Gubernur Pramono Anung Lepas 5.000 Peserta Amartha Run di GBK
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Gubernur Jakarta Pramono Anung melepas ribuan pelari dalam ajang Amartha Run 2025 yang berlangsung di Plaza Barat, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Minggu (28/9/2025).
Pramono melepas para peserta bersama mantan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno dan mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Prosesi pelepasan dilakukan pukul 05.48 WIB dengan membentangkan bendera start hitam-putih serta membunyikan terompet.
Dalam sambutannya, Pramono menyampaikan semangat dan dukungan penuh bagi para pelari.
“10 k Amartha semoga memecahkan rekornya masing-masing, bahagia, aman, dan pemerintah Jakarta memberikan dukungan penuh,” ungkap Pramono di kawasan GBK.
Pendiri Amartha, Andi Taufan, menyebut tahun ini kegiatan Amartha Run diikuti sekitar 5.000 pelari.
“Ini tahu kedua menyelenggarakan evant ini, sekitar 5000 pelari hari ini,” ungkapnya.
Ia juga memberikan semangat kepada para peserta yang menargetkan pencapaian khusus.
“Untuk pelari yang memiliki target hari ini, semangat ya,” jelas Andi.
Usai memberikan sambutan dan melepas peserta, Pramono bersama Sandiaga Uno, Rudiantara, dan Andi Taufan ikut berlari bersama ribuan peserta lainnya.
Amartha Run 2025 menghadirkan beberapa kategori lomba, mulai dari 10 kilometer (10K) hingga
Half Marathon
dengan jarak 21 kilometer.
Selain itu, terdapat juga kategori khusus
Kids Dash
untuk anak-anak, sehingga acara ini bisa dinikmati lintas usia.
Seluruh lomba dimulai dari Plaza Barat Gelora Bung Karno (GBK) dan melintasi kawasan utama Jakarta.
Jalur lari diarahkan ke koridor protokol Jakarta, termasuk kawasan Sudirman–Thamrin, dengan titik akhir kembali ke Stadion Madya GBK.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Jenis Media: Metropolitan
-
/data/photo/2025/09/28/68d877108217c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Gubernur Pramono Anung Lepas 5.000 Peserta Amartha Run di GBK Megapolitan 28 September 2025
-
/data/photo/2025/09/28/68d867d4c6883.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tak Terima Dibayar Rp 5.000, Jukir Liar di Kelapa Gading Aniaya Pengendara Megapolitan 28 September 2025
Tak Terima Dibayar Rp 5.000, Jukir Liar di Kelapa Gading Aniaya Pengendara
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Seorang juru parkir (jukir) liar berinisial RBG (23) menganiaya pengendara berinisial SR (40) dengan pipa besi lantaran tidak terima dibayar Rp 5.000.
Peristiwa itu terjadi di dekat salah satu area mal di Kelapa Gading, Jakarta Utara, sekitar pukul 03.00 WIB, Sabtu (21/9/2025).
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara Kompol Onkoseno Gradiarso Sukahar menjelaskan, penganiayaan bermula saat RBG meminta bayaran lebih dari korban.
“Pelaku kemudian mengambil pipa besi dari warung terdekat dan memukul korban beberapa kali hingga mengakibatkan luka robek di kepala dan memar di beberapa bagian tubuh,” ujar Onkoseno dalam keterangannya, Sabtu (27/9/2025).
RBG disebut ingin agar korban memberikan tambahan Rp 10.000. Namun, SR menolak sehingga terjadi adu mulut yang berujung penganiayaan.
Akibat insiden tersebut, SR mengalami luka dan segera dibawa ke rumah sakit. Korban kemudian membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Utara.
“Berdasarkan laporan korban, Tim Opsnal Jatanras Sat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara segera melakukan penyelidikan,” jelas Onkoseno.
Tak butuh waktu lama, polisi berhasil menangkap RBG di Kampung Karet, Sepatan, Kabupaten Tangerang, pada Sabtu (27/9/2025).
Kini, pelaku bersama barang bukti sudah diamankan di Polres Metro Jakarta Utara untuk proses hukum lebih lanjut.
Onkoseno mengingatkan masyarakat agar tidak ragu melapor jika mengalami atau mengetahui tindak pidana serupa.
“Polres Metro Jakarta Utara mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, waspada, dan segera melapor apabila mengalami atau mengetahui tindak pidana serupa,” tegasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Istri Arya Daru Berharap Kematian Suaminya Diusut Secara Tuntas dan Transparan
Bisnis.com, JAKARTA – Istri diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI Arya Daru Pangayunan, Meta Ayu Puspitantri, meminta Presiden Prabowo Subianto memastikan kasus kematian suaminya di rumah kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat, diusut secara tuntas dan transparan.
“Kepada Bapak Presiden, Bapak Kapolri, dan Bapak Menlu, saya hanya bisa berharap dan memohon agar kasus ini dapat selesai dengan baik, jujur, dan transparan,” ujar Meta Ayu saat konferensi pers di Yogyakarta, Sabtu.
Meta Ayu yang akrab disapa Pita mengaku masih sulit menerima kenyataan kehilangan suaminya.
“Sebenarnya sampai sekarang pun, saya pribadi masih merasa ini seperti mimpi, ya. Saya tahu, ini memang kenyataan, tapi ada bagian dari diri saya yang ini seperti mimpi,” ujar Pita yang untuk pertama kalinya tampil di hadapan publik.
Menurutnya, Arya Daru adalah pribadi yang penuh kesabaran, mampu menahan amarah, dan selalu menjaga perkataan agar tidak menyakiti orang lain. Nilai itu membuat banyak orang merasakan kebaikan almarhum.
“Sebegitu berharganya Mas Daru bagi saya, bagi anak-anak, bagi orang tua, bagi keluarga, dan saya sangat meyakini bagi teman-teman yang pernah berinteraksi langsung dengan Mas Daru, secara tulus pasti merasakan kebaikan beliau,” ujarnya.
Menurut Pita, hati nurani amat penting dalam pengungkapan kasus kematian suaminya sehingga diharapkan tidak diabaikan dalam mencari kebenaran.
“Hakikatnya, Allah menciptakan hati nurani di hati masing-masing setiap orang. Saya mewakili diri saya, keluarga, dan anak-anak, berharap semoga hati nurani itu tidak sepenuhnya dihilangkan,” tambahnya.
Penasihat hukum keluarga Arya Daru, Nicholay Aprilindo, mengatakan tampilnya Pita untuk kali pertama ke publik merupakan hasil pendampingan panjang karena yang bersangkutan mengalami trauma mendalam.
Ia menjelaskan bahwa sebelum meninggal, Arya Daru dan keluarga besar sedang menyiapkan keberangkatan ke Finlandia, menyusul penugasan barunya sebagai sekretaris dua di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Helsinki.
Seluruh dokumen dan biaya perjalanan disebut sudah lengkap, termasuk visa dan paspor bagi istri, anak-anak, hingga orang tua dan mertua.
“Mereka akan segera berangkat pada tanggal 31 Juli. Di mana tanggal 30 Juli semua keluarga diharapkan sudah dapat berangkat, berkumpul di Jakarta,” jelasnya.
Menurut Nicholay, hal itu menimbulkan tanda tanya besar bagi keluarga mengenai kesimpulan penyidik Polda Metro Jaya yang menyebut kematian Arya Daru tanpa keterlibatan pihak lain.
“Kasus ini tidak boleh menjadi dark case, tidak boleh menguap atau dianggap sepele karena ini menyangkut seorang diplomat, aparatur negara dari Kementerian Luar Negeri,” tegas Nicholay.
Pihak keluarga, kata dia, menginginkan ada penyelidikan lanjutan agar kasus tersebut bisa terungkap seterang-terangnya.
Sebelumnya, Arya Daru Pangayunan ditemukan meninggal dunia dengan kondisi kepala terlilit plakban di kamar 105 Guest House Gondia, Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025.
Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menyimpulkan kematian tersebut tanpa keterlibatan orang lain.
Pemeriksaan toksikologi tidak menemukan zat berbahaya, sementara Pusat Laboratorium Forensik Polri menyatakan tidak ada DNA maupun sidik jari selain milik Arya Daru di lokasi kejadian.
-
/data/photo/2025/09/27/68d7b31c33390.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
3 Muktamar PPP Ricuh, Sejumlah Kader Terluka Nasional
Muktamar PPP Ricuh, Sejumlah Kader Terluka
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Mardiono, menyebut sejumlah kader partai ka’bah terluka akibat bentrok usai pembukaan Muktamar X.
Mardiono mengatakan, sejak Muktamar X dibuka, pihaknya sudah melihat terdapat gejala yang mengarah pada kegaduhan hingga akhirnya keributan pun terjadi.
“Ada beberapa kader kami yang saat ini sedang ada di rumah sakit, yang mengalami cedera di bagian kepala, kemudian di bagian bibir, dan lain sebagainya,” kata Mardiono dalam konferensi pers di Jakarta Utara, Sabtu (27/9/2025) malam.
Mardiono mengaku menyayangkan keributan pada Muktamar X yang akhirnya menimbulkan korban luka-luka.
Ia menyatakan bakal menempuh proses hukum atas peristiwa yang merugikan kader PPP tersebut. Proses demokrasi, kata dia, tidak boleh diwarnai tindakan inkonstitusional.
“Dan tentu ini nanti akan kita lanjutkan dengan proses hukum,” tutur Mardiono.
Sebelumnya, Muktamar X PPP diwarnai bentrok antar kubu yang mendukung keberlanjutan kepemimpinan Mardiono dan kubu yang menginginkan ketua umum baru.
Bentrokan pecah saat peserta Muktamar X meninggalkan ruang pertemuan. Mereka saling berteriak dan menuding hingga akhirnya terlibat baku hantam.
Pantauan Kompas.com di lokasi, salah satu pihak yang bentrok bahkan melempar kursi besi ke arah lawan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/09/27/68d7d78638d13.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Mardiono Terpilih Jadi Ketum PPP Secara Aklamasi Nasional
Mardiono Terpilih Jadi Ketum PPP Secara Aklamasi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Muhamad Mardiono, terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) PPP periode 2025-2030.
Mardiono terpilih secara aklamasi dalam acara Muktamar X PPP yang berlokasi di Kawasan Ancol, Jakarta, pada Sabtu (27/9/2025).
“Saya ingin menyampaikan selamat kepada Pak Mardiono atas terpilihnya secara aklamasi dalam muktamar ke-10 yang baru saja kami ketuk palunya,” kata Pimpinan Sidang Muktamar X PPP, Amir Uskara, dalam konferensi pers.
Amir mengakui pembukaan Muktamar X PPP memang mengalami dinamika. Dia pun menjelaskan dinamika sidang dalam pembahasan muktamar tadi.
Menurutnya, dalam pembahasan tata tertib muktamar, dijelaskan bahwa pemilihan ketua umum harus dihadiri secara fisik oleh para peserta muktamar.
Setelah itu, ia meminta kesepakatan para peserta muktamar terkait aklamasi Mardiono.
Usai disetujui peserta muktamar, Amir pun mengesahkan aklamasi Mardiono sebagai Ketum PPP selanjutnya dengan mengetuk palu.
“Saya langsung meminta kesepakatan dari seluruh peserta muktamar, apakah setuju karena sudah hadir, apakah setuju untuk kita aklamasi dengan Pak Mardiono, ternyata mereka setuju dan saya ketuk palu,” tegasnya.
“Jadi setelah itu mungkin keributan dilanjutkan dan kami sudah meninggalkan sidang karena memang sudah ketuk palu,” sambungnya.
Diketahui, pembukaan Muktamar X PPP sempat ricuh lantaran ada perbedaan pendapat antara kader yang ingin ada ketum baru dan kader yang ingin Mardiono tetap memimpin PPP.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/09/27/68d7c89d754e2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
8 Muktamar PPP Memanas, Kader Adu Mulut hingga Lempar Kursi Nasional
Muktamar PPP Memanas, Kader Adu Mulut hingga Lempar Kursi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sempat memanas hingga terjadi kericuhan.
Sejumlah kader tampak adu mulut hingga berkelahi saat pembukaan Muktamar X yang digelar di Ancol, Jakarta, Sabtu (27/9/2025).
Pantauan Kompas.com, hal ini bermula saat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum (Ketum) PPP, Muhamad Mardiono, memberikan pidatonya pembukaan pemilihan pemimpin baru partai berlogo Ka’bah itu.
Ketika Mardiono berpidato, sejumlah peserta Muktamar X memanas dan terpecah menjadi dua kubu.
Ada pihak yang berteriak “Lanjutkan”. Namun, ada pihak lain yang teriak “Perubahan”.
Suasana pun memanas hingga pembawa acara meminta peserta menyanyikan lantunan sholawat untuk mendamaikan suasana.
Dari awal pidato Mardiono, para kader saling berbalas teriakan serta nyanyian.
“Lanjutkan, lanjutkan!” teriak sebagian kader.
“Perubahan, perubahan!” jawab sebagian kader lain.
Setelah acara pembukaan Muktamar X selesai, Mardiono berjalan keluar dari lokasi acara sambil diantar sejumlah kader yang berteriak “Lanjutkan”.
Mardiono juga menyempatkan diri untuk melakukan wawancara dengan awak media yang ada di lokasi.
Di momen itu, tampak ada sekelompok kader PPP yang lewat sambil teriak ke arah Mardiono.
Kader yang mendukung Mardiono pun membalasnya sehingga suasana menjadi semakin ricuh.
“Perubahan, perubahan!” kata mereka.
“Woi, ganggu woi! Woi, berhentikan itu, lagi konpers!” jawab kelompok kader lainnya.
Beberapa kader pun tampak terlihat berkelahi hingga melempar kursi.
Pihak pengamanan internal PPP pun berupaya melerai perkelahian.
Namun, mereka tetap saling menyerang satu sama lain lantaran perbedaan pandangan jelang pemilihan ketua umum PPP.
Wakil Ketua Umum DPP PPP Rusli Effendi meminta agar para peserta muktamirin untuk menahan diri dan berperilaku sesuai ajaran agama Islam dalam pelaksanaan Muktamar X.
“Perbedaan pendapat pasti ada dalam pemilihan ketua umum. Namun, bedanya ada yang mengedepankan kesantunan dan ada yang tidak. Jadi kami minta untuk semua muktamirin menahan diri untuk tidak mencederai proses pelaksanaan Muktamar X,” kata Rusli di Ancol.
Rusli menyebut, PPP yang notabenenya partai Islam tidak sepatutnya mengedepankan perkelahian dan keributan.
Dia menekankan, bahwa dirinya enggan membawa PPP ke dalam konflik seperti zaman Rommy dan Djan Farid yang terpecah belah menjadi dua kubu.
“Saya rasa konflik itu hanya membuat kita semakin jauh dengan masyarakat dan merupakan satu hal yang menyebabkan PPP ada di titik ini. Semoga tidak terulang kembali,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/09/27/68d802e3f280f.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/09/27/68d7b7e59e733.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/09/27/68d808e2eddc4.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/09/27/68d7aa855f774.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)