Jenis Media: Regional

  • Buku Agenda Ramadan, Nostalgia ‘Catatan Dosa’ Anak 90-an

    Buku Agenda Ramadan, Nostalgia ‘Catatan Dosa’ Anak 90-an

    Liputan6.com, Jakarta – Bagi anak 90an, Ramadan bukan cuma puasa. Banyak aktivitas seru yang biasa dilakukan, mulai dari sehabis sahur sampai bertemu sahur kembali. Apalagi di penghujung 90an, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur pernah menerapkan kebijakan libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadan. Meski tujuannya memberikan kesempatan bagi siswa dan guru untuk lebih fokus beribadah, namun pada kenyataannya banyak waktu kosong bagi anak-anak untuk lebih banyak bermain, terlebih kala itu sebaran internet belum massif dan ponsel pintar belum banyak seperti sekarang ini.

    Sehabis sahur dan salat subuh dipakai untuk pergi ke jalan raya bermain petasan. Saat itu petasan masih seperti kacang goreng, dijual bebas dengan beragam ukuran dan manuver. sebagian yang lain menutup jalur lambat untuk bermain bola dengan gawang ala kadarnya. Saat matahari muncul dan jalan raya mulai ramai kendaraan, kelompok-kelompok anak 90an itu satu per satu kembali ke dalam perumahan mereka. Bukan untuk pulang, tapi untuk melanjutkan main menghabiskan waktu. Biasanya berkumpul di suatu tempat atau rumah di antara mereka yang dijadikan semacam ‘basecamp’. Main monopoli, karambol, atau video game, sampai matahari mulai meninggi yang menandakan mereka harus pulang ke rumah masing-masing.

    Menjelang magrib, aktivitas ngabuburit tak kalah seru. Dengan bersepeda motor mereka keliling kompleks perumahan, sekadar menghabiskan waktu sambil mencari takjil. Kemudian setelah tarawih, perang sarung telah menjadi tradisi. Tidak ada yang ‘baper’, semua bermain sesuai dengan porsinya, sehingga ‘perang’ yang dimaksud hanya sebatas keseruan saja, bukan untuk saling takluk dan melukai. Menjelang sahur, mengarak beduk keliling kampung membangunkan orang-orang menjadi aktivitas yang tidak boleh dilewatkan.

    Lambat laun, beragam aktivitas seru itu mulai jarang dilakukan bahkan mungkin beberapa di antaranya sekarang telah punah, karena sudah tidak ada lagi yang melakukannya. Atau bahkan sudah bertransformasi ke arah negatif, sehingga dikenakan sanksi jika masih ada yang melakukannya. Perang sarung misalnya, jika dahulu dilakukan hanya untuk keseruan, saat ini sudah menjelma menjadi tindakan kriminal yang bisa memicu perang antarkampung.

    Di antara begitu banyak nostalgia aktivitas seru selama Ramadan anak 90an, ada satu yang paling monumental dan sulit untuk dilupakan: buku agenda Ramadan. Buku berisi panduan aktivitas selama bulan puasa itu sudah menjadi momok bagi anak-anak 90an, menjadi ‘catatan dosa’ apakah selama bulan puasa kita sudah menjalankan ibadah dengan baik dan benar.

    “Yang paling PR tuh nyatet isi ceramah salat Tarawih, terus minta tanda tangan ustaznya kan, jadi kita nungguin tuh sampai salat bener-bener selesai sambil bawa-bawa buku itu (agenda Ramadan) sama pulpen. Kocak sih kalau diinget-inget lagi,” kata Ibrahim, anak milenial menceritakan pengalaman menjalankan Ramadan di tahun 90an.

    Di momen itulah, sang ustaz penceramah menjadi layaknya selebritas kenamaan karena dikerubungi banyak anak-anak membawa buku meminta tanda tangan. Pemandangan itu yang mungkin sudah tidak ditemukan lagi saat ini, kalaupun ada tidak sebanyak pada era 90an.

    Ibrahim juga blak-blakan, menurutnya, tidak semua siswa mengisi agenda Ramadan dengan jujur. Mengarang bebas kerap dilakukan untuk mengisi kolom isi ceramah, sampai memanipulasi isi laporan salat wajib dan memalsukan tanda tangan penceramah.

    “Bahkan ada juga lho yang baru isi agenda Ramadan habis lebaran, baru diisi-isi tuh pas mau masuk sekolah lagi,” katanya sambil tertawa.  

    Namun tidak semua anak berlaku manipulatif terhadap agenda Ramadan. Ada juga yang bersungguh-sungguh mengisi agenda Ramadan dengan penuh tanggung jawab. Mengingat agenda Ramadan diberikan kepada siswa sebagai bagian dari upaya meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan pengalaman spiritual siswa, serta memeriahkan bulan Ramadan dengan kegiatan positif dan bermanfaat. Namun yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana keberadaan agenda Ramadan di zaman digital seperti saat ini? Apakah ada sekolah yang masih menggunakannya?

    Dwi Nurcahyo, seorang guru SDIT di Jakarta kepada tim Regional Liputan6.com mengatakan, sekolah berlabel swasta sudah tidak ada lagi yang menggunakan buku agenda Ramadan. Namun sebagai gantinya diberikan buku Ramadan, yang diisi saat kegiatan pesantren kilat (sanlat) selama 2 hari 1 malam menginap di sekolah.

    “Sanlat nginep di sekolah. Nah selama itu buku kegiatan ramadannya dikasih dan diisi berdasarkan semua kegiatan yang dilakukan 2 hari 1 malam itu,” katanya.

    Dwi sendiri mengaku masih melihat pemandangan anak-anak membawa-bawa agenda Ramadan saat salat Tarawih dan meminta tanda tangan penceramahnya, meski tidak seramai anak-anak zaman 90an dulu. Memang, sekolah negeri masih ada yang menggunakan buku agenda Ramadan, namun ada juga sekolah yang mulai melakukan inovasi lain, misal dengan menggunakan eformulir maupun aplikasi digital.

    Bagi Dwi sekarang yang terpenting adalah bukan pilihan menggunakan agenda fisik atau digital, tapi lebih kepada melibatkan orangtua atau ‘’bounding’ dalam mengisi program-program Ramadan.

    “Jadi ortu berperan untuk push dan jadi role model si anak. Misalnya bounding saat taraweh bareng sampe buka dan sahur bareng. Jadi ibadah Ramadan bukan cuma catatan-catatn kecil di buku itu, tapi pengalaman Ramadan secara kontekstual di lingkungan keluarga dan masjid,” katanya.

    Meski begitu, Dwi merekomendasikan anak-anak setingkat SD masih perlu menggunakan agenda Ramadan fisik, sementara untuk Tingkat SMP dan SMA sudah harusnya menggunakan gawai

    Ridwan, pekerja percetakan buku di bilangan Pramuka mengatakan, sekarang order cetak buku agenda Ramadan memang tidak seramai di era tahun 90an. Di penghujung 90an saat dirinya mulai bekerja di percetakan, order copy agenda Ramadan bisa mencapai ribuan per hari, dan itu sudah dikerjakan beberapa bulan sebelum Ramadan.

    “Sekarang gak seramai dulu, mungkin zaman sudah berubah, tapi ya ada, ada saja yang cetak, tapi gak sebanyak dulu,” katanya.

    Saat ditelusuri di e-commerse, penjual buku agenda Ramadan masih banyak ditemui, dengan beragam desain cover yang menarik dan harga yang terjangkau. Bahkan buku agenda Ramadan itu bisa dibeli satuan. Meski demikian, pamor buku agenda Ramadan sebagai benda yang paling identik dengan bulan puasa bisa dikatakan perlahan telah pudar. Perkembangan zaman yang serba digital menjadi salah satu faktor yang paling memengaruhinya.   

    Meski pamornya telah pudar, namun kenangan agenda Ramadan di hati anak-anak 90an masih selalu ada. Selalu ada ruang membicarakan nostalgia agenda Ramadan saat membahas bulan puasa. Suasana keribetan berburu tanda tangan penceramah, nenteng-nenteng buku dan pulpen saat Tarawih, dan mencatat kata demi kata yang keluar dari penceramah, menjadi momen yang tidak bisa dilupakan anak-anak generasi 90an saat bulan puasa.

     

  • Anggota Polisi yang Terjaring Razia di Kamar Kos Tuban Ternyata Bertugas di Lamongan – Halaman all

    Anggota Polisi yang Terjaring Razia di Kamar Kos Tuban Ternyata Bertugas di Lamongan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Petugas gabungan dari Satpol PP Kabupaten Tuban, TNI, Polri, serta Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) melakukan razia di sejumlah rumah kos di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (15/3/2025).

    Razia ini bertujuan untuk menjaga ketertiban umum selama bulan suci Ramadan.

    Dari total lima kos yang diperiksa, petugas menemukan dua pasangan bukan suami istri yang sedang berada di dalam kamar.

    Salah satu di antara pasangan itu adalah anggota polisi berinisial TM (22), warga Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.

    TM terjaring razia saat berada di dalam kamar kos bersama wanita berinisial EDP (20), warga Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan.

    Menurut Kanit Patroli Sat Samapta Polres Tuban, Ipda Rudi, TM bukanlah anggota polisi dari jajar Polres Tuban, melainkan anggota dari jajaran Polres Lamongan.

    “Yang bersangkutan anggota dari Polsek Solokuro Lamongan,” ujar Rudi, dikutip dari Tribun Jatim, Senin (17/3/2025).

    Rudi menyebut, atas perbuatan, saat ini TM telah mendapatkan penindakan dari Propam Polres Lamongan.

    “Saat ini sudah mendapat penanganan dari Propam Polres Lamongan,” imbuhnya.

    Diberitakan sebelumnya, kendati kedapatan sedang ngamar bersama seorang wanita, TM sempat tidak terima saat petugas merazianya.

    Pasalnya, dirinya merasa tak sedang berbuat asusila di dalam kamar kos itu.

    Namun setelah mendapatkan arahan dari petugas, TM kemudian mulai menyadari perbuatannya.

    Kemudian, pasangan kedua yang tak memiliki hubungan suami istri didapati di sebuah homestay bernama F&Z yang lokasinya di Kelurahan Perbon, Kecamatan/Kabupaten Tuban.

    Di dalam homestay itu, ditemukan laki-laki berinisial NAZ (42), warga Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Nasib Oknum Polisi yang Terjaring Razia di Kamar Kos Tuban, Bertugas di Lamongan, Diperiksa Propam.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJatim.com/Muhammad Nurkholis)

  • Penemuan Kerangka Manusia di Bantul, Diduga Perempuan Usia 25 Tahun

    Penemuan Kerangka Manusia di Bantul, Diduga Perempuan Usia 25 Tahun

    Bantul, Beritasatu.com – Warga Kaligondang, Bambanglipuro, Bantul, Darah Istimewa Yogyakarta, digegerkan dengan penemuan kerangka manusia di area ladang tebu milik PG Madukismo pada Senin (17/3/2025) pagi. Kerangka tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang sedang bekerja di lahan tersebut.

    Kasi Humas Polres Bantul Bantul AKP I Nengah Jeffry mengatakan, berdasarkan keterangan saksi Ngatemi (62), sekitar pukul 06.00 WIB, ia sedang memupuk tanaman tebu di ladang tersebut dan melihat tulang berserakan.

    “Setelah diperiksa lebih dekat, ia menemukan sebuah tengkorak yang diduga merupakan bagian dari kerangka manusia,” ujar Jeffry pada Senin (17/3/2025).

    Penemuan kerangka manusia tersebut kemudian dilaporkan kepada mandor ladang dan selanjutnya dilaporkan ke Polsek Bambanglipuro. Pihak kepolisian kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) bersama Tim Inafis Polres Bantul, dokter dari Puskesmas Bambanglipuro, dan PMI Bantul.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis dari Puskesmas Bambanglipuro, diperkirakan kerangka tersebut telah berada di lokasi selama 2-3 bulan.

    “Ciri-ciri yang ditemukan menunjukkan bahwa korban berjenis kelamin perempuan dengan perkiraan usia di bawah 25 tahun,” lanjutnya.

    Tim medis juga menemukan pakaian yang dikenakan korban, yaitu kemeja hijau lumut dan kaos lengan pendek abu-abu. Kondisi pakaian yang tersingkap, serta posisi bagian tubuh yang terpisah sejauh beberapa meter.

    Hingga saat ini identitas korban masih belum diketahui. Polisi terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian serta mencari informasi terkait keberadaan korban sebelum ditemukan.

    Terkait penemuan kerangka manusia di Bantul, masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga dengan ciri-ciri tersebut diimbau untuk segera melapor ke pihak kepolisian guna membantu proses identifikasi.
     

  • 8
                    
                        Kereta Tabrak Pajero di Serang Banten, Petinggi Travel Umrah Meninggal di Lokasi
                        Regional

    8 Kereta Tabrak Pajero di Serang Banten, Petinggi Travel Umrah Meninggal di Lokasi Regional

    Kereta Tabrak Pajero di Serang Banten, Petinggi Travel Umrah Meninggal di Lokasi
    Tim Redaksi
    SERANG, KOMPAS.com
    – Kecelakaan antara kereta api barang dengan mobil
    Mitsubishi Pajero
    terjadi di perlintasan Kemang Pusri, Kota Serang, Banten, pada Senin (17/3/2024) pagi.
    Akibat insiden kecelakaan tersebut, sopir Pajero yang diketahui bos travel umrah, Masagus Ahmad Azizi (54), meninggal dunia di lokasi.
    Adapun putrinya yang duduk di kursi penumpang, inisial MSQ (21), mengalami luka-luka.
    Kanit Laka Lantas Polresta Serang Kota, Ipda Dedi Yuanto, mengatakan peristiwa kecelakaan berawal saat kendaraan Pajero Sport yang dikemudikan MA melaju dari arah Kemang Pusri ke Serang Timur pada pukul 05.30 WIB.
    Setibanya di lokasi perlintasan kereta, MA diduga tak mengetahui akan ada kereta api barang dari arah Merak menuju Rangkasbitung.
    “Tiba di tempat kejadian, tepatnya di Pos JPL (jalur perlintasan langsung) 225 Pusri, bertabrakan dengan kereta api barang jurusan Merak-Rangkasbitung,” kata Dedi kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp.
    Benturan pun terjadi hingga mobil terseret sekitar 4 meter dari lokasi perlintasan berpalang pintu.
    Polisi belum mengetahui penyebab kecelakaan dan masih memeriksa saksi-saksi, termasuk penjaga palang pintu.
    “Untuk penyebab kecelakaan, untuk sementara kami sedang olah TKP dan minta klarifikasi ke saksi. Memang di lokasi berpalang pintu,” ujar Dedi.
    Korban meninggal
    sudah dibawa ke rumah sakit dan untuk korban luka-luka sudah mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Drajat Prawiranegara Serang.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Della Dartyan Bakal Terlibat di Film Horor Korea Selatan Taboo: The Silent Day, Dibintangi Kwon Da-ham dan Choi Tae-eun

    Della Dartyan Bakal Terlibat di Film Horor Korea Selatan Taboo: The Silent Day, Dibintangi Kwon Da-ham dan Choi Tae-eun

    Liputan6.com, Yogyakarta – Aktris Indonesia Della Dartyan bakal terlibat dalam proyek film horor asal Korea Selatan, Taboo: The Silent Day. Film ini disutradarai oleh Kelvin Kyung Kun Park.

    Film Taboo: The Silent Day diproduksi oleh Showbox. Rumah produksi itu telah sukses dengan beberapa judul film, seperti I Saw the Devil, The Host, Exhuma, hingga A Taxi Driver.

    Dalam film ini, Della Dartyan akan beradu akting dengan Kwon Da-ham, Cho Tae-eun, dan Lee Jeong-hoon. Adapun first look Della Dartyan untuk film ini juga telah dirilis.

    Mengutip dari berbagai sumber, film Taboo: The Silent Day mengisahkan sekelompok turis Korea Selatan yang berkeliaran di Bali. Salah satu dari mereka secara tidak sengaja memecahkan guci misterius.

    Ternyata, hal itu memicu serangkaian peristiwa aneh dan menakutkan. Terpaksa, mereka harus melanggar aturan suci Hari Nyepi yang bertentangan dengan keinginan mereka. Tindakan ini pun memicu konsekuensi yang berat.

    Keterlibatan Della Dartyan dalam film ini sekaligus mencatat sejarah baru. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, alumni Puteri Indonesia 2013 dan Puteri Indonesia Banten 2013 tampil di film horor buatan Korea Selatan.

    Della Dartyan memulai debutnya sebagai aktris melalui film Love For Sale (2018). Ia memerankan karakter utama bernama Arini.

    Setelahnya, ia banyak membintangi film-film Indonesia, seperti Love For Sale 2 (2019), Gundala (2019), Sleep Call (2023), Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul (2023), 2nd Miracle in Cell No. 7 (2024), Whispers in the Dabbas (2025), dan masih banyak lagi. Proyek film Korea Selatan ini menjadi langkah baru bagi kariernya di dunia perfilman.

    Sejauh ini, belum ada detail terkait film tersebut, seperti tanggal penayangan dan deretan pemain lainnya. Film Taboo: The Silent Day bakal menjadi proyek baru dan berbeda bagi Della Dartyan.

    Penulis: Resla

  • Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Bone Bolango Gorontalo

    Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Bone Bolango Gorontalo

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 5,1 mengguncang wilayah Bone Bolango, Gorontalo, Senin (17/3/2025), pukul 10.10.15 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BMKG) menyebutkan, lokasi gempa Bone Bolango ini berada pada koordinat 0.13 LS, 123.05 BT, dengan episenter gempa berada di laut 74 km barat daya Bone Bolango.

    “Kedalaman gempa 107 km,” tulis BMKG.

    BMKG menyebutkan, gempa turut dirasakan pada skala (MMI), antara lain di III Kabupaten Gorontalo, III Kabupaten Bone Bolango, dan II-III Kabupaten Gorontalo Utara.

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

  • Anggota Polisi yang Terjaring Razia di Kamar Kos Tuban Ternyata Bertugas di Lamongan – Halaman all

    Oknum Polisi di Tuban Terjaring Razia saat Berduaan dengan Mahasiswi di Kos, tapi Tidak Ditindak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Petugas gabungan dari Satpol PP Kabupaten Tuban, TNI, Polri, serta Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) melakukan razia di sejumlah rumah kos di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (15/3/2025).

    Razia ini bertujuan untuk menjaga ketertiban umum selama bulan suci Ramadhan.

    Dari total lima kos yang diperiksa, petugas menemukan dua pasangan bukan suami istri yang sedang ngamar di dalam kamar.

    Satu di antara pasangan tersebut melibatkan seorang oknum anggota polisi.

    Pasangan pertama ditemukan di sebuah kos di Jalan WR Supratman, Kelurahan Sendangharjo, Kecamatan Tuban.

    Pria berinisial TM (22), yang diduga sebagai oknum polisi, terjaring bersama pasangannya EDP (20), seorang mahasiswi asal Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan.

    TM sempat menolak saat petugas melakukan razia, mengeklaim ia tidak berbuat asusila.

    Namun, setelah mendapatkan arahan dari petugas, TM akhirnya menyadari kesalahannya.

    Pasangan kedua, NAZ (42) dan MK (23), ditemukan di sebuah homestay di Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban.

    Mereka juga bukan suami istri dan langsung diproses oleh petugas.

    Kanit Patroli Sat Samapta Polres Tuban, Ipda Rudi , menjelaskan pasangan TM dan EDP tidak diproses lebih lanjut karena petugas tidak menemukan cukup bukti.

    Posisi pintu kamar kos saat itu tengah terbuka.

    “Mau menindak tidak cukup bukti,” ujarnya.

    Terkait status TM sebagai anggota kepolisian, Rudi menyatakan, pihaknya masih akan menyelidiki lebih lanjut.

    “Anggota mana belum tahu hanya mengaku anggota,” imbunnya.

    Rudi juga mengonfirmasi TM dan EDP berstatus lajang dan tidak memiliki hubungan suami istri.

    “Dia masih lajang,” pungkas Rudi.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Anggota Polisi yang Terjaring Razia di Kamar Kos Tuban Ternyata Bertugas di Lamongan – Halaman all

    Oknum Polisi di Tuban Terjaring Razia saat Berduaan dengan Mahasiswi di Kos, tapi Tidak Ditindak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Petugas gabungan dari Satpol PP Kabupaten Tuban, TNI, Polri, serta Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) melakukan razia di sejumlah rumah kos di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (15/3/2025).

    Razia ini bertujuan untuk menjaga ketertiban umum selama bulan suci Ramadhan.

    Dari total lima kos yang diperiksa, petugas menemukan dua pasangan bukan suami istri yang sedang ngamar di dalam kamar.

    Satu di antara pasangan tersebut melibatkan seorang oknum anggota polisi.

    Pasangan pertama ditemukan di sebuah kos di Jalan WR Supratman, Kelurahan Sendangharjo, Kecamatan Tuban.

    Pria berinisial TM (22), yang diduga sebagai oknum polisi, terjaring bersama pasangannya EDP (20), seorang mahasiswi asal Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan.

    TM sempat menolak saat petugas melakukan razia, mengeklaim ia tidak berbuat asusila.

    Namun, setelah mendapatkan arahan dari petugas, TM akhirnya menyadari kesalahannya.

    Pasangan kedua, NAZ (42) dan MK (23), ditemukan di sebuah homestay di Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban.

    Mereka juga bukan suami istri dan langsung diproses oleh petugas.

    Kanit Patroli Sat Samapta Polres Tuban, Ipda Rudi , menjelaskan pasangan TM dan EDP tidak diproses lebih lanjut karena petugas tidak menemukan cukup bukti.

    Posisi pintu kamar kos saat itu tengah terbuka.

    “Mau menindak tidak cukup bukti,” ujarnya.

    Terkait status TM sebagai anggota kepolisian, Rudi menyatakan, pihaknya masih akan menyelidiki lebih lanjut.

    “Anggota mana belum tahu hanya mengaku anggota,” imbunnya.

    Rudi juga mengonfirmasi TM dan EDP berstatus lajang dan tidak memiliki hubungan suami istri.

    “Dia masih lajang,” pungkas Rudi.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kontroversi Rencana Tebang Ratusan Pohon untuk Proyek Drainase Pencegah Banjir di Kota Malang

    Kontroversi Rencana Tebang Ratusan Pohon untuk Proyek Drainase Pencegah Banjir di Kota Malang

    Liputan6.com, Malang- Rencana pembangunan drainase (saluran air) di kawasan Soekarno-Hatta (Suhat) Kota Malang menuai kontroversi. Sebab untuk memuluskan proyek penanganan banjir di Malang kota itu harus menebang sekitar 147 pohon di jalan itu.

    Pembangunan drainase Suhat Kota Malang sebagai salah satu upaya penanganan masalah banjir di Malang kota. Proyek menggunakan anggaran APBD Provinsi Jawa Timur 2025 sebesar Rp 32 miliar dan mulai dikerjakan usai lebaran 2025.

    Hasil survei awal, ratusan pohon seperti jenis trembesi, sono dan karet kebo di Jalan Suhat Malang perlu ditebang. Wacana itu menuai kritik dari sejumlah pihak seperti aktivis lingkungan hidup.

    Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat dan Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin pun merespon dengan meninjau lokasi rencana pembangunan saluran drainase itu pada Rabu, 12 Maret 2025 kemarin.

    “Kami sudah cek lokasi. Akan dikoordinasikan dengan Pemrov Jawa Timur agar tidak banyak pohon yang ditebang,” kata Wahyu Hidayat, kemarin.

    Menurut dia, ada alternatif lain yang dapat dikoordinasikan bersama Pemprov Jatim. Misalnya lewat mekanisme perubahan secara tertulis pada kontrak kerja yang telah disepakati. Sehingga pembangunan drainase tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

    Wahyu telah memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum Kota Malang untuk mengubah atau menyesuaikan titik pembangunan. Termasuk menugaskan Dinas Lingkungan Hidup agar survei ulang di sepanjang kawasan lokasi proyek.

    Pemkot Malang, lanjutnya, berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan. Serta memastikan tidak semua pohon di kawasan itu terutama di tengah Jalan Suhat bakal ditebang habis. Dapat dilakukan peremajaan maupun penggantian pohon.

    “Kami sudah identifikasi titik-titiknya. Kalau pun ada pohon yang ditebang jumlahnya tidak sampai ratusan seperti kabar yang beredar,” ujar Wahyu.

    Dia mengatakan, Pemerintah Kota Malang akan berdiskusi lagi bersama Pemprov Jawa Timur selaku perencana pembangunan drainase Suhat Malang. Dengan begitu, penebangan pohon dapat sedikit mungkin dilakukan termasuk mempertahankan pedestrian.

    “Insya Allah pengerjaannya dilakukan setelah lebaran nanti. Kami tetap menunggu hasil koordinasi lebih lanjut dengan Pemprov,” katanya.

  • Desa Libungo Bone Bolango Terus-terusan Dilanda Banjir, di Mana Pemda?

    Desa Libungo Bone Bolango Terus-terusan Dilanda Banjir, di Mana Pemda?

    Liputan6.com, Gorontalo – Banjir bandang kembali melanda Desa Libungo, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango, setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut beberapa jam.

    Luapan sungai ini menyebabkan puluhan rumah warga terendam banjir, bahkan beberapa di antaranya mengalami kerusakan parah. Warga pun semakin resah karena banjir terjadi hampir setiap hari setiap hujan turun.

    Dalam sebuah video yang diunggah melalui akun media sosial warga, terlihat jelas bagaimana banjir merendam jalan-jalan desa serta menerjang rumah warga, mengganggu aktivitas hingga mengancam keselamatan barang berharga.

    “Setiap hari rumah saya diterjang banjir,” keluh Agustin Hulopi Pakaya, seorang warga Desa Libungo, dalam video tersebut.

    Selain merendam rumah warga, banjir juga memperburuk kondisi infrastruktur desa. Jembatan yang menjadi akses utama semakin rendah akibat sedimentasi, sehingga aliran air dan material kayu terhambat dan mengarah langsung ke pemukiman warga.

    “Air sungai meluap, jembatan semakin rendah, dan material seperti kayu serta lumpur terbawa arus. Ini sangat berbahaya,” tambah Agustin.

    Banjir kali ini mengakibatkan sedikitnya 24 rumah terdampak, dengan dua rumah mengalami kerusakan parah. Seorang warga mengungkapkan bahwa dirinya dan anaknya menjadi korban dari banjir yang tak kunjung mendapat solusi ini.

    “Kami sudah berulang kali meminta perhatian pemerintah. Bahkan, kami sempat mengajukan permohonan bantuan kepada Taruna Siaga Bencana (Tagana) Bone Bolango. Namun, hingga kini belum ada langkah nyata yang diberikan,” ungkapnya.

    Warga mengaku hanya meminta bantuan sederhana, seperti semen untuk memperkuat rumah dari terjangan banjir, sementara material lainnya mereka sanggupi sendiri. Sayangnya, permintaan ini belum mendapatkan respons yang jelas.

    Upaya normalisasi sungai yang dilakukan pada Januari lalu dinilai belum memberikan dampak signifikan. Warga menyebut pengerukan hanya dilakukan sepanjang 100 meter, sehingga tidak mampu mengatasi masalah utama banjir.

    “Hasilnya nihil. Air tetap meluap dan sampai sekarang kami belum menerima bantuan apa pun,” ujarnya

    Selain itu, banyaknya kunjungan aparat pemerintah yang hanya mendokumentasikan situasi tanpa tindakan nyata semakin membuat warga kecewa. Mereka menilai solusi yang diharapkan tak kunjung datang meski permasalahan ini terjadi setiap tahun.