga Dusun Menanggal, RT 09/RW 03, Kecamatan Mojosari. Saat kejadian, ia bersama seorang temannya baru saja membeli kopi bungkus di salah satu angkringan depan Stadion Gajah Mada Mojosari dan hendak pulang menuju rumah.

    Namun setibanya di depan Warung Bakso Besar Menanggal, keduanya tiba-tiba dipepet dua sepeda motor berboncengan, total empat orang. Tanpa sebab yang jelas, para pelaku langsung menghentikan laju sepeda motor korban dan memukuli kedua korban sembari mempertanyakan perlakuan korban terhadap pelaku.

    “Salah satu pelaku bilang, ‘lapo kon nang angkringan maeng plorak-plorok?’. Suami saya dan temannya yang tidak tahu maksudnya langsung berhenti. Belum sempat menjawab, suami saya dan temannya langsung dihajar oleh para pelaku,” ungkap istri korban, Rabu (26/11/2025).

    Korban mengaku tidak sempat turun dari motor dan hanya bisa melindungi diri serta barang-barang berharganya. Akibat pukulan bertubi-tubi, wajah dan kepala Anugra mengalami memar hingga berdarah, sementara dadanya terasa sesak. Temannya juga mengalami memar di beberapa bagian tubuh.

    “Sejumlah warga sekitar sempat mencoba melerai tapi para pelaku berhasil kabur begitu saja. Temannya suami saya sudah bilang ‘tolong sampean tahan pak, tak telepon polres’, tapi pelaku dibiarkan pergi. Usai kejadian, suami saya dan temannya langsung membuat laporan resmi ke Polres Mojokerto dan menjalani visum,” katanya.

    Bahkan, petugas mengantar korban ke lokasi kejadian untuk melakukan penyisiran di sekitar angkringan Stadion Gajah Mada. Warga sekitar mengaku tidak mengenali para pelaku. Rekaman CCTV yang merekam aksi pengeroyokan tersebut telah diserahkan kepada polisi sebagai barang bukti.

    “Kami berharap pelaku segera tertangkap, karena ini kejadian tanpa alasan yang jelas. Suami saya hanya beli kopi dan langsung diserang,” tegasnya

    Hingga berita ini diturunkan, Polres Mojokerto masih melakukan pendalaman untuk mengungkap identitas para pelaku. [tin/ian]

  • Germany Brilliant Bantu Perlengkapan "Sanitary" untuk Masjid Agung Cirebon
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        26 November 2025

    Germany Brilliant Bantu Perlengkapan "Sanitary" untuk Masjid Agung Cirebon Bandung 26 November 2025

    Germany Brilliant Bantu Perlengkapan “Sanitary” untuk Masjid Agung Cirebon
    Editor
    CIREBON, KOMPAS.com
    – Germany Brilliant (GB), produsen perlengkapan kamar mandi dan dapur di Indonesia, menyerahkan bantuan perlengkapan
    sanitary
    untuk Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon pada 20 November 2025. Bantuan diterima langsung oleh Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin.
    Sultan Sepuh mengatakan
    Masjid Agung Sang Cipta Rasa
    merupakan titik awal sejarah
    Cirebon
    .
    “Sebelumnya saya sudah mendengar bahwa program ini digalakkan oleh GB dari masjid ke masjid. Alhamdulillah masjid ini termasuk dalam salah satu program GB,” ujar dalam siaran pers, Rabu (26/11/2025).
    Dia berharap bantuan tersebut dapat meningkatkan kenyamanan jamaah. “Mudah-mudahan kontribusi dari GB bisa bermanfaat untuk masjid ini dan orang yang beribadah semakin nyaman karena fasilitas seperti keran air, toiletnya dan lain-lain bagus. Tentu kami haturkan rasa terima kasih kepada GB. Mudah-mudahan program ini dapat dilanjutkan di kemudian hari,” kata Sultan Sepuh.
    General Manager GB, Yapto Wijaya, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR). Ia menyebut GB menekankan dukungan bagi rumah-rumah ibadah lintas agama.
    “Suatu kehormatan bagi GB bisa ke masjid yang berusia lebih dari lima ratus tahun dan kami juga mendapatkan sambutan dan tangan terbuka dari Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin. Sebelumnya kami sudah melakukan hal yang sama di beberapa masjid seperti Masjid Atta’awun Puncak Bogor, Masjid Nurul Musthofa Depok, dan rumah ibadah lainnya seperti Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi, gereja, rumah panti jompo dan lain-lain,” ujar Yapto.
    Yapto menambahkan
    Masjid Agung Cirebon
    dipilih karena menjadi tujuan
    wisata religi
    dan berlokasi dekat Jakarta.
    “Hari ini kami mengganti semua keran wudhu sebanyak 80 buah yang sudah tidak layak pakai agar tidak ada air yang menetes. Kami juga mengganti kloset lama dengan kloset duduk. Semua pengerjaannya hanya memakan waktu satu sampai dua hari,” katanya.
    Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Cirebon yang dibangun pada masa Sunan Gunung Jati pada 1498 M. Masjid ini berada di kompleks
    Keraton Kasepuhan
    Cirebon dan dikenal sebagai masjid tertua di Cirebon.
    Juru Pelihara Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Barat dan pengurus masjid, Moh Ismail, menyampaikan terima kasih atas bantuan tersebut. Ia menyebut program CSR seperti ini baru pertama dilakukan untuk perbaikan sanitary.
    “Selama ini kami memang tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah karena kesulitan administrasi. Jadi semua masjid harus terdaftar dalam SIMAS yang dibuat Kementerian Agama. Data yang dibutuhkan sebagian ada di keraton dan belum kami pegang,” ujar Ismail.
    Ismail menambahkan bagian atap masjid utama mengalami kebocoran dan sulit diperbaiki karena bangunan berstatus situs budaya.
    “Kami berharap Dinas Kebudayaan bisa membantu perbaikan atap masjid,” katanya.
    Pelantun shalawat, Syekh Nabil bin Sa’ad Sumair, turut hadir dan mengapresiasi kegiatan tersebut. “Saya melihat masjid ini sungguh luar biasa. Insya Allah Allah SWT terus mengokohkan masjid ini dan kegiatan-kegiatan di sini mudah-mudahan terus menebar manfaat,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Usai Dikritik Saat Paripurna, Waka III DPRD Batam Mundur
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        26 November 2025

    Usai Dikritik Saat Paripurna, Waka III DPRD Batam Mundur Regional 26 November 2025

    Usai Dikritik Saat Paripurna, Waka III DPRD Batam Mundur
    Tim Redaksi
    BATAM, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua III DPRD Kota Batam, Kepulauan Riau, resmi mengundurkan diri dari jabatannya setelah mendapat kritik dari sejumlah anggota DPRD Batam atas ketidakhadirannya dalam rapat paripurna, Rabu (12/11/2025).
    Ketua DPD
    Golkar

    Batam
    , Yunus Muda, membenarkan pengunduran diri Hendra Asman saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (26/11/2025) malam. Ia menyebut hal itu turut menjadi pembahasan utama dalam pleno Partai Golkar di Golden Prawn, Senin (24/11/2025).
    “Beliau telah mengantarkan surat penguduran diri dari jabatannya sebagai Wakil Ketua
    DPRD Batam
    . Kemarin kami dari Golkar melakukan pleno karena ada aksi dan dinamika internal, maka posisi pimpinan DPRD dari Fraksi Golkar harus segera diisi,” jelasnya.
    Yunus menyampaikan, alasan pengunduran diri itu disampaikan dalam pleno karena kondisi kesehatan yang tengah dialami Hendra Asman. Kondisi tersebut dinilai menghambat kehadirannya dalam menjalankan fungsi sebagai anggota DPRD Batam.
    “Hendra Asman mengundurkan diri murni karena alasan kesehatan dan telah meminta tetap mengabdi sebagai anggota Komisi II,” ujarnya.
    Dalam pleno itu, nama Yunus Muda diusulkan sebagai calon PAW Wakil Ketua III DPRD Batam. Pengusulan dilakukan berdasarkan posisinya sebagai Ketua DPD II Golkar Batam dan peraih suara terbanyak kedua.
    Langkah itu disebut sebagai bagian dari strategi regenerasi kepemimpinan agar struktur partai di legislatif tetap selaras dengan organisasi.
    “Setelah pleno, surat akan diteruskan ke DPD I Golkar Kepri, lalu ke DPP. Kami mengikuti seluruh proses sesuai mekanisme. Jika sudah disetujui pusat, barulah dilakukan penyesuaian AKD di DPRD,” kata Yunus.
    Sebelumnya, polemik internal mencuat dalam rapat
    paripurna
    DPRD Batam, Rabu (12/11/2025). Rapat yang mengagendakan laporan dan pengambilan keputusan Rancangan APBD 2026 itu sempat tertunda. Sejumlah anggota fraksi Gerindra dan Nasdem mengkritik ketidakhadiran Wakil Ketua III dari Fraksi Golkar, yang disebut sudah berulang kali terjadi. Kritik serupa ikut disampaikan fraksi lain.
    Menanggapi hal itu, Ketua Badan Kehormatan DPRD Batam, Muhammad Fadil, menyebut pihaknya akan menindaklanjuti persoalan tersebut. Ia mengatakan Hendra tengah menjalani masa pengobatan.
    “Ketua III sedang tidak sehat, tapi untuk melaksanakan fungsi dan laporan dari anggota DPRD lain. Kami perlu melakukan evaluasi dan diskusi untuk mencari solusi atas hal ini,” jelasnya.
    Hendra Asman yang berhasil dihubungi menjelaskan bahwa ketidakhadirannya sebagai Wakil Ketua III DPRD Batam disebabkan kondisi kesehatan yang menurun karena tengah menjalani pengobatan kanker usus stadium empat.
    Walau demikian, ia menegaskan masih menjalankan sebagian tugasnya meski terbatas.
    “Saya pada prinsipnya kondisi badan tidak baik-baik saja, tapi saya bukan berhalangan tetap. Di beberapa momen saya masih hadir di paripurna dan acara dewan, hanya memang tidak sepenuhnya seperti dulu karena saya disarankan dokter,” ujarnya.
    Hendra mengatakan telah menyampaikan laporan resmi mengenai kondisinya kepada Fraksi Golkar, Sekretariat DPRD Batam, dan Badan Kehormatan. Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap kritik dari sesama anggota dewan.
    “Pada prinsipnya saya menghargai apa yang menjadi aspirasi kawan-kawan. Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Masalah sakit juga tidak ada yang mau menerimanya, tapi itu karena memang cobaan dari Tuhan,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bupati Pamekasan Kholilurrahman Berlakukan Aturan Jam Malam, Batasi Anak di Luar Rumah Kecuali Kondisi Darurat
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        26 November 2025

    Bupati Pamekasan Kholilurrahman Berlakukan Aturan Jam Malam, Batasi Anak di Luar Rumah Kecuali Kondisi Darurat Surabaya 26 November 2025

    Bupati Pamekasan Kholilurrahman Berlakukan Aturan Jam Malam, Batasi Anak di Luar Rumah Kecuali Kondisi Darurat
    Tim Redaksi
    PAMEKASAN, KOMPAS.com
    – Bupati Pamekasan Kholilurrahman resmi memberlakukan jam malam terhadap anak pada malam hari, Rabu (26/11/2025).
    Pemberlakukan jam malam berlaku sejak dikeluarkannya surat edaran nomor 300/XXX/432.305/2025.
    Edaran tersebut disebar melalui sejumlah instansi pemerintah tingkat kabupaten hingga pemerintah tingkat desa dan kelurahan.
    Anak dilarang berada di luar rumah sejak pukul 22.00 hingga pukul 04.00 pagi. Kecuali sedang dalam kondisi darurat bencana, sepengetahuan orang tua ataupun sedang dalam mengikuti kegiatan keagamaan.
    “Boleh di luar rumah juga kalau sedang mengikuti kegiatan sekolah atas sepengetahuan orang tua,” ucap
    Kholilurrahman
    .
    Dia menjelaskan, pemberlakuan jam malam berdasarkan Surat edaran bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia dan Menteri Agama RI nomor 1 tahun 2025, Nomor 800.82.1/225/SJ, Nomor 1 tahun 2025 tanggal 16 Januari 2025.
    “Perlu diberlakukan jam malam sesuai surat edaran bersama dua menteri sehingga kami menerapkan jam malam untuk anak pada malam hari,” katanya.
    Bupati dua periode tersebut mengatakan, selama pemberlakuan
    jam malam anak
    dilarang beraktivitas di luar rumah dan dilarang berkumpul di tempat umum tanpa pengawasan orang tua.
    Termasuk melarang anak berkumpul dengan komunitas yang mengarah pada tindakan kriminalitas, kenakalan remaja, pergaulan bebas, minuman keras hingga narkotika.
    “Bagi yang melanggar ketentuan kami akan lakukan pembinaan kepada anak dan orang tua,” ucapnya.
    Pihaknya mengajak para orang tua bersama-sama melakukan pengawasan terhadap anak. Termasuk menertibkan anak tidak keluar rumah saat malam hari.
    Selain itu, pihaknya mengajak masyarakat kembali mengaktifkan sistem keamanan lingkungan (Siskamling) dengan fokus untuk perlindungan anak.
    “Mari kita jaga bersama-sama hak-hak anak. Dan memberlakukan jam anak demi masa depan mereka,” katanya.
    Jumadi (45) warga Pamekasan mengaku mendukung adanya pemberlakuan jam malam pada anak sehingga hal-hal negatif pada pergaulan anak bisa dihindari.
    “Kami sangat mendukung edaran
    Bupati Pamekasan
    Kholilurrahman. Dengan begini akan meminimalisir terjadinya tawuran yang pernah terjadi di Pamekasan,” imbuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pelajaran Hidup Sriati, 31 Tahun Mengabdi sebagai Guru SLB di Surabaya
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        26 November 2025

    Pelajaran Hidup Sriati, 31 Tahun Mengabdi sebagai Guru SLB di Surabaya Surabaya 26 November 2025

    Pelajaran Hidup Sriati, 31 Tahun Mengabdi sebagai Guru SLB di Surabaya
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Sudah 31 tahun lamanya, Sriati (54) mengabdi sebagai guru bagi anak-anak disabilitas di salah satu sekolah luar biasa (SLB) di Surabaya, Jawa Timur.
    Sriati
    , berpakaian serba hitam nampak akrab berbincang riang dengan mantan muridnya saat bertemu di Job Fair Disabilitas Pemkot Surabaya, Rabu (26/11/2025).
    Jari-jemari dan telapak tangannya memutar berulang menggerakkan abjad demi abjad dalam bahasa isyarat. Sudah puluhan tahun ia menjadi guru SLB Tunarungu dan juru bahasa isyarat.
    “Saya senang ketemu banyak murid saya di sini. Mereka sudah besar-besar, dulu sama saya sejak kecil,” kata Sriati kepada Kompas.com dengan antusias.
    Menjadi seorang guru SLB bukanlah cita-cita yang ia idamkan sejak remaja.
    “Saya dulu penginnya jadi perawat, sekolah jurusan Biologi tapi kata keluarga terlalu tinggi (perawat), guru saja,” jawabnya singkat.
    Ia pun kuliah D2 dengan jurusan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) dan melamar di SLB Karya Mulia.
    Namun, suasana berbeda dirasakan oleh Sriati hingga membuatnya ingin menyelam lebih dalam.
    Sekolah luar biasa berhasil membuatnya penasaran. Lalu berkuliah kembali dengan jurusan Tunarungu untuk bisa mengajar di SLB.
    “Karena di kampungku ada anak tunarungu, terus saya ngambil jurusan tunarungu,” imbuhnya.
    Tak mudah bagi Sriati selama puluhan tahun merawat, mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada tunarungu.
    Ia harus memahami berbagai jenis komunikasi yang dimiliki setiap disabilitas tunarungu.
    “Anak-anak miskin kosakata. Jadi banyak yang harus dipelajari, face card, video pembelajaran, gambar-gambar, terus benda asli,” terangnya.
    Banyak momen kesedihan dan kesenangan yang ia rasakan. Namun, satu momen yang membuatnya tak pernah lupa ketika mengantarkan anak didiknya lomba di sekolah reguler mendapat perlakuan diskriminatif.
    “Dulu ada lomba cheerleader SLB di salah satu sekolah. Terus murid lain bilang ‘itu dance apa senam?’,” terang Sriati.
    Perkataan tersebut membuatnya terluka. Ia pun menegur beberapa siswa tersebut untuk menghargai semua ciptaan Tuhan, bagaimanapun bentuknya.
    “Mereka tuh sama-sama punya hak seperti kalian. Itu momen yang paling tidak bisa saya lupakan selama saya ngajar,” tuturnya.
    Namun, setiap kali melihat semangat dari anak didiknya, bukanlah raut wajah kasihan atau kesedihan yang ia ungkapkan, melainkan kebanggaan.
    Perempuan asal Jombang tersebut, menemukan keistimewaan pada anak-anak didiknya.
    “Mereka itu selalu pengin mandiri. Saya pengin banyak perusahaan yang inklusif terbuka untuk para disabilitas. Saya senang sekali kalau mereka lulus dari sekolah kemudian mendapat pekerjaan seperti anak reguler,” ungkapnya.
    Ada pelajaran hidup yang selalu ia pegang ketika melihat sorot mata anak didiknya.
    Sriati selalu merasa tidak pernah kekurangan dalam hal materi dan ia bersyukur kini berstatus sebagai aparatur sipil negara (ASN).
    “Pelajaran yang tidak tertandingi, karena selalu diberi kesehatan selalu diberi rezeki. Saya merasa segalanya selalu dimudahkan. Saya seorang anak petani dan kini bisa bekerja seperti sekarang, alhamdulillah banget,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Begini Cara Kampus di Jember Perangi Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi, Dosen Pun Jadi Sasaran
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        26 November 2025

    Begini Cara Kampus di Jember Perangi Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi, Dosen Pun Jadi Sasaran Surabaya 26 November 2025

    Begini Cara Kampus di Jember Perangi Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi, Dosen Pun Jadi Sasaran
    Tim Redaksi
    JEMBER, KOMPAS.com
    – Potensi dosen menjadi pelaku kekerasan seksual (KS) dengan posisi kuasa yang kuat membuat kampus-kampus di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menciptakan lingkungan aman.
    Universitas PGRI Argopuro (Unipar) Jember menjadi salah satu kampus yang secara terbuka mengakui rekam jejak kelam masa lalu ketika masih bernama IKIP PGRI Jember.
    Kampus swasta tersebut lantas berupaya keras memperbaiki budaya lama melalui
    sosialisasi pencegahan

    kekerasan seksual
    yang menyasar seluruh unsur civitas akademika, tak hanya mahasiswa tapi juga pimpinan hingga dosen.
    Banyak perilaku kekerasan yang dinormalisasi bahkan tak dianggap sebagai KS, menunjukkan bahwa pemahaman terhadap bentuk-bentuk KS masih minim.
    Ketua Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) Unipar, Fanatus Syamsiyah, mengatakan bahwa pengakuan atas masa lalu ini bukan untuk membuka luka lama.
    Hal tersebut menjadi pengingat penting mengapa pencegahan harus menyeluruh dan tidak berhenti pada mahasiswa.
    “Banyak orang menganggap cat calling atau menjawil tubuh mahasiswa itu bukan kekerasan, padahal itu jelas bentuk kekerasan,” tegasnya, Rabu (26/11/2025).
    Dikatakan, baru tahun ini pimpinan yayasan, rektorat, para dekan, kaprodi, seluruh dosen, serta tenaga kependidikan mendapatkan pelatihan langsung soal KS di lingkungan kampus.
    Fana menegaskan bahwa pencegahan tidak akan efektif jika hanya membidik mahasiswa, sebab struktur relasi kuasa di kampus membuat dosen dan pimpinan justru memiliki potensi lebih besar menjadi pelaku.
    “Pimpinan dan dosen harus menjadi teladan, karena apa yang dilihat mahasiswa jauh lebih berdampak daripada teori,” ujarnya.
    Ia menambahkan, masih banyak tindakan kekerasan yang dianggap wajar karena telah dinormalisasi sejak lama di lingkungan sosial maupun akademik.
    Karena itu, menurutnya, seluruh civitas akademika wajib paham bentuk-bentuk kekerasan agar tidak ada lagi pembenaran atau dalih ketidaktahuan.
    “Dengan sosialisasi ini, tidak ada lagi alasan tidak tahu,” kata Fanatus.
    Dalam penanganan kasus, Unipar mengacu pada Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024 yang memungkinkan penerapan sanksi mulai dari teguran tertulis hingga pencopotan jabatan struktural, jika direkomendasikan oleh Satgas.
    “Sebagus apa pun Satgasnya kalau tidak didukung keberpihakan pimpinan, sama saja percuma,” ucapnya.
    Di luar sistem internal, Unipar juga menggandeng Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember serta LBH Jentera Perempuan Indonesia untuk pendampingan korban.
    Kolaborasi ini memastikan korban dapat memilih jalur nonlitigasi maupun litigasi.
    “Kami memastikan korban mendapatkan pendampingan sesuai keinginannya,” tutur Fana.
    Sementara itu, dosen Prodi PAUD Unipar, Hendri Siswono, mengakui baru pertama kali mendapatkan pelatihan tentang KS.
    Menurutnya, sosialisasi yang didapatkan membuka mata banyak dosen bahwa KS tidak selalu berbentuk kontak fisik, tetapi bisa juga melalui relasi kuasa, ancaman, hingga media sosial.
    “Dengan sosialisasi ini kami jadi tahu apa saja yang termasuk kekerasan dan bagaimana menyikapinya,” kata Hendri.
    Ia juga mengakui bahwa pengetahuannya tentang kekerasan nonfisik selama ini sangat terbatas.
    “Cat calling itu apa, saya belum tahu,” ungkapnya.
    Hendri menilai diseminasi informasi kepada dosen sangat penting karena dosen berinteraksi intens setiap hari dengan mahasiswa dan berpotensi menjadi pihak yang tidak hanya mencegah tetapi juga tanpa disadari jadi pelaku.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.