Jenis Media: Metropolitan

  • Tiga Orang Ditangkap Polisi, Berencana Demo Rusuh 10 Desember
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Tiga Orang Ditangkap Polisi, Berencana Demo Rusuh 10 Desember Megapolitan 8 Desember 2025

    Tiga Orang Ditangkap Polisi, Berencana Demo Rusuh 10 Desember
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Tiga pria ditangkap polisi karena diduga merencanakan kerusuhan demo di Jakarta pada Rabu (10/12/2025) mendatang.
    “Mengungkapkan kepada publik kasus tindak pidana pengancaman melalui media sosial merencanakan aksi kerusuhan di wilayah DKI serta pembuatan
    bom molotov
    ,” kata Kabid Humas
    Polda Metro Jaya
    , Kombes Budi Hermanto dalam konferensi pers, Senin (8/12/2025).
    Pengungkapan ini bermula dari patroli siber di media sosial, dan ditemukan akun Instagram @_bahanpeledak_ yang menyampaikan ancaman teror kepada anggota DPR.
    Unggahan itu menunjukkan latar gedung Wisma DPR dengan tulisan, ‘Wisma lo udah gue teror kali aja kantor lo mau gue teror’, Jumat (5/12/2025).
    Pemilik akun, BDM (20), disebut menerima pesanan pembuatan bom molotov oleh pelaku lainnya, TSF (22) sebagai pemegang akun @verdatius yang merencanakan aksi.
    Bom molotov buatan BDM disimpan oleh pelaku lainnya, YM (23) yang dalam unggahannya di akun @catsrebel yang menunjukkan senjata itu dengan tambahan teks seolah sedang bersiap-siap.
    Ketiganya ditangkap di tiga tempat berbeda. BDM ditangkap di Kemayoran, Jakarta Pusat.
    Kemudian TSF di Bekasi, Jawa Barat, sementara YM di Bandung, Jawa Barat.
    Mereka diketahui membicarakan rencana kerusuhan ini melalui aplikasi obrolan bernama Session.
    “Jadi pelaku menggunakan platform Session bahwa saudara BDM membuat bom molotov atas permintaan dari saudara TSF setelah mereka bertemu di kegiatan Pasar Gratis di Benhil sekitar bulan September,” jelas Kasubdit 3 Ditres Siber Polda Metro Jaya AKBP Rafles Langgak dalam kesempatan yang sama.
    Setidaknya ada 6 bom molotov yang belum sempurna yang akan didistribusikan BDM kepada TSF.
    Namun, saat diperiksa, TSF membantah telah memesan bom kepada BDM.
    “Yang bersangkutan tidak mengakui pemesanan bom molotov kepada saudara BDM alias akun bahanpeledak,” kata Rafles.
    Selain ketiga akun tersebut, polisi masih menyelidiki akun-akun lainnya yang diduga mempersiapkan kerusuhan dalam
    unjuk rasa
    .
    “Salah satunya adalah dengan memposting pembuatan bom pipa, merencanakan penyerangan ke kantor polisi, dan menjebak polisi ke tempat yang sudah dipersiapkan,” ujar Rafles.
    Dalam penangkapan ketiganya, diamankan dua ponsel, satu unit laptop, masker gas respirator, pakaian, dan 6 bom molotov.
    Atas perbuatan ketiganya, mereka disangkakan Pasal 45 ayat 8 jo Pasal 27 B ayat (1) dan atau Pasal 45B jo Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 335 KUHP tentang kejahatan terhadap kemerdekaan orang, dan Pasal 336 KUHP tentang pengancaman.
    Ketiganya terancam kurungan pidana penjara paling lama enam tahun dengan denda paling banyak Rp 1 miliar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Demo di Kantor UPT Tangsel Ricuh, Warga dan Pegawai DLH Nyaris Adu Pukul
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Demo di Kantor UPT Tangsel Ricuh, Warga dan Pegawai DLH Nyaris Adu Pukul Megapolitan 8 Desember 2025

    Demo di Kantor UPT Tangsel Ricuh, Warga dan Pegawai DLH Nyaris Adu Pukul
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Aksi damai yang dilakukan warga Kampung Curug Serpong di Kantor UPT Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), pada Senin (8/12/2025) diwarnai kericuhan.
    Kericuhan yang melibatkan salah satu warga dan pegawai Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota itu terjadi saat proses mediasi berlangsung.
    Peristiwa bermula ketika perwakilan warga, Dulrohman (60), menyampaikan keluhannya kepada Sekretaris DLH Tangsel, Hadi Widodo.
    “Bapak menjabat sudah berapa tahun?” tanya Dulrohman kepada Hadi.
    “Saya sudah lama Pak,” jawab Hadi dihadapan warga.
    Jawaban Hadi tersebut membuat warga yang hadir ricuh. Mereka mengatakan bahwa dirinya juga sudah lama berada di wilayah Cipeucang.
    Namun, di tengah kericuhan itu, salah satu pegawai DLH bernama T. Yopi tiba-tiba ikut menjawab pertanyaan Dulrohman.
    “Dia juga tahu kalau bapak sudah lama tinggal,” kata Yopi.
    Akan tetapi, jawaban Yopi membuat Dulrohman jengkel dan memintanya untuk diam.
    “Sudah diam, saya tanya bapak ini, biar dia yang jawab (kata dul),” ucap Dulrohman.
    Dulrohman kemudian menanyakan kembali terkait sosialisasi DLH tentang dampak dari
    TPA Cipeucang
    .
    “Lalu pernah bapak melakukan sosialisasi terhadap lingkungan tentang keadaan sampah?” tanya Dulrohman.
    Tetapi, saat ingin dijawab oleh Hadi, Yopi justru memotong omongannya.
    “Pak, jelasin Pak sudah berapa lama di sini Pak” jawab Yopi.
    Hal itu membuat Dulrohman kesal dan menyuruh Yopi untuk kembali diam.
    “Sudahlah kau diam saja, sayakan bertanya kepada Bapak Sekdis,” kata Dulrohman.
    “Iya, itukan dijawab,” jawab Yopi.
    Namun, ketika sedang mendengar jawaban Hadi, Dulrohman justru terpancing emosi lantaran Yopi diduga memelototi dirinya.
    “Eh kamu kok melotot sama saya?” kata Dulrohman sambil berdiri dari tempat duduk dan memukul meja.
    Adu mulut pun terjadi dan nyaris berujung pemukulan. Namun, warga yang hadir segera melerai keduanya sehingga bentrokan fisik berhasil dicegah.
    Yopi kemudian diminta keluar dari ruang pertemuan warga dengan Sekdis DLH dan Kepala UPT Cipeucang.
    Diketahui,
    Warga Cipeucang
    melakukan demo dengan membawa spanduk putih bertuliskan permintaan untuk menutup TPA Cipeucang.
    “Tutup TPA Cipeucang!” tulis dalam spanduk yang dibawa warga ke Kantor UPT Cipeucang.
    Tidak hanya itu, mereka juga membawa sebuah kertas yang berisikan tuntutan warga terkait masalah TPA Cipeucang yang memberikan dampak cukup parah bagi mereka.
    Adapun isi tuntutan dalam kertas putih itu, yakni:
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PN Jakpus Tolak Eksepsi 5 Terdakwa Kasus Demo Akhir Agustus 2025
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    PN Jakpus Tolak Eksepsi 5 Terdakwa Kasus Demo Akhir Agustus 2025 Megapolitan 8 Desember 2025

    PN Jakpus Tolak Eksepsi 5 Terdakwa Kasus Demo Akhir Agustus 2025
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat memutuskan menolak eksepsi yang diajukan oleh lima terdakwa dalam kasus demonstrasi akhir Agustus 2025.
    Kelima terdakwa tersebut sebelumnya didakwa melakukan penyerangan terhadap polisi dan merusak fasilitas umum (fasum) saat aksi demonstrasi di sekitar Gedung DPR/MPR RI akhir Agustus 2025 lalu.
    “Menyatakan keberatan dari terdakwa Muhammad Tegar Prasetya, Ruby Akmal Azizi, Hafif Russel Fadilla, Ananda Aziz Nur Rizqi, Salman Al Faris dan atau penasihat hukumnya tersebut tidak diterima,” ujar Ketua Majelis Hakim dalam sidang putusan sela pada Senin (8/12/2025).
    Sebagai informasi, lima terdakwa tersebut merupakan bagian dari 21 orang terdakwa kasus demonstrasi akhir Agustus 2025.
    Dari 21 orang yang didakwa menyerang aparat kepolisian dan merusak fasum, hanya lima orang di atas yang mengajukan eksepsi.
    Dengan ditolaknya eksepsi tersebut, maka perkara seluruh terdakwa dilanjutkan ke tahap pemeriksaan.
    “Memerintahkan (jaksa) penuntut umum melanjutkan pemeriksaan perkara Nomor: 691/Pid.B/2024/PN.Jkt.Pst atas nama terdakwa 1 sampai dengan 21,” lanjut Ketua Majelis Hakim.
    “Jadi seluruh eksepsi tidak diterima. Dan memerintahkan penuntut umum untuk melanjutkan (pemeriksaan), termasuk (bagi) terdakwa yang tidak ikut eksepsi. Apabila para terdakwa ingin mengajukan Eksepsi, tidak terima, nanti bisa (banding) bersama-sama pokok perkara,” lanjutnya.
    Sebelumnya, sebanyak 21 orang didakwa melakukan penyerangan kepada polisi dan merusak fasum saat demonstrasi akhir Agustus 2025 di Gedung DPR/MPR RI.
    Dakwaan itu dibacakan dalam sidang perdana yang digelar di PN Jakarta Pusat, Kamis (20/11/2025).
    Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyebutkan, para terdakwa melakukan perusakan berupa menjebol satu bagian pagar DPR/MPR dengan cara memukul besi pagar dan tembok pagar.
    Ada pula yang menggunakan godam dan mesin gerinda untuk menjebol maupun melempar batu, melempar bom molotov, kayu, bambu, dan besi ke arah para anggota kepolisian.
    “Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 170 ayat 1 KUHP,” ujar JPU dalam sidang.
    Yakni 21 terdakwa dianggap menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang dengan sengaja.
    Selain itu, ada tiga alternatif ancaman pidana lain. Pertama, para terdakwa diancam pidana Pasal 212 KUHP juncto Pasal 214 ayat 1 KUHP tentang bersekutu melawan petugas.
    Kedua, ancaman pidana pasal 216 ayat 1 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP tentang tidak mengindahkan peringatan petugas secara bersama-sama.
    Terakhir, para terdakwa diancam pidana dalam Pasal 218 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP tentang sengaja tidak membubarkan diri dari kerumunan setelah diperingatkan petugas.
    Ke-21 terdakwa yang mengikuti persidangan pada Kamis adalah Eka Julian Syah Putra, M Taufik Effendi, Deden Hanafi Fahriyansah, Afri Koes Aryanto, Muhammad Tegar Prasetya, Robi Bagus Triyatmojo, Fajar Adi Setiawan, Riezal Masyudha Ruby Akmal Azizi, dan Hafif Russel Fadilla.
    Lalu ada Andre Eka Prasetio, Wildan Ilham Agustian, Rizky Althoriq Tambunan alias Kewer, Imanu Bahari Solehat alias Ari, Muhammad Rasya Nur Falah, Naufal Fajar Pratama, Ananda Aziz Nur Rizqi, Muhammad Nagieb Abdilah bin. Rohmatullah, Alfan Alfiza Hadzami bin. Mochammad Syamsuri, dan Salman Alfaris.
    Dalam dakwaannya, JPU menjelaskan para terdakwa sebelumnya sudah mendengar, melihat, membaca, maupun menerima informasi ajakan mengikuti aksi demonstrasi dari media sosial baik Instagram, WhatsApp Group, maupun berita online.
    Ajakan itu disebut membuat para terdakwa berinisiatif untuk mendatangi lokasi unjuk rasa di sekitar Gedung DPR/MPR pada 29 Agustus 2025.
    Di sana, para terdakwa melakukan perusahaan terhadap pagar DPR/MPR serta melempari aparat kepolisian dengan batu, bom molotov, kayu hingga besi.
    Seluruh terdakwa masih bertahan di kawasan DPR/MPR RI sampai 30 Agustus 2025.
    Keesokan harinya, 31 Agustus 2025 demonstrasi masih berlanjut dan mangalami ricuh.
    “Minggu dini hari tanggal 31 Agustus 2025, masih terdapat massa unjuk rasa yang berkerumun dan bentrok sehingga menyebabkan terjadinya kerusuhan dan pengrusakan fasilitas umum maupun mengakibatkan luka-luka,” tutur JPU.
    Akhirnya pihak kepolisian melakukan pengamanan terhadap 13 orang dari 21 terdakwa.
    Pengamanan dilakukan di sejumlah titik seperti depan Polda Metro Jaya,
    Flyover
    Semanggi hingga jalan Gatot Subroto.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polri Kirim 638 Personel dan Puluhan Kendaraan Khusus untuk Bantu Bencana Sumatera
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Polri Kirim 638 Personel dan Puluhan Kendaraan Khusus untuk Bantu Bencana Sumatera Megapolitan 8 Desember 2025

    Polri Kirim 638 Personel dan Puluhan Kendaraan Khusus untuk Bantu Bencana Sumatera
    Tim Redaksi

    DEPOK, KOMPAS.com –
    Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo meninjau kesiapan personel dan sejumlah kendaraan khusus yang akan dikirim untuk membantu penanganan
    bencana di Sumatera
    . Peninjauan dilakukan di Mako Brimob Polri, Depok, Senin (8/12/2025) sore.
    Dedi memastikan seluruh perlengkapan siap diberangkatkan, mulai dari tim penyelamatan hingga unit pendukung logistik. Total 638
    personel Polri
    akan diterjunkan ke wilayah terdampak, lengkap dengan peralatan pertolongan dan pencarian.
    Dalam pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, Dedi mengecek barisan personel dari Korps Brimob, Sabhara, Tim DVI, hingga K9. Ia juga memeriksa kendaraan operasional, termasuk unit water
    treatment
    , dapur lapangan, hingga ambulans.
    Salah satu kendaraan
    water treatment
    disebut mampu menyediakan air bersih hingga 7.000 liter per jam, sementara dapur lapangan memiliki kapasitas memasak 200 porsi nasi dalam sekali masak.
    Di lokasi, Dedi turut didampingi Dankor Brimob Polri Komjen Ramdani Hidayat dan Kabaharkam Polri Komjen Karyoto.
    Secara terpisah, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan, peninjauan ini bertujuan memastikan kesiapan seluruh kekuatan yang akan diberangkatkan ke titik-titik bencana di Sumatera.
    “Dalam penyampaian Pak Wakapolri, sebagaimana kita ketahui Bapak Presiden Republik Indonesia pada saat datang kunjungan ke Aceh menyampaikan agar mengoptimalkan seluruh kekuatan khususnya polri. Maka Pak Wakapolri mengintruksikan hari ini untuk mengecek,” kata Trunoyudo di Mako Brimob Polri, Senin.
    Sebanyak 638 personel dikerahkan ke lokasi, yang terdiri atas 361 anggota Brimob, 200 Sabhara, 12 ambulans dengan 48 personel tenaga kesehatan (nakes), 29 personel nakes dari tim K9.
    Selain personel, Polri juga menerjunkan berbagai kendaraan pendukung, yakni 15 dapur lapangan, 12 unit water treatment, perlengkapan SAR, ambulans, 19 ekor anjing pelacak (K9), serta kendaraan teknis lain untuk operasi penyelamatan.
    Nantinya, seluruh personel dan kendaraan akan disebar ke sejumlah Polda di wilayah terdampak sebelum ditempatkan ke titik-titik bencana.
    “Pembagian ini nanti akan didistribusi ke seluruh Polda, yang mana
    mapping
    di wilayah Aceh ada di daerah Bener Meriah, Aceh Tamiang, Bireun, Gayo Luwes, dan beberapa daerah terdampak di Sumbar,” terang Trunoyudo.
    Trunoyudo menegaskan bahwa pengiriman personel ini dilakukan untuk memperkuat bantuan yang sudah lebih dulu berada di lapangan.
    “Tujuan ini adalah untuk menjaga stabilitas dari kehidupan sosial masyarakat yang terdampak bencana. Kami juga memerintahkan beberapa untuk membantu saudara-saudara kita di Aceh, di Sumut dan Sumbar terkait dengan selain yang sudah kami lakukan pertolongan pencarian evakuasi korban dan juga bantuan,” jelasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Prabowo Berkunjung ke Pakistan, Disambut Presiden dan PM
                        Nasional

    7 Prabowo Berkunjung ke Pakistan, Disambut Presiden dan PM Nasional

    Prabowo Berkunjung ke Pakistan, Disambut Presiden dan PM
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden RI Prabowo Subianto berkunjung ke Islamabad, Pakistan, pada Senin (8/12/2025) hingga Selasa (9/12/2025) besok.
    Berdasarkan akun
    Instagram
    Kedubes
    Pakistan
    untuk Indonesia, Prabowo mendarat di Bandara PAF Base Nur Khan, Pakistan, Senin (8/12/2025), disambut langsung oleh Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri (PM) Pakistan Muhammad Shehbaz Sharif.
    “Ini akan menjadi kunjungan pertama Presiden
    Prabowo ke Pakistan
    . Kunjungan presiden terakhir dari Indonesia dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018. Kunjungan mendatang ini memiliki makna yang lebih mendalam, karena bertepatan dengan peringatan 75 tahun terjalinnya
    hubungan diplomatik
    antara Pakistan dan Indonesia,” tulis keterangan Kedubes Pakistan untuk Indonesia, Minggu (7/12/2025).
    Menurut keterangan tersebut, kunjungan ini digelar atas undangan PM Pakistan.
    Selama kunjungannya, Prabowo akan mengadakan pembicaraan tingkat delegasi dengan PM Pakistan serta bertemu dengan Presiden Pakistan, Kepala Staf Angkatan Darat Militer Pakistan, dan Kepala Staf Angkatan Pertahanan.
    Kedua belah pihak akan membahas agenda luas yang bertujuan untuk lebih memperkuat hubungan Pakistan-Indonesia dan menjajaki peluang
    kerja sama
    baru, termasuk perdagangan, investasi, pertahanan, kesehatan, IT, iklim, pendidikan, dan budaya, serta meningkatkan kolaborasi di tingkat regional dan global.
    Beberapa MoU pun diperkirakan akan ditandatangani Indonesia dan Pakistan selama kunjungan tersebut.
    Adapun Pakistan dan Indonesia sejak lama telah menikmati hubungan yang erat dan bersahabat, yang didasari oleh nilai-nilai dan kepentingan bersama.
    Kunjungan Prabowo akan memberikan kesempatan penting untuk mempererat hubungan bilateral dan memperluas kerja sama yang saling menguntungkan, yang berkontribusi pada pertumbuhan dan diversifikasi kemitraan yang berkelanjutan antara kedua negara.
    Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Seskab Teddy Indra Wijaya, dan Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo belum menjawab pertanyaan Kompas.com mengenai
    kunjungan Prabowo ke Pakistan
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perias Jenazah Bukan Sekadar Pekerjaan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Perias Jenazah Bukan Sekadar Pekerjaan Megapolitan 8 Desember 2025

    Perias Jenazah Bukan Sekadar Pekerjaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Masyarakat perkotaan seringkali berorientasi pada pekerjaan formal, bergaji tetap, dan standar pendidikan tertentu, profesi perias jenazah muncul sebagai sebuah fenomena unik.
    Tidak banyak orang yang menekuni bidang ini, dan justru karena kelangkaannya, pekerjaan ini dianggap sebagai sebuah calling, panggilan hati yang tidak hanya soal materi, melainkan dedikasi, kemanusiaan, dan keberanian menghadapi kematian secara langsung.
    Kompas.com menelusuri lebih dalam dunia
    perias jenazah
    melalui wawancara dengan sosiolog Rakhmat Hidayat dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
    “Semakin suatu pekerjaan langka, jarang digeluti, atau tidak menarik bagi sebagian besar orang, maka pekerjaan itu cenderung menjadi panggilan, atau calling,” ujar Rakhmat saat dihubungi Jumat (5/12/2025).
    Ia menjelaskan bahwa perias jenazah adalah antitesis dari orientasi masyarakat perkotaan yang cenderung mengejar pekerjaan komersial, stabil, serta memiliki standar pendidikan dan administrasi formal.
    Sementara itu, mereka yang menggeluti profesi merias jenazah justru berhadapan dengan sesuatu yang masih distigmakan, kematian. “Kematian bukan sesuatu yang menyeramkan bagi mereka. Kematian adalah dunia mereka, sesuatu yang mereka hadapi setiap hari secara sosial,” tuturnya.
    Dalam perspektif
    sosiologi pekerjaan
    , profesi ini masuk kategori kerja yang tidak tercatat, tidak terstandar, dan tidak memiliki pengakuan formal.
    Karena itu, pelakunya sering mengalami marginalisasi maupun stigma sosial.
    “Mereka bekerja dengan hati. Mereka tidak money oriented. Namun secara materi, sering justru tidak mendapatkan kompensasi yang layak,” ujar Rakhmat.
    Gloria, Perias Jenazah Salah satu perias jenazah yang menekuni profesi ini di Jakarta adalah
    Gloria Elsa Hutasoit
    (42).
    Gloria bekerja di wilayah DKI Jakarta, namun bila diminta, ia juga menerima jasa di luar kota.
    Dalam sehari, ia dapat menangani satu hingga tiga jenazah, tergantung kebutuhan.
    “Dalam sehari bisa satu sampai tiga jenazah. Tapi ada hari-hari di mana saya tidak merias sama sekali,” ujarnya ketika dihubungi Jumat (5/12/2025).
    Kepiawaiannya merias jenazah bukan datang tiba-tiba. Ia sudah menyukai makeup sejak kecil.
    Ibunya, yang berprofesi sebagai perawat sekaligus terlibat dalam pelayanan memandikan jenazah di gereja, memperkenalkannya pada pekerjaan ini sejak muda.
    Momen paling menentukan adalah ketika ia merias tante yang meninggal dan berprofesi sebagai pemulung di tahun 2001.
    “Di situ saya tergerak. Saya ingin memberikan pelayanan agar pengantin Tuhan dipersiapkan dengan layak di hari terakhirnya,” ujar Gloria.
    Sejak saat itu, Gloria pun mulai menekuni profesi sebagai perias jenazah, namun terbatas hanya di kalangan keluarga dan gereja saja.
    Barulah di tahun 2016, ia mulai menjalankan karier tersebut secara profesional.
    Ia menganggap hal tersebut bukan pekerjaan, melainkan bentuk pelayanan kemanusiaan.
    Tentu, tidak semua orang mampu dengan mudah menghadapi tubuh yang telah tak bernyawa.
    Gloria mengakui bahwa ada rasa tertentu ketika pertama kali menyentuh atau melihat jenazah yang baru diserahkan untuk dirias. Namun bukan takut yang ia rasakan.
    “Yang saya rasakan justru bahagia bisa menolong, terutama jenazah yang tidak mampu,” tuturnya.
    Proses merias jenazah tidak sepenuhnya sama dengan merias orang hidup. Ada tantangan teknis yang tidak semua perias makeup biasa bisa hadapi.
    Menurut Gloria, kulit jenazah berbeda total dari kulit manusia hidup.
    “Struktur kulit jenazah cenderung keras dan kering. Meriasnya seperti merias di atas kaca,” jelasnya.
    Tantangan paling besar biasanya muncul ketika jenazah mengalami perubahan warna, luka, atau lebam.
    “Paling menantang ketika harus menutup luka, lebam, atau ketika kulit menghitam dan menguning,” katanya.
    Untuk kasus tertentu, ia bahkan harus melakukan rebuilding, membentuk kembali bagian wajah atau tubuh yang rusak akibat kecelakaan atau penyakit.
    “Paling lama itu ketika harus menutup luka jahitan atau membentuk organ yang rusak,” lanjutnya.
    Kemampuan teknis ini membuat perias jenazah berada pada posisi penting dalam proses perpisahan terakhir keluarga.
    Setiap keluarga datang dengan kondisi berbeda. Ada yang tenang, ada yang terpukul, ada pula yang histeris.
    Bagi Gloria, menjaga batas emosional adalah kunci agar tetap fokus bekerja.
    “Sudah terlatih untuk boleh simpati tapi tidak boleh empati. Karena kalau ikut tenggelam dalam kesedihan, kami tidak bisa bekerja,” jelasnya.
    Namun ia mengakui bahwa ada momen-momen yang menempel kuat dalam ingatannya, terutama ketika merias orang yang meninggal secara mendadak.
    “Keluarga biasanya lebih terpukul. Di situ terasa sekali makna emosionalnya,” katanya.
    Gloria juga sering membagikan kisah-kisah tertentu melalui akun Instagram pribadinya @periasjenazah.gloriaelsa sebagai bentuk edukasi kepada publik bahwa pekerjaan ini bukan sesuatu yang tabu.
    Untuk mengetahui bagaimana pekerjaan ini dirasakan oleh keluarga, Kompas.com mewawancarai Cristiene Maria (38), warga Jakarta Barat yang menggunakan jasa perias jenazah ketika ibunya meninggal mendadak akibat serangan jantung.
    Cristiene tidak menggunakan jasa Gloria, ia menggunakan jasa perias lain.
    Namun ia mengaku keputusan memakai jasa perias jenazah datang dari keinginan untuk memberi penghormatan terakhir yang layak.
    “Kami ingin wajah Ibu terlihat rapi dan terawat. Mereka menutup pucat dan lebam dengan riasan tipis, sangat natural,” katanya.
    Ia menilai komunikasi dengan perias sangat baik. Keluarga bahkan memberikan foto sang ibu ketika masih sehat sebagai acuan.
    Biaya yang ia keluarkan sekitar Rp 1,5 juta.
    “Rasanya lega ketika melihat Ibu terlihat damai, seperti tidur. Itu membantu kami menerima kepergiannya,” ucapnya.
    Baginya,
    profesi perias jenazah
    layak dihargai jauh lebih tinggi.
    “Mereka sangat sabar dan berhati-hati. Rasanya mereka memberi keindahan terakhir bagi orang yang kita cintai,” ujarnya.
    Meski mulai banyak keluarga kelas menengah ke atas menggunakan jasa perias jenazah profesional, Rakhmat menilai hal itu belum menjadi transformasi besar dalam budaya kematian di Indonesia.
    “Belum ada perubahan mayor. Kematian masih dianggap hal misterius dan menyeramkan, terutama di kelas menengah ke bawah,” ujarnya.
    Menurutnya, perubahan budaya kematian bisa terlihat dari bagaimana sebuah kota merawat pemakamannya.
    “Di luar negeri, pemakaman adalah ruang publik. Rapi, bersih, ada kursi, dan berada di tengah kota. Tidak menyeramkan,” jelasnya.
    Sementara di Indonesia, pemakaman masih dianggap ruang gelap, tidak terurus, dan tidak ramah bagi masyarakat umum, kecuali beberapa makam komersial milik kelas menengah ke atas.
    Pengalaman pandemi Covid-19 juga menunjukkan betapa pentingnya profesi perias dan pengurus jenazah.
    Ketika angka kematian melonjak, negara-negara di seluruh dunia sangat bergantung pada mereka yang berani berada di garis depan urusan kematian.
    “Mereka bekerja melampaui batas risiko, penyakit, batas geografis, dan latar belakang etnis,” tutur Rakhmat.
    Ia melihat profesi ini sebagai pekerjaan kemanusiaan yang melampaui batas profesi resmi.
    Meskipun tidak tercatat secara formal sebagai tenaga kesehatan atau pekerja administrasi, kontribusinya sangat besar.
    Profesi ini sering dipandang rendah, dianggap tabu, dan tidak dipahami secara luas.
    Ketika pekerjaan lain memiliki struktur karier jelas, perias jenazah justru berada pada ruang abu-abu.
    “Kita belum memiliki standar profesi untuk perias jenazah. Mereka tidak mendapatkan perlindungan formal seperti pekerja formal lainnya,” kata Rakhmat.
    Rakhmat menegaskan bahwa profesi ini harus dilihat sebagai sebuah
    panggilan kemanusiaan
    .
    “Bayangkan jika tidak ada orang yang mau menggeluti pekerjaan ini, maka banyak jenazah yang telantar. Ini pekerjaan sangat berarti secara sosial,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • RSUD Kota Bogor Kirim Tim Medis hingga Tukang Urut Bantu Korban Bencana di Sumatera
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    RSUD Kota Bogor Kirim Tim Medis hingga Tukang Urut Bantu Korban Bencana di Sumatera Megapolitan 8 Desember 2025

    RSUD Kota Bogor Kirim Tim Medis hingga Tukang Urut Bantu Korban Bencana di Sumatera
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com –
    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor menerjunkan tim medis ke wilayah terdampak bencana di Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
    Tim medis
    yang terdiri atas dokter dan perawat ICU ini direncanakan bertugas di lokasi bencana selama satu minggu.
    “Keberangkatan tim medis dari
    RSUD Kota Bogor
    ini bekerja sama dengan Yayasan Negeri Satu Bangsa dalam aksi Gerakan Anak Negeri, aksi kemanusiaan bencana Aceh, Sumbar, dan Sumut,” ucap Plt Direktur RSUD Kota Bogor Sri Nowo Retno, Senin (8/12/2025).
    Retno menyampaikan, selain dokter dan perawat, RSUD Kota Bogor turut mengirim tiga orang tukang urut dari daerah Cimande, Kabupaten Bogor, yang turut diperbantukan dalam misi kemanusiaan ini.
    “Setelah ini juga akan dilakukan pemberangkatan. Untuk pemberangkatan periode selanjutnya ini sedang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor,” sebutnya.
    Berdasarkan laporan tim medis RSUD Kota Bogor di posko Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, hasil pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan perawatan mencatat 24 kasus trauma, 211 kasus non-trauma, serta satu kasus perawatan luka.
    “Dari hasil kegiatan tersebut, total pasien yang telah dilayani hingga 5 Desember 2025 sebanyak 571 orang,” ucapnya.
    Berdasarkan data pada situs resmi Dashboard Penanganan Darurat Banjir dan Longsor dari BNPB, jumlah korban tewas telah mencapai 961 orang per 8 Desember 2025, sebagaimana dikutip
    Kompas.com
    pada pukul 15.26 WIB.
    Adapun jumlah warga yang masih hilang tercatat sebanyak 234 orang. Sementara itu, sekitar 5.000 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat bencana yang terjadi pada akhir November.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tetangga Kaget Usaha WO Cipayung Terseret Dugaan Penipuan, Sebelumnya Terlihat Sukses
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Tetangga Kaget Usaha WO Cipayung Terseret Dugaan Penipuan, Sebelumnya Terlihat Sukses Megapolitan 8 Desember 2025

    Tetangga Kaget Usaha WO Cipayung Terseret Dugaan Penipuan, Sebelumnya Terlihat Sukses
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –

    Wedding organizer
    (WO) di kawasan Cipayung,
    Jakarta Timur
    , yang diduga terseret penipuan, selama ini dikenal sebagai usaha yang cukup sukses oleh warga sekitar. Reputasi yang terlihat stabil itu membuat warga terkejut ketika dugaan penipuan mulai ramai dibicarakan pada awal Desember 2025.
    Ketua RT 01/RW 05 Ceger, Azli, mengatakan, usaha WO tersebut telah beroperasi sekitar lima tahun. Ia menjelaskan, usaha itu awalnya hanya menyewa satu rumah, kemudian berkembang hingga mengelola tiga rumah lain yang dijadikan kantor operasional.
    “Bertahap, pertama satu, dua, tambah lagi, satu lagi, tambah lagi tanah kosong untuk parkiran propertinya. Propertinya (dekorasi pernikahan) untuk pelaminan-pelaminan,” kata Azli, Senin (8/12/2025).
    Menurut dia, setiap akhir pekan, warga hampir selalu melihat para pegawai sibuk menyiapkan dekorasi dan kebutuhan pesta. Karena itu, Azli mengaku terkejut ketika mendengar bahwa WO tersebut terseret dugaan penipuan.
    “Kalau melihat sukses, tapi tahunya hari Minggu, hari Sabtu kemarin, Tanggal 5, tanggal 6 ya. Baru ketahuan bahasanya tidak sukses, macam-macam, baru ketahuan,” jelasnya.
    Azli menambahkan, aktivitas pegawai mulai tidak terlihat sejak Sabtu (6/12/2025) hingga Senin.
    “Waktu Jumat pagi masih ramai aktivitas pegawai segala macam. Nah tiba-tiba waktu Minggu baru heboh katanya karena katering gagal melaksanakan tugas,” ujar dia.
    Warga lainnya, Girsang (60), mengatakan bahwa selama bertahun-tahun ia belum pernah mendengar WO tersebut memiliki masalah.
    “Padahal dari dulu lancar-lancar saja, sudah bertahun-tahun ini mah. Makanya aku kaget kok sekarang begitu sebenarnya dia laris
    loh
    . Laris dia kateringnya,” ungkap Girsang.
    Ia menambahkan, rumah yang dijadikan kantor operasional itu kini tak lagi terlihat dihuni pemilik atau pengelola WO.
    “Tapi dia juga belum ada berbulan-bulan pindah. Selamanya ini di sini aman kok, dulu itu suami, suaminya, adiknya, tapi masih sering ke sini cek makanan gitu,” ujarnya.
    Kasus ini pertama kali mencuat setelah seorang perias mengunggah laporan mengenai acara pernikahan bermasalah di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, pada Sabtu (6/12/2025).
    “Jadi dia ada beberapa acara hari Sabtu itu, terus ternyata bermasalah. Katering makanannya enggak datang, cuma ada dekornya,” jelas salah seorang korban, Tamay (26), saat dihubungi
    Kompas.com
    , Minggu (7/12/2025).
    Unggahan itu kemudian mendapat respons dari banyak warganet yang mengaku sebagai korban. Mereka lantas membuat grup WhatsApp untuk saling bertukar informasi dan mencocokkan kejadian yang dialami.
    Dari percakapan para korban, diketahui bahwa WO tersebut diduga menawarkan paket pernikahan dengan harga yang sangat menggiurkan untuk menarik pelanggan.
    Saat ini, pihak WO sudah berada di Mapolres Jakarta Utara bersama para korban yang ingin mendapatkan kejelasan mengenai kasus tersebut.
    “Ini semua sudah di Polres Jakarta Utara. Termasuk
    owner
    -nya, semuanya,
    marketing
    -nya. Mereka berkelit. Pokoknya enggak jelas lah, kami enggak dapat titik terangnya,” ujar Tamay.
    Korban yang acaranya sudah berlangsung dimintai keterangan polisi.
    Sementara itu, calon pengantin yang acaranya belum terlaksana—termasuk Tamay yang berencana menikah pada April 2026—belum dapat diproses secara hukum karena peristiwa penipuannya dianggap belum terjadi.
    “Yang dipanggil orang-orang yang acaranya udah selesai. Kami yang acaranya masih lama enggak bisa diganti (uangnya), karena acaranya belum terjadi. Cuma kan kami meminimalisasi jangan terjadi,” tutur Tamay.
     Beredar pula informasi bahwa pemilik WO sempat dibawa ke Mapolda Metro Jaya oleh salah satu keluarga korban. Setelah pemeriksaan selama empat jam, pemilik WO dibebaskan karena disebut telah melakukan negosiasi dengan pihak korban.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kehidupan Perias Jenazah yang Memberi Keindahan Terakhir bagi yang Pergi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Kehidupan Perias Jenazah yang Memberi Keindahan Terakhir bagi yang Pergi Megapolitan 8 Desember 2025

    Kehidupan Perias Jenazah yang Memberi Keindahan Terakhir bagi yang Pergi
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Profesi perias jenazah jarang terlihat di tengah kota, namun keberadaannya menjadi bagian penting dalam penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal.
    Gloria Elsa Hutasoit
    (42) adalah salah satu sosok yang memilih jalan ini sebagai bentuk
    pelayanan kemanusiaan
    .
    “Saya terjun ke dunia
    perias jenazah
    dari muda suka sekali makeup, dan kebetulan mama adalah perawat di RS dan pelayanan di gereja untuk memandikan jenazah,” kata Gloria, Jumat (5/12/2025).
    Pengalaman pertamanya merias jenazah terjadi pada 2001, saat menyiapkan jenazah bibinya yang bekerja sebagai pemulung.
    “Di situ saya tergerak bahwa pengantin Tuhan berhak dipersiapkan dengan layak di hari terakhirnya,” ucap Gloria.
    Dari saat itu, ia mulai mendalami teknik pemulasaraan jenazah, memandikan, dan merias jenazah hingga kini.
    Bekerja mandiri dari rumah ke rumah, Gloria melayani jenazah di wilayah DKI Jakarta dan terkadang luar kota.
    Jadwal tidak menentu, satu hari bisa merias satu hingga tiga jenazah, dan kadang sama sekali tidak ada pekerjaan.
    “Kalau saya bisa bantu, saya bantu. Saya ingat tante saya, dan banyak orang yang butuh dipersiapkan dengan layak,” kata Gloria.
    Merias jenazah berbeda dengan merias orang hidup.
    Kulit jenazah cenderung keras dan kering, dan beberapa jenazah memerlukan rekonstruksi akibat luka, lebam, atau operasi.
    “Paling menantang itu ketika harus menutup luka-luka, lebam, atau ketika kulit mengalami perubahan warna seperti menghitam dan menguning,” tutur Gloria.
    Selain keterampilan teknis, pekerjaan ini menuntut pengendalian emosi. Ia menekankan profesionalitas.
    “Kami boleh simpati, tapi tidak boleh empati. Kami harus tetap fokus mempersiapkan jenazah, bukan terbawa suasana di sekitar,” ucap Gloria.
    Cerita dari pengguna jasa menegaskan nilai profesi ini. Cristiene Maria (38) menggunakan jasa perias jenazah untuk ibunya yang meninggal.
    “Mereka membersihkan wajah Ibu, merapikan rambut, lalu makeup tipis untuk menutup pucat dan lebam. Hasilnya natural,” katanya.
    Biaya sekitar Rp 1,5 juta dianggap sepadan dengan pelayanan dan perhatian yang diberikan.
    “Wajah Ibu terlihat damai, seperti sedang tidur. Itu sangat membantu kami menerima keadaan,” ujar Cristiene.
    Sementara itu, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, menyoroti dimensi sosial profesi ini.
    Bagi Rahmat, perias jenazah bukan hanya profesi, melainkan panggilan hati.
    “Semakin langka sebuah pekerjaan, semakin itu menjadi sebuah calling,” ujarnya.
    Profesi perias jenazah, seperti dijalani Gloria, menampilkan lapisan kemanusiaan yang jarang terlihat.
    Gloria menjaga martabat mereka yang telah berpulang, sekaligus memberi ketenangan bagi keluarga yang ditinggalkan.
    (Reporter: Lidia Pratama Febrian | Editor: Faieq Hidayat)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bisa Rias 3 Jenazah dalam Sehari, Gloria Ungkap Tantangan Menutup Luka dan Rebuilding Wajah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Bisa Rias 3 Jenazah dalam Sehari, Gloria Ungkap Tantangan Menutup Luka dan Rebuilding Wajah Megapolitan 8 Desember 2025

    Bisa Rias 3 Jenazah dalam Sehari, Gloria Ungkap Tantangan Menutup Luka dan Rebuilding Wajah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Bagi sebagian orang, pekerjaan perias jenazah masih dipenuhi stigma dan jarak emosional.
    Namun, bagi Gloria Elsa Hutasoit (42), pekerjaan tersebut justru telah menjadi bagian dari hidupnya sejak remaja.
    “Saya bekerja sehari bisa satu sampai tiga jenazah, kadang seharian tidak merias sama sekali,” ujarnya saat dihubungi
    Kompas.com
    pada Jumat (5/12/2025).
    Gloria bekerja sebagai
    perias jenazah
    di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Ia menerima panggilan dari rumah sakit, rumah duka, atau langsung dari keluarga mendiang. Tidak ada ritme yang pasti maupun jadwal rutin.
    “Saya tidak bekerja sama dengan banyak rumah sakit atau rumah duka, jadi sehari itu tidak pasti. Kadang ramai, kadang sepi,” katanya.
    Dalam dunia pekerjaan yang jarang disorot ini, Gloria menautkan pekerjaannya yang ditekuni sejak 2016 bukan hanya pada aspek teknis kecantikan, tetapi juga pada nilai-nilai kemanusiaan.
    Ia meyakini setiap jenazah berhak mendapatkan persiapan terakhir yang layak.
    Saat ditanya bagaimana awalnya ia berkecimpung dalam dunia
    merias jenazah
    , Gloria bercerita panjang.
    “Dari muda saya suka sekali
    makeup
    ,” tuturnya.
    Pengalaman pertama Gloria merias jenazah terjadi saat tantenya yang bekerja sebagai pemulung meninggal dunia pada 2001. Peristiwa itu meninggalkan kesan mendalam baginya.
    “Di situ saya tergerak. Saya merasa pengantin Tuhan berhak dipersiapkan dengan layak di hari terakhirnya,” kenangnya.
    Sejak saat itu, ia mulai sering ikut ibunya dalam pelayanan pemulasaraan. Dari satu pengalaman ke pengalaman lain, ia mulai memahami sisi teknis sekaligus emosional dari pekerjaan tersebut.
    “Saya membantu mama memandikan jenazah, sambil belajar bagaimana memperlakukan jenazah dengan penuh hormat,” kata Gloria.
    Banyak orang membayangkan profesi perias jenazah sebagai pekerjaan yang berat, kelam, bahkan menakutkan. Namun, Gloria justru merasakan sebaliknya.
    “Yang saya rasakan saat bertemu jenazah adalah bahagia,” ujarnya.
    Kebahagiaan itu muncul karena ia merasa dapat membantu keluarga yang sedang menghadapi kehilangan.
    Menurut dia, pelayanan rias jenazah bukan hanya soal berhadapan dengan tubuh yang sudah tidak bernyawa.
    Lebih dari itu, pekerjaan ini adalah tentang menjaga martabat seseorang, terutama mereka yang berasal dari keluarga sederhana.
    “Saya bahagia bisa menolong mempersiapkan jenazah tak mampu,” ucapnya.
    Meski sama-sama menggunakan alat kosmetik dan teknik dasar yang mirip dengan merias orang hidup, tantangan merias jenazah jauh lebih besar. Gloria menggambarkannya sebagai “merias di atas kaca”.
    “Struktur kulit jenazah cenderung sudah keras dan kering,” tuturnya.
    Permukaan kulit yang kehilangan elastisitas membuat produk
    makeup
    sulit menempel. Warna kulit pun sering berubah.
    Menurut Gloria, salah satu tahap paling menantang adalah ketika ia harus menutup luka atau lebam.
    Kondisi tertentu seperti jenazah yang telah lama meninggal, perbedaan penyimpanan suhu, atau riwayat medis membuat beberapa bagian kulit berubah warna menjadi menghitam atau menguning.
    Ia menyebut bahwa kondisi rumit biasanya memerlukan waktu jauh lebih lama.
    “Yang paling membutuhkan waktu itu kalau kita harus
    rebuilding
    atau membentuk kembali organ yang rusak, atau menutup luka jahitan,” jelasnya.
    Rebuilding
    pada jenazah mencakup teknik rekonstruksi wajah, di antaranya memperbaiki bentuk hidung, pipi, atau bagian lain yang rusak akibat kecelakaan, operasi, atau trauma.
    Dalam beberapa kasus, ia menggunakan kapas, lem khusus, hingga
    foundation
    padat berlapis.
    “Kadang keluarga tidak mau melihat kondisi jenazah apa adanya. Mereka ingin memberi kenangan terakhir yang damai,” kata Gloria.
    Selain tantangan teknis, sisi emosional pekerjaan ini juga tidak ringan. Seorang perias jenazah hampir selalu berhadapan dengan keluarga yang tengah berduka, mulai dari yang masih syok hingga yang dipenuhi penyesalan.
    Momen yang paling membekas bagi Gloria adalah ketika merias jenazah yang meninggal secara mendadak.
    “Keluarga pasti lebih terpukul. Suasananya berbeda sekali,” ujarnya.
    Meski demikian, ia menekankan pentingnya menjaga batas emosional.
    “Kami sudah terlatih untuk boleh simpati, tapi tidak boleh empati,” katanya.
    Empati yang terlalu dalam dinilai bisa mengganggu fokus dan membuat proses rias tidak optimal.
    Gloria mengatakan, ia harus bekerja dengan ketenangan dan konsentrasi penuh.
    “Kami harus mempersiapkan jenazah, bukan ikut tenggelam dalam duka keluarga,” tuturnya.
    Beberapa kali, ia juga membagikan proses dan hasil rias jenazah di akun Instagram pribadinya, @periasjenazah.gloriaelsa, sebagai bentuk edukasi dan dokumentasi.
    Untuk melihat profesi ini dari sudut pandang yang lebih luas,
    Kompas.com
    mewawancarai Rakhmat Hidayat, sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
    Ia memandang profesi perias jenazah bukan sekadar pekerjaan.
    “Ini bukan semata-mata profesi. Dalam pandangan saya, ini adalah sebuah panggilan atau
    calling
    ,” kata Rakhmat saat dihubungi, Jumat.
    Menurut dia, semakin langka sebuah profesi, semakin tinggi nilai sosialnya. Dalam masyarakat perkotaan yang cenderung mengejar pekerjaan formal, bergaji tetap, dan berorientasi komersial, perias jenazah hadir sebagai antitesis.
    “Pekerjaan ini langka, tidak banyak orang mau menggelutinya, dan justru karena itulah masyarakat membutuhkannya,” ujarnya.
    Rakhmat juga menyoroti stigma yang masih melekat pada profesi ini. Banyak orang menganggap kedekatan dengan kematian sebagai sesuatu yang menyeramkan.
    Namun bagi mereka yang bekerja di bidang ini, kematian justru menjadi bagian dari keseharian.
    “Bagi mereka, kematian itu melekat secara sosial. Ini bukan hanya tentang teologi atau ritual, tetapi soal kemanusiaan mengurus jenazah tanpa memandang latar belakang agama atau status sosial,” kata Rakhmat.
    Ia mengingatkan bahwa pada masa pandemi Covid-19, peran para pekerja pemulasaraan dan perias jenazah sangat vital.
    Mereka bekerja di tengah risiko tinggi, sering kali tanpa kompensasi yang memadai.
    Selain stigma, para pekerja di bidang ini juga menghadapi marginalisasi dalam sistem kerja modern.
    Mereka kerap tidak tercatat sebagai profesi formal, tidak memiliki standar upah yang jelas, dan belum sepenuhnya diakui dalam kerangka sosiologi pekerjaan.
    “Ini pekerjaan yang bekerja dengan hati, bukan
    money oriented
    ,” tegas Rakhmat.
    Rakhmat menilai penggunaan jasa perias jenazah profesional di Indonesia sebenarnya mulai meningkat, tetapi masih terbatas di kalangan menengah ke atas.
    Ia menyebut transformasi budaya kematian di Indonesia belum berkembang secara signifikan.
    Meski ada makam-makam komersial yang tertata rapi, kebanyakan pemakaman umum masih dianggap menyeramkan dan kurang terawat.
    Berbeda dengan beberapa negara Eropa, di mana makam menjadi bagian dari ruang publik, tempat orang berjalan, duduk, bahkan melakukan wisata religi.
    “Di Indonesia, kematian masih dianggap misteri besar. Transformasi budaya kematian belum sepenuhnya terjadi,” ujarnya.
    Profesi perias jenazah pun baru dihargai sebagian kecil masyarakat, sering kali karena paket layanan pemakaman komersial.
    Untuk melihat dari sisi keluarga,
    Kompas.com
    mewawancarai Cristiene Maria (38), warga Jakarta Barat, yang pernah menggunakan jasa perias jenazah untuk ibunya.
    Meski bukan Gloria yang merias, pengalaman Cristiene memberikan gambaran penting tentang nilai profesi ini.
    Ibunya meninggal mendadak akibat serangan jantung. Dalam kondisi panik, keluarga memutuskan mencari jasa perias jenazah profesional.
    “Kami ingin Ibu terlihat rapi dan terawat untuk penghormatan terakhir,” kata Cristiene kepada
    Kompas.com
    , Jumat.
    Pihak rumah sakit kemudian memberikan rekomendasi jasa rias. Setelah dihubungi, perias datang lengkap dengan perlengkapan.
    Proses berjalan rapi dan cepat, mulai dari membersihkan wajah, merapikan rambut, hingga menggunakan
    makeup
    tipis untuk menutupi pucat dan lebam.
    Cristiene dan keluarganya juga memberikan arahan soal tampilan yang diinginkan.
    “Kami kasih foto Ibu waktu masih sehat. Kami minta riasannya natural dan tidak menor,” katanya.
    Hasil riasan sang perias membuat keluarga lega.
    “Wajah Ibu terlihat damai, seperti sedang tidur. Itu sangat membantu kami menerima keadaan,” ucapnya.
    Biaya yang dikeluarkan saat itu sekitar Rp 1,5 juta, termasuk
    makeup
    dan perapian rambut. Menurut Cristiene, profesi ini penuh dedikasi.
    “Mereka bekerja dengan hati-hati dan sabar. Rasanya mereka memberi keindahan terakhir bagi orang yang kita cintai,” katanya.
    Dari kisah Gloria, analisis sosiolog, hingga pengalaman keluarga pengguna jasa, terlihat bahwa peran perias jenazah jauh lebih besar daripada sekadar pekerjaan teknis.
    Gloria sendiri tetap menjalani profesi ini sebagai sebuah panggilan, bukan sekadar mata pencaharian.
    Dalam sehari, ia bisa menangani hingga tiga jenazah; di hari lain, tidak ada satupun. Namun ritme yang tak menentu itu tidak mengurangi dedikasinya.
    “Yang penting bagi saya adalah setiap jenazah dipersiapkan sebaik mungkin, dengan layak,” katanya.
    Di dunia yang terus berubah, pekerjaan seperti yang dilakukan Gloria mungkin jarang disorot. Namun keberadaannya menjadi tiang kecil yang menopang ritus kemanusiaan—memastikan bahwa, di penghujung kehidupan, setiap orang tetap dihargai.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.