Massa Kembali Maju, Bentrokan Polisi vs Demonstran Pecah di Depan GBK Arena
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Bentrokan antara massa aksi dan polisi pecah di depan GBK Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025).
Bentrokan terjadi setelah massa yang sebelumnya dipukul mundur dari Jalan Gerbang Pemuda hingga Jalan Pintu Satu Senayan kembali menyerbu.
Massa berlari ke arah polisi sambil membawa bambu dan melempar batu. Beberapa aparat yang tak berseragam membalas dengan melempar batu ke arah massa.
Pasukan baris depan polisi kemudian membentuk barikade menggunakan tameng.
Mereka beberapa kali memancing massa untuk maju dengan mengetuk-ngetuk baton secara bersamaan.
Sementara itu, massa aksi menembakkan kembang api dan melempar petasan ke arah aparat, menimbulkan suara ledakan yang keras.
Bentrokan berlangsung sekitar pukul 17.25 WIB dan terus berlanjut selama kurang lebih 20 menit.
Kedua belah pihak saling memprovokasi, melempar batu, dan bambu. Massa juga beberapa kali melontarkan molotov serta membakar pos jaga milik GBK.
Polisi dan massa bergerak maju-mundur, saling menyerang satu sama lain.
Beberapa aparat tak berseragam terlihat menargetkan massa yang berada di barisan depan untuk ditangkap saat mereka mendekat ke barikade polisi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Jenis Media: Metropolitan
-
/data/photo/2025/08/28/68b032736a8d6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Massa Kembali Maju, Bentrokan Polisi vs Demonstran Pecah di Depan GBK Arena Megapolitan 28 Agustus 2025
-
/data/photo/2025/08/28/68b032736a8d6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Update Demo 28 Agustus Sore Ini: Depan DPR Kosong, Massa Terpecah ke GBK dan Pejompongan Megapolitan 28 Agustus 2025
Update Demo 28 Agustus Sore Ini: Depan DPR Kosong, Massa Terpecah ke GBK dan Pejompongan
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com –
Aksi demo di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/8/2025), berujung ricuh dan meluas ke sejumlah titik di kawasan Senayan.
Aparat kepolisian menembakkan water cannon dan gas air mata untuk membubarkan massa yang bertahan.
Kericuhan pecah sekitar pukul 15.10 WIB. Berdasarkan pantauan Kompas.com, massa yang sejak siang berorasi mulai melemparkan batu, botol, hingga bambu runcing ke arah barikade polisi.
Beberapa petasan juga dinyalakan dan dilemparkan ke kerumunan aparat, memicu suara ledakan yang membuat suasana semakin tegang.
Polisi kemudian mengerahkan mobil water cannon untuk menyemprotkan air bertekanan tinggi langsung ke arah barisan mahasiswa.
Situasi di depan gedung DPR RI sudah tampak sepi pukul 17.45 WIB, setelah massa terpecah ke kawasan Pejompongan dan sekitar Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.
Sebaliknya, kelompok demonstran membalas dengan melemparkan batu, benda keras, hingga kembang api ke arah aparat.
Di tengah kerumunan, terlihat pula sejumlah massa yang masih mengenakan seragam sekolah.
Bau gas air mata bercampur asap kembang api membuat suasana semakin kacau dan menyulitkan warga yang melintas.
Polisi menggunakan pengeras suara untuk meminta warga menjauh.
“Warga yang menonton, segera menjauh! Jangan dekati area kerusuhan!” teriak aparat dari barisan depan.
Kerusuhan ini berdampak pada layanan transportasi. Jalur kereta rel listrik (KRL) di sekitar Stasiun Palmerah lumpuh dan tidak dapat dilalui.
Namun, aparat sudah menutup akses di sejumlah titik, termasuk Flyover Ladokgi. Kendaraan taktis, termasuk mobil water cannon dan pengendali gas air mata, disiagakan di sekitar kawasan tersebut.
Dari mobil komando, aparat berulang kali menginstruksikan anggotanya untuk mendorong massa agar bubar.
“Anggota maju! Anggota maju! Ingat formasi, ingat formasi!” terdengar suara dari pengeras suara.
Bentrokan kembali terjadi di Jalan Asia Afrika, tepatnya di depan Pintu 1 GBK, sekitar pukul 16.40 WIB.
Menurut kesaksian seorang pengemudi ojek online, massa membakar tumpukan sampah dan melemparkan molotov ke arah polisi.
“Ada kayaknya pelajar gitu, dia masih megang bambu gitu di depan. Tiba-tiba dari belakang ada yang lempar itu (molotov),” ujar pengemudi ojol tersebut.
Sekitar pukul 17.05 WIB, massa akhirnya membubarkan diri setelah dipukul mundur hingga mendekati tikungan Jalan Pintu Satu Senayan.
Hingga menjelang petang, kepulan asap sisa gas air mata masih terasa pekat di sekitar lokasi.
Beberapa peserta aksi, termasuk perempuan, mendapat perawatan medis akibat terpapar gas air mata.
Situasi lalu lintas di kawasan Senayan, terutama di Jalan Gerbang Pemuda hingga Asia Afrika, sempat lumpuh total.
Aparat gabungan masih berjaga di sejumlah titik untuk mengantisipasi konsentrasi massa kembali.
(Reporter: Lidia Pratama Febrian, Ridho Danu Prasetyo | Editor: Tim Redaksi)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b032736a8d6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Massa Demo 28 Agustus Bakar Pos Jaga Depan Pintu 12 GBK Megapolitan 28 Agustus 2025
Massa Demo 28 Agustus Bakar Pos Jaga Depan Pintu 12 GBK
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah massa demo membakar salah satu pos jaga Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, tepatnya di seberang pintu 12 GBK, Kamis (28/8/2025) sore.
Setelah membakar, massa menyeret pos jaga itu ke tengah jalan lalu menambahkan berbagai material, mulai dari
banner
hingga tempat sampah dari halte untuk menjaga bara api tetap menyala.
Selain itu, mereka berulang kali maju dan mundur di depan barisan polisi yang berjaga di pertigaan jalan.
“Jaga fokusnya teman-teman, musuh kita di depan!” seru massa aksi.
Kemudian massa demo melemparkan flare ke arah polisi. Tak berselang lama, polisi melempar balik flare ke arah massa yang melempar.
Massa sempat menepi saat sebuah ambulans melintas dari arah Jalan Gelora.
Namun, mereka kemudian berteriak meminta ambulans tersebut berputar balik karena jalan sudah tertutup.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b0335c28651.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kericuhan Demo DPR di Pejompongan: Langit Diselimuti Asap Hitam, Suara Petasan Bersahutan Megapolitan 28 Agustus 2025
Kericuhan Demo DPR di Pejompongan: Langit Diselimuti Asap Hitam, Suara Petasan Bersahutan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Suasana di sekitar Jembatan Pejompongan, Jakarta Pusat, mendadak mencekam saat aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Kamis (28/8/2025) sore.
Pantauan
Kompas.com,
langit yang semula teduh tiba-tiba dipenuhi letupan petasan yang dilepaskan massa aksi.
Tak lama kemudian, asap putih gas air mata menutupi area, bercampur dengan bau menyengat kembang api. Warga yang berada di sekitar lokasi terpaksa menutup hidung dan mata untuk mengurangi rasa perih.
Di tengah kericuhan itu, Susi (40), pedagang minuman yang sudah 12 tahun berjualan di sekitar jembatan, tak kuasa menahan tangis.
Ia mengaku terbiasa menghadapi aksi demonstrasi, namun tetap diliputi rasa takut setiap kali kericuhan terjadi.
“Saya takut, tapi mau bagaimana lagi? Saya tetap harus cari nafkah,” ujar Susi dengan suara bergetar saat ditemui
Kompas.com.
Menurut dia, gas air mata menjadi momok yang paling menakutkan. Pada aksi sebelumnya, ia bahkan sempat terkena semburan hingga matanya perih.
“Demo sih sudah dari pagi, saya kan memang biasa jualan di sini. Sudah 12 tahun, jadi sudah sering ketemu demo. Tapi tetap saja, saya takut. Apalagi kalau sudah ada gas air mata begini, perih banget,” lanjutnya.
Meski dihantui rasa cemas, Susi mengaku tak punya pilihan selain tetap berjualan. Ia harus mencari penghasilan untuk keluarga di kampung.
“Ya Allah, saya ini ngeri banget. Engggak cuma massa, kadang warga sekitar juga ikut panik. Tiba-tiba saja suasana berubah jadi ricuh,” katanya sambil menyeka air mata.
Susi menuturkan, pada kericuhan Senin lalu ia terpaksa bertahan hingga larut malam.
“Kemarin Senin itu, sampai magrib, bahkan hampir setengah sebelas malam baru reda. Saya cuma bisa pulang dengan mata masih perih,” kenangnya.
Di sela tangisnya, ia mengaku selalu teringat anak-anaknya di kampung. Sebagai seorang ibu, ia hanya bisa mendoakan keselamatan para mahasiswa dan buruh yang turun ke jalan.
“Saya ini rakyat kecil, nggak bisa apa-apa. Cuma bisa doakan anak-anak yang demo, semoga dilindungi Allah, nggak ada yang celaka. Mereka kan niatnya baik, membela rakyat kecil,” ucapnya lirih.
Hingga menjelang sore, bentrokan masih terus berlangsung di sekitar Jembatan Pejompongan.
Letupan kembang api bersahutan dengan tembakan gas air mata, sementara pedagang dan warga sekitar memilih bertahan dengan rasa waswas di tengah situasi yang tak menentu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b02cd653abb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kerusuhan di Demo 28 Agustus: Massa Lempar Molotov, Polisi Gunakan Gas Air Mata Megapolitan 28 Agustus 2025
Kerusuhan di Demo 28 Agustus: Massa Lempar Molotov, Polisi Gunakan Gas Air Mata
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
– Bentrokan antara demonstran dan aparat kepolisian kembali terjadi di Jalan Asia Afrika, tepat di depan Pintu 1 Gelora Bung Karno, Kamis (28/8/2025).
Insiden dipicu ketika massa yang menuntut bertahan di tengah jalan menyalakan tumpukan sampah, memaksa polisi bergerak untuk membubarkan mereka.
Seorang pengemudi ojek online di sekitar lokasi menjelaskan, sejumlah orang yang tidak dikenal menantang polisi dengan bambu, sebelum akhirnya molotov dilemparkan ke arah barisan aparat sekitar pukul 16.40 WIB.
“Ada yang seperti pelajar memegang bambu di depan, tiba-tiba dari belakang dilempar molotov,” kata pengemudi tersebut.
Sekitar pukul 17.05 WIB, massa perlahan membubarkan diri setelah mundur dari Jalan Asia Afrika hingga mendekati tikungan menuju Jalan Pintu Satu Senayan.
Asap sisa gas air mata masih pekat menyelimuti lokasi.
Beberapa peserta aksi, termasuk perempuan, harus menerima perawatan medis di trotoar karena terpapar gas air mata.
Sebelumnya diberitakan, demo mahasiswa di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/8/2025), berujung ricuh pada sore hari.
Aparat kepolisian terpaksa menembakkan water cannon untuk mendorong mundur massa yang bertahan di depan pagar utama Gedung DPR.
Pantauan Kompas.com, kericuhan pecah sekitar pukul 15.10 WIB. Massa mahasiswa yang sejak siang berorasi mulai melemparkan batu, botol, hingga bambu runcing ke arah barikade polisi.
Sejumlah petasan juga dinyalakan masa dan dilemparkan ke kerumunan aparat kepolisian menimbulkan suara ledakan yang membuat suasana semakin tegang.
Aparat yang berjaga di balik kawat berduri kemudian mengerahkan mobil water cannon untuk mengurai massa.
Semburan air bertekanan tinggi diarahkan langsung ke barisan mahasiswa yang berdiri di depan pintu gerbang DPR.
(Reporter: Ridho Danu Prasetyo | Editor: Abdul Haris Maulana)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b02e384d1f5.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Petugas KAI Ikut Halau Massa Aksi Tak Masuk Jalur Rel di Pejompongan Megapolitan 28 Agustus 2025
Petugas KAI Ikut Halau Massa Aksi Tak Masuk Jalur Rel di Pejompongan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan KAI Commuter Line (KCI) ikut menghalau massa aksi tak masuk jalur rel di Pejompongan, Jakarta Kamis (28/8/2025).
Berdasarkan pemantauan Kompas.com dari lokasi, sekitar pukul 17.15 WIB, petugas KAI bersama aparat kepolisian terlihat turun tangan membantu menenangkan massa di sekitar jalur kereta.
Beberapa petugas keamanan KAI berbaju putih dan celana biru muda tampak berusaha menahan demonstran agar tidak merangsek mendekati jalur rel KRL.
Di sisi lain, satpam KCI berseragam hitam turut membantu menghalau massa yang mencoba mendekati pagar pembatas Stasiun Palmerah.
Sejumlah petugas terlihat berkomunikasi dengan aparat kepolisian sambil mengarahkan penumpang yang terjebak di lokasi untuk segera meninggalkan area.
Mereka berulang kali mengangkat tangan dan berteriak agar massa menjauh dari jalur rel.
“Kami mohon jangan ke arah rel, ini berbahaya! Demi keselamatan bersama, mundur dulu!” teriak salah satu petugas KCI berbaju putih, celana biru kepada masa aksi.
Kericuhan di lokasi sebelumnya dipicu lemparan batu dan kembang api dari massa aksi yang berhadapan dengan tembakan gas air mata aparat kepolisian.
Bau menyengat dari gas air mata dan asap kembang api masih terasa pekat di sekitar Jembatan Pejompongan, membuat banyak pengguna jalan menutup hidung dan mata saat melintas.
Akibat situasi ini, perjalanan KRL di jalur sekitar Pejompongan lumpuh total.
Kereta yang seharusnya melintas tertahan di stasiun sebelumnya, sementara ribuan penumpang memilih mencari moda transportasi lain.
Hingga sore hari, aparat kepolisian bersama petugas KAI masih berjaga ketat di sekitar lokasi untuk memastikan massa tidak merangsek ke rel.
Sebelumnya diberitakan, aksi unjuk rasa mahasiswa di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/8/2025), berujung ricuh pada sore hari.
Aparat kepolisian terpaksa menembakkan water cannon untuk mendorong mundur massa yang bertahan di depan pagar utama.
Massa mahasiswa yang sejak siang berorasi menolak tunjangan dan gaji DPR naik ini mulai melemparkan batu, botol, hingga bambu runcing ke arah barikade polisi.
Sejumlah petasan juga dinyalakan massa dan dilemparkan ke kerumunan aparat kepolisian menimbulkan suara ledakan yang membuat suasana semakin tegang.
Aparat yang berjaga di balik kawat berduri kemudian mengerahkan mobil water cannon untuk mengurai massa.
Semburan air bertekanan tinggi diarahkan langsung ke barisan mahasiswa yang berdiri di depan pintu gerbang DPR. Mereka dipukul mundur ke arah Jalan Asia Afrika hingga Pejompongan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/15/689f23e8d90b5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Kebayoran Lama Ungkap Sejarah Rumah yang Diklaim Kostrad sebagai Rumah Dinas Megapolitan 28 Agustus 2025
Warga Kebayoran Lama Ungkap Sejarah Rumah yang Diklaim Kostrad sebagai Rumah Dinas
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Warga RW 007 Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan, yang terdampak penertiban rumah dinas oleh Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mengungkapkan sejarah mereka menempati lahan tersebut.
Mereka menyebutkan, rumah itu awalnya diberikan kepada prajurit untuk dibangun secara mandiri berdasarkan Surat Perintah dari seorang prajurit Kostrad bernama Amien Iljas pada Juli 1969.
“Tertulis di situ, dibangun secara berdikari. Jadi warga di sini tinggal awalnya itu dari surat perintah, baru setelahnya keluar surat izin penempatan,” jelas salah seorang warga bernama Agus, saat ditemui
Kompas.com
di lokasi, Kamis (28/8/2025).
Menurut warga, surat perintah maupun Surat Izin Penempatan tidak mencantumkan batas waktu berlakunya. Hal itu menjadi dasar warga untuk tetap tinggal di rumah tersebut hingga kini.
Sebelum itu, lahan yang dulunya merupakan perkebunan karet diberikan kepada sejumlah prajurit lajang yang terlibat dalam operasi Trikora. Saat itu, tempat tinggal mereka hanya berupa barak sederhana.
“Perumahan kami ini dibangun pada 1961 secara swadaya dari barak penampungan sementara persiapan operasi Trikora,” kata Agus.
Adapun prajurit yang sudah berkeluarga kala itu mendapat fasilitas berupa hotel atau Asrama Lagoa di Tanjung Priok.
Dua tahun kemudian, prajurit lain yang kembali dari Operasi Trikora juga ikut membangun rumah di lokasi tersebut.
Seiring waktu, barak itu berkembang menjadi perumahan lengkap dengan kamar mandi, dapur, pompa, hingga ruang kamar.
Semua pembangunan dilakukan secara swadaya tanpa bantuan dana dari pihak komando.
“Dan pembangunan selanjutnya sampai keadaan fisik bangunan yang kita lihat sekarang dan fasilitasnya di kompleks ini hampir sepenuhnya dari warga atas inisiatif dana sendiri,” ujar Agus.
Warga menolak klaim Kostrad yang menyatakan rumah mereka berdiri di atas tanah negara dengan hak milik TNI AD.
Mereka merujuk pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Agraria tertanggal 8 Agustus 1968 nomor SK.41/HGU/68, yang mencabut hak guna usaha TNI AD.
“Bahwa hak guna usaha tersebut telah dicabut haknya dan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara,” bunyi surat tersebut.
Sementara itu, Kostrad bersikukuh bahwa lahan tersebut memang milik negara yang dikuasai TNI AD sejak 1961.
“Pada 1961 berdasarkan surat keputusan Pangdam Jaya nomor 162, diambil menjadi milik negara untuk kepentingan angkatan darat,” jelas Kepala Zeni Kostrad, Czi Harry Pratomo, dalam sosialisasi Penertiban Rumah Dinas Kostrad di Markas Kostrad, Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).
Sengketa ini juga mendapat perhatian Komnas HAM. Lembaga itu mengirimkan surat kepada Kostrad pada 11 Agustus 2025, menindaklanjuti laporan 13 warga Kebayoran Lama yang mengaku akan digusur.
Ketua Komnas HAM, Anis Hidayah, meminta agar penggusuran ditunda.
“Nah, dalam surat kami menyampaikan agar penggusuran itu ditunda, dan kami meminta keterangan dari Pangkostrad atau yang mewakili untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan,” ujar Anis saat dikonfirmasi, Jumat (15/8/2025).
Sebagai bentuk perlawanan, warga menggelar aksi di sekitar tempat tinggal mereka di Jalan Kompleks Kostrad pada Kamis (14/8/2025), sehari sebelum menerima Surat Peringatan (SP) ke-3. Aksi ini digelar setelah masa tenggat SP-2 berakhir.
Dalam laporan ke Komnas HAM, warga juga menegaskan rumah yang mereka tempati bukanlah rumah negara.
Pasalnya, mereka sudah membangun dan merenovasi rumah secara mandiri sejak lama tanpa adanya dana dari APBN.
“Bahwa rumah yang saat ini ditempati bukan merupakan rumah negara di lingkungan Kementerian Pertahanan maupun TNI,” ungkap salah satu warga, Deni.
Mereka menilai, bila Kostrad ingin menggusur, maka langkah itu seharusnya ditempuh melalui jalur hukum, bukan hanya dengan penertiban sepihak.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b02cd653abb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Massa Demo 28 Agustus Lemparkan Molotov ke Polisi di Jalan Asia Afrika Megapolitan 28 Agustus 2025
Massa Demo 28 Agustus Lemparkan Molotov ke Polisi di Jalan Asia Afrika
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Bentrokan antara massa demo dan aparat kepolisian masih berlanjut hingga Jalan Asia Afrika, tepatnya di depan Pintu 1 Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025).
Seorang pengemudi ojek
online
yang berada di sekitar lokasi mengatakan, bentrokan bermula ketika massa memaksa bertahan dan membakar tumpukan sampah di tengah jalan. Polisi kemudian maju berbaris untuk membubarkan mereka.
Namun, sejumlah orang tak dikenal mencoba menantang para polisi dengan mengayunkan bambu. Kemudian, sejumlah molotov dilemparkan ke arah barisan polisi sekitar pukul 16.40 WIB.
“Ada kayaknya pelajar gitu, dia masih megang bambu gitu di depan. Tiba-tiba dari belakang ada yang lempar itu (molotov),” ucap pengemudi ojol yang menyaksikan kejadian.
Saat ini sekitar pukul 17.05 WIB, massa akhirnya membubarkan diri setelah dipukul mundur dari Jalan Asia Afrika hingga mendekati tikungan menuju Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat.
Pantauan
Kompas.com
, asap sisa-sisa gas air mata masih terasa sangat pekat.
Sejumlah peserta aksi yang terdiri dari perempuan terlihat mendapat perawatan medis di trotoar akibat terpapar gas air mata.
Sebelumnya diberitakan, demo mahasiswa di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/8/2025), berujung ricuh pada sore hari.
Aparat kepolisian terpaksa menembakkan
water cannon
untuk mendorong mundur massa yang bertahan di depan pagar utama Gedung DPR.
Pantauan
Kompas.com
, kericuhan pecah sekitar pukul 15.10 WIB. Massa mahasiswa yang sejak siang berorasi mulai melemparkan batu, botol, hingga bambu runcing ke arah barikade polisi.
Sejumlah petasan juga dinyalakan masa dan dilemparkan ke kerumunan aparat kepolisian menimbulkan suara ledakan yang membuat suasana semakin tegang.
Aparat yang berjaga di balik kawat berduri kemudian mengerahkan mobil
watercannon
untuk mengurai massa.
Semburan air bertekanan tinggi diarahkan langsung ke barisan mahasiswa yang berdiri di depan pintu gerbang DPR.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b0250d13d71.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Muara Baru Keluhkan Limbah Bangunan di Tanggul NCICD, Sempat Sebabkan Gatal-gatal Megapolitan 28 Agustus 2025
Warga Muara Baru Keluhkan Limbah Bangunan di Tanggul NCICD, Sempat Sebabkan Gatal-gatal
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Aktivitas pembuangan limbah bangunan ke tanggul pengaman pantai atau
National Capital Integrated Coastal Development
(NCICD) di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, kembali dikeluhkan warga.
Sejak 2024, warga sekitar sudah merasakan dampak buruk dari aktivitas ilegal tersebut, mulai dari gangguan kesehatan hingga lingkungan yang kotor.
“Terus sempat ada komplain dari masyarakat juga, bahwa mereka gatal-gatal,” ujar Priyono (bukan nama sebenarnya), 48 tahun, saat ditemui
Kompas.com
di lokasi, Kamis (28/8/2025).
Selain keluhan gatal, warga juga terganggu oleh debu dari limbah bangunan yang menempel di rumah-rumah mereka.
“Terus juga ada debu-debu, jadi rumahnya cepat kotor atau ngeres,” lanjut Priyono.
Priyono menuturkan, akibat banyaknya protes, aktivitas pembuangan limbah bangunan di tanggul NCICD sempat dihentikan.
Hasil diskusi antara Wali Kota, Polairud, Kementerian PUPR, lurah, hingga camat menghasilkan kesepakatan untuk menutup pembuangan ilegal tersebut.
“Dikhawatirkan tanggulnya jebol, retak materialnya,” jelasnya.
Namun, belakangan, aktivitas pembuangan limbah kembali berlangsung. Warga dan pengurus lingkungan mengaku sudah menegur pekerja berkali-kali.
Sayangnya, para pekerja justru mengaku dilindungi oleh oknum organisasi masyarakat (ormas).
“Waktu kami bersinggungan langsung dengan pekerjanya, mereka ngomong kalau dia itu anak buah oknum ormas,” ucap Priyono.
Dampak dari aktivitas tersebut masih dirasakan hingga kini. Debu dari limbah bangunan membuat lingkungan sekitar cepat kotor dan mengganggu kenyamanan warga.
“Debu mungkin kena lah cuma saya enggak melihat secara kasat mata. Gampang berdebu pasti setiap harinya gara-gara puing,” kata Desi (bukan nama sebenarnya), 65 tahun.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/08/28/68afff2124934.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)