Listrik di PLBN Motaain Kerap Padam, Aktivitas Perlintasan di Tapal Batas Terganggu
Tim Redaksi
BELU, KOMPAS.com —
Aliran listrik di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih kerap padam sehingga mengganggu aktivitas pelayanan.
“Untuk di PLBN sendiri terkadang memang terjadi pemadaman listrik,” ujar Kepala Administrator PLBN Motaain, Maria Fatima Rika, saat ditemui
Kompas.com,
Jumat (15/8/2025).
Rika menjelaskan, pemadaman listrik menyebabkan pelayanan terhadap orang dan barang, baik dari maupun menuju Timor Leste, menjadi tersendat. Hal ini karena seluruh proses pelayanan di PLBN telah berbasis teknologi digital.
“Kalau listrik di PLBN padam, kami mengalami kesulitan untuk pelayanan para pelintas, baik itu pelintas batas orang maupun barang. Karena semuanya sudah digital,” tuturnya.
Dalam sepekan, pemadaman listrik di PLBN Motaain bisa terjadi hingga tiga kali, dengan durasi satu hingga tiga jam setiap kali padam.
“Seminggu itu kadang bisa sampai tiga kali pemadaman listrik. Sehari juga kadang pemadaman sampai dua kali,” ungkap Rika.
Meski begitu, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab seringnya pemadaman listrik di wilayah perbatasan tersebut.
“Kalau alasannya, saya tidak berwenang untuk menjawab. Tapi yang jelas kejadian pemadaman listrik masih terjadi,” ucapnya.
Rika berharap suplai listrik di PLBN Motaain dapat stabil agar pelayanan lintas batas tidak terganggu.
Liputan di PLBN Motaain ini merupakan kerja sama redaksi
Kompas.com
dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI.
Selain PLBN Motaain, ekspedisi serupa juga dilaksanakan di PLBN Motamasin dan PLBN Aruk. Kisah perjalanan ini dapat diikuti dalam topik pilihan
HUT ke-80 RI 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Jenis Media: Metropolitan
-
/data/photo/2025/08/15/689f145688ba6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Listrik di PLBN Motaain Kerap Padam, Aktivitas Perlintasan di Tapal Batas Terganggu Megapolitan 15 Agustus 2025
-
/data/photo/2025/08/15/689f3195638b0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kelompok Tani Kampung Bayam Belum Pindah ke Rusun Samping JIS Megapolitan 15 Agustus 2025
Kelompok Tani Kampung Bayam Belum Pindah ke Rusun Samping JIS
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kelompok Tani Madani Kampung Bayam belum pindah ke rumah susun (rusun) samping Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara, meski sudah mendapat izin dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan pihak pengelola PT Jakarta Propertindo (JakPro).
Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Furqon, mengatakan, salah satu alasan mereka belum pindah ke rusun samping JIS, karena harus memindahkan ribuan tanamannya terlebih dahulu.
“Pertama, kalau Kelompok Tani kan berbeda dengan taman-teman lain, tinggal bawa perabotan, namun ini kan kita kemarin aja ribuan tanaman harus benar-benar kita rapihkan, kita tata, kita enggak bisa asal selesai aja,” ujar Furqon saat diwawancarai di rusun samping JIS, Jumat (14/8/2025).
Sebab Furqon dan warga lainnya ingin ketika pindah ke rusun, pertanian yang akan menjadi sumber penghasilannya sudah selesai ditata.
“Bukan enggak koperatif tapi bagaimana jaminan dari JakPro dan pemerintah menanamkan rasa aman dan nyaman buat kami,” ucap Furqon.
Selain itu, penyebab Furqon belum pindah ke rusun karena masih ada delapan Kepala Keluarga (KK) dari Kelompok Tani Kampung Bayam belum bisa pindah, karena masalah administrasi.
“Memang ada hal administrasi delapan KK harus selesai karena mereka walau gimana pun memiliki hak. Mudah-mudahan ini PT Jakpro bisa menyesuaikan instruksi Pak Gubernur, yang saya dengan sebelum tanggal 17 Agustus kami harus segera pindah,” kata dia.
Furqon akan pindah apabila 35 KK dari Kelompok Tani Kampung Bayam bisa semuanya mendapatkan unit.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/15/689f3054677e7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jejak Langkah Siswa Sekolah Rakyat 33 Tangsel Melanjutkan Pendidikan Megapolitan 15 Agustus 2025
Jejak Langkah Siswa Sekolah Rakyat 33 Tangsel Melanjutkan Pendidikan
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Bagi sebagian remaja, perjalanan menuju bangku sekolah menengah atas (SMA) biasanya berjalan mulus.
Namun, hal itu berbeda bagi sejumlah siswa di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 33 Tangerang Selatan (Tangsel).
Perjuangan mereka untuk melanjutkan pendidikan SMA diwarnai berbagai keterbatasan, yang terutama adalah masalah biaya.
Hal yang demikian dialami oleh Dewi Astini (15), siswi asal Serang, Banten, yang kini menempuh pendidikan di SRMA 33 Tangsel.
Dewi bercerita, sebelumnya ia pernah menempuh pendidikan di pesantren. Namun, ia terpaksa berhenti karena kendala biaya.
“Sebelumnya aku pernah di pondok pesantren tapi berhenti,” ujar Dewi saat ditemui
Kompas.com
di SRMA 33, Jumat (15/8/2025).
Tak lama setelah berhenti menimba ilmu di pesantren, putri pasangan Subhan dan Sofiah itu kemudian mengutarakan keinginannya untuk kembali bersekolah.
Sebagai anak keempat dari lima bersaudara, ia ingin mengikuti jejak tiga kakaknya yang sudah lulus sekolah.
“Pengen sekolah tapi enggak bisa karena masalah biaya,” kata dia.
Beberapa waktu kemudian, orangtua Dewi menawarkannya untuk masuk ke sebuah sekolah rakyat yang tidak memungut biaya.
Meski sempat ragu, Dewi akhirnya menerima tawaran itu.
Cita-citanya pun kembali tumbuh meski sempat menganggap hal itu mustahil karena faktor ekonomi.“Akhirnya masuk ke sini. Cita-cita saya mau jadi dokter,” jawab dia sambil tersenyum.
Cerita lainnya datang dari anak bernama Zaki (15), siswa asal Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
Setelah lulus SMP, ia sempat bingung hendak melanjutkan sekolah ke mana karena biaya yang terbatas
. Ia bingung mencari sekolah dengan biasa yang murah agar tidak membebani orangtuanya.
“Saya dimasukin ke sini karena saya bingung mau sekolah di mana,” kata Zaki.
Namun, selang beberapa lama kemudian, anggota dari Program Keluarga Harapan (PKH) mendatangi keluarga Zaki dan menawarkan kesempatan bersekolah di sekolah rakyat.
Akhirnya, orangtua Zaki menyampaikan kabar tersebut dan langsung disetujui oleh Zaki.
“Saya dikasih tahu orangtua kalau sekolah di sini. Terus saya bilang ‘iya mau’,” kata dia.
Diketahui, 150 siswa yang diterima di SRMA 33 Tangsel merupakan rekrutmen oleh Dinas Sosial Provinsi Banten dan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).
Mereka diterima dengan syarat, yakni berasal dari keluarga kategori desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Adapun para siswa tersebut berasal dari tujuh kabupaten/kota di Banten, yaitu Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Pandeglang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
Warga Kebayoran Lama Selatan Tolak Penggusuran, Komnas HAM Surati Kostrad Megapolitan 15 Agustus 2025
Warga Kebayoran Lama Selatan Tolak Penggusuran, Komnas HAM Surati Kostrad
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah warga RW 007 merasa keberatan atas rencana pengosongan rumah di lingkungan RW 007, Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Mereka menilai putusan Mahkamah Agung (MA) yang menjadi dasar Surat Peringatan (SP) 1 bukan merupakan putusan yang
condemnatoir
, sehingga tidak dapat dieksekusi.
Sebanyak 15 keluarga kemudian mengadukan rencana penggusuran itu kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Lembaga ini kemudian turun tangan dan meminta Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menunda pengosongan rumah yang diklaim warga bukan aset negara.
Ketua Komnas HAM Anis Hidayah mengatakan telah menindaklanjuti laporan tersebut, lalu mengirim surat kepada Pangkostrad, yang disebut warga sebagai pihak yang memerintahkan pengosongan.
“Komnas HAM sudah mengirimkan surat ke Pangkostrad terkait dengan kasus aduan penggusuran terhadap warga,” kata Anis saat dikonfirmasi
Kompas.com
, Jumat (15/8/2025).
Melalui surat bernomor 625/PM.00/SPK.02/VIII/2025 tertanggal 11 Agustus 2025, Komnas HAM meminta agar penggusuran tersebut ditunda sementara.
Anis menegaskan, Pangkostrad juga diminta memenuhi panggilan untuk memberikan keterangan terkait rencana penggusuran.
“Nah, dalam surat kami menyampaikan agar penggusuran itu ditunda, dan kami meminta keterangan dari Pangkoestrad atau yang mewakili untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan,” jelasnya.
Anis menekankan, setiap warga negara memiliki hak untuk hidup dengan rasa aman di tempat tinggalnya, termasuk kepastian hukum.
“Kami meng-
highlight
bahwa setiap warga negara itu berhak atas rasa aman, berhak atas kepastian hukum, dan berhak atas tempat tinggal yang aman dan nyaman,” ujarnya.
Dalam laporan yang diterima Komnas HAM, warga mengaku penggusuran dilakukan karena pihak Kostrad mengeklaim rumah mereka sebagai rumah dinas.
“Pada pokoknya pengadu menyampaikan keberatan atas rencana pengosongan rumah negara sebagaimana surat dari Asisten Logistik Kostrad pada 14 Juli 2025,” demikian isi pernyataan pelapor yang diwakilkan warga bernama Deni.
Deni menambahkan, keberatan tersebut diajukan karena rumah yang mereka tempati tidak tercatat sebagai aset milik negara. Atas dasar itu, warga menilai Kostrad tidak memiliki hak untuk menggusur.
Meski surat permintaan penundaan dari Komnas HAM telah dikirim pada 11 Agustus 2025, warga mengaku tetap menerima surat perintah ketiga (SP-3) untuk mengosongkan rumah.
“Padahal kan sudah disurat Komnas HAM, tapi tadi pagi kami dapat SP-3,” ungkap salah satu warga terdampak, Dewi, saat ditemui di lokasi, Jumat.
Warga pertama kali menerima SP-1 pada 14 Juli 2025, dengan tenggat waktu dua minggu untuk mengosongkan rumah. Penolakan warga berlanjut dengan diterimanya SP-2 pada 28 Juli 2025.
Sebagai bentuk perlawanan, warga menggelar aksi di sekitar tempat tinggal mereka di Jalan Kompleks Kostrad pada Kamis (14/8/2025), sehari sebelum mereka menerima SP-3. Aksi tersebut dilakukan karena masa tenggat SP-2 telah berakhir.
Kompas.com
sudah berupaya menghubungi Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Choiril Anwar untuk mengonfirmasi surat pemanggilan dari Komnas HAM, tetapi belum ada jawaban hingga berita ini ditayangkan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Pramono duga tawuran di Jakarta sengaja dibuat untuk konten
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Pramono duga tawuran di Jakarta sengaja dibuat untuk konten
Dalam Negeri
Editor: Sigit Kurniawan
Jumat, 15 Agustus 2025 – 20:10 WIBElshinta.com – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menduga tawuran yang kerap kali terjadi di Jakarta sengaja dibuat untuk konten dan diviralkan di media sosial.
“Persoalan tawuran ini adalah persoalan yang sekarang, terus terang masih sering terjadi. Dan kami melihat, menduga, memang ada beberapa tawuran yang terjadi, semacam memang sengaja diviralkan. Dibuat videonya, dibuat kontennya,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Jumat.
Dia mengaku mendapat laporan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bahwa memang ada pihak-pihak yang dengan sengaja membuat konten tentang tawuran agar viral.
Oleh karena itu, dia telah meminta Satpol PP dan aparat penegak hukum untuk mencari siapapun yang dengan sengaja membuat konten tawuran.
“Kami dengan Satpol PP dan tentunya dengan aparat penegak hukum meminta bahwa siapapun yang melakukan, mengkontenkan ini tentunya harus kita cari bersama-sama dan harus diambil tindakan,” kata Pramono.
Diketahui, pada Kamis (14/8) tawuran kembali pecah di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan.
Pihak kepolisian pun mengendalikan tawuran antara RW 04 dan RW 12 di Manggarai tersebut dalam 15 menit untuk suasana kembali aman serta kondusif.
Kapolsek Tebet Iwan Gunawan mengatakan tawuran terjadi menjelang waktu maghrib sekitar pukul 17.45 WIB.
Usai mengetahui tawuran tersebut, personel diturunkan untuk mengamankan situasi demi memecah tawuran.
Tak jauh dari lokasi itu, diketahui terdapat Pos Pantau Tiga Pilar yang terdiri dari 10 personel berseragam dan ada juga dari Reskrim serta dibantu dari Pokdar Kamtibmas, Satpol PP, serta perangkat RT dan RW.
“Anggota langsung begitu pecah, langsung kita berusaha untuk melerai, bubarkan,” ucapnya.
Dalam penanganannya, dia menyatakan arus lalu lintas sempat terganggu lantaran lokasi kejadian berada di jalur satu arah.
“Pada saat ada mobil berhenti pun semua akan berhenti, otomatis. Sekarang sudah kondusif,” ucapnya.
Dinyatakan dari tawuran tersebut, tidak ada korban luka maupun jiwa. Para pelaku tawuran langsung membubarkan diri.
Pihak Kepolisian akan terus berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan pengurus RW setempat untuk mencegah terulangnya bentrokan serupa di kemudian hari.
Sumber : Antara
-
/data/photo/2025/08/14/689d92a88655d.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Terungkap Harga Fantastis Rumah Nikita Mirzani di BSD dan Hubungannya dengan Reza Gladys Megapolitan 15 Agustus 2025
Terungkap Harga Fantastis Rumah Nikita Mirzani di BSD dan Hubungannya dengan Reza Gladys
Penulis
KOMPAS.com –
Artis Nikita Mirzani diketahui membeli rumah mewah di kawasan eksklusif Nava Park, BSD, Tangerang Selatan pada 2023 lalu.
Harga rumah Nikita Mirzani di BSD tersebut mencapai Rp 33,5 miliar dengan skema pembayaran 17 kali cicilan.
Informasi ini terungkap dalam persidangan kasus dugaan pemerasan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menjerat Nikita di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (14/8/2025).
Bambang Sumanto, tim marketing PT Bumi Parama Wisesa selaku pengembang Nava Park, menyatakan harga asli rumah tersebut sebenarnya Rp 40 miliar. Namun, pihaknya memberikan diskon sekitar Rp 10 miliar.
“Sebenarnya itu harga persis Rp 40 miliar lebih. Iya, karena waktu itu ada diskon kurang lebih Rp 10 miliar,” ujar Bambang saat bersaksi.
Diskon tersebut diberikan setelah Bambang melihat Nikita sedang makan bersama keluarganya di sekitar Nava Park, lalu mengajaknya melihat unit yang baru diluncurkan.
Menurut Bambang, pengurangan harga juga dipengaruhi promosi yang dilakukan Nikita di kanal YouTube-nya.
“Iya, ada (promosi) diposting di YouTube. Terus, karena masih baru launching, didiskon kurang lebih sekitar Rp 10 miliar,” ungkap Bambang.
Nikita sendiri mengonfirmasi hal tersebut di persidangan. Ia menilai diskon yang didapat setara tarif jasa promosi di media sosial miliknya.
“Terima kasih Nava Park. Berarti harga, karena saya sudah memposting di sosial media saya, akhirnya saya mendapatkan diskon kurang lebih hampir 10 miliar. Ya, begitulah bayaran saya mahalnya,” kata Nikita.
Bambang juga mengungkap fakta lain, yakni adanya satu kali cicilan rumah Nikita yang dibayar oleh dokter kecantikan Reza Gladys, yang kini tengah berseteru dengan Nikita.
“Waktu itu disampaikan bahwa akan ada pembayaran dari salah satu temannya Ibu Nikita. Ada nama pengirimnya, Reza Gladys, jumlah uangnya Rp 2 miliar,” jelas Bambang.
Pembayaran itu, menurut Bambang, dilakukan setelah Nikita memberi tahu bahwa cicilan akan dibayarkan oleh temannya dan menyertakan informasi unit rumah yang dibeli.
Pembelian rumah mewah ini mencuat ke publik bersamaan dengan kasus hukum yang melibatkan Nikita dan Reza Gladys.
Nikita didakwa melakukan pemerasan dan TPPU terkait bisnis kecantikan milik Reza.
Jaksa menilai Nikita meminta uang tutup mulut sebesar Rp 5 miliar, yang akhirnya diberikan Rp 4 miliar, agar tidak lagi menjelek-jelekkan produk Reza di media sosial.
Kasus ini berawal dari ulasan negatif di TikTok terhadap produk Glafidsya milik Reza, yang memicu perdebatan publik dan aksi saling serang di media sosial hingga berujung laporan polisi.
Kini, selain menghadapi tuntutan hukum, pembelian rumah Nikita Mirzani di Nava Park dengan nilai puluhan miliar dan keterlibatan pembayaran oleh Reza Gladys menjadi salah satu sorotan utama dalam persidangan.
(Reporter: Hanifah Salsabila | Editor: Faieq Hidayat)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2014/01/03/2125300Ilustrasi-Penembakan1780x390.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/15/689f388473f20.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/28/6887497fde251.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/15/689f29ee7dbe3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)