Jenis Media: Metropolitan

  • Puluhan bangunan liar prostitusi di Gang Royal Jakbar dibongkar

    Puluhan bangunan liar prostitusi di Gang Royal Jakbar dibongkar

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Barat membongkar puluhan bangunan liar yang dijadikan tempat prostitusi di kawasan Gang Royal, Jalan Bandengan Utara III, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Kamis.

    Kepala Satpol PP Jakarta Barat, Agus Irwanto, mengatakan pembongkaran 35 bangunan liar itu dilakukan sebagai tindak lanjut atas surat permohonan dari PT KAI, sebagai pemilik lahan yang melaporkan adanya aktivitas ilegal di area tersebut.

    “Ini tindak lanjut dari surat permohonan PT KAI terkait adanya bangunan liar dan juga aktivitas ilegal di area PT KAI. Setelah rapat koordinasi di tingkat kota bersama TNI, Polri, camat, dan seluruh unsur wilayah, disepakati pembongkaran dilakukan hari ini,” ujar Agus di lokasi, Kamis.

    Sebanyak 500 personel gabungan dikerahkan dari unsur Satpol PP, TNI, Polri, Dinas Sosial, dan tokoh masyarakat untuk melancarkan operasi pembongkaran tersebut.

    “Ada 35 bangunan dan alhamdulillah atas dukungan dari TNI dan Polri, semua kekuatan kita ada 500 personel. Dari Satpol PP, dari unsur Dinas Sosial, dan semuanya yang terlibat. Dan juga tokoh masyarakat terlibat dalam kegiatan ini,” kata Agus.

    Selain itu, Agus menyebut bangunan-bangunan ilegal itu juga sebagian sudah dibongkar secara mandiri oleh warga, setelah mendapat surat peringatan dari petugas.

    “Tahapan-tahapan sudah kita lakukan, termasuk imbauan dan surat peringatan. Dua hari lalu sebagian warga sudah melakukan pembongkaran secara mandiri,” ungkap Agus.

    Untuk mencegah bangunan liar muncul kembali, Agus mengatakan pihaknya bersama aparat terkait akan memperkuat pengawasan melalui patroli rutin dan kerja sama dengan PT KAI.

    “Kami sudah meminta PT KAI untuk lebih serius menjaga arealnya dengan memasang kawat atau penghalang agar tidak digunakan masyarakat. Karena ini masih bagian dari jalur kereta, dan sangat berbahaya jika dijadikan tempat aktivitas umum,” ucapnya.

    Untuk diketahui, kawasan Gang Royal pernah menjadi lokasi para pekerja seks komersial (PSK). Pemerintah Kota Jakarta Barat juga telah melakukan pembongkaran total pada tahun 2023.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kasus Bullying di Bekasi, SMPN 1 Tambun Selatan Sebut Dipicu Hubungan Senior-Junior
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Kasus Bullying di Bekasi, SMPN 1 Tambun Selatan Sebut Dipicu Hubungan Senior-Junior Megapolitan 16 Oktober 2025

    Kasus Bullying di Bekasi, SMPN 1 Tambun Selatan Sebut Dipicu Hubungan Senior-Junior
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Pihak SMP Negeri 1 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, memberikan penjelasan terkait
    bullying
    yang melibatkan sejumlah siswanya dan sempat viral di media sosial.
    Humas SMPN 1 Tambun Selatan, Giyatna, mengatakan berdasarkan keterangan para siswa, aksi perundungan itu dipicu oleh hubungan antara senior dan junior di sekolah.
    “Kalau menurut informasi yang kami terima dari siswa yang kami gali jadi kayak ada model perekrutan, jadi kakak kelas sama adek kelas untuk melanjutkan ‘cita-cita’ (tongkrongan) jadi kayak ospek gitu,” ujar Giyatna saat ditemui di lokasi, Kamis (16/10/2025).
    “Ibaratnya kayak gini, ‘gue udah mau lulus nih, lu yang ngelanjutin,’” imbuhnya.
    Menurut Giyatna, aksi kekerasan tersebut dilakukan oleh tujuh siswa kelas IX terhadap enam siswa kelas VIII.
    Dalam video yang beredar, tampak sejumlah siswa berdiri dan menendang beberapa siswa lain yang jongkok di hadapan mereka.
    Ia menambahkan, berdasarkan keterangan korban, aksi kekerasan itu berlanjut setelah para junior menolak ajakan nongkrong dari para senior.
    “Sudah pulang udah ganti baju, setelah itu main PS, kata korban, nih dipaksalah diajak nongkrong sama kakak kelasnya karena enggak mau diajak nongkrong makanya dihajar,” ucap Giyatna.
    Sebelumnya, video perundungan tersebut menjadi viral setelah diunggah akun Instagram @babelan24jam. Dalam video itu terlihat beberapa siswa SMP mengenakan seragam berdiri, sementara beberapa lainnya jongkok dan ditendang oleh pelaku.
    “Viral aksi perundungan pelajar SMP infonya kejadian di Tambun Selatan,” tertulis dalam keterangan unggahan tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Geng Motor yang Serang Warkop di Tanah Abang Sudah Ditangkap Polisi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Geng Motor yang Serang Warkop di Tanah Abang Sudah Ditangkap Polisi Megapolitan 16 Oktober 2025

    Geng Motor yang Serang Warkop di Tanah Abang Sudah Ditangkap Polisi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Polisi memastikan kelompok geng motor yang menyerang warung kopi (warkop) di wilayah Jalan Jati Baru I, Tanah Abang, Jakarta Pusat, telah ditangkap.
    “Pelaku sudah ditangkap Resmob Polda Metro Jaya,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Roby Heri Saputra saat dihubungi
    Kompas.com
    , Kamis (16/10/2025).
    Namun, Roby belum mengungkapkan lebih jauh mengenai identitas pelaku maupun kronologi penangkapan.
    “Data pelaku ada, tapi belum kita rilis karena masih pengembangan. Masih pengembangan perkaranya,” ujar dia.
    Kompas.com
     telah berupaya meminta keterangan lebih lanjut kepada Kasat Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Resa Fiardi Marasabessy terkait penangkapan tersebut.
    Namun, hingga berita ini ditayangkan, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan.
    Sebelumnya, sebuah warkop di Jalan Jati Baru I, Tanah Abang, diserang sekelompok geng motor pada Rabu (8/10/2025) dini hari.
    Akibat kejadian itu, dua orang mengalami luka-luka, yakni pemilik warkop Saddam Nazili (24) dan karyawannya, Andi Prasetyo (21). Keduanya terluka akibat sabetan senjata tajam dan tembakan pistol angin.
    Serangan terjadi sekitar pukul 00.17 WIB ketika beberapa pelanggan masih nongkrong di lokasi.
    Berdasarkan keterangan saksi, sekitar 30 orang pelaku datang mengendarai 15 sepeda motor sambil membawa celurit dan pistol angin.
    “Awalnya mereka lewat dulu, terus muter balik, tiba-tiba nyerang sambil bawa celurit dan pistol angin,” kata Andi kepada
    Kompas.com
    , Kamis (9/10/2025).
    Pelaku menyerang secara membabi buta, merusak peralatan warkop, serta mengambil uang tunai Rp 2,3 juta hasil penjualan selama lima hari.
    Mereka juga sempat merampas empat ponsel milik karyawan dan pelanggan, namun perangkat itu berhasil direbut kembali.
    Serangan geng motor tersebut bukan yang pertama. Dalam empat bulan terakhir, warkop milik Saddam sudah tiga kali menjadi sasaran kelompok tidak dikenal.
    “Yang pertama dan kedua cuma gertak-gertak, yang kemarin paling parah karena sudah pakai senjata,” ujar Saddam.
    Ia menduga serangan kali ini terjadi karena salah sasaran, lantaran para pelaku mengira warkopnya sebagai markas kelompok geng lain yang sering nongkrong di lokasi.
    “Mereka nyari seseorang dari geng lain. Tapi karena dikira kami bagian dari mereka, jadinya kami yang kena,” katanya.
    Kasus ini sebelumnya dilaporkan ke Polsek Metro Tanah Abang dengan Nomor Laporan B/212/X/2025/SPKT/SEKTRO TANAH ABANG.
    Kini, setelah penangkapan pelaku oleh tim Resmob Polda Metro Jaya, polisi masih melakukan pendalaman dan pengembangan untuk mengungkap kemungkinan keterlibatan pelaku lain.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mengintip Saringan Sampah Besar di TB Simatupang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Mengintip Saringan Sampah Besar di TB Simatupang Megapolitan 16 Oktober 2025

    Mengintip Saringan Sampah Besar di TB Simatupang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Di balik pagar hijau dan oranye di tepi Jalan TB Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, terdapat sebuah area yang sibuk menangani tumpukan barang bekas berukuran besar.
    Bukan sekadar tempat pembuangan, lokasi ini menjadi pusat pengelolaan sampah besar (
    bulky waste
    ) dari berbagai penjuru Jakarta.
    Tempat yang dikenal dengan nama Saringan Sampah TB Simatupang (SSTBS) ini menjadi titik penting dalam sistem baru penanganan limbah berukuran besar oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.
    Fasilitas ini mulai beroperasi penuh sejak Agustus 2023, meski telah dibangun dua tahun sebelumnya.
    Pengamatan Kompas.com, jenis sampah yang ditangani beragam, mulai dari sofa, kasur, meja, hingga lemari.
    Sebelum masuk ke proses pencacahan, setiap mobil yang datang membawa muatan wajib melewati jembatan timbang berwarna biru di pintu masuk.
    Setelah ditimbang, sampah-sampah besar itu diarahkan ke area penampungan terlebih dahulu.
    Setelah dari proses penampungan, barulah sampah-sampah tersebut dicacah dengan mesin canggih berbasis remote control asal Jerman yang digunakan untuk menghancurkan material menjadi potongan kecil.
    Dari proses ini, sebagian material diolah menjadi
    Refuse-Derived Fuel
    (RDF), yaitu bahan bakar alternatif, sedangkan sisanya dimanfaatkan sebagai kompos.
    Koordinator Pengawas SSTBS, Adhitya Oktabery mengatakan bagi warga yang ingin menggunakan layanan pembuangan
    bulky waste
    ini bisa mengakses melalui website resmi DLH DKI Jakarta di lingkunganhidup.jakarta.go.id.
    “Warga, dia harus mengisi formulir pemjemputan bulky waste. Di mana dia harus membuka website atau aplikasi dari Dinas Lingkungan Hidup. Nanti di sana, di dalam webnya itu ada layanan penjemputan bulky waste,” ujar Adhitya saat ditemui Kompas.com, Kamis (16/10/2025).
    Di sana, tersedia formulir untuk diisi dalam mengajukan penjemputan
    bulky waste
    , lengkap dengan kolom data diri, alamat, jenis barang, serta foto benda yang akan dibuang.
    “Pertanyaan-pertanyaannya baik dari nama, asalnya dari mana, jenis barang yang mau dibuangnya apa, gambar barang yang mau dibuang harus diupload juga,” kata Adhitya.
    Setelah pengajuan diverifikasi, tim Satuan Pelaksana (Satpel) dari kecamatan akan datang untuk menjemput barang.
    Semua sampah kemudian dibawa menuju fasilitas SSTBS untuk diproses lebih lanjut.
    “Nanti dari pihak Dinas Lingkungan Hidup akan mengecek, layak nggak sih barang ini untuk dijemput,” ujar dia.
    Menariknya, tak semua barang berakhir di mesin pencacah.
    Menurut Adhitya, beberapa perabot yang masih utuh dan layak pakai seperti kursi atau meja kayu kerap disisihkan untuk dimanfaatkan kembali oleh petugas.
    “Jadi ada beberapa memang contoh halnya kita misalkan melihat ada kursi atau sofa yang memang masih layak untuk digunakan oleh petugas. Ya itu terkadang kami manfaatkan,” kata dia.
    “Ataupun misalkannya ada jenis-jenis yang sekiranya bisa kita jadikan pot untuk tanaman atau apa, ya itu biasa kita manfaatkan,” sambung dia.
    Selain itu, Adhitya menegaskan, untuk memastikan operasional berjalan lancar, SSTBS menerapkan dua sistem kerja.
    Namun, kegiatan penanganan sampah berlangsung setiap hari mulai pukul 07.30 hingga 16.00 WIB.
    “Ada dua jam operasional. Yang pertama, jam operasional penanganan sampah. Yang kedua, jam operasionalnya yaitu pengolahan sampah,” ujar Adhitya.
    Ia menambahkan, seluruh layanan ini diberikan tanpa biaya. Adhitya menegaskan bahwa warga tak dipungut sepeser pun untuk proses penjemputan maupun pengolahan bulky waste.
    Ia juga mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan jalur resmi agar data pembuangan tercatat dengan baik dan mencegah praktik pungutan liar.
    “Kan kadang ada nih masyarakat yang masih, oh apaan, itu kemarin aja saya ngasih apa namanya, atau bayar gitu?,” ungkap dia.
    “Silakan aja catat nama petugasnya siapa yang minta pembayaran. Karena memang program ini benar-benar gratis,” tambah dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Bullying di Bekasi, SMPN 1 Tambun Selatan Sebut Dipicu Hubungan Senior-Junior
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Siswa SMPN 1 Tambun Selatan Diduga Terlibat Bullying Megapolitan 16 Oktober 2025

    Siswa SMPN 1 Tambun Selatan Diduga Terlibat Bullying
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Video diduga aksi perundungan siswa berseragam SMP di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, viral di media sosial.
    Humas SMPN 1 Tambun Selatan, Giyatna, mengonfirmasi siswa yang terlihat dalam video viral tersebut merupakan peserta didik di sekolah itu.
    Ia menjelaskan, pihak sekolah telah mempertemukan orangtua korban dan pelaku di pendopo masjid sekolah pada Selasa (14/10/2025). Dalam pertemuan itu, orangtua korban memutuskan untuk melanjutkan kasus tersebut ke pihak kepolisian.
    “Di situ kami tanya pihak orang tua korban seperti apa, orang tua pelaku bagaimana, yang terjadi usai pertemuan kedua pihak ini, orang tua korban tetap lanjut lapor polisi,” ucap Giyatna.
    “Pihak pelaku juga sebenarnya sudah minta maaf dan menerima konsekuensi yang sudah dilakukan anaknya,” ujar Giyatna menambahkan.
    Menurut dia, ada tujuh siswa kelas IX yang diperiksa polisi sebagai terduga pelaku, sementara korban berjumlah enam orang siswa kelas VIII.
    “Yang sekarang ada di Polsek yang sedang ditangani sekarang ada tujuh pelaku. Korban ada enam orang,” ucapnya.
    Giyatna menambahkan, aksi perundungan tersebut sebenarnya sudah terjadi cukup lama, namun baru menjadi sorotan setelah videonya viral di media sosial.
    Ia menegaskan bahwa kejadian itu berlangsung di luar jam kegiatan belajar mengajar (KBM), tepatnya setelah siswa pulang sekolah.
    “Kepala sekolah khawatir ini di luar KBM kok sekolah ikut campur tangan, kan di luar KBM, bukan di dalam KBM. Ternyata pihak orangtua korban ini membuat laporan LP ke polisi, akhirnya posisi penanganannya di Polsek Tambun Selatan,” jelasnya.
    Sebelumnya, video aksi bullying tersebut diunggah oleh akun Instagram @babelan24jam.
    Dalam rekaman itu, tampak beberapa siswa berseragam SMP berdiri dan menendang kepala sejumlah siswa lain yang sedang jongkok.
    “Viral aksi perundungan pelajar SMP, infonya kejadian di Tambun Selatan,” demikian keterangan unggahan tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Subadri dan Ularnya Menjaga Trotoar Jakarta dari Pengendara Motor
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Subadri dan Ularnya Menjaga Trotoar Jakarta dari Pengendara Motor Megapolitan 16 Oktober 2025

    Subadri dan Ularnya Menjaga Trotoar Jakarta dari Pengendara Motor
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    — Di tengah riuhnya lalu lintas Jakarta Timur, di sebuah trotoar yang seharusnya menjadi ruang aman bagi pejalan kaki, seekor ular piton tiba-tiba menjadi pusat perhatian.
    Tubuh hewan melata panjang, berkilau disinari matahari pagi, tergeletak tenang di atas trotoar Jalan Haji Bokir Bin Djiun, Kramat Jati pada Rabu (15/10/2025).
    Orang-orang berhenti. Ada yang menatap waspada, ada yang mengeluarkan ponsel untuk merekam.
    Tak lama kemudian, video itu viral di media sosial.
    Namun di balik rekaman yang ramai dibagikan itu, ada kisah sederhana tentang seorang pria bernama Subadri, dan seekor ular peliharaannya.
    “Sebenarnya lagi jemur ular saja, bukan menakut-nakuti pengendara, tapi lama-lama kesel banyak motor naik trotoar,” ujar Subadri saat ditemui, Rabu (15/10/2025).
    Setiap pagi dan sore, Subadri biasa menjemur ularnya, seekor piton sepanjang empat meter yang telah ia pelihara selama 13 tahun.
    Tapi hari itu berbeda. Subadri menjemur dengan hati yang jengah.
    Subadri sudah berulang kali menegur para pengendara motor yang melintas di trotoar, tapi tak dihiraukan.
    “Itu kan jalan macet tapi motor jalan di trotoar tapi enggak mau turun, akhirnya saya keluarin. Maksud saya cuma biar pada turun ke jalan aja bukan di trotoar,” tuturnya pelan, dengan nada lelah tapi tegas.
    Bagi Subadri, ular bukan sekadar hewan peliharaan.
    Ia adalah teman lama, makhluk sunyi yang penuh makna.
    “Piton panjang empat meter, punya empat tapi yang kecil, nah yang kemarin itu sudah dipelihara sekitar 13 tahun,” katanya.
    Dalam kesunyian ular itu, Subadri seperti menemukan cara lain untuk berbicara, terutama pada mereka yang tak lagi menghormati batas antara jalan dan trotoar.
    Ia tak berteriak, tak marah, hanya membiarkan ularnya berdiam di atas trotoar, seakan berkata dengan caranya sendiri yakni ini bukan jalurmu.
    Dan benar saja, kehadiran ular itu membuat para pengendara berhenti. Tidak ada yang berani lewat.
    Tidak ada yang menyalip pejalan kaki. Hanya keheningan sejenak di tengah hiruk-pikuk kota, yang entah sejak kapan mulai kehilangan rasa tertibnya.
    (Reporter: Febryan Kevin Candra Kurniawan | Editor: Larissa Huda)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kronologi Penyekapan di Pondok Aren: Korban Dibawa dari Jagakarsa Usai Transfer Rp 49 Juta
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Kronologi Penyekapan di Pondok Aren: Korban Dibawa dari Jagakarsa Usai Transfer Rp 49 Juta Megapolitan 16 Oktober 2025

    Kronologi Penyekapan di Pondok Aren: Korban Dibawa dari Jagakarsa Usai Transfer Rp 49 Juta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Polda Metro Jaya mengungkapkan kronologi sementara peristiwa penyekapan dan pemerasan terhadap empat orang di sebuah rumah di Jalan Eboni 2, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
    Sebab, sejauh ini penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih memeriksa sembilan tersangka secara intensif terkait hubungan, motif tindak pidana, dan lain-lain.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, peristiwa bermula saat sepasang suami istri bersama dua rekannya bertemu dengan salah satu tersangka berinisial NN (52) di sebuah angkringan wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Sabtu (11/10/2025) pukul 22.30 WIB.
    “Apa maksud tujuan pertemuan mereka? Adalah jual beli mobil, sebuah mobil ya tahun 2021. Kemudian korban Itu membayar DP (
    Down Payment
    ) Rp 49 juta dengan cara transfer ke rekening tersangka N,” kata Ade Ary di Polda Metro Jaya, Kamis (16/10/2025).
    Saat memesan makanan, N datang bersama pelaku lainnya. Mereka tiba-tiba merampas ponsel dan tas milik para korban.
    “Tersangka N dan beberapa tersangka lainnya berteriak, ‘kooperatif! kooperatif!”, sambil langsung memasukkan keempat korban ke dalam mobil,” tegas dia.
    Dalam hal ini, Ade Ary tidak menjelaskan apakah transfer tersebut dilakukan saat pertemuan atau sebelumnya. Ia juga tidak mengungkap alasan para pelaku tiba-tiba menyekap korban.
    Saat berada di dalam mobil menuju rumah di Pondok Aren, mata para korban ditutup dengan kain hitam.
    “Setibanya di sana, dibuka tutup matanya oleh para pelaku, kemudian dimasukan ke kamar di lantai dua,” jelas dia.
    Namun, salah satu korban yang merupakan seorang perempuan justru diperintahkan keluar. Dari luar kamar, ia mendengar rintihan suaminya yang seperti sedang dicambuk oleh para pelaku.
    “Pada jam 05.00 WIB, istri korban ini berhasil kabur melalui pintu depan karena yang menjaga mereka ini sedang tidur sehingga istri korban ini kabur dengan menumpang motor yang lewat,” ujar Ade Ary.
    Setelah itu, korban melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taksi hingga menuju SPKT Polda Metro Jaya untuk membuat laporan polisi pada Senin (13/10/2025).
    “Nah itu langsung ditindaklanjuti oleh tim, mengecek TKP, mengejar pelaku, berhasil diamankan dan berhasil menolong korban (tiga orang),” ujar Ade Ary.
    Sejauh ini, polisi telah menangkap sembilan orang yang terdiri dari delapan laki-laki dan satu perempuan.
    Mereka adalah MAM (41), NN (52), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39).
    Para tersangka dijerat dengan Pasal 333 KUHP dan/atau Pasal 368 KUHP dengan ancaman pidana 9 tahun penjara.
    Penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih memeriksa para tersangka secara intensif terkait hubungan hingga motif tindak pidana.
    Sebelumnya, media sosial dihebohkan dengan video viral yang memperlihatkan tiga pria tanpa baju duduk saling membelakangi.
    Mereka tampak mengoleskan cairan yang disebut balsem ke punggung masing-masing, sementara di tubuh mereka terdapat luka-luka.
    Unggahan akun Instagram
    @
    wargajakarta menyebutkan, peristiwa itu berawal dari sepasang suami istri (pasutri) yang berniat membeli mobil di wilayah Pondok Aren.
    Sang suami mengajak dua rekannya untuk menemani transaksi.
    Namun, bukannya bertemu penjual, mereka justru dibawa ke sebuah rumah dan disekap oleh sekelompok pria.

    Di lokasi itu, tiga pria korban mengalami penganiayaan, sementara sang istri berhasil melarikan diri setelah dua hari disekap oleh para pelaku,”
    tulis akun tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ojol yang Ditusuk di Radio Dalam Masih Dirawat, Polisi Belum Bisa Minta Keterangan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Ojol yang Ditusuk di Radio Dalam Masih Dirawat, Polisi Belum Bisa Minta Keterangan Megapolitan 16 Oktober 2025

    Ojol yang Ditusuk di Radio Dalam Masih Dirawat, Polisi Belum Bisa Minta Keterangan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Kanit Reskrim Polsek Kebayoran Baru Kompol Suparmin mengatakan, pihaknya belum bisa meminta keterangan dari S (48),
    driver
    ojek
    online 
    yang ditusuk di wilayah Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
    “Ojol yang ditusuk itu sekarang masih di rumah sakit, belum bisa dimintain keterangan, belum bisa datang,” kata Suparmin saat dikonfirmasi, Kamis (16/10/2025).
    Ia memperkirakan korban baru bisa dimintai keterangan dalam waktu sekitar satu pekan ke depan.
    “Ini nunggu dia sembuh. Kira-kira kurang lebih seminggu ini lah, kalau memang sudah bisa diminta keterangan,” tutur Suparmin.
    Sementara itu, adik S, Novi (37), mengungkapkan bahwa korban tengah dalam pemulihan usai menjalani operasi.
    Sebab, luka tusuk yang diderita korban di bagian perut disebut cukup dalam.
    “Kemungkinan luka dalamnya parah, makanya harus operasi. Hari itu juga, sore itu juga dioperasi. Nah sekarang masih pemulihan,” jelas Novi saat dihubungi terpisah, Rabu (15/10/2025).
    Sebelumnya diberitakan, seorang
    driver
    ojek
    online
    berinisial S (48) ditusuk orang tak dikenal (OTK) di Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Senin (13/10/2025).
    Adik korban, Novi (37), mengatakan, saat itu kakaknya merasa pusing lalu memilih beristirahat sejenak setelah mengantar penumpang dari wilayah SCBD, Jakarta Selatan.
    “Di situ dia istirahat, karena memang katanya ngeluh sedikit pusing, karena memang punya vertigo,” jelas Novi kepada
    Kompas.com
    , Rabu (15/10/2025).
    S membuka ponselnya untuk menelepon anaknya, tetapi tidak diangkat. Setelah beristirahat beberapa saat, akhirnya S bangkit lagi untuk melanjutkan pekerjaannya.
    Saat ia akan berjalan ke sepeda motornya, tiba-tiba seorang pria tak dikenal datang dan merangkulnya.
    Pria itu sempat menyapa S sebelum berusaha menancapkan pisau ke dada korban.
    “Dirangkul dari sebelah kanan, terus ditegur cuman gini doang, ‘Bang,’ begitu, terus tiba-tiba langsung nusuk,” tutur Novi.
    Korban sempat menangkis pisau tersebut sehingga hanya meninggalkan luka gores di dadanya. Namun, OTK itu langsung mengalihkan targetnya ke perut bagian bawah korban.
    Kemudian OTK itu kabur. Korban berusaha mengejarnya, tapi langsung terjatuh.
    “Pas habis gitu mau coba dikejar, karena kakak saya masih ngerasain pusing, jatuhlah dia,” kata Novi.
    Korban baru merasakan sakit di perutnya saat sudah dievakuasi ke rumah sakit.
    Novi membantah narasi yang beredar di media sosial yang mengatakan bahwa korban dibegal oleh pelanggannya.
    “Jadi bukan dibegal. Dia lagi pure istirahat saja. Aplikasinya dimatiin, dia juga enggak nerima orderan
    offline
    ,” tegas Novi.
    Adapun kejadian ini sempat viral setelah video evakuasi korban diunggah akun Instagram
    @
    kriminal.jakarta.

    Terima order offline, abang ojol ini dibegal siang-siang sama customer di Kebayoran Baru,
    ” demikian judul yang ditempelkan di video itu, dikutip Rabu.
    Video tersebut menyorot sejumlah
    driver
    ojol yang mengangkut korban ke dalam ambulans.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi: Mobil di Lokasi Penyekapan Pondok Aren Berpelat Dinas Palsu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Polisi: Mobil di Lokasi Penyekapan Pondok Aren Berpelat Dinas Palsu Megapolitan 16 Oktober 2025

    Polisi: Mobil di Lokasi Penyekapan Pondok Aren Berpelat Dinas Palsu
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Polda Metro Jaya akhirnya angkat bicara mengenai keberadaan mobil dinas dan seragam Polri di lokasi kejadian perkara (TKP) kasus penyekapan empat orang dengan modus jual beli mobil di Jalan Enoni 2, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, mobil berpelat dinas Polri yang terparkir di lokasi kejadian ternyata menggunakan pelat palsu.
    “Baik, berdasarkan info dari penyidik, maka pelat nomor yang ditemukan itu adalah palsu,” kata Ade Ary saat ditemui di Polda Metro Jaya, Kamis (16/10/2025).
    Namun, penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya masih mendalami soal kepemilikan seragam Polri tersebut.
    Di sisi lain, Ade Ary mengungkapan, ada airsoftgun yang turut disita polisi saat menangkap pelaku di lokasi penyekapan.
    “Ini juga masih dilakukan pendalaman (kepemilikan),” ujar dia.
    Jenderal bintang satu itu menegaskan, Polda Metro Jaya berkomitmen mengusut tuntas kasus ini sesuai dengan aturan yang berlaku.
    “Jadi mohon waktu, tim masih terus bekerja melakukan pendalaman,” ucap dia.
    Sejauh ini, polisi telah menangkap sembilan orang yang terdiri dari delapan laki-laki dan satu perempuan.
    Mereka adalah MAM (41), NN (52), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39).
    Penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih memeriksa para tersangka secara intensif terkait hubungan hingga motif tindak pidana.
    Sebelumnya, media sosial dihebohkan dengan video viral yang memperlihatkan tiga pria tanpa baju duduk saling membelakangi.
    Mereka tampak mengoleskan cairan yang disebut balsem ke punggung masing-masing, sementara di tubuh mereka terdapat luka-luka.
    Unggahan akun Instagram @wargajakarta menyebutkan, peristiwa itu berawal dari sepasang suami istri (pasutri) yang berniat membeli mobil di wilayah Pondok Aren.
    Sang suami mengajak dua rekannya untuk menemani transaksi.
    Namun, bukannya bertemu penjual, mereka justru dibawa ke sebuah rumah dan disekap oleh sekelompok pria.
    “Di lokasi itu, tiga pria korban mengalami penganiayaan, sementara sang istri berhasil melarikan diri setelah dua hari disekap oleh para pelaku,” tulis akun tersebut.
    Adapun kronologi yang beredar di media sosial tersebut belum merupakan versi resmi dari kepolisian.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Massa Gelar Aksi di Monas, Desak Pemerintah Penuhi Enam Tuntutan Petani
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Massa Gelar Aksi di Monas, Desak Pemerintah Penuhi Enam Tuntutan Petani Megapolitan 16 Oktober 2025

    Massa Gelar Aksi di Monas, Desak Pemerintah Penuhi Enam Tuntutan Petani
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) menggelar aksi memperingati Hari Pangan Sedunia di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Kamis (16/10/2025).
    Mereka menyerukan enam tuntutan utama kepada pemerintah. Tuntutan tersebut merupakan pengulangan dari agenda Hari Tani Nasional pada 24 September 2025 lalu yang telah disampaikan secara resmi ke Sekretariat Negara.
    SPI menilai, hingga kini belum ada tindak lanjut konkret dari pemerintah terhadap berbagai persoalan agraria dan pangan yang dihadapi petani di lapangan.
    “Momentum Hari Pangan ini kami gunakan untuk mengingatkan pemerintah agar tidak abai terhadap nasib petani. Enam tuntutan ini menyangkut masa depan pangan nasional,” kata Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat SPI, Wahyudi Rakip, saat ditemui di lokasi aksi, Kamis.
    Dalam pernyataannya, SPI menegaskan enam poin tuntutan berikut:
    Wahyudi menyebutkan, hingga saat ini pemerintah dinilai belum menanggapi langsung tuntutan yang disampaikan SPI pada Hari Tani Nasional lalu.
    “Pada 24 September kemarin, pemerintah hanya mengutus Wakil Menteri Sekretaris Negara untuk menerima kami. Tapi setelah itu tidak ada tindak lanjut nyata,” ujarnya.
    SPI menilai, pelaksanaan reforma agraria di era pemerintahan baru belum menunjukkan kemajuan berarti.
    Mereka juga mengkritik masih tingginya angka impor pangan dan lambatnya penyelesaian konflik agraria di berbagai daerah.
    “Kami ingin Presiden Prabowo berani mengambil langkah konkret. Jangan takut menjalankan reforma agraria sejati, jangan takut mewujudkan kedaulatan pangan,” kata Wahyudi.
    Aksi SPI di kawasan Monas diikuti petani dari berbagai wilayah, termasuk Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
    Massa membawa spanduk, poster, serta boneka besar berbentuk petani yang menjadi simbol lemahnya posisi petani di tengah dominasi impor pangan.
    Aksi tersebut berlangsung damai dengan pengamanan dari 1.485 personel gabungan Polres Metro Jakarta Pusat.
    Hingga siang hari, arus lalu lintas di Jalan Medan Merdeka Selatan terpantau lancar tanpa penutupan jalan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.