Jenis Media: Regional

  • Prakiraan Cuaca Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik Hari Ini, 6 April 2025

    Prakiraan Cuaca Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik Hari Ini, 6 April 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda kembali merilis prakiraan cuaca untuk wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik pada Minggu, 6 April 2025.

    Informasi ini penting bagi masyarakat yang merencanakan aktivitas di luar ruangan, terutama dalam suasana libur Lebaran yang masih berlangsung.

    “Hari ini cuaca di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik diprakirakan cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan,” ujar Prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., Sabtu (5/3/2025).

    Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini

    Di Kota Surabaya, BMKG memprediksi cuaca pagi akan berawan, lalu berubah menjadi cerah menjelang siang hingga malam hari. Kondisi ini berlaku di sejumlah kecamatan seperti Mulyorejo, Tegalsari, Sawahan, hingga Wonokromo.

    Suhu udara: 24°C – 33°C
    Kelembapan: 65% – 94%
    Kecepatan angin: 18,5 km/jam dari arah Timur

    Prakiraan Cuaca Sidoarjo Hari Ini

    Kondisi cuaca di Sidoarjo relatif sama dengan Surabaya, dengan dominasi cuaca cerah berawan pada pagi dan siang hari, serta cenderung cerah pada sore hingga malam hari. Wilayah seperti Wonoayu, Tulangan, Tarik, Prambon, dan Krian diperkirakan tidak mengalami hujan.

    Suhu udara: 24°C – 33°C
    Kelembapan: 61% – 93%
    Kecepatan angin: 18,5 km/jam dari arah Barat Daya

    Prakiraan Cuaca Gresik Hari Ini

    Gresik diprediksi mengalami cuaca yang sedikit berbeda. Pada dini hari, wilayah ini kemungkinan akan diguyur hujan ringan disertai petir, terutama di sekitar Kecamatan Kedamean, Manyar, Menganti, hingga Kebomas. Namun cuaca akan membaik pada pagi hingga malam hari, yang cenderung cerah berawan.

    Suhu udara: 26°C – 30°C
    Kelembapan: 73% – 89%
    Kecepatan angin: 18,5 km/jam dari arah Timur

    Meski cuaca cerah mendominasi, masyarakat disarankan untuk membawa payung atau jas hujan sebagai langkah antisipatif.

    Mengingat cuaca di wilayah tropis seperti Jawa Timur dapat berubah dalam waktu singkat, penting bagi warga untuk selalu memantau pembaruan informasi cuaca melalui aplikasi resmi BMKG atau layanan cuaca daring lainnya.

    Dengan memahami prakiraan cuaca secara detail, masyarakat di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik dapat menjalani aktivitas hari ini dengan lebih aman dan nyaman, termasuk saat bersilaturahmi atau menikmati destinasi wisata lokal. (fyi/kun)

  • 6 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol Semarang-Solo – Halaman all

    6 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol Semarang-Solo – Halaman all

    TRIBUNNNEWS.COM, UNGARAN – Enam kendaraan terlibat dalam kecelakaan beruntun terjadi di ruas Tol Semarang-Solo, tepatnya sekitar KM441 wilayah Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (5/4/2025) malam.

    Tampak sejumlah kendaraan ringsek di bagian belakang dan depan.

    Kecelakaan tersebut juga menyebabkan ketersendatan arus lalu lintas saat pemberlakuan one way arus balik libur lebaran.

    Marketing Communication PT Trans Marga Jateng (TMJ), Dian Saputra mengatakan bahwa dari informasi sementara, terdapat enam kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan tersebut.

    “Betul, enam kendaraan,” kata Dian kepada Tribunjateng.com.

    Dari video yang beredar, tampak petugas tol tengah mengevakuasi sebagian kendaraan menggunakan mobil khusus evakuasi.

    Terlihat posisi sejumlah mobil berada di lajur kanan jalan tol tersebut.

    Menurut Dian, penyebab awal kecelakaan yakni terdapat kendaraan yang mengalami gagal pada fungsi pengereman.

    “Gagal berfungsi rem,” imbuh dia.

    Sebagai informasi, saat ini ruas Tol Semarang-Solo diberlakukan sistem satu arah atau one way dari Salatiga menuju Semarang untuk arus balik.

    PT TMJ, lanjut Dian, terus mengimbau pengguna jalan yang akan melakukan perjalanan melalui jalan tol agar dapat memastikan kondisi pengemudi dan kendaraan dalam keadaan prima dan laik jalan.

    “Selain itu, memastikan kecukupan BBM dan saldo E-toll serta tetap mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan arahan petugas jika terdapat rekayasa lalu lintas demi kelancaran perjalanan,” pungkas dia. (*)

    Penulis: Reza Gustav Pradana

  • Bentuk Tim Safety Official, BPBD Kabupaten Mojokerto Pasang EWS di Lokasi Longsor

    Bentuk Tim Safety Official, BPBD Kabupaten Mojokerto Pasang EWS di Lokasi Longsor

    Mojokerto (beritajatim.com) – Pasca bencana longsor di wilayah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, Blok Watu Lumpang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) akan membentuk tim. BPBD juga akan memasang akan memasang alat Early Warning System (EWS).

    Selain itu, juga akan dipasang mini tremor untuk mendeteksi pergerakan tanah atau gesekan di lokasi longsor. BPBD juga akan menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan stockholder terkait diantaranya, Basarnas, BPBD Provinsi, Tahura Raden Soerjo, FPRB, BMKG, dan instansi lainnya.

    Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo Djati mengatakan, proses pembersihan material belum dapat dilakukan karena menunggu hasil survei dan pemetaan lokasi. “Kita akan membentuk tim untuk melakukan survei, apakah pekerjaan pembersihan sisa longsoran bisa dimulai apa belum?” ungkapnya, Sabtu (5/4/2025).

    BPBD juga akan membentuk Tim Safety Official yang bertugas memantau kondisi lapangan dari atas dan menyampaikan informasi terkini agar bisa dilakukan proses pembersihan sisa material longsor. Mengingat, lanjutnya, saat ini masih cuaca ekstrem sehingga keselamatan pekerja menjadi prioritas utama.

    “Untuk mengetahui kondisi di lapangan seperti apa? Kita akan memasang alat EWS sementara di situ, pergerakan di atas bisa kita ketahui. Yang kedua kita pasang mini tremor untuk mendeteksi pergerakan tanah atau gesekan di lokasi longsor, sekaligus untuk mitigasi pengamanan para pekerja,” katanya.

    Jika hasil dari hasil survei dan BMKG menyatakan aman, maka lanjutnya, Senin (7/4/2025) pekan depan akan mulai pembersihan dengan menggunakan alat berat. Menuruthya, pasca bencana longsor tersebut pihaknya belum bisa menggunakan alat berat untuk melakukan pembersihan sisa material longsor.

    “Karena selama ini kalau alat berat kita mainkan maka ada getaran-getaran yang membahayakan mereka yang melakukan evakuasi. Jangan sampai alat berat kita mainkan untuk mempercepat proses pengerukan sisa longsoran justru menimbulkan korban baru, kita nggak mau itu. Presentasi BMKG, cuaca belum bagus,” jelasnya.

    BMKG dalam pemaparannya menyebutkan kondisi cuaca masih tidak stabil dan berpotensi ekstrem. Oleh karena itu, sebelum proses pembersihan dimulai, tim survei dan mitigasi akan lebih dulu memastikan keselamatan para pekerja baik yang menggunakan alat berat maupun secara manual.

    “Untuk warga yang akan berwisata, jika cuaca seperti saat ini kami menghimbau agar tidak berada di tempat-tempat yang rawan bencana, jangan berteduh di bawah pohon yang rindang atau di bawah papan reklame. Apabila sudah kelihatan hujan, jangan lewat tebing-tebing karena kita tidak tahu, karena kita lawan alam. Masyarakat kami minta menjaga situasi, diri sendiri dan keluarga,” pungkasnya. [tin/kun]

  • Kenapa Tak Ada Adegan Pemerkosaan Saat Reka Ulang TNI AL Bunuh Juwita?

    Kenapa Tak Ada Adegan Pemerkosaan Saat Reka Ulang TNI AL Bunuh Juwita?

    Banjarbaru, Beritasatu.com – Pengacara mempertanyakan tidak adanya adegan pemerkosaan dalam reka ulang pembunuhan jurnalis Juwita (23) oleh tersangka anggota TNI AL Kelasi Satu Jumran yang digelar Denpomal Banjarmasin, Sabtu (5/4/2025).

    Padalah ada dugaan Juwita sempat diperkosa sebelum dibunuh pada Sabtu (22/3/2025). Hal itu dibuktikan dengan adanya temuan cairan sperma pada kemaluan korban berdasarkan hasil autopsi.

    “Padahal saat autopsi, terdapat cairan putih (sperma) volume cukup banyak di bagian rahim dan luka lebam di kemaluan korban. Ini masih menjadi pertanyaan, apakah sperma ini milik tersangka,” kata kuasa hukum keluarga korban, Dedi Sugiyanto seusai menghadiri rekonstruksi 33 adegan pembunuhan Juwita di Jalan Trans Kalimantan, Gunung Kupang, Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

    Menurut Dedi, jika memang tersangka melakukan rudapaksa terhadap korban, semestinya ada petunjuk dalam rekonstruksi adegan pembunuhan.

    “Namun demikian, berita acara pemeriksaan (BAP) tersangka merupakan rahasia bagi penyidik, sehingga kami tidak mengetahui secara jelas apa keterangan tersangka saat di BAP,” ujarnya dilansir dari Antara.

    Dedi mengatakan rekonstruksi yang telah digelar memberikan gambaran bagaimana cara tersangka menghabisi nyawa korban, mulai dari saat pertemuan pada hari kejadian, membunuh korban di dalam mobil, meletakkan jasad korban di pinggir jalan, hingga meninggalkan lokasi.

    Tetapi, tim kuasa hukum keluarga Juwita mendorong pihak penyidik agar melakukan tes DNA terhadap cairan putih di rahim korban ke laboratorium forensik di Surabaya atau Jakarta, untuk mengetahui apakah sperma yang ada di dalam rahim korban memang milik anggota TNI AL Jumran atau bukan.

    Dedi menjelaskan dugaan rudapaksa yang dialami korban cukup kuat menurut hasil autopsi, di mana dokter menemukan sperma dalam volume cukup banyak, serta luka lebam pada area kemaluan korban.

    Dia mengatakan apa yang telah diperagakan anggota TNI AL itu dalam rekonstruksi sepenuhnya berdasarkan keterangan dari tersangka atau sepihak. Sehingga perlu didalami lebih lanjut apakah ada indikasi yang memungkinkan tersangka memperkosa korban, termasuk dugaan orang lain terlibat.

    “Kami meminta penyidik menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengetahui sperma itu milik siapa. Setelah rekonstruksi ini, semoga semua fakta terungkap, terutama motif pelaku apa sehingga tega menghabisi nyawa korban,” tutur Dedi.

    Penyidik Denpomal Banjarmasin sejauh ini telah memeriksa 10 orang saksi. Dalam rekonstruksi yang meliputi 33 adegan ini, satu orang saksi yang mengetahui keberadaan pelaku di TKP dihadirkan, beserta tersangka yang menampilkan seluruh reka adegan yang terjadi di Jalan Trans Gunung Kupang.

    Rekonstruksi tersebut berlangsung lebih dari satu jam, dan saat ini proses penyidikan masih berjalan guna memproses tersangka sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

    Dalam keterangan yang disampaikan Penerangan Lanal Banjarmasin, anggota TNI AL Jumran pelaku dan barang bukti akan diserahkan ke oditur militer untuk dilaksanakan persidangan secara terbuka.

  • Misteri Larangan Ogoh-ogoh di Desa Adat Renon

    Misteri Larangan Ogoh-ogoh di Desa Adat Renon

    Liputan6.com, Bali – Seluruh desa di Bali umumnya membuat ogoh-ogoh sebagai bagian dari tradisi Nyepi, namun ada satu pengecualian. Desa Adat Renon, Denpasar, telah berhenti membuat ogoh-ogoh sejak 1986.

    Hal ini dikarenakan peristiwa mistis yang mengubah keyakinan masyarakat setempat. Larangan ini masih berlaku hingga kini dan menjadikan Renon sebagai satu-satunya desa di Denpasar yang tidak mengikuti tradisi pengarakkan ogoh-ogoh.

    Mengutip dari berbagai sumber, awal larangan ini bermula dari peristiwa malam pengerupukan tahun 1986. Saat itu, pemuda Renon membuat ogoh-ogoh raksasa dengan wujud yang sangat menyeramkan.

    Selama prosesi pengarakkan, ogoh-ogoh tersebut menunjukkan perilaku aneh. Beberapa warga melihat matanya berkedip, mendengar suara tangisan dari dalam patung, dan menyaksikan ogoh-ogoh bergerak sendiri tanpa campur tangan manusia.

    Kejadian semakin mencekam ketika warga mulai mengalami kerasukan massal. Mereka terjatuh, menangis, dan berbicara dengan suara asing. Puncaknya terjadi di Pura Dalem saat upacara penyucian, di mana banyak orang melihat bayangan hitam besar muncul di langit desa.

    Peristiwa inilah yang membuat tetua desa memutuskan untuk menghentikan tradisi pembuatan ogoh-ogoh. Pada 1996, seorang warga bernama I Wayan Suarta mencoba menantang larangan ini.

    Dengan persetujuan sesepuh desa, ia mulai membuat ogoh-ogoh baru. Akan tetapi, tanda-tanda alam segera muncul.

    Ular poleng (ular belang hitam-putih) terlihat di lokasi pembuatan ogoh-ogoh, dianggap sebagai pertanda buruk dalam budaya Bali. Ketika Suarta pergi ke pura untuk memohon izin, ia mengalami kerasukan.

    Peristiwa ini semakin mengukuhkan keyakinan masyarakat bahwa larangan pembuatan ogoh-ogoh bukan sekadar mitos. Sejak saat itu, tidak ada lagi warga Renon yang berani melanjutkan tradisi ini.

    Ogoh-ogoh merupakan patung raksasa yang melambangkan Bhuta Kala, simbol kekuatan alam semesta dan waktu. Pembuatan dan pengarakkan ogoh-ogoh sebelum Nyepi dimaksudkan untuk mengusir energi negatif.

    Akan tetapi, di Renon, tradisi ini dianggap membawa dampak berlawanan setelah peristiwa 1986. Hingga saat ini, Desa Adat Renon tetap konsisten tidak membuat ogoh-ogoh.

    Setiap tahun, warga merayakan Nyepi tanpa mengadakan pawai ogoh-ogoh seperti desa lainnya. Larangan ini telah menjadi bagian dari aturan adat yang dipatuhi turun-temurun.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Keluarga: Anggota TNI AL Pembunuh Jurnalis Juwita Harus Dihukum Mati!

    Keluarga: Anggota TNI AL Pembunuh Jurnalis Juwita Harus Dihukum Mati!

    Banjarbaru, Beritasatu.com – Keluarga almarhum Juwita (23), jurnalis wanita yang dibunuh oleh Kelasi Satu Jumran di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan meminta agar oknum anggota TNI AL itu diganjar hukuman mati. 

    Hal itu diungkapkan keluarga almarhum Juwita melalui kuasa hukumnya Muhamad Pazri setelah menyaksikan rekonstruksi 33 adegan pembunuhan Juwita yang dilakukan oleh Jumran di Jalan Trans Kalimantan, Gunung Kupang, Cempaka, Banjarbaru, Sabtu (5/4/2025).

    “Tersangka melakukan semua dengan tenang dan persiapan yang matang, ini termasuk pembunuhan berencana. Tersangka harus dihukum maksimal, yaitu pidana mati,” kata Muhamad Pazri dilansir dari Antara.

    Mewakili keluarga korban, tim kuasa hukum juga meminta penyidik Detasemen Polisi Militer Pangkalan TNI AL (Denpomal) Banjarmasin mendalami sejumlah fakta dalam reka ulang adegan yang diperagakan tersangka Jumran.

    “Setelah melihat 33 adegan oleh tersangka Jumran, kami tim kuasa hukum akan pelajari dahulu sebelum berkoordinasi dengan penyidik. Saran dan masukan dari pihak keluarga akan kami sampaikan kepada penyidik,” ujar Pazri.

    Selain tidak adanya adegan dugaan kekerasan seksual yang diperagakan tersangka, pihaknya juga menyoroti rentang waktu pembunuhan yang dilakukan Jumran cukup singkat.

    Menurutnya, jika melihat situasi pada hari pembunuhan pada 22 Maret 2025, maka korban ditemukan saksi sekitar pukul 15.00 Wita.

    Sementara berdasarkan bukti temuan pesan singkat di ponsel, pada hari itu korban dan pelaku bertemu dan mulai bergeser sekitar pukul 10.30 Wita. Berkaitan dengan rentang waktu singkat ini, penyidik tidak menjelaskan jam secara detail saat tersangka Jumran memperagakan 33 adegan pembunuhan.

    Oleh karena itu, Pazri menilai rentang waktu singkat ini perlu didalami lagi apakah memang Jumran sebagai pelaku tunggal, atau justru ada pihak lain yang membantu melancarkan aksi pembunuhan berencana itu dilakukan oleh prajurit TNI AL itu.

    “Teknologi digital forensik bisa mengungkap itu semua, apalagi di mobil yang disewa pelaku ada terpasang GPS, ini bisa dideteksi apa saja persiapan yang dilakukan tersangka. Kemudian, soal data di ponsel yang dihapus tersangka, ini juga bisa dipulihkan. Barang bukti paling banyak ada di ponsel tersangka, semua yang dihubungi dia bisa jadi petunjuk,” tutur Pazri.

    Penyidik Denpomal Banjarmasin sejauh ini telah memeriksa 10 orang saksi. Dalam rekonstruksi yang meliputi 33 adegan ini berlangsung lebih dari satu jam, satu orang saksi yang mengetahui keberadaan pelaku di TKP dihadirkan beserta tersangka yang memperagakan seluruh adegan pembunuhan.

    Dalam keterangan yang disampaikan penerangan Lanal Banjarmasin, selanjutnya pelaku dan barang bukti akan diserahkan ke oditur militeruntuk dilaksanakan persidangan secara terbuka.

    Anggota TNI AL Jumran yang sebelumnya berdinas di Lanal Balikpapan sudah diserahkan Denpomal Balikpapan kepada Denpomal Banjarmasin untuk ditahan selama 20 hari, terhitung sejak Jumat (28/3/2025) malam.

    Diketahui, korban bernama Juwita (23) bekerja sebagai jurnalis media dalam jaringan (daring) lokal di Banjarbaru dan telah mengantongi uji kompetensi wartawan (UKW) dengan kualifikasi wartawan muda.

    Juwita diduga dibunuh oleh Jumran. Jurnalis muda itu ditemukan meninggal dunia di Jalan Trans Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, pada Sabtu (22/3/2025) sekitar pukul 15.00 Wita.

    Jasadnya tergeletak di tepi jalan bersama sepeda motor miliknya yang kemudian muncul dugaan menjadi korban kecelakaan tunggal.

    Warga yang menemukan pertama kali justru tidak melihat tanda-tanda korban mengalami kecelakaan lalu lintas. Di bagian leher korban terdapat sejumlah luka lebam, dan kerabat korban juga menyebut ponsel milik Juwita tidak ditemukan di lokasi.

    Dalam reka ulang terungkap, tersangka Jumran membunuh Juwita dengan cara dipiting dan dicekik dalam mobil lalu membuat skenario seolah-olah korban tewas kecelakaan jatuh dari sepeda motor. Prajurit TNI AL itu juga menghancurkan ponsel korban yang diduga berisi video kekerasan seksual dilakukan pelaku.

  • Mayat Tanpa Kepala Ditemukan di Pesisir Pantai Desa Poteran Talango Sumenep

    Mayat Tanpa Kepala Ditemukan di Pesisir Pantai Desa Poteran Talango Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Warga Dusun Taman, Desa Poteran, Kecamatan/ Pulau Talango, Kabupaten Sumenep Madura dihebohkan dengan penemuan sesosok mayat tanpa kepala di pinggir pantai.

    “Mayat tanpa kepala itu belum diketahui identitasnya. Mayat itu ditemukan dalam kondisi rusak dan sulit dikenali,” kata Plt Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, Sabtu (05/04/2025).

    Mayat Mr. X itu pertama kali ditemukan oleh Rusydi, warga sekitar, saat ia akan ke tegalan miliknya. Ia mencium bau busuk seperti kotoran manusia. Setelah dicari sumber bau busuk itu, ternyata ditemukan sesosok mayat terdampar di pinggir pantai.

    “Saat ditemukan, mayat dalam keadaan tanpa Kepala, jari kaki, jari tangan hancur, dan bagian pantat berlubang, kemudian kelamin rata sehingga jenis kelamin masih belum jelas, dan harus menunggu pemeriksaan petugas rumah sakit,” papar Widiarti.

    Warga yang menemukan mayat itu pun langsung melaporkan ke perangkat desa setempat. Laporan itu diteruskan ke Polsek Talango. Selanjutnya petugas dari Polsek dan Posramil Talango serta Puskesmas Kecamatan Talango mendatangi tempat penemuan mayat tersebut.

    “Namun karena terkendala tidak tersedianya kantung mayat di Puskesmas Talango, maka Kapolsek Talango berkoordinasi dengan Basarnas untuk mengevakuasi mayat Mr. X itu ke RSUD Sumenep,” terang Widiarti.

    Hingga saat ini, identitas mayat tersebut belum diketahui dan anggota Polsek Talango masih melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan meminta keterangan sejumlah saksi. (tem/kun)

  • Bupati Bogor Pasang Badan Terhadap Kades Klapanunggal yang Viral Minta THR: Salah Saya – Halaman all

    Bupati Bogor Pasang Badan Terhadap Kades Klapanunggal yang Viral Minta THR: Salah Saya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR- Bupati Bogor Rudy Susmanto mengatakan dirinya bersalah terkait aksi kepala desa atau kades Klapanunggal Ade Endang Saripudin.

    Kades Klapanunggal menjadi sorotan karena viral meminta Tunjangan Hari Raya (THR) Rp165 juta ke perusahaan di Klapanunggal. 

    “Kalau soal itu, kita harus akui, yang salah adalah saya sebagai Bupati Bogor,” ujarnya kepada wartawan, Sabtu (5/4/2025).

    Padahal Gubernur Jabar Dedi Mulyadi secara tegas meminta polisi segera menangkap Kades Klapanunggal.

    Ia mengatakan, pemerintah daerah telah melarang agar tidak ada pihak yang meminta THR khususnya lembaga pemerintahan.

    Bahkan, kebijakat tersebut diturunkan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dituangkan ke dalam Peraturan Bupati Bogor.

    “Kebijakan itu turun pada bulan suci Ramadan, dan ternyata sudah berjalan (oknum meminta THR) bahkan sebelum sampai ke kecamatan dan kepala desa,” katanya.

    Akan hal tersebut, Rudy Susmanto menegaskan bahwa telah mengambil langkah-langkah melalui Inspektorat untuk menindaklanjuti permasalahan yang muncul kemarahan publik. 

    Namun di samping itu, eks Ketua DPRD Kabupaten Bogor periode 2019-2024 itu mengatakan kepala desa memiliki dedikasi yang besar terhadap masyarakat, khususnya dalam penanganan bencana.

    “Di lokasi bencana, para kepala desa tidak pulang. Saat sembako habis, mereka tetap bertahan. Anggota gabungan kelelahan, tapi mereka tetap bekerja. Pernahkah ada yang mengucapkan terima kasih kepada mereka?” katanya.

    Penulis: Muamarrudin Irfani

  • Diduga Tersambar Petir, Kakek di Purbalingga Ditemukan Meninggal di Atap Rumah – Halaman all

    Diduga Tersambar Petir, Kakek di Purbalingga Ditemukan Meninggal di Atap Rumah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penemuan jasad seorang kakek di atap rumah di Desa Bakulan, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada hari Jumat, 4 April 2025, mengguncang warga setempat.

    Kejadian tersebut dilaporkan ke Polsek Kemangkon dan memicu penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.

    Berikut adalah enam fakta penting mengenai penemuan jasad tersebut.

    Identitas Korban

    Korban dalam kejadian ini adalah Chadingun, seorang lelaki berusia 76 tahun.

    Ia merupakan warga Desa Bakulan, Kemangkon, Purbalingga.

    Keluarga dan masyarakat sekitar sangat terpukul dengan berita kematiannya.

    Menurut Kapolsek Kemangkon, AKP Heri Iskandar, Chadingun telah dilaporkan hilang oleh keluarganya sehari sebelum penemuan jasadnya.

    Keluarga telah melakukan pencarian ke berbagai lokasi, namun tidak berhasil menemukan Chadingun.

    “Hingga akhirnya ditemukan ada di atap rumahnya dalam keadaan sudah meninggal dunia,” ujar Kapolsek pada Sabtu, 5 April 2025.

    Jasad Chadingun ditemukan oleh anggota keluarganya pada pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB.

    Di sekitar lokasi penemuan, ditemukan pula tangga aluminium dan sepasang sandal milik korban, yang menandakan bahwa ia mungkin sedang melakukan sesuatu di atap rumah.

    Apakah Ada Luka pada Jasadnya?

    Pemeriksaan medis menunjukkan adanya luka bakar di jempol kaki kanan dan kelingking kaki kiri korban.

    Selain itu, juga ditemukan lebam di area kepala dan lecet di dahi.

    Temuan ini menimbulkan pertanyaan mengenai penyebab kematian Chadingun.

    Pihak kepolisian menduga bahwa Chadingun tewas akibat tersambar petir.

    Kapolsek menjelaskan bahwa luka-luka yang ditemukan pada jasadnya kemungkinan besar diakibatkan oleh sambaran petir saat ia tengah memperbaiki atap rumah.

    “Karena pada instalasi listrik tidak ditemukan korsleting,” tambah Kapolsek.

    Tidak Ada Tanda-tanda Kekerasan

    Setelah menjalani pemeriksaan, pihak kepolisian menyatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jasad Chadingun.

    Keluarga kemudian menerima jenazah untuk proses pemakaman dan menolak untuk dilakukan otopsi.

    “Keluarga menerima jenazah untuk proses pemakaman dan tidak menghendaki dilakukan otopsi,” ujar Kapolsek.

    Kejadian ini menjadi peringatan bagi kita semua akan bahaya yang mungkin mengancam saat melakukan aktivitas di ketinggian, terutama di musim hujan atau saat cuaca buruk.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul BREAKING NEWS: Jasad Lansia di Purbalingga Ditemukan di Atap Rumah, Ada Luka di Jempol Kaki.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Hama Tikus Menyerang Sawah di Jember, Petani Resah

    Hama Tikus Menyerang Sawah di Jember, Petani Resah

    Jember (beritajatim.com) – Hama tikus mulai menyerang sebagian sawah di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Ini membuat petani resah.

    Abdul Faseh, petani di Kelurahan Kranjingan, Kecamatan Sumbersari, mengatakan, tikus merusak satu hektare padi berusia 60 hari yang dikelola kelompok tani Darma Mukti.

    “Kondisinya parah sekali. Mungkin kalau ditotal dengan kerugian, balik modal sudah untung,” kata Faseh, Sabtu (5/4/2025).

    Petani berusaha menangani dengan meracun tikus itu dan melaporkan hal ini kepada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan. “Ternyata di dinas tidak ada stok racun tikus,” kata Faseh.

    Sementara itu, Sekretaris Dinas TPHP Jember Sigit Boedi Ismoehartono mengatakan, luas sawah yang diserang tikus kurang lebih 30 hektare.

    “Biasanya hama tikus menyerang sawah yang memiliki pola tanam tidak terputus. Artinya dalam setiap tahun padi ditanami padi terus,” kata Sigit.

    Hama tikus hasll buruan petani di Jember.

    Sigit mengatakan serangan hama tikus sebenarnya bisa dikendalikan. Metode paling umum digunakan qdalah gropyokan. Para petani berburu tikus bersama-sama. “Cara ini cukup efektif,” katanya.

    Petani juga bisa memanfaatkan burung hantu sebagai predator alamiah tikus dengan cara membangun rumah bagi burung malam itu.

    Dinas TPHP Jember sudah membangun rumah burung hantu (rubuha) di sejumlah lokasi pada 2022-2024. “Akan sangat efektif kalau masyarakat mengusulkan pembangunan rubuha,” kata Sigit.

    “Dulu musuh bebuyutan tikus adalah ular. Tapi sekarang ular lebih banyak di kebun binatang daripada di sawah karena ular dianggap membahayakan manusia,” kata Sigit.

    Metode lainnya adalah rodentifikasi atau pengasapan di lubang-lubang tempat tikus bersarang. “Ini semacan mercon yang tidak meledak tapi menghasilkan asap yang membuat tikus mabuk dan mati,” kata Sigit. [wir/beq]