Jenis Media: Metropolitan

  • Polisi Buru Penipu Modus Minta Bantuan di Kebon Jeruk
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Polisi Buru Penipu Modus Minta Bantuan di Kebon Jeruk Megapolitan 3 Oktober 2025

    Polisi Buru Penipu Modus Minta Bantuan di Kebon Jeruk
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.COM –
    Polisi memburu pelaku penipuan modus minta bantuan di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
    Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk, AKP Ganda Jaya Sibarani mengatakan petugas sudah memeriksa sejumlah rekaman kamera CCTV di lokasi.
    “Setelah melakukan sisir TKP, kami mengambil CCTV-nya, kami akan melakukan penyelidikan untuk mencari pelakunya,” ucap AKP Ganda Jaya Sibarani saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (3/10/2025).
    Ganda mengatakan, petugas sedang menunggu hasil analisis dari tim IT. Polisi juga sudah meminta keterangan langsung dari korban.
    “Korban juga sudah kita tanyakan untuk perkembangan soal handphone-nya, belum nyala dan digunakan lagi. Kalau nyala mungkin kita kan masih bisa melacak,” ujar Ganda.
    Sebelumnya, seorang pria menjadi korban penipuan modus minta bantuan di kawasan Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada Minggu (28/9/2025).
    Dalam rekaman CCTV yang diunggah di akun Instagram @warga.jakbar, terlihat seorang pemuda mengendarai sebuah motor vespa berwarna biru menepi setelah melihat seorang bapak paruh baya melambaikan tangan di pinggir jalan.
    Selanjutnya, datang seorang pengemudi ojek online menghampiri keduanya untuk ikut berbincang.
    Belakangan diketahui bahwa pengemudi ojol dan pria paruh baya yang berdiri di pinggir jalan adalah komplotan penipuan.
    Perbincangan ketiga orang itu berlangsung cukup lama dan akhirnya korban yang memutuskan untuk mengantar bapak-bapak tersebut ke sebuah masjid.
    Setibanya di masjid, korban memasuki masjid tersebut karena mengaku merasa seperti terkena “hipnotis” dan berjalan tidak dengan kesadaran penuh.
    Saat korban kembali keluar dari masjid, barang-barang berharga yang dibawa mulai dari motor, laptop, tas, hingga handphone telah raib dua orang tersebut.
    Korban yang mengalami kerugian hingga Rp 58 juta membuat laporan ke Polsek Kebon Jeruk pada Selasa (28/9/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kabel Menjuntai ke Sungai Kapuk Jakbar Bikin Sampah Nyangkut
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Kabel Menjuntai ke Sungai Kapuk Jakbar Bikin Sampah Nyangkut Megapolitan 3 Oktober 2025

    Kabel Menjuntai ke Sungai Kapuk Jakbar Bikin Sampah Nyangkut
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kabel-kabel utilitas yang semrawut di Jembatan Kapuk, Jakarta Barat, menjuntai sampai permukaan sungai, sehingga sampah yang terbawa aliran sungai kerap tersangkut.
    Sarinah (40), warga yang sudah 15 tahun berjualan di sekitar jembatan, menyebut sampah yang menyangkut di kabel sampai menumpuk.
    “Iya kalau nyentuh air sampai sampah-sampah penuh,” ujar Sarinah saat ditemui
    Kompas.com
    di warungnya, Jumat (3/10/2025).
    Sarinah mengatakan, sampah-sampah tersebut sering dirapikan oleh petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU).
    Selain untuk membereskan sampah, petugas juga turun ke sungai untuk memperbaiki posisi kabel yang menjuntai hingga masuk ke dalam air.
    Meski begitu, kabel tersebut masih terus jatuh, menyentuh aliran sungai.
    Senada, warga bernama Yahya (42) menyebut, akibat posisi kabel yang rendah, kabel tersebut kerap terendam apabila terjadi banjir.
    “Sampah memang sering nyangkut kalau banjir. Sering di sini air naik tetapi kalau banjir buat warga kampung sekitar doang,” ujar dia.
    Yahya berharap kabel-kabel tersebut segera dirapikan untuk mencegah bahaya bagi warga sekitar.
    Berdasarkan pantauan
    Kompas.com
    , di Jalan Kapuk Raya Kelurahan menuju Jalan Peternakan Raya, kabel menjuntai setinggi 2,5 meter dari permukaan tanah. Kabel menjuntai hingga ke samping jembatan.
    Beberapa rangkaian kabel yang menjuntai di samping jembatan tersebut ada yang menyentuh aliran sungai dan terlihat menahan sampah yang mengalir.
    Sampah-sampah yang terbawa arus tersangkut di kabel meski kabel tersebut tidak mengenai air sungai.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dua Tahun Jalan Rawa Bebek Rusak, Warga Penjaringan Hidup dalam Debu dan Air Mati
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Dua Tahun Jalan Rawa Bebek Rusak, Warga Penjaringan Hidup dalam Debu dan Air Mati Megapolitan 3 Oktober 2025

    Dua Tahun Jalan Rawa Bebek Rusak, Warga Penjaringan Hidup dalam Debu dan Air Mati
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejak dua tahun terakhir, warga RW 11, Jalan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, harus menghadapi realitas sehari-hari yang tak menyenangkan.
    Jalan yang dulunya mulus kini bergelombang, berdebu, dan kerap membuat pengendara celaka.
    “Airnya juga mati, biasanya seminggu. Ini udah ada dua tahun proyek, air jadi sering mati,” kata Katiyem (66) kepada
    Kompas.com
    , Jumat (3/10/2025).
    Bagi Katiyem, air yang mati bukan hanya soal ketidaknyamanan, tapi juga soal kesehatan dan ekonomi keluarga.
    Ketika air menyala, sering kali keruh dan berbau.
    Ismadi (66) merasakan hal serupa. Ia mengaku bahwa air sering mati, bahkan bisa sampai seminggu.
    Menurutnya, ketika diperbaiki oleh tukang PAM, air kembali tidak mengalir karena pekerjaan galian terus dilakukan.
    “Air sering mati, sekali mati bisa seminggu. Nanti ada tukang PAM dibenarin lagi, nanti digali lagi, airnya enggak jalan lagi,” ujarnya.
    Akibatnya, ia terpaksa membeli air bersih atau bahkan tidak mandi.
    Kerusakan jalan juga menjadi ancaman keselamatan.
    Ketua LMK RW 011, Dede Sobari (40), mengatakan, banyak warga yang terjatuh di Jalan Rawa Bebek akibat permukaan yang rusak.
    “Banyak dari proyek jalan ini rusak, banyak yang jatuh, terakhir ibu-ibu dari Luar Batang itu jatuh nyungsrug tangan dan kakinya,” ucapnya.
    Kondisi jalan yang licin saat hujan menambah risiko kecelakaan.
    Yani (50) menambahkan, debu yang menumpuk di jalan juga mengganggu aktivitas warga.
    “Kalau hujan kan licin, terus debunya masuk ke rumah, ganggu pernapasan,” jelasnya.
    Tak hanya keselamatan, proyek galian ini juga menghantam ekonomi warga. Omzet warung di RW 11 menurun drastis karena jalan rusak dan debu menempel pada dagangan.
    “Dampak ekonomi, banyak masyarakat merugi karena ada galian gini, penutupan jalan, usaha yang dagang terganggu,” kata Dede.
    Katiyem menambahkan, omzetnya yang dulu Rp 500.000 per hari kini hanya sekitar Rp 300.000.
    Ismadi pun mengaku omzet usaha kertas limbah bekasnya turun 20-30 persen dalam dua tahun terakhir.
    Galian sepanjang Jalan Rawa Bebek 1 dan 2 ini dilakukan untuk mendukung proyek pengolahan air limbah menjadi air bersih yang digagas pemerintah pusat.
    Namun, sementara wilayah lain hanya sebagian RT terdampak, di RW 11 ada sekitar 21 RT yang harus menanggung gangguan proyek.
    Lamanya pengerjaan proyek, yang sudah berlangsung dua tahun, mendatangkan dampak berlapis yakni dari air mati, jalan rusak, hingga ekonomi warga menurun.
    Kondisi ini membuat warga RW 11 merasa hidupnya terganggu, terperangkap antara janji pembangunan dan realitas sehari-hari yang keras.
    (Reporter: Shinta Dwi Ayu | Editor: Akhdi Martin Pratama, Faieq Hidayat)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Delpedro Cs Ajukan Praperadilan, TAUD: Mereka Bela HAM, Bukan Pelaku Kriminal
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Delpedro Cs Ajukan Praperadilan, TAUD: Mereka Bela HAM, Bukan Pelaku Kriminal Megapolitan 3 Oktober 2025

    Delpedro Cs Ajukan Praperadilan, TAUD: Mereka Bela HAM, Bukan Pelaku Kriminal
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) menegaskan Direktur Lokataru Delpedro Marhaen dkk yang ditahan Polda Metro Jaya bukan pelaku kriminal.
    Delpedro Marhaen, Khariq, Muzaffar Salim, dan Syahdan mengajukan permohonan praperadilan atas status tersangka penghasutan demo ricuh di Jakarta pada Agustus 2025.
    Perwakilan TAUD Ma’ruf Bajammal menyebut Delpedro Marhaen, Khariq, Muzaffar Salim, dan Syahdan sebagai pembela hak asasi manusia (HAM) dan warga negara yang mengekspresikan keresahan masyarakat.
    “Mereka hanya berupaya untuk mengekspresikan kegilisahan masyarakat. Mengkritik situasi nasional yang terjadi, akan tetapi aktivitas yang mereka lakukan berbuah kepada kriminalisasi,” kata Ma’ruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (3/10/2025).
    Ia menekankan bahwa penangkapan terhadap Delpedro, Khariq, Muzaffar Salim, dan Syahdan adalah bentuk kriminalisasi. Sebab mereka hanya menyampaikan kritik terhadap situasi nasional.
    “Mereka hanya berupaya untuk mengekspresikan kegelisahan masyarakat. Mengkritik situasi nasional yang terjadi,” lanjutnya.
    Menurut dia, Delpedro dkk mengajukan praperadilan untuk menguji penetapan tersangka dan keabsahan upaya paksa yang dilakukan secara sewenang-wenang.
    “Nah terkait dengan substansinya adalah berkaitan dengan sebagaimana rekan kami sampaikan terkait dengan pembatalan status tersangka maupun serangkaian upaya paksa yang dilakukan kepada klien kami. Baik itu penangkapan, penyitaan dan lain sebagainya,” ucap Ma’ruf.
    Ma’ruf menegaskan bahwa kriminalisasi terhadap para aktivis ini menjadi ujian bagi komitmen negara dalam menjamin kebebasan berekspresi.
    “Baik dalam level nasional maupun internasional, terkait dengan komitmen negara terkait kebebasan berekspresi yang hari ini dipertaruhkan karena klien kami dikriminalisasi,” ujarnya.
    Sebelumnya, TAUD mengajukan permohonan praperadilan terkait penetapan tersangka Delpedro Marhaen, Khariq, Muzaffar Salim, dan Syahdan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Jumat. 
    Delpedro Marhaen, Khariq, Muzaffar Salim, dan Syahdan ditahan di Polda Metro Jayat usai ditetapkan sebagai tersangka penghasutan pelajar untuk ikut aksi unjuk rasa berakhir ricuh pada akhir Agustus 2025. 
    Afif Abdul Qoyim menjelaskan bahwa proses pendaftaran ini merupakan langkah awal untuk menegaskan hak-hak hukum para aktivis yang dirugikan dalam proses penyidikan. 
    “Empat tersangka yang sudah didaftarkan saat ini sudah diregister oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kami tinggal menunggu panggilan dari pengadilan untuk menguji keabsahan penangkapan, termasuk juga persoalan mengenai penggeledahan yang miskin pengawasan dari institusi yudisial,” kata Afif.
    Diketahui, polisi menetapkan enam orang admin media sosial sebagai tersangka dalam kasus dugaan penghasutan anak di bawah umur untuk melakukan aksi anarkistis di Jakarta lewat media sosial.
    Enam orang tersebut, yakni DMR, MS, SH, KA, RAP, dan FL.
    Keenam orang itu diduga membuat konten yang menghasut dan mengajak para pelajar dan anak di bawah umur untuk melakukan tindakan anarkistis di Jakarta, termasuk Gedung DPR/MPR RI.
    Selain itu, keenamnya juga disebut melakukan siaran langsung saat aksi anarkistis itu dilakukan. 
    “Menyuarakan aksi anarkis dan ada yang melakukan live di media sosial inisial T sehingga memancing pelajar untuk datang ke gedung DPR/MPR RI sehingga beberapa di antaranya melakukan aksi anarkis dan merusak beberapa fasilitas umum,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Ade Ary Syam Indradi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (2/9/2025) malam.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pengacara Bantah Makam Diplomat Kemlu Arya Daru Rusak karena Faktor Alam
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Pengacara Bantah Makam Diplomat Kemlu Arya Daru Rusak karena Faktor Alam Megapolitan 3 Oktober 2025

    Pengacara Bantah Makam Diplomat Kemlu Arya Daru Rusak karena Faktor Alam
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kuasa hukum keluarga diplomat muda Arya Daru, Nicholay Aprilindo, membantah makam kliennya rusak karena faktor alam.
    “Kemarin kan ada pernyataan dari Polda yang mengatakan kuburan amblas bukan diteror, dari mana mereka tahu? Yang tahu persis kan keluarga,” ucap Nicholay Aprilindo di LPSK, Jumat (3/10/2025).
    Ia menjelaskan bahwa setelah dimakamkan, keluarga rutin berkunjung ke makam Arya Daru dan masih dalam kondisi baik.
    “Tanggal 8 Juli Almarhum dimakamkan, kuburan sangat bagus, tanggal 15 Juli didatangi istri, kuburan masih bagus, tanggal 26 Juli kuburan masih bagus dan didatangi istri, tanggal 27 Juli itulah terjadi kuburannya acak-acak,” jelasnya.
    Nicholay mengaku heran makam bisa amblas dalam waktu kurang dari satu bulan tanpa adanya hujan, badai atau kejadian alam lain.
    Namun dia tidak mengetahui siapa terduga pelaku yang merusak makam kliennya.
    Perusakan makam itu sudah dilaporkan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sebagai bentuk ancaman.
    “Itu belum satu bulan dan juga tidak ada hujan, tidak ada badai, tidak ada angin, tidak ada petir dan kemudian kering, terus amblesnya dari mana? Secara logika akal sehat,” ungkap Nicholay.
    Sebelumnya, Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Metro Jaya AKBP Reonald Simanjuntak membantah kabar bahwa makam Arya Daru Pangayunan (39) telah dirusak oleh orang tak dikenal (OTK). 
    Polisi memeriksa langsung makam Arya di Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu (14/9/2025) dan berbicara dengan beberapa saksi.
    “Kami sampaikan pada forum ini, dari keterangan juru makam, tidak ada pengerusakan. Makam tersebut juga dari awal pembuatan tidak ada batu bata dan tidak mengetahui siapa yang memberikan batu bata,” kata Reonald di Polda Metro Jaya, Kamis (2/10/2025).
    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan, sejauh ini penyidik belum menemukan unsur pidana.
    “Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujarnya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).
    Meski demikian, polisi menegaskan kasus ini belum ditutup dan masih terbuka terhadap informasi baru terkait kematian diplomat asal Yogyakarta tersebut.
    Hasil pemeriksaan luar dari tim forensik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo menemukan sejumlah luka pada tubuh korban, antara lain: luka lecet di wajah dan leher, luka terbuka di bibir, memar pada wajah, bibir, dan lengan kanan, serta tanda-tanda perbendungan.
    Pemeriksaan dalam menunjukkan adanya darah berwarna gelap dan encer, lendir serta busa halus pada batang tenggorok, paru-paru yang sembab, serta tanda perbendungan di seluruh organ dalam.
    Tidak ditemukan penyakit maupun zat berbahaya yang dapat mengganggu pertukaran oksigen pada tubuh korban.
    “Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas,” jelas dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.F.M., dokter forensik RSCM.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Palmerah Jakarta Barat diminta pilah sampah

    Warga Palmerah Jakarta Barat diminta pilah sampah

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) meminta warga setempat umumnya dan khususnya RW 03 Palmerah untuk menerapkan sistem pilah sampah rumah tangga agar volumenya sangat berkurang saat dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS) atau depo sampah.

    “Jadi kalau TPS itu ditolak, maka masyarakat harus paham dan terapkan sistem pilah sampah,” kata Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Barat, Hariadi saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Penegasan tersebut disampaikan sebagai respon atas penolakan warga wilayah itu terhadap rencana pengadaan TPS atau lokasi depo sampah di kawasan itu.

    Hariadi mengatakan, selama ini jenis sampah yang dibuang warga RW 03 Palmerah, tidak dipilah sebelum dibuang.

    “Jadi, sampah organik yang harusnya dimanfaatkan, malah dibuang. Plastiknya jangan dibuang. B3-nya jangan dibuang. Jadi, yang dibuang cuma sedikit, kaya kain-kainan, popok bayi. Cuma sedikit, itu residunya,” kata Hariadi.

    Oleh karena itu, Hariadi meminta agar sampah-sampah rumah tangga tidak harus dibuang ke TPS Depo, tetapi disalurkan menggunakan sistem “pool gerobak”.

    “Dibuang kemana sampahnya, harus mencari tempat yang disepakati oleh warga dalam forum musyawarah, bukan oleh Sudin LH,” katanya.

    Menurutnya, hal itu perlu disepakati terlebih dahulu sehingga penolakan pengadaan TPS bisa teratasi.

    Ia menambahkan, jika warga mampu memilah dan mengolah sampah di sumbernya, maka sampah yang dibuang ke Bantar Gebang Bekasi akan jauh berkurang.

    “Sampah organik bisa untuk kompos atau santapan magot. Sementara sampah anorganik, seperti kardus, botol, kertas, bisa dibawa ke bank sampah,” katanya.

    Ia juga menyatakan kesiapan untuk menyosialisasikan tentang cara bijak mengolah sampah. “Kami tunggu undangan dari Lurah (untuk sosialisasi), kami akan duduk bareng,” katanya.

    Sebelumnya, warga di Rukun Warga (RW) 03, Palmerah, Jakarta Barat, menolak rencana pembuatan TPS sampah di daerah itu karena dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

    Spanduk penolakan terhadap rencana pembuatan TPS itu terpasang pada sejumlah titik di RW 03 Palmerah, Kamis (2/10).

    Sejumlah spanduk itu dibentangkan di sisi kiri jalan, tepatnya pada pagar seng dekat pintu masuk area publik lapangan serba guna wilayah itu.

    Beberapa petugas juga tampak mengeluarkan sampah dari gerobak untuk dimasukkan ke dalam karung-karung besar, sebelum diangkut ke truk sampah Sudin LH Jakarta Barat.

    “Warga RW 03 Palmerah bersatu menyatakan penolakan terhadap rencana pembuatan tempat pembuangan sampah di wilayah kami,” demikian tertulis dalam spanduk-spanduk itu.

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo pada pertengahan Juni tahun ini pernah menyebut, volume sampah harian Jakarta mencapai 7.700 ton.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ratusan PPPK Madiun jalani retreat di Mako Batalion 501

    Ratusan PPPK Madiun jalani retreat di Mako Batalion 501

    ANTARA – Ratusan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) di lingkup Pemkot Madiun, menjalani retreat di markas komando (Mako) Batalion Lintas Udara Angkat Darat 501 Madiun. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan para aparatur sipil negara (ASN) tersebut. 
    (Rindhu Dwi Kartiko/Rizky Bagus Dhermawan/Ludmila Yusufin Diah Nastiti)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dua WN China Ditolak Masuk Indonesia Usai Curi Uang Penumpang di Pesawat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Dua WN China Ditolak Masuk Indonesia Usai Curi Uang Penumpang di Pesawat Megapolitan 3 Oktober 2025

    Dua WN China Ditolak Masuk Indonesia Usai Curi Uang Penumpang di Pesawat
    Tim Redaksi
    TANGERANG, KOMPAS.com –
    Dua warga negara asing (WNA) asal China berinisial JW (39) dan BR (49) ditolak masuk ke Indonesia setelah kedapatan mencuri uang dan kartu debit milik penumpang lain di dalam pesawat.
    Peristiwa itu terjadi dalam penerbangan Scoot Airlines TR-268 rute Singapura-Jakarta pada Kamis (2/10/2025).
    “Kedua pelaku mencuri uang tunai sejumlah 750 dollar Singapura dan tiga kartu debit milik penumpang warga negara Malaysia,” ujar Kepala Seksi Pemeriksaan 1 TPI Imigrasi Soekarno-Hatta, Patuanta Agum Gumilang Rambe dalam keterangannya, Jumat (3/10/2025).
    Rambe menjelaskan, saat peristiwa itu terjadi, korban langsung menyadari aksi tersebut dan melaporkannya kepada awak kabin.
    Laporan tersebut langsung diterima dan kemudian diteruskan ke Air Traffic Control (ATC), petugas keamanan bandara, serta Polresta Bandara Soekarno-Hatta.
    Saat pesawat tiba, ATC, petugas keamanan bandara, dan polisi bersiaga di bandara untuk menangkap dua WNA itu.
    “Mereka langsung menjemput dua warga negara Tiongkok itu di depan gate dan dibawa ke ruang office imigrasi untuk pemeriksaan,” kata Rambe.
    Selama pemeriksaan berlangsung, kedua pelaku mengakui perbuatannya dan mengembalikan barang-barang milik korban.
    Namun, usai barang yang dicuri kembali, korban memilih untuk tidak melanjutkan proses hukumnya.
    Meskipun begitu, pihak imigrasi tidak memperbolehkan kedua WNA itu untuk masuk ke Tanah Air.
    Pasalnya, tindakan pencurian tersebut menjadi dasar penolakan masuk ke Indonesia.
    “Karena belum melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi, keduanya ditolak masuk ke Indonesia. Kita tolak masuk dan kita berikan cap denied entry di paspornya,” jelas dia.
    Rambe menambahkan, sesuai prosedur, pihak maskapai Scoot Airlines bertanggung jawab untuk memulangkan kedua pelaku ke bandara asal keberangkatan dua WNA itu.
    “Karena sudah melakukan tindak pidana, dia harus kembali ke bandara origin dengan pesawat Scoot Airlines TR-279 tujuan Jakarta–Singapura,” ucap Rambe.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar Ruas Jalan Terdampak HUT Ke-80 TNI di Monas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Daftar Ruas Jalan Terdampak HUT Ke-80 TNI di Monas Megapolitan 3 Oktober 2025

    Daftar Ruas Jalan Terdampak HUT Ke-80 TNI di Monas
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta menyiapkan rekayasa lalu lintas menjelang dan selama perayaan HUT ke-80 TNI di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Minggu (5/10/2025).
    Kepala Dishub DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menjelaskan pengalihan arus lalu lintas bersifat situasional dan diterapkan di sejumlah ruas jalan yang bersinggungan dengan lokasi upacara serta penempatan alutsista di Jalan Medan Merdeka Utara.
    “Dalam rangka rangkaian kegiatan HUT ke-80 TNI, akan dilakukan pengalihan arus lalu lintas bersifat situasional pada beberapa ruas jalan yang bersinggungan dengan tempat pelaksanaan upacara,” ujar Syafrin dalam keterangan resmi, Jumat (3/10/2025).
    Ruas jalan terdampak rekayasa lalu lintas meliputi:
    Rute pengalihan arus yang disiapkan Dishub:
    Syafrin mengimbau masyarakat yang akan melintas di sekitar Monas untuk menghindari ruas-ruas tersebut dan menyesuaikan pengaturan lalu lintas, mematuhi rambu, serta mengikuti arahan petugas demi keselamatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Air di Rumah Warga Rawa Bebek Jakut Sering Mati Imbas Proyek Galian
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Oktober 2025

    Air di Rumah Warga Rawa Bebek Jakut Sering Mati Imbas Proyek Galian Megapolitan 3 Oktober 2025

    Air di Rumah Warga Rawa Bebek Jakut Sering Mati Imbas Proyek Galian
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sejumlah warga mengaku air di rumahnya sering mati karena adanya proyek galian di RW 11, Jalan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara.
    “Airnya juga mati, biasanya seminggu. Ini udah ada dua tahun proyek, air jadi sering mati,” ucap salah satu warga bernama Katiyem (66) saat diwawancarai
    Kompas.com
    di lokasi, Jumat (3/10/2025).
    Katiyem mengatakan, apabila air di rumahnya menyala kerap kali tak jernih dan juga berbau karena proyek galian.
    Karena itu, Katiyem sangat merasa dirugikan oleh proyek galian tersebut.
    Warga lain bernama Ismadi (66) juga mengaku, air di rumahnya sering mati imbas proyek tersebut.
    “Air sering mati, sekali mati bisa seminggu. Nanti ada tukang PAM dibenarin lagi, nanti digali lagi, airnya enggak jalan lagi,” jelas Ismadi.
    Ketika mati, Ismadi terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan mandi dan masak. Tak jarang pula, ia terpaksa tidak mandi karena keterbatasan air.
    “Kadang beli airnya, kadang enggak mandi,” ucap Ismadi.
    Untuk diketahui, proyek galian di Jalan Rawa Bebek 1 dan 2 sudah berlangsung selama dua tahun.
    Galian yang dilakukan untuk mendukung proyek pengolahan air limbah menjadi air bersih yang digagas pemerintah pusat.
    Proyek galian ini memang dilakukan hampir di seluruh wilayah Penjaringan.
    Namun, di wilayah lain hanya beberapa RT yang terdampak. Sementara di RW 11, ada sekitar 21 RT yang terdampak galian.
    Lamanya pengerjaan proyek tersebut membuat warga terganggu. Sebab, mendatangkan berbagai dampak mulai dari ekonomi hingga kesehatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.