Jenis Media: Regional

  • Unggahan di Akun Instagram Ada yang Dihapus, Ini Jawaban Ridwan Kamil – Halaman all

    Unggahan di Akun Instagram Ada yang Dihapus, Ini Jawaban Ridwan Kamil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Unggahan di akun media sosial Instagram mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hilang.

    Hilangnya unggahan tersebut menjadi sorotan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah rumah Ridwan Kamil di Kota Bandung beberapa waktu lalu.

    Adapun, penggeledahan tersebut berkaitan dengan dugaan korupsi mark up biaya iklan oleh bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Barat.

    Unggahan mantan wali kota Bandung yang hilang di antaranya seperti momen pembukaan kafe miliknya, Jabarano Coffee di luar negeri.

    Unggahan terakhir yang kini berada di Instagram Ridwan Kamil merupakan ucapan selamat kepada Gubernur DKI Jawa Barat Pramono Anung dan wakilnya, Rano Karno pada 13 Desember 2024.

    Menanggapi hal tersebut, Ridwan Kamil menyampaikan bahwa unggahan-unggahan yang hilang itu tidak sengaja terhapus.

    “Tidak sengaja terhapus, karena sudah tiga bulan tim admin akun saya menghapus akun-akun followers BOT,” kata Ridwan Kamil dalam keterangan resmi yang diterima Tribunjabar.id, Selasa (18/3/2025).

    Ridwan Kamil menjelaskan bahwa ia telah meminta tim adminnya segera memunculkan kembali unggahan-unggahan tersebut.

    “Yang terhapus adalah yang bersifat endorse. Sudah saya minta kepada tim admin agar konten-konten yang tidak sengaja terhapus itu, untuk dikembalikan secepatnya,” terang politisi Golkar itu.

    Dalam kesempatan yang sama, Ridwan Kamil juga mengungkapkan kondisinya setelah KPK menggeledah rumahnya yang berada di Kota Bandung pada Senin (10/3/2025).

    “Kondisi saya sehat wal’afiat, lahir batin. Tetap melakukan aktivitas keseharian seperti biasa,” ujar Ridwan Kamil.

    “Hanya saja, sejak awal tahun, memang jarang meng-update kegiatan keseharian pribadi di media sosial,” lanjutnya.

    Ridwan Kamil juga menuturkan bahwa ia baru tahu terkait duduk perkara kasus korupsi di bank BUMD Jabar itu melalui media.

    “Berdasarkan informasi yang saya baca dari beberapa media, KPK menyebut telah terjadi dugaan mark up dalam anggaran belanja untuk media,” kata Ridwan Kamil.

    Saat menjadi gubernur, pria yang akrab disapa Emil ini mengaku memiliki fungsi ex-officio di bank BUMD tersebut. Sebab, mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemprov Jabar.

    “Saat menjabat sebagai Gubernur, saya juga memiliki fungsi ex-officio, dan untuk urusan BUMD, biasanya saya mendapat laporan dari Kepala Biro BUMD atau Komisaris terkait sebagai perwakilan Gubernur,” ucapnya.

    Terkait kasus mark up anggaran belanja iklan media yang dilakukan Bank tersebut, Ridwan Kamil mengaku sama sekali tidak mengetahui hal tersebut.

    “Untuk masalah ini, saya tidak pernah mendapat laporan, sehingga saya tidak mengetahui perihal yang menjadi masalah hari ini,” katanya.

    Sementara terkait uang Rp70 miliar yang disita Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari sejumlah lokasi saat penggeledahan, Ridwan Kamil mengaku tak tahu. 

    “Deposito itu bukan milik kami. Tidak ada uang atau deposito kami yang disita saat itu,” ucapnya.

    Ridwan Kamil Kooperatif

    Sebelumnya diberitakan, Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu menjelaskan bahwa Ridwan Kamil kooperatif saat penggeledahan itu dilakukan di kediamannya.

    “Dari informasi teman-teman yang ada di sana, itu beliau (Ridwan Kamil) ada dan kooperatif,” kata Asep di Gedung Merah Putih, Jakarta, Minggu (16/3/2025).

    Ridwan Kamil yang berada di rumah disebut ikut mengawal proses penggeledahan.

    Asep mengatakan, hal tersebut wajar, dan memudahkan tugas penyidik jika pemilik rumah berada di lokasi saat dilakukan penggeledahan.

    “Karena tentunya di sana banyak juga barang-barang pribadi yang tidak bersangkut paut dengan perkara yang sedang kita tangani,” tutur Asep.

    “Sehingga mungkin kalau tidak ada orangnya, nanti ada klaim kehilangan barang dan lain-lain, itu kan akan menjadi polemik. Kalau ditemani, ya aman,” ujar dia. 

    Sebelumnya, KPK menyita sejumlah dokumen dan beberapa barang dari penggeledahan di rumah mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Bandung.

    Penulis: Rheina Sukmawati

  • Olah TKP Polisi Ditembak di Lampung, Arah Tembakan Peluru Terkuak

    Olah TKP Polisi Ditembak di Lampung, Arah Tembakan Peluru Terkuak

    Way Kanan, Beritasatu.com – Olah tempat kejadian perkara (TKP) kasus tiga polisi ditembak di Lampung hingga tewas mengungkap arah penembakan. Olah TKP dilakukan tim gabungan Polda Lampung dan Pomdam Sriwijaya pada Selasa (18/3/2025).

    Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika bersama Danrem 043/Garuda Hitam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah memantau langsung olah TKP yang berada di Kawasan Register 44, Desa Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan.

    Helmy Santika menjelaskan, temuan 12 selongsong peluru dari olah TKP akan diteliti lebih lanjut oleh tim forensik guna mengidentifikasi arah tembakan dan mencari petunjuk tambahan.

    “Kami sudah mendapatkan informasi mengenai arah tembakan. Ini akan dikaitkan dengan alat bukti lain untuk mengungkap pelaku,” ungkapnya.

    1 Oknum TNI Ditangkap

    Selain selongsong peluru, tim juga mengamankan barang bukti terkait aktivitas perjudian serta melakukan pembakaran lapak dan gubuk-gubuk di arena sabung ayam. “Dari hasil pemeriksaan, ditemukan beberapa barang bukti, termasuk arena sabung ayam serta 12 selongsong peluru,” ujar Irjen Pol Helmy Santika terkait kasus 3 polisi tewas ditembak di Lampung.

    Sementara itu, Komandan Korem (Danrem) 043/Garuda Hitam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah memastikan satu oknum TNI telah diamankan oleh Denpom Sriwijaya terkait kasus polisi tewas ditembak di Lampung.

    “Kami harap semua bersabar. Untuk saat ini, satu oknum pelaku sudah diamankan oleh Denpom,” kata Brigjen Rikas.

    Kronologi Penembakan di Way Kanan

    Sebelumnya, tiga polisi tewas tertembak saat melakukan penggerebekan perjudian sabung ayam di kawasan Register 44, Desa Karang Mani pada Senin (17/3/2025) sore. Korban tewas dalam insiden ini adalah Kapolsek Negara Batin Iptu Lusiyanto, serta dua anggota Polsek Negara Batin, yaitu Bripka Petrus dan Bripda Ghalib.

    TNI telah mengungkap identitas dua prajurit yang terlibat dalam kasus penembakan ini. Mereka diketahui bertugas di Posramil Negara Batin dan kini sudah ditahan di Denpom 2/3 Lampung untuk penyelidikan lebih lanjut.

    “Mereka telah menyerahkan diri,” ungkap Kapendam II/Sriwijaya Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar terkait kasus polisi ditembak di Lampung hingga tewas.

  • Anggota DPR Sebut TNI yang Ada di Lokasi Sabung Ayam Harusnya Bantu Polisi Gerebek: Bukan Melindungi – Halaman all

    Anggota DPR Sebut TNI yang Ada di Lokasi Sabung Ayam Harusnya Bantu Polisi Gerebek: Bukan Melindungi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, menyebutkan TNI yang berada di lokasi perjudian sabung ayam di di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan, Lampung, seharusnya membantu polisi melakukan penggerebekan.

    Sebelumnya, tiga polisi yang sedang menggerebek perjudian sabung ayam di Way Kanan, tewas tertembak.

    TB Hasanuddin pun mengecam keras kejadian tersebut dan meminta kasus harus diusut tuntas secara transparan agar tidak menimbulkan spekulasi di masyarakat.

    “Seharusnya prajurit TNI yang berada di lokasi justru membantu kepolisian dalam menertibkan, bukan sebaliknya malah melindungi (perjudian) atau terlibat dalam kegiatan tersebut,” tegasnya saat dimintai tanggapannya, Selasa (18/3/2025).

    “Saya sangat prihatin dan turut berduka cita atas gugurnya tiga anggota kepolisian dalam insiden di Lampung. Peristiwa ini harus diungkap dengan terang agar tidak menimbulkan keresahan,” ujar TB Hasanuddin.

    Pelaku yang melakukan penembakan terhadap tiga polisi tersebut, imbuh dia, harus dijatuhi hukuman seberat-beratnya.

    “Ini adalah perbuatan yang sangat tercela. Pelakunya harus dihukum seberat-beratnya agar menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama aparat, agar tidak terlibat dalam tindakan melawan hukum,” tandasnya.

    Untuk ke depannya, TB Hasanuddin meminta agar polisi dan TNI bisa bekerja sama dalam meningkatkan keamanan supaya kejadian serupa tidak terjadi kembali di masa depan.

    Dia juga mendorong satuan teritorial TNI, seperti Dandim dan Koramil, untuk lebih aktif dalam mengawasi dan mencegah kegiatan ilegal di daerah masing-masing.

    “Saya berharap ke depan ada kerja sama yang lebih baik antara kepolisian dan Polisi Militer dalam menindak perjudian serta kegiatan ilegal lainnya, agar insiden serupa tidak terulang,” pungkasnya.

    Sebelumnya, kejadian penembakan tiga anggota polisi Way Kanan, Lampung itu terjadi pada Senin (17/3/2025) sekitar pukul 16.50 WIB.

    Saat itu, ketiga polisi tersebut sedang melakukan penggerebekan di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Way Kanan.

    Adapun, ketiga polisi itu adalah Kapolsek Negara Batin, AKP Anumerta Lusiyanto, dan anak buahnya, Aipda Anumerta Petrus Apriyanto, serta anggota Polres Way Kanan, Briptu Anumerta Ghalib Surya Ganta.

    Lokasi kejadian disebut cukup jauh dari pemukiman warga.

    Setiba di lokasi, polisi yang memergoki pelaku judi sabung ayam mendapat perlawanan.

    Situasi pun memanas, hingga akhirnya polisi terlibat baku tembak.

    Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Yuni Iswandari, membenarkan peristiwa tersebut.

    “Benar terjadi peristiwa penembakan,” katanya saat dikonfirmasi, Senin.

    Saat itu, polisi yang diturunkan melakukan penggerebekan berjumlah 17 orang.

    “Sebanyak 17 personel Polri Polres Way Kanan mendatangi tempat sabung ayam,” ujar.

    Begitu tiba di lokasi, anggota polisi tersebut pun langsung dihujani tembakan.

    “Saat di TKP langsung ditembaki orang tak dikenal sehingga tiga personel gugur dalam tugas,” ucapnya.

    Kini, diketahui terduga pelaku penembakan tiga polisi di Way Kanan, Provinsi Lampung, telah ditahan oleh Polisi Militer Angkatan Darat (Pomad) di Mako Kodim 0427/Way Kanan. 

    Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) II/Sriwijaya, Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar, mengonfirmasi penahanan tersebut dilakukan pada Selasa (18/3/2025).

    Terduga pelaku yang ditahan adalah Peltu Lubis, Dansubramil Negara Batin, dan Kopka Basarsyah, anggota Subramil Negara Batin. 

    DPRD Minta Aparat Berantas Praktik Perjudian di Lampung

    Setelah peristiwa penembakan ini, Anggota Komisi 1 DPRD Lampung, Miswan Rody pun minta aparat penegak hukum berantas seluruh praktik perjudian di Provinsi Lampung. 

    “Ini peristiwa yang sangat miris terlebih ini bulan suci Ramadan. Seharusnya bulan ini kita manfaatkan untuk ibadah ini justru perjudian masih marak di Lampung,” kata Miswan, Selasa, dikutip dari TribunLampung.co.id.

    Padahal, dari pihak institusi dan penegak hukum sudah menginstruksikan memerangi seluruh praktik perjudian, tapi ternyata hal tersebut masih terjadi di Lampung. 

    “Maka perlu penegasan lagi dari penegak hukum untuk memberantas perjudian yang ada di Lampung ini.”

    “Fenomena ini tentu sangat memukul kita sebagai masyarakat Lampung,” ucapnya. 

    Atas peristiwa ini, Miswan mengaku akan berkoordinasi dengan ketua Komisi l untuk dibahas bersama seluruh anggota. 

    “Kami berharap fenomena serupa tidak terulang kembali,” pungkasnya. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Buntut Penembakan Polisi di Way Kanan, DPRD Minta Aparat Berantas Praktik Perjudian di Lampung

    (Tribunnews.com/Rifqah/Rizki Sandi) (TribunLampung.co.id/Riyo Pratama)

  • Nasib Ipda Ahmad usai Ditetapkan Jadi Tersangka Penganiayaan Siswa di Asahan, 2 Warga Sipil Terlibat – Halaman all

    Nasib Ipda Ahmad usai Ditetapkan Jadi Tersangka Penganiayaan Siswa di Asahan, 2 Warga Sipil Terlibat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polda Sumatra Utara (Sumut) menetapkan tiga tersangka dalam kasus tewasnya siswa SMA bernama Pandu Brata Siregar (18).

    Korban dianiaya di Asahan, Sumut pada Minggu (9/3/2025) dan tewas saat dirawat di rumah sakit pada Senin (10/3/2025).

    Ketiga tersangka terdiri dari Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat, Ipda Ahmad Efendi, serta dua warga sipil bernama Dimas Adrianto alias Bagol dan Yudi Siswoyo.

    Mereka dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Asahan pada Selasa (18/3/2025).

    Dirkrimum Polda Sumut, Kombes Sumaryono, mengatakan ketiga tersangka dapat dijerat Pasal 80 ayat 3 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun penjara dengan denda Rp 3 miliar.

    “Jo pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP, dengan ancaman maksimal 12 tahun, kemudian kami subsiderkan dengan pasal 351 ayat 3 KUHP mengatur tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian, dengan ancaman hukuman penjara paling lama tujuh tahun,” paparnya, dikutip dari TribunMedan.com.

    Sejumlah barang bukti yang diamankan yakni tiga sepeda motor, satu senjata api revolver milik tersangka Ipda Ahmad Efendi, ponsel, kaos serta sepasang sandal.

    “Kami akan melakukan pemberkasan untuk diserahkan ke Jaksa,” imbuhnya.

    Kapolres Asahan, AKBP Afdhal Junaidi, menambahkan Ipda Ahmad Effendi akan menjalani sidang etik di Mapolda Sumut.

    “Kami bersama Polda Sumut telah melakukan proses penyelidikan dan penyidikan secara transparan, akuntabel, dan profesional untuk proses sidang kode etik tersangka atasnama Ipda AE,” tegasnya.

    Ia meminta masyarakat untuk turut mengawal jalannya sidang etik.

    “Kami berpesan, tetap menjaga kondusifitas dan keamanan dan ketertiban masyarakat. Percayakan kepada kami,” sambungnya.

    Korban Ditendang dan Diinjak

    Polda Sumatra Utara dan Polres Asahan menggelar pra-rekonstruksi kasus penganiayaan siswa SMA bernama Pandu Brata Siregar (18), Senin (17/3/2025).

    Sejumlah warga melihat proses pra-rekonstruksi dan melampiaskan emosi dengan menyoraki para tersangka.

    Salah satu warga bernama Panjaitan, mengaku kesal dengan tindakan Ipda Ahmad yang menendang korban yang sudah terkapar di jalan.

    “Saya melihat tadi kesal sekali. Anak ini tidak melakukan perlawanan, dan dengan enaknya mereka membanting, mijak, nendang, dan memukul korban,” bebernya.

    Selama ini, Ipda Ahmad dikenal sebagai polisi yang dapat dikendalikan orang lain dan tidak bijaksana.

    “Dua warga sipil ini seperti yang menyetir si polisi. Dia perwira tapi dia yang disetel (atur) oleh dua sipil ini, dia terikut mainan mereka.”

    “Harusnya dia bijaksana sebagai perwira. Namun, itu tidak dipikirkannya,” tandasnya.

    Panjaitan berharap penyelidikan kasus kematian Pandu berjalan lancar tanpa ada rekayasa.

    “Kami percaya masih banyak polisi yang baik, ini hanya oknum. Segelintir oknum yang seperti ini. Masih banyak polisi yang baik,” tuturnya.

    Ekshumasi Jenazah

    Sehari sebelumnya, Polres Asahan melakukan ekshumasi jenazah korban di Desa Parlaki Tangan, Ujung Padang, Kabupaten Simalungun.

    Dokter forensik RS Bhayangkara TK II Medan, Ismurizal, Sp.F, menyatakan kematian korban tak wajar setelah ditemukan sejumlah bercak darah.

    “Sudah kita autopsi, sudah kita ambil semua dan kita lihat. Nanti dia dirangkum semua ya,” bebernya, Minggu dikutip dari TribunMedan.com.

    Hasil autopsi akan keluar dua pekan kedepan untuk mengungkap penyebab kematian korban.

    “Kan dia sudah dikubur, kita lihatlah nanti. Ada memang seperti warna kemerahan gitu ya. Tapi, belum bisa kita simpulkan karena harus ada pemeriksaan tambahan,” lanjutnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunMedan.com dengan judul Polres Asahan Sebut Akan Transparan, Sidang Etik IPDA Ahmad Efendi Akan Segera Digelar

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunMedan.com/Alif Alqodri)

  • Polisi Ditembak di Lampung, Tim Gabungan Temukan 12 Selongsong Peluru

    Polisi Ditembak di Lampung, Tim Gabungan Temukan 12 Selongsong Peluru

    Way Kanan, Beritasatu.com – Tim gabungan Polda Lampung dan Pomdam Sriwijaya menemukan 12 selongsong peluru terkait kasus polisi ditembak di Lampung hingga tewas saat melakukan penggerebekan arena judi sabung ayam pada Senin (18/3/2025).

    Barang bukti itu didapat dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi kejadian yang berada di Kawasan Register 44, Desa Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan.

    Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika bersama Danrem 043/Garuda Hitam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah memantau langsung jalannya olah TKP pada Selasa (18/3/2025).

    1 Oknum TNI Ditangkap

    Selain selongsong peluru, tim juga mengamankan barang bukti terkait aktivitas perjudian serta melakukan pembakaran lapak dan gubuk-gubuk di arena sabung ayam. “Dari hasil pemeriksaan, ditemukan beberapa barang bukti, termasuk arena sabung ayam serta 12 selongsong peluru,” ujar Irjen Pol Helmy Santika.

    Sementara itu, Komandan Korem (Danrem) 043/Garuda Hitam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah memastikan satu oknum TNI telah diamankan oleh Denpom Sriwijaya terkait kasus polisi tewas ditembak di Lampung.

    “Kami harap semua bersabar. Untuk saat ini, satu oknum pelaku sudah diamankan oleh Denpom,” kata Brigjen Rikas.

    Kronologi Penembakan di Way Kanan

    Sebelumnya, tiga polisi tewas tertembak saat melakukan penggerebekan perjudian sabung ayam di kawasan Register 44, Desa Karang Mani pada Senin (17/3/2025) sore. Korban tewas dalam insiden ini adalah Kapolsek Negara Batin Iptu Lusiyanto, serta dua anggota Polsek Negara Batin, yaitu Bripka Petrus dan Bripda Ghalib.

    TNI telah mengungkap identitas dua prajurit yang terlibat dalam kasus penembakan ini. Mereka diketahui bertugas di Posramil Negara Batin dan kini sudah ditahan di Denpom 2/3 Lampung untuk penyelidikan lebih lanjut.

    “Mereka telah menyerahkan diri,” ungkap Kapendam II/Sriwijaya Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar terkait kasus polisi ditembak di Lampung hingga tewas.

  • Insiden Baku Pukul 2 Anggota Dewan di DPRD Medan, Dipicu Masalah Sepele – Halaman all

    Insiden Baku Pukul 2 Anggota Dewan di DPRD Medan, Dipicu Masalah Sepele – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dua anggota DPRD Medan, Sumatra Utara, David Roni Sinaga dan Dodi Robert Simangunsong, terlibat dalam perkelahian di kamar mandi Gedung DPRD Medan, Selasa (18/3/2025).

    Insiden ini terjadi di tengah berlangsungnya rapat Komisi III dan sempat terekam dalam sebuah video yang diterima redaksi Tribun Medan.

    Saksi mata yang tidak ingin disebutkan namanya menyebutkan suasana di gedung dewan tiba-tiba menjadi gaduh, memicu perhatian petugas keamanan.

    “Ada rapat di Komisi III, tiba-tiba mendengar ribut-ribut, jadi semuanya berlarian,” ujarnya.

    Dodi dilaporkan mengalami tendangan dan pukulan dalam insiden tersebut.

    Hingga saat ini, penyebab pasti perkelahian antara David Roni dan Dodi Simangunsong belum sepenuhnya jelas.

    Namun, Dodi mengklarifikasi insiden tersebut berakar dari masalah lama, bukan terkait dengan agenda rapat Komisi III.

    “Yang viral bukan soal Komisi III. Masalah lama, bukan masalah yang ada di Komisi III,” jelasnya, Selasa.

    Dodi menjelaskan David Roni sering memanggil staf komisi dengan nada keras.

    Seolah-olah panggilan itu ditujukan pada dirinya, sehingga terkesan mempermainkan namanya.  

    “Aku cuma menegur dia aja bang, jangan panggil Dodi, kalau bisa Tambunan aja. Karena kalau manggil Dodi dengan nada keras kesannya negur aku bang. Baru kali ini kami ketemu langsung pas di toilet lantai 3,” ungkap Dodi.

    Ketegangan meningkat saat keduanya bertemu di toilet, di mana Dodi mengingatkan David tentang panggilan tersebut.

    Lantaran tak terima telah diingatkan, David Roni membalas dengan benturan fisik.

    Dodi menyesalkan petugas keamanan hanya mengamankan dirinya dan tidak menahan David.

    “Kenapa sekuriti DPRD Medan yang bertugas saat itu hanya memegangku. Sementara dia (David) tak dipegang sama sekuriti. Jadinya si David coba menendang dan hampir kena perutku,” tuturnya.

    Meskipun perseteruan telah berhenti setelah keduanya dipisahkan, Dodi masih merasa emosional atas kejadian tersebut.

    Hingga berita ini diturunkan, David Roni Sinaga belum dapat dihubungi untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai insiden ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Nasib Ipda Ahmad usai Ditetapkan Jadi Tersangka Penganiayaan Siswa di Asahan, 2 Warga Sipil Terlibat – Halaman all

    Kanit Reskrim Ipda Ahmad Efendi Tersangka Tewasnya Siswa SMA di Asahan, Terancam 15 Tahun Penjara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polres Asahan, Polda Sumatra Utara (Sumut) menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan oknum polisi yang menewaskan seorang siswa SMA bernama Pandu Brata Siregar (18).

    Para tersangka itu adalah Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat, Ipda Ahmad Efendi, serta dua warga sipil bernama Dimas Adrianto alias Bagol dan Yudi Siswoyo.

    Dirkrimum Polda Sumut, Kombes Sumaryono, mengatakan ketiga tersangka dijerat pasal 80 ayat (3) UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp 3 miliar.

    “Juncto pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP, dengan ancaman maksimal 12 tahun, kemudian kami subsiderkan dengan Pasal 351 ayat (3) KUHP mengatur tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian, dengan ancaman hukuman penjara paling lama tujuh tahun,” ujar Sumaryono saat konferensi pers di di Aula Wira Satya, Polres Asahan, Selasa (18/3/2025), dilansir Tribun-Medan.com.

    Selain menangkap para pelaku, polisi juga berhasil mengamankan barang bukti, yaitu tiga unit sepeda motor, satu senjata api revolver milik tersangka Ipda Ahmad Efendi, senter, ponsel, dua celana, dua kaos, dan sepasang sandal.

    “Kami juga sudah melakukan serangkaian kegiatan, pemeriksaan saksi yang nanti akan dikuatkan dengan saksi ahli, kami juga sudah melakukan ekshumasi atau bedah mayat terhadap korban, prarekontruksi di TKP, kami telah menyita alat bukti, gelar perkara, meminta keterangan tersangka, dan kami akan melakukan pemberkasan untuk diserahkan ke Jaksa,” terangnya.

    Peran Ipda Ahmad Efendi

    Kejadian bermula saat korban menonton balap lari pada Minggu (9/3/2025) malam, yang akhirnya dibubarkan oleh polisi.

    Diceritakan oleh seorang kerabat Pandu yang tak ingin disebutkan namanya ini, korban sempat mengaku ditendang sebanyak dua kali oleh polisi.

    Akhirnya terjadilah aksi kejar-kejaran antara diduga polisi dengan sepeda motor yang ditumpangi oleh korban.

    Setelah diamankan, korban sempat dibawa ke Polsek Simpang Empat lalu dijemput dan dibawa berobat.

    Setelah sempat mendapatkan perawatan medis di rumah sakit, Pandu dinyatakan meninggal dunia pada Senin (10/3/2025).

    Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah sakit, dokter mendiagnosa korban mengalami pendarahan di bagian organ dalam.

    Ditemukan juga beberapa luka lain di bagian kepala dan wajah korban.

    Dalam prarekontruksi pada Senin (17/3/2025) kemarin, terlihat Ipda Ahmad Efendi meletuskan tembakan ke udara sebanyak tiga kali saat melakukan pengejaran terhadap korban bersama empat rekannya.

    Berjarak dua kilometer setelahnya, seorang saksi, Sahat Sagala, melompat dari sepeda motor dan meninggalkan empat orang rekannya untuk sembunyi.

    Sementara itu, berdasarkan kronologi versi tersangka Bagol, Pandu terjatuh dari sepeda motor, kemudian ditabrak oleh sepeda motor WR 155 yang dikendarai oleh Yudi Siswoyo dan Ipda Ahmad Efendi.

    Setelah ditabrak, Pandu yang sempat berlari akhirnya diamankan oleh Bagol di Desa Sei Lama, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan.

    “Setelah diamankan, Bagol memiting korban dan membanting korban,” ujar Penyidik Reskrim Polres Asahan, Nuel, saat membacakan adegan rekonstruksi, Senin.

    Selesai membanting, Bagol langsung menganiaya Pandu dengan menginjak bagian dada lalu memukul wajah korban.

    Bagol juga mencekik dan memiting korban.

    Setelah Pandu berdiri, perut korban langsung mendapatkan tendangan lutut dari Ipda Ahmad Efendi.

    “Setelah ditendang, korban dibawa oleh tersangka Dimas alias Bagol mengarah kepada motor,” jelas Nuel membacakan adegan rekonstruksi.

    Korban pun ditelentangkan dan ditodongkan senjata sembari membilang “ku tembak kau nanti”.

    Selanjutnya, korban dibawa ke Polsek Simpang Empat menggunakan sepeda motor Bagol.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Prarekonstruksi Versi Tersangka Dimas, Pandu Siregar Ditabrak Lalu di Aniaya

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Tribun-Medan.com/Alif Al Qadri Harahap)

  • Tragedi Way Kanan: 12 Peluru dan Autopsi Mengerikan 3 Polisi

    Tragedi Way Kanan: 12 Peluru dan Autopsi Mengerikan 3 Polisi

    Jakarta, Beritasatu.com – Tragedi Way Kanan yang merenggut nyawa tiga anggota kepolisian saat menggerebek lokasi judi sabung ayam, Senin (17/3/2025) masih menyisakan duka mendalam. Hasil autopsi yang diungkap Polda Lampung menunjukkan betapa mengerikannya kejadian tersebut, dengan masing-masing korban mengalami luka tembak fatal.

    “Proses autopsi dilakukan Tim DVI Polda Lampung bersama Tim Forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara, dimulai pukul 02.00 WIB hingga 12.00 WIB,” ujar Kasubbid Dokpol Polda Lampung, AKBP Legowo Hamijaya, di Bandarlampung, Selasa (18/3/2025) dikutip Antara. 

    Hasil autopsi mengungkap bahwa Ajun Komisaris Polisi Anumerta Lusiyanto mengalami luka tembak di dada kanan, dengan proyektil peluru ditemukan di rongga dada sebelah kiri. Aipda Anumerta Petrus Aprianto tewas akibat tembakan yang mengenai mata kiri dan bersarang di tempurung kepala. Sementara Briptu Anumerta M Ghalib Surya Nanta tertembak di sisi kiri bibir, dengan proyektil ditemukan di tenggorokan dan tempurung kepala bagian belakang.

    Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika mengungkap fakta lain yang mengejutkan dari tragedi Way Kanan ini. Dari tempat kejadian perkara (TKP) di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, ditemukan 12 selongsong peluru yang kini sedang dianalisis oleh tim forensik untuk mengidentifikasi arah tembakan dan jenis senjata yang digunakan.

    “Kami telah melakukan olah TKP bersama tim Dirreskrimum, Pomdam Sriwijaya, dan Polres Way Kanan. Ada 12 selongsong peluru yang ditemukan dan akan dianalisis lebih lanjut di laboratorium forensik,” ujar Helmy.

    Kapolda menegaskan bahwa tim penyelidik akan menggali setiap bukti yang ada untuk mengungkap pelaku penembakan. “Kami akan memulai dari lokasi kejadian, mencari alat bukti dan petunjuk agar terang benderang peristiwa ini,” tambahnya.

    Terkait pelaku, Danrem 043/Garuda Hitam (Gatam) Brigjen TNI Rikas Hidayatullah mengonfirmasi bahwa seorang oknum TNI telah diamankan oleh Denpom terkait penembakan tersebut.

    “Kami harap masyarakat bersabar. Untuk sementara, satu oknum sudah diamankan dan penyelidikan terus berlanjut,” kata Rikas.

    Tragedi Way Kanan ini menjadi pukulan berat bagi institusi kepolisian dan keluarga korban. Dengan jumlah selongsong peluru yang ditemukan dan hasil autopsi yang mengerikan, investigasi terus dilakukan untuk memastikan keadilan ditegakkan. Semua pihak kini menunggu hasil penyelidikan yang diharapkan mampu mengungkap dalang di balik insiden tragis ini.

  • Anggota Polres Situbondo Dilaporkan Istrinya usai Diduga Lakukan KDRT, Selingkuh, dan Paksa Aborsi – Halaman all

    Anggota Polres Situbondo Dilaporkan Istrinya usai Diduga Lakukan KDRT, Selingkuh, dan Paksa Aborsi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang perempuan berinisial APP (23) melaporkan suaminya yang merupakan anggota Polres Situbondo berinisial DED (26) lantaran diduga melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

    Tak cuma itu, DED juga diduga berselingkuh dan memaksa APP melakukan aborsi.

    Dikutip dari Tribun Jatim, DED disebut menyuruh APP mengaborsi anak kedua yang dikandungnya menggunakan obat dengan dalih tidak bisa membiayai.

    Namun, APP mencurigai suaminya itu berbohong dan menduga DED justru membiayai selingkuhannya tersebut.

    “Dia (DED) saya laporkan KDRT dan perselingkuhan di Polres,” katanya pada Selasa (18/3/2025).

    Perempuan yang merupakan warga Desa Wonoplitahan, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo itu mengungkapkan berbagai kekerasan yang dialaminya sejak awal menikah dengan DED pada tahun 2024.

    Dia mengaku dianiaya oleh DED dengan cara memukul tangan, kaki, dan punggungnya.

    Sementara terkait pemaksaan untuk melakukan aborsi, APP dipaksa DED untuk meminum kapsul penggugur kandungan.

    Padahal, APP menegaskan tidak mau untuk melakukannya.

    Ia menyebut saat proses pemaksaan untuk pengguguran tersebut, anak yang dikandungnya sudah berwujud manusia.

    “Saya tidak mau menggugurkan janin saya, tetapi suami saya saat itu mendesak saya secara terus-menerus sehingga terpaksa saya minum.”

    “Setelah minum, saya mengalami panas demam yang akhirnya menyebabkan keguguran. Saya sedih, sebenarnya sudah tidak berbentuk janin tetapi sudah berbentuk manusia,” ucapnya.

    Adapun pemaksaan aborsi tersebut diduga terjadi pada Maret 2024 lalu.

    Di sisi lain, meski melakukan pemaksaan aborsi, DED disebut tidak turut mendampingi APP saat dirawat di rumah sakit.

    “Setelah aborsi, saya ada di rumah sakit. Selama perawatan, dia tidak menemani dan sampai pulang, saya pulang sendiri pakai Gojek,” katanya.

    Kini, APP pun melaporkan DED ke Propam Polres Situbondo dengan nomor surat STTLP/B/272/XII/2024/SPKT/POLRESSITUBONDO/POLDAJATIM pada Desember 2024.

    Terpisah, Kapolres Situbondo, AKBP Rezi Dharmawan membenarkan terkait adanya laporan tersebut.

    Kini, Rezi menyebut pihaknya masih memproses laporan tersebut dan meminta awak medai bersabar terkait hasil penyelidikan.

    “Kasus tersebut sedang berjalan dengan baik, laporan pidana dan kode etiknya,” katanya, dikutip dari Kompas.com.

    Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jatim dengan judul “Istri Laporkan Suami Polisi usai Dipaksa Aborsi Janin Anak, Tak Percaya Alasan Biaya: Dia Selingkuh”

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jatim/Ignatia)(Kompas.com/Ridho Abdullah Akbar)

  • Pelajar di Grobogan Terpaksa Naik Perahu ke Sekolah akibat Banjir, Seberangi Kali Pakai Seutas Tali – Halaman all

    Pelajar di Grobogan Terpaksa Naik Perahu ke Sekolah akibat Banjir, Seberangi Kali Pakai Seutas Tali – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Siswa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, terpaksa menyeberangi kali dengan perahu darurat setiap hendak pergi ke sekolah.

    Hal itu dilakukan lantaran jalan utama Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan terputus akibat banjir.

    Warga tak dapat melintasi jalan tersebut lantaran amblas diterjang derasnya air saat tanggul Sungai Tuntang jebol pada Minggu (9/3/2025).

    Jalan yang terputus sepanjang 20 meter itu masih tergenang air dengan kedalaman mencapai 3 meter.

    Akibatnya, aktivitas warga menjadi terganggu, terutama anak-anak yang hendak berangkat sekolah.

    Sejumlah siswa dan siswi di Desa Baturagung terpaksa menggunakan perahu darurat yang disediakan relawan untuk mobilitas warga.

    Sebab, jika tidak menaiki perahu, warga harus memutar jalan sekitar empat kilometer untuk sampai ke sekolah.

    Pelajar takut jatuh

    Tampak belasan pelajar dengan seragam Pramuka mengantre menaiki perahu.

    Tanpa didampingi orang dewasa, mereka bergiliran menarik perahu untuk sampai ke tepian sungai.

    Beruntung, arus sungai saat itu terlihat tenang dan tidak deras.

    Namun, solusi perahu darurat ini masih menimbulkan ketakutan bagi pelajar.

    Risiko terjatuh karena pelajar kesulitan untuk menyeberang menggunakan perahu dengan seutas tali tambang yang dibentangkan dari kedua tepi sungai.

    Kekhawatiran tersebut disampaikan oleh Dita, siswi SMPN 3 Gubug, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.

    Dita tak punya pilihan lain karena menaiki perahu adalah rute tercepat yang bisa ditempuh ke sekolahnya.

    “Deg-degan (naik perahu), kalau memutar lewat Tambakan nanti lama, ada 17 menit selisih waktunya,” ucapnya, dikutip TribunJateng.com pada Senin (17/3/2025).

    Dita berharap jalan desa segera diperbaiki agar kegiatan sekolah bisa kembali berjalan lancar dan aman.

    “Berharap jalannya diperbaiki tidak kayak gini, karena rawan terjadi kecelakaan,” ungkapnya.

    Hal senada juga diungkapkan oleh Sinta, siswi SMPN 1 Gubug.

    Meskipun takut menyeberang naik perahu, Sinta mengaku tidak punya pilihan lain karena harus bersekolah.

    “Takut tapi tetap menyeberang karena harus sekolah,” kata Sinta.

    Jika kondisi air surut, Sinta lebih memilih memutar lewat jalan Ringinkidul karena dianggap lebih aman.

    “Kalau sudah surut pilih memutar karena takut menyeberang perahu,” imbuhnya.

    Sinta berharap jalan desa segera diperbaiki agar aktivitas sekolah tidak terhambat.

    Warga minta jalan segera dibangun 

    Hartono, yang merupakan warga setempat juga mengeluhkan terkait jalan utama yang terputus.

    Dia berharap pemerintah segera memperbaiki jalan tersebut karena akses utama ke desa sangat terganggu dan warga merasa terisolasi.

    “Sangat terganggu karena jalan utama satu-satunya, kalau mau memutar juga putus aksesnya karena terkena dampak banjir,” ungkap Hartono.

    Ia berharap sebelum Lebaran, jalan tersebut dapat diperbaiki dan kembali berfungsi normal.

    “Saya sebagai warga Dusun Mintreng, Desa Baturagung kepada pemerintah yang di atas sana semoga jalan dibangun kembali,” harap Hartono.

    “Soalnya ini akses jalan utama untuk anak-anak sekolah harapan kami segera dibangun kembali seperti semula,” ujarnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng dengan judul Pelajar Terpaksa Menyeberang Perahu Darurat ke Sekolah, Jalan Putus di Baturagung Belum Diperbaiki.

    (Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunJateng.com/Fachri Sakti Nugroho)