Jenis Media: Politik

  • Imbas Kericuhan hingga Penjarahan Rumah, PAN Nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya di DPR

    Imbas Kericuhan hingga Penjarahan Rumah, PAN Nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya di DPR

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Partai Amanat Nasional (PAN) resmi menonaktifkan dua anggotanya di DPR RI, Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio, serta Surya Utama atau Uya Kuya. Keputusan itu diambil menyusul gelombang demonstrasi yang berujung ricuh di sejumlah daerah.

    “Mencermati dinamika dan perkembangan saat ini, DPP PAN memutuskan untuk menonaktifkan Saudaraku Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio) dan Saudaraku Surya Utama (Uya Kuya) sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi PAN DPR RI, terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025,” demikian pernyataan resmi PAN, Minggu (31/8).

    Nama Eko dan Uya sebelumnya ramai diperbincangkan publik setelah video joget keduanya di Sidang Tahunan DPR/MPR pada 15 Agustus lalu beredar luas. Kontroversi semakin mencuat ketika aksi massa menyasar rumah keduanya yang dijarah pada Sabtu (30/8) malam.

    Di tengah kondisi yang memanas, PAN menyerukan kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi. Partai berlambang matahari itu juga mengimbau agar penyelesaian masalah sepenuhnya dipercayakan kepada pemerintah.

    “PAN mengimbau kepada masyarakat untuk bersikap tenang, sabar dan mempercayakan secara penuh kepada pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto untuk menyelesaikan persoalan ini secara tepat, cepat, dan selalu berpihak kepada rakyat serta untuk kemajuan bangsa Indonesia ke depan,” lanjut pernyataan tersebut.

  • PAN nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya sebagai anggota DPR

    PAN nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya sebagai anggota DPR

    Jakarta (ANTARA) – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) menonaktifkan Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio dan Surya Utama alias Uya Kuya sebagai anggota DPR RI mulai Senin, 1 September 2025.

    Hal itu diumumkan PAN melalui siaran pers yang diteken oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Sekretaris Jenderal PAN Viva Yoga Mauladi pada Minggu.

    PAN menyatakan berkomitmen menjaga kehormatan, disiplin, serta integritas wakil rakyat yang berasal dari PAN dalam menjalankan tugas-tugas konstitusional di DPR RI.

    “PAN mengimbau kepada masyarakat untuk bersikap tenang, sabar dan mempercayakan secara penuh kepada pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto,” kata Viva kepada wartawan di Jakarta, Minggu.

    Dia meminta masyarakat percaya bahwa Presiden Prabowo akan menyelesaikan persoalan ini secara tepat, cepat, dan selalu berpihak kepada rakyat untuk kemajuan bangsa Indonesia ke depan.

    Dalam siaran pers itu, PAN yang lahir dari rahim reformasi menyatakan bakal tetap terus memegang teguh untuk merealisasikan nilai-nilai reformasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    PAN juga berkomitmen untuk terus mendengarkan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat untuk menjadi kebijakan dan program-program pemerintah agar sesuai dengan aspirasi masyarakat dan dapat bermanfaat buat masyarakat secara langsung.

    Perjuangan PAN di lembaga legislatif juga akan tetap menjaga komitmen dan tugas-tugas konstitusional untuk fungsi legislasi, penganggaran, dan kontrol serta pengawasan, agar pemerintahan dan tata kelola Negara dapat berjalan secara efektif, efisien, dan berdampak pada kemajuan dan kemakmuran bangsa.

    “Demikian siaran pers ini dibuat disertai dengan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia agar dapat menata kembali untuk perjuangan di masa depan,” kata Viva.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mewujudkan Komunikasi Publik yang Bermartabat

    Mewujudkan Komunikasi Publik yang Bermartabat

    Yogyakarta (beritajatim.com)- Menghadapi kondisi Indonesia yang kurang kondusif saat ini, komunikasi menjadi ujung tombak dan bagian yang sangat penting. Maka kehadiran tokoh yang memahami komunikasi public dengan baik menjadi hal yang penting meredakan kondisi panas yang terjadi di Indonesia.

    Pakar komunikasi dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Yogyakarta,Assoc Prof Dr Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi, CIIQA, CIAR, CPM (Asia) menuturkan akhir akhir ini komunikasi yang dilakukan oleh pejabat publik kurang mampu direduksi menjadi sekadar pertukaran informasi belaka.

    Padahal setiap ucapan, pilihan kata, dan gaya penyampaian adalah sebuah performa budaya yang sarat dengan makna simbolik. Ketika seorang pejabat menggunakan label kasar untuk merujuk pada rakyat yang tengah menyuarakan aspirasinya, yang terjadi bukanlah sekadar luapan emosi sesaat.

    Tindakan itu merupakan sebuah proses produksi makna yang halus namun powerful: sebuah upaya pembingkaian (framing) yang menggeser posisi warga dari partisipan politik yang sah menjadi entitas marginal dan ter-kriminalisasi.

    Bahasa, dalam konteks ini, berubah menjadi alat kekuasaan yang membentuk realitas dan mempertegas garis pemisah antara “kami” dan “mereka”.

    Budaya politik suatu bangsa sangat dibentuk oleh resonansi linguistik dari para pemimpinnya. Ketika bahasa yang digunakan terasa jumawa, berjarak, dan miskin empati, publik tidak akan mendengar isi pesannya, melainkan bagaimana pesan itu disampaikan.

    Mereka akan membaca sikap dan karakter. Citra yang terbentuk adalah citra elite yang terasing, yang meminggirkan (to marginalize) pengalaman hidup dan penderitaan riil rakyatnya. Jurang pemisah (gap) budaya dan kepercayaan pun semakin menganga.

    “Sebaliknya, kita masih mengenang figur-figur juru bicara di era sebelumnya yang berhasil membangun otoritas bukan melalui kerasnya suara, melainkan melalui narasi yang lembut, konsisten, dan legitimatif. Mereka memahami bahwa kredibilitas adalah mata uang yang paling berharga dalam komunikasi publik,” jelas Edwi.

    Dana kepercayaan publik (public trust fund) tidak dibangun melalui program-program monologis yang gemerlap. Ia lahir secara organik dari budaya komunikasi yang membumi sebuah praktik yang jujur, responsif, dan yang terpenting, mempertontonkan empati yang tulus. Inilah esensi dari model two-way symmetrical communication, sebuah model ideal di mana pejabat tidak hanya bertindak sebagai corong kebijakan, tetapi juga sebagai pendengar yang aktif dan interpreter yang bijak.

    Model ini menuntut kemampuan untuk tidak sekadar mendengar, tetapi benar-benar menyimak aspirasi publik, lalu menyampaikannya kembali (reframing) dengan kelembutan budi dan kecerdasan budaya, sehingga rakyat merasa dipahami, bukan dihadapi.

    Fenomena terkini memperlihatkan betapa rapuhnya pondasi ini ketika fungsi juru bicara yang sentral dan terkoordinasi terabaikan. Yang muncul adalah fragmentasi narasi dan inkonsistensi pesan yang membingungkan publik.

    “Misalnya, ketika seorang Wakil Ketua DPR menyampaikan evaluasi kritis terhadap kebijakan pajak sebuah domain yang bukan ranah wewenangnya tidak hanya melampaui batas prosedural, tetapi juga menciptakan kesan bahwa tidak ada satu pun suara yang benar-benar otoritatif,” bebernya.

    Situasi ini melahirkan sebuah krisis makna: komunikasi pemerintah menjadi tidak utuh, tidak mewakili lembaga, dan pada akhirnya, semakin tidak mewakili rakyat.
    Terdapat beberapa romendasi untuk pendekatan komunikasi pemerintah yang perlu dibenahi secara fundamental yaitu:

    1. Pembangunan Budaya Institusi yang Empatik

    Pelatihan komunikasi untuk pejabat harus melampaui teknik presentasi.

    Ia perlu masuk ke dalam pelatihan narasi empatik dan pemaknaan simbolik, membekali para pejabat dengan kecerdasan budaya untuk membaca situasi dan merespons dengan bahasa yang mempersatukan, bukan memecah belah.

    2. Manajemen Pesan yang Konsisten dan Terkoordinasi

    Setiap lembaga pemerintah perlu memiliki budaya juru bicara yang kuat dan tidak ad-hoc. Hanya dengan suara yang konsisten dan terkelola, sebuah lembaga dapat membangun representasi diri yang otentik dan dapat dipercaya.

    3. Adopsi Model Dialogis yang Simetris

    Pemerintah harus secara aktif mengadopsi dan menginternalisasi model komunikasi dua arah. Ini berarti membangun sistem yang tidak hanya mendengar keluhan, tetapi secara proaktif merespons dengan personalisasi dan kontekstualisasi budaya, menunjukkan bahwa pemerintah hadir bersama rakyat, bukan di atas mereka.

    Pada akhirnya, komunikasi pejabat publik adalah soal kepercayaan. Ia tidak hanya dibangun lewat kebijakan yang substantif, tetapi juga melalui bahasa yang menyejukkan, narasi yang merangkul, dan simbol-simbol yang mengafirmasi rakyat sebagai subjek politik. Ddemokrasi yang sehat, rakyat bukan “penerima pasif” kebijakan, melainkan partisipan aktif yang layak dihormati, di situlah, sejatinya, komunikasi publik menemukan kemanusiaannya. [aje]

  • Muhaimin sebut demo DPR momentum evaluasi gaji dan tunjangan dewan

    Muhaimin sebut demo DPR momentum evaluasi gaji dan tunjangan dewan

    desakan demonstran justru menjadi pintu masuk untuk melakukan reformasi kelembagaan, seluruh pemangku kepentingan, baik di legislatif maupun eksekutif, perlu menjadikan kritik sebagai bahan perbaikan bagi kepercayaan publik terhadap institusi negara

    Jakarta (ANTARA) – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyebut tuntutan demonstran yang menyasar anggota DPR RI adalah momentum untuk mengevaluasi menyeluruh kinerja sekaligus fasilitas negara yang diterima para wakil rakyat.

    Muhaimin, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu, mengatakan kritik publik yang belakangan mencuat adalah cerminan dari ketidakpuasan atas cara lembaga legislatif merespons aspirasi masyarakat.

    “Tentu saja, ini menjadi momentum untuk kita semua melakukan evaluasi, sekaligus mereformasi diri masing-masing. Semua lembaga, saya kira baik legislatif maupun eksekutif untuk benar-benar memahami tuntutan aspirasi itu,” katanya saat akan menghadiri sidang kabinet.

    Menurutnya, tuntutan tersebut perlu dipahami sebagai bagian dari solidaritas dan koreksi bersama, tidak hanya untuk lembaga DPR, tetapi juga lembaga eksekutif.

    Ia menegaskan, salah satu aspek yang perlu ditinjau ulang adalah tunjangan yang diterima anggota DPR, seperti rumah dan berbagai insentif lain disebutnya kerap menimbulkan kecemburuan sosial, sehingga wajar bila menjadi sorotan publik.

    Muhaimin juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan anggaran negara, termasuk soal gaji dan tunjangan wakil rakyat.

    Ia menolak anggapan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, melainkan harus dibuka secara jelas kepada masyarakat.

    “Tidak ada yang bisa ditutupi kan, semuanya terbuka. Keterbukaan itulah yang harus menjadi bagian dari dialog kita dengan masyarakat,” ujarnya.

    Menurut Muhaimin, desakan demonstran justru menjadi pintu masuk untuk melakukan reformasi kelembagaan.

    Ia menilai seluruh pemangku kepentingan, baik di legislatif maupun eksekutif, perlu menjadikan kritik sebagai bahan perbaikan bagi kepercayaan publik terhadap institusi negara.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ojol dan warga kompak bersihkan pos polisi dirusak massa di Surabaya

    Ojol dan warga kompak bersihkan pos polisi dirusak massa di Surabaya

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah warga bersama pengemudi ojek online (ojol) di Surabaya, Jawa Timur, membersihkan pos polisi yang dirusak massa aksi pada Jumat (29/8) dini hari, dengan menyapu, mengepel, hingga membersihkan serpihan kaca di lokasi.

    Mereka membersihkan tiga pos penjagaan polisi yang berada di Pos Lantas Bundaran A Yani atau Taman Pelangi, Raya Darmo atau Taman Bungkul, dan Wonokromo atau sisi timur KBS.

    Warga Banyuurip Surabaya, Septinda itu mengaku senang melihat para driver ojol bersama sama dengan warga membersihkan pos yang sebelumnya menjadi sasaran pengerusakan oleh massa aksi unjuk rasa

    “Ini tadi pas lewat kok banyak driver ojol ngecat, terus sama teman saya berhenti, sempat merekam sebentar. Mereka terlihat kompak sekali,” kata wanita berusia 31 tahun itu, Minggu.

    Sementara itu, seorang pengemudi ojol Eko Setiawan mengungkapkan bahwa aksi ini merupakan bentuk keprihatinan atas kerusakan yang terjadi. Pria yang yang telah berprofesi sebagai ojol selama 9 tahun itu mengaku miris dengan ulah oknum peserta aksi yang merusak fasum.

    “Demo boleh, tapi tolong jangan rusak kota ini. Surabaya ini rumah kita, tempat kita mencari nafkah,” kata Eko.

    Menurut dia, aksi bahu-membahu untuk membersihkan puing-puing dan serpihan bekas kerusuhan itu dilakukan secara spontan. Mereka, kata dia, mengumpulkan sampah, menyapu jalanan, serta membersihkan sisa-sisa pembakaran.

    Untuk biaya kegiatan pembersihan, ia mengaku sepenuhnya ditanggung secara swadaya, terutama oleh para pengemudi ojol.

    “Ini tadi kami patungan, swadaya (biaya untuk membersihkan lokasi),” ujarnya.

    Pembagian wilayah pembersihan dilakukan berdasarkan lokasi pos polisi yang dirusak dan dibakar. Menurut dia, setiap pos polisi diisi oleh 10 hingga 20 orang pengemudi ojol.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sahroni dan Nafa Urbach resmi dinonaktifkan sebagai anggota DPR RI

    Sahroni dan Nafa Urbach resmi dinonaktifkan sebagai anggota DPR RI

    ANTARA – DPP partai NasDem menonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem terhitung sejak hari Senin tanggal 1 September 2025. Keputusan ini merupakan respons partai karena keduanya dinilai telah menyinggung perasaan rakyat hingga mengakibatkan terjadinya berbagai unjuk rasa yang telah menelan korban jiwa. po(Moch Mardiansyah Al Afghani/Satrio Giri Marwanto/Nanien Yuniar)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Selain Sahroni, Nasdem Juga Copot Nafa Urbach Sebagai Anggota DPR, Ini Penyebabnya

    Selain Sahroni, Nasdem Juga Copot Nafa Urbach Sebagai Anggota DPR, Ini Penyebabnya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Partai Nasional Demokrat (NasDem)  resmi menonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai anggota DPR RI, terhitung per 1 September 2025.

    Berdasarkan surat yang beredar, hal tersebut telah ditandatangani oleh Ketua Umum Surya Paloh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hermawi F. Taslim.

    “Dengan ini, DPP Partai NasDem menyatakan terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025 DPP Partai NasDem menonaktifkan saudara Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai Anggota DPR-RI dari Farksi Partai NasDem,” demikian bunyi pernyataan Partai NasDem, dikutip Minggu (31/8).

    Sahroni dan Nafa merupakan dua anggota Partai NasDem yang paling disorot belakangan ini, karena pernyataannya yang kontroversial di tengah kritikan masyarakat.

    Sahroni menuturkan bahwa desakan untuk membubarkan DPR adalah sikap yang keliru. Ia bahkan menyebut pandangan tersebut sebagai pandangan dan mental orang tolol.

    “Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia. Kenapa? Kita nih memang orang semua pintar semua? Enggak bodoh semua kita,” ujar Sahroni saat melakukan kunjungan kerja di Polda Sumut pada 22 Agustus 2025.

    Sementara itu, Nafa Urbach menuai kritikan karena video yang menyatakan dukungan pada tunjangan rumah DPR. Ia dinilai tidak memiliki empati terhadap rakyat dengan pernyataannya saat live di media sosial TikTok @nafaurbach80.

    Nafa mengaku kerap terjebak macet dalam perjalanan menuju Gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta dari rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan, sehingga mendukung adanya tunjangan rumah tersebut. (Pram/Fajar)

  • Prabowo kumpulkan ketum partai dan kabinet di Istana Jakarta

    Prabowo kumpulkan ketum partai dan kabinet di Istana Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto mengumpulkan sejumlah ketua umum partai politik dan anggota Kabinet Merah Putih di Istana Kepresidenan Jakarta, Minggu siang.

    Mereka terlihat memasuki kompleks istana melalui Pintu Pilar sejak pukul 11.00 WIB untuk menuju ke lingkungan Kantor Presiden.

    Ketua MPR sekaligus Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menjadi salah satu tokoh yang pertama hadir, tercatat tiba sekitar pukul 11.12 WIB.

    Disusul kemudian oleh Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat yang juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, serta perwakilan dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas.

    Ibas hadir di lokasi untuk mewakili kapasitas sang kakak Agus Harimurti Yudhoyono selaku Ketum Demokrat yang berhalangan hadir karena penugasan negara ke China.

    Selain itu, juga hadir Penasihat Khusus Presiden Indonesia Bidang Politik dan Keamanan Wiranto.

    Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin kepada awak media mengatakan bahwa kedatangannya ke Istana untuk menghadiri dua agenda, yakni pertemuan dengan Presiden Prabowo dan rapat kabinet.

    “Hari ini saya bersama siapa saya nggak tahu, pokoknya akan ada pertemuan dengan presiden. Terus yang kedua, nanti akan ada rapat kabinet,” ujar Muhaimin.

    Menanggapi isu hangat terkait dinamika di DPR, termasuk sorotan publik mengenai tunjangan anggota dewan, Muhaimin menilai situasi ini bisa menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh di berbagai lembaga negara.

    “Tentu saja ini menjadi momentum untuk kita semua melakukan evaluasi sekaligus mereformasi diri masing-masing. Semua lembaga, baik legislatif maupun eksekutif, harus benar-benar memahami tuntutan aspirasi itu. Aspirasi untuk menunjukkan solidaritas,” ujarnya.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Imam Budilaksono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • UGM serukan gerakan damai, hentikan kekerasan dalam aksi massa

    UGM serukan gerakan damai, hentikan kekerasan dalam aksi massa

    UGM mengingatkan Pemerintah dan DPR agar membatalkan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada keadilan dan mengancam keberlangsungan demokrasi

    Yogyakarta (ANTARA) – Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyerukan gerakan damai, sekaligus menghentikan segala bentuk kekerasan, dalam aksi massa yang eskalasinya meningkat di berbagai daerah.

    Rektor UGM Prof. Ova Emilia saat membacakan seruan moral di Balairung UGM, Minggu, menegaskan bahwa kekerasan hanya akan menambah penderitaan masyarakat dan merusak nilai kemanusiaan.

    “Kami menyampaikan duka yang mendalam atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam rangkaian aksi massa, dan mengimbau semua pihak untuk menghentikan tindakan kekerasan dan anarkisme demi menjaga nilai kemanusiaan dan kemartabatan,” kata Ova.

    Menurut Ova, jalan damai dapat membuka ruang dialog yang lebih konstruktif, sementara jalan kekerasan hanya akan memperpanjang luka sosial.

    “UGM mendukung gerakan damai atas tuntutan masyarakat untuk mendorong pemerintah melakukan perbaikan menyeluruh, khususnya dalam penegakan hukum, pemulihan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.

    Dalam seruan moral itu, UGM juga mengingatkan pemerintah dan DPR untuk mengevaluasi serta membatalkan kebijakan yang dinilai tidak adil, memperlebar kesenjangan sosial, mengancam demokrasi, dan menguntungkan kelompok elit politik maupun oligarki.

    “UGM mengingatkan Pemerintah dan DPR agar membatalkan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada keadilan dan mengancam keberlangsungan demokrasi,” ucap Ova.

    Kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa UGM, ia mengajak untuk tetap berperan aktif mengawal kondisi bangsa dengan cara yang konstruktif.

    Mahasiswa sebagai agen perubahan, kata Ova, harus menyuarakan keadilan sekaligus menjaga keselamatan diri.

    “UGM mendorong mahasiswa untuk menunjukkan kepedulian terhadap kondisi bangsa dengan cara yang konstruktif dan penuh kehati-hatian dalam setiap tindakan,” katanya.

    Rektor UGM pun berpesan kepada aparat penegak hukum agar lebih responsif dan akuntabel dalam meredam konflik sosial.

    “Kami mengimbau penyelenggara negara dan pihak berwenang untuk mendengarkan aspirasi masyarakat secara saksama agar korban tidak lagi berjatuhan dan ketertiban serta keamanan masyarakat segera pulih,” ujar dia.

    Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM Arie Sujito menuturkan bahwa perubahan hanya bisa dicapai melalui cara damai, bukan kekerasan yang justru menambah penderitaan rakyat.

    “Demonstrasi besar jangan sampai terjebak pada kekerasan, karena kekerasan hanya akan melahirkan korban dan itu sering kali merugikan rakyat,” ucapnya.

    Arie menyebut langkah represif yang selama ini muncul hanya memperparah ketegangan dan memperlebar jurang ketidakpercayaan.

    Ia mengingatkan pemerintah untuk segera hadir dengan solusi nyata, serta merespons dengan langkah-langkah konkret.

    “Pemerintah harus segera merespons dengan langkah-langkah konkret, minimal mengurangi tindakan represif karena itu membahayakan rakyat,” tuturnya.

    Menurut Arie, meningkatnya eskalasi massa tidak lepas dari akumulasi persoalan struktural, mulai ekonomi, pengangguran, hingga kebijakan anggaran yang kontroversial.

    Dengan demikian, dia berharap suara kritis masyarakat harus dipandang sebagai masukan, bukan ancaman.

    “Mari kita hentikan kekerasan, tapi sikap kritis dan aksi tetap harus disuarakan agar pemerintah segera melakukan perbaikan,” ujar Arie.

    Pewarta: Luqman Hakim
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kondisi rumah Menkeu Sri Mulyani

    Kondisi rumah Menkeu Sri Mulyani

    Minggu, 31 Agustus 2025 13:27 WIB

    Personel TNI berjaga di rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berantakan usai didatangi massa tidak dikenal di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (31/8/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz

    Personel TNI berjaga di rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berantakan usai didatangi massa tidak dikenal di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (31/8/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz

    Pekerja mengumpulkan barang yang dikeluarkan dari rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani oleh massa tidak dikenal di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (31/8/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.