Jenis Media: Metropolitan

  • JPU Nilai Nikita Mirzani Tak Punya Kapasitas Edukasi Produk Kecantikan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    JPU Nilai Nikita Mirzani Tak Punya Kapasitas Edukasi Produk Kecantikan Megapolitan 20 Oktober 2025

    JPU Nilai Nikita Mirzani Tak Punya Kapasitas Edukasi Produk Kecantikan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Jaksa penuntut umum (JPU) menilai terdakwa Nikita Mirzani tak punya kapasitas mengedukasi masyarakat mengenai kandungan berbahaya dalam sebuah produk kecantikan.
    Pasalnya, latar belakang Nikita sebagai artis tidak relevan dengan peran memberikan edukasi kepada publik.
    “Bahwa terdakwa Nikita Mirzani tidak mempunyai kedudukan hukum dan keahlian dalam melakukan edukasi tentang kesehatan kulit,” kata jaksa dalam sidang penyampaian replik di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (20/10/2025).
    Jaksa menilai tindakan Nikita yang mengedukasi masyarakat lewat video maupun siaran langsung hanyalah bagian dari akting.
    Ia menjelaskan bahwa akting pada umumnya dilakukan dengan berpura-pura dan membuat audiens percaya pada konteks fiksi yang disampaikan.
    “Jadi kalau ada seorang artis yang mengatakan dirinya melakukan edukasi kesehatan kulit, maka penuntut umum beranggapan hal tersebut masuk dalam keahliannya, yaitu akting,” terang jaksa.
    Menurut Jaksa, klaim yang disampaikan Nikita kepada masyarakat luas disebut justru merupakan modus operandi untuk meraup keuntungan pribadi.
    “Sehingga terlihat jelas bahwa perkataan terdakwa Nikita Mirzani yang seolah-olah melakukan edukasi kepada masyarakat justru menjadi sebuah modus operandi dalam melakukan pemerasan kepada pihak lain,” tutur jaksa.
    Jaksa kemudian menyoroti hal-hal yang disampaikan dan dilakukan Nikita selama persidangan.
    Nota pembelaan yang disampaikan Nikita pada Kamis (16/10/2025) lalu dinilai sebagai bagian dari permainan perannya yang banyak direkayasa.
    “Kami ingin mengingatkan agar terdakwa Nikita Mirzani tidak menganggap persidangan ini sebagai dunia akting yang pada intinya menghindari memainkan peran,” kata jaksa.
    Adapun Nikita Mirzani didakwa melakukan pemerasan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) terhadap pemilik produk kecantikan bernama dokter Reza Gladys.
    Perbuatan itu dilakukan Nikita bersama asistennya, Ismail Marzuki.
    Kejadian ini bermula dari unggahan video Tiktok akun
    @
    dokterdetektif yang mengulas produk kecantikan Glafidsya milik Reza Gladys pada Rabu (9/10/2024).
    Menurut pemilik akun, Samira, kandungan produk Glafidsya berupa serum vitamin C
    booster
    tidak sesuai dengan klaim.
    Harganya pun disebut tidak sesuai dengan kualitasnya.
    Dua hari kemudian, Samira kembali mengulas lima produk Glafidsya lainnya, yakni sabun cuci muka, serum, dan krim malam yang lagi-lagi disebut tidak sesuai klaim.
    Dalam video itu, Samira mengajak warganet tidak membeli produk yang diklaim dapat menahan penuaan dini ini.
    Samira lantas meminta Reza minta maaf ke publik dan menghentikan penjualan produknya untuk sementara.
    Reza pun memenuhi permintaan Samira dengan mengunggah video perminta maaf.
    Di sinilah Nikita Mirzani muncul. Nikita tiba-tiba melakukan siaran langsung TikTok melalui akun
    @
    nikihuruhara di mana ia menjelek-jelekkan Reza dan produknya berulang kali.
    Nikita menuding, kandungan produk kecantikan Reza berpotensi menyebabkan kanker kulit.
    Dia juga juga mengajak warganet tidak lagi menggunakan produk apa pun dari Glafidsya.
    Satu minggu setelahnya, rekan sesama dokter bernama Oky memprovokasi Reza untuk memberikan uang ke Nikita supaya tidak lagi menjelek-jelekkan produknya.
    Melalui Ismail, Nikita justru mengancam Reza dengan mengatakan bahwa dia bisa dengan mudah menghancurkan bisnis Reza Gladys.
    Oleh karenanya, Nikita meminta uang tutup mulut sebesar Rp 5 miliar.
    Lantaran merasa terancam, Reza akhirnya bersedia memberikan uang, namun “hanya” Rp 4 miliar. Atas kejadian itu, Reza mengalami kerugian sebesar Rp 4 miliar.
    Ia pun melaporkan kejadian ini ke Polda Metro Jaya pada Selasa (3/12/2024).
    Atas perbuatannya, Nikita dan Ismail dijerat Pasal 27B ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang ITE, Pasal 369 KUHP tentang pemerasan serta Pasal 3, 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Balita Diduga Meninggal Akibat Salah Suntik di Bekasi, Ini Penjelasan RS
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Balita Diduga Meninggal Akibat Salah Suntik di Bekasi, Ini Penjelasan RS Megapolitan 20 Oktober 2025

    Balita Diduga Meninggal Akibat Salah Suntik di Bekasi, Ini Penjelasan RS
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Rumah Sakit Tiara Bekasi, Babelan, Kabupaten Bekasi buka suara terkait beredarnya kabar yang menyebut seorang balita meninggal akibat salah suntik.
    Humas RS Tiara Bekasi, Rudi Ano menjelaskan, membantah informasi tersebut.
    “Kalau berita yang beredar itu yang pasti tidak benar. Jadi pasien itu bukan meninggal di IGD datang langsung disuntik tidak, jadi ada proses” ujar Rudi ketika ditemui di lokasi, Senin (20/10/2025).
    Ia memastikan pihak RS sudah menangani balita atas nama BAS (3) sesuai dengan SOP yang berlaku.
    “Kita berduka cita yang dalam atas kepergian almarhum. Intinya semua yang dilakukan oleh kami di tim medis ini sudah sesuai dengan SOP,” ujar dia.
    Mulanya, pasien dan keluarga datang ke RS itu pada Kamis (16/10/2025) pukul 06.00 WIB.
    Pasien datang ke IGD RS Tiara dengan keluhan demam, batuk, dan disertai diare.
    Perawat melakukan asesmen dan dokter yang berjaga di IGD juga melakukan tindakan dan terapi.
    “Dokter kami juga yang menjaga di IGD langsung melakukan tindakan dan terapi, sampai dengan menelpon dokter spesialis anak untuk visit ke IGD,” tutur Rudi.
    Ternyata dari hasil pemeriksaan tersebut, berdasarkan hasil penunjang, pasien didiagnosis pneumonia (radang paru) dan morbili (campak).
    “Akhirnya kemudian dokter menyarankan ini harus dirawat. Dari IGD kemudian dinaikkan, dirawat di lantai dua di ruang perawatan,” ucap dia.
    Setelah dirawat, pasien tersebut kejang karena demam tinggi.
    Tenaga medis memberikan injeksi penurun demamnya melalui infus. Tak lama kemudian, pasien kejang kembali
    Dokter lantas menyarankan injeksi antibiotik untuk mencegah infeksi campak serta radang paru sekaligus untuk menekan virusnya.
    “Terjadi pemburukan, pasien terus menurun kondisinya. Akhirnya dokter menyarankan bahwa ini harus masuk ruang intensif di PICU kami. Di ruang intensif kita juga sudah dilakukan tindakan,” kata Rudi.
    Dokter kemudian menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait kondisi pasien. Termasuk kemungkinan terburuk pasien yakni meninggal dunia sebagai risiko penanganan lanjutan.
    “Akhirnya kita edukasi untuk pemasangan alat bantu napas. Keluarga pasien sudah kita edukasi dan sudah tanda tangan setuju. Tepat di pukul 17.55 di hari Jumat, tanggal 17 Oktober, pasien meninggal dunia,” ujar dia.
    Sebelumnya beredar di media sosial unggahan akun @bekasikab.info yang menyebut seorang balita meninggal dunia akibat salah suntik pada Jumat (17/10/2025).
    “Peristiwa ini sontak mengejutkan warga dan menimbulkan banyak pertanyaan terkait prosedur medis di rumah sakit tersebut,” tertulis dalam keterangan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak Megapolitan 20 Oktober 2025

    Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak
    Tim Redaksi

    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
     Mall WTC Matahari yang berlokasi di Jalan Raya Serpong, Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), tampak sepi dari pengunjung pada Senin (20/10/2025).
    Berdasarkan pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, pusat perbelanjaan yang berdiri sejak 2004 itu kini terlihat lengang.
    Tak banyak pengunjung yang datang ke mal yang sempat populer pada masanya. Para pedagang pun perlahan meninggalkan toko mereka.
    Banyak toko di dalam mal tersebut memasang tulisan “Dijual” atau “Disewa” lengkap dengan nomor telepon pemiliknya.
    Tenant
    yang sebelumnya berjualan di area tengah, seperti penjual pakaian
    thrifting
    dan jajanan kuliner, juga terlihat menutup lapak dengan kain dan menempelkan pengumuman tentang lokasi baru mereka.
    Kondisi itu menandakan mereka sudah tidak beroperasi lagi di Mall WTC Matahari.
    Di lantai satu, hanya tersisa beberapa toko fesyen dan perhiasan emas, serta bazar Matahari dengan promo “
    buy 1 get 1
    ”.
    Sementara di lantai dua terdapat
    booth
    perhiasan di depan eskalator, dengan
    food court
    yang kini hanya menyisakan merek besar seperti KFC dan A&W.
    Lantai tiga masih memiliki Sportstation yang bertahan di antara deretan toko tutup. Namun, Metro Bookstore, Matahari Department Store, dan sejumlah toko lain sudah tidak beroperasi.
    Di lantai empat, hanya toko elektronik yang masih buka, sementara bioskop Cinepolis yang dahulu menjadi daya tarik utama tampak gelap dan tertutup.
    Fasilitas di dalam mal juga terlihat tak terurus. Beberapa eskalator tidak berfungsi dan hanya dapat digunakan hingga lantai tiga.
    Banyak eskalator dimatikan karena rusak, dan di bagian pegangannya terpasang peringatan bertuliskan, “
    Jangan dipegang, sedang rusak
    .”
    Selain eskalator, langit-langit di beberapa sisi tampak rusak dan bekas bocor akibat hujan.
    Kaca terlihat kusam, sementara lampu di sejumlah area sengaja dimatikan karena toko-tokonya sudah tidak beroperasi.
    Meski demikian, belum ada tanda-tanda bahwa mal berlantai lima itu akan ditutup secara permanen.
    Dini (50), pedagang yang sudah berjualan sejak 2016 di Mall WTC Matahari, mengatakan kondisi sepi sudah berlangsung sejak pandemi Covid-19 dan belum pulih hingga kini.
    “Sekarang kan swalayan enggak ada, gimana orang mau ke sini? Dulu orang belanja, sekalian makan, sekarang sepi banget,” kata Dini saat ditemui
    Kompas.com
    , Senin.
    Ia mengungkapkan, sebelum pandemi, pendapatannya bisa mencapai Rp 1 juta per hari, terutama saat akhir pekan. Kini, ia nyaris tak mendapat pemasukan.
    “Dulu bisa dapat sejuta sehari, apalagi kalau Sabtu-Minggu bisa lebih. Sekarang kadang nol, enggak ada pembeli,” ujarnya.
    Hal serupa disampaikan Feri (bukan nama sebenarnya), pedagang yang telah berjualan di WTC sejak 2010.
    Ia menilai pergantian manajemen sekitar lima tahun lalu justru memperburuk kondisi mal.
    “Sejak manajemennya diganti, banyak yang enggak setuju. Fasilitas mulai dikurangi, lampu digelapin, eskalator sering dimatikan,” kata Feri kepada
    Kompas.com
    .
    Menurutnya, eskalator kini hanya dihidupkan pada jam tertentu, menyulitkan pengunjung dan karyawan.
    “Kadang jam setengah empat sore baru nyala. Orang mau naik-turun susah, apalagi yang bawa anak atau orang tua,” jelasnya.
    Ia juga menyebut area depan mal yang menghadap Jalan Raya Serpong kini tampak redup dan kusam.
    Kondisi tersebut membuat penyewa satu per satu hengkang karena sepi pengunjung dan biaya operasional yang tetap harus dibayar.
    “Banyak yang keluar, yang bertahan cuma segelintir. Kalau terus begini, ya makin mati,” ujar Feri.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
    masih berupaya menghubungi pihak pengelola WTC Matahari untuk meminta tanggapan atas keluhan para pedagang serta kondisi terkini pusat perbelanjaan tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gangguan Sarana di Stasiun Kebayoran, KRL Tanah Abang–Rangkasbitung Alami Keterlambatan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Gangguan Sarana di Stasiun Kebayoran, KRL Tanah Abang–Rangkasbitung Alami Keterlambatan Megapolitan 20 Oktober 2025

    Gangguan Sarana di Stasiun Kebayoran, KRL Tanah Abang–Rangkasbitung Alami Keterlambatan
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Jalur kereta rel listrik (KRL) rute Tanah Abang-Rangkasbitung mengalami gangguan di Stasiun Kebayoran, Jakarta Selatan, Senin (20/10/2025).
    Public Relations Manager KAI Commuter Indonesia (KCI), Leza Arlan, menjelaskan bahwa gangguan terjadi akibat kendala pada sarana di Stasiun Kebayoran.
    “Gangguan sarana di Stasiun Kebayoran, saat ini sudah dalam penanganan oleh petugas,” kata Leza saat dikonfirmasi 
    Kompas.com
    , Senin.
    Akibat gangguan itu, perjalanan KRL Commuter Line mengalami keterlambatan selama hampir 30 menit.
    “Perjalanan Commuter Line terdapat keterlambatan selama 28 menit. Saat ini dalam proses penguraian antrian,” ucap Leza.
    Hingga berita ini diturunkan, KAI Commuter masih berupaya menormalkan kembali perjalanan KRL agar operasional dapat berjalan lancar di seluruh lintasan.
    Sebelumnya, gangguan KRL pada rute Tanah Abang-Rangkasbitung ramai diperbincangkan warganet di media sosial X (sebelumnya Twitter). Sejumlah pengguna mempertanyakan penyebab gangguan yang membuat penumpang menumpuk di Stasiun Kebayoran.

    @commuterLine tolong info ada gangguan apa ini di Kebayoran, kereta mati lampu kemudian berhenti. Berapa lama penanganannya?
    ” tulis pemilik akun @dwipanji.
    Hal serupa juga disampaikan akun @Jonathan_ATG yang menandai akun resmi milik KAI Commuter Indonesia (KCI).
    “Kenapa kereta ketahan di Kebayoran?” tanya akun @Jonathan_ATG.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penyebab Pembangunan Tanggul Mitigasi Rob di Muara Angke Terhambat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Penyebab Pembangunan Tanggul Mitigasi Rob di Muara Angke Terhambat Megapolitan 20 Oktober 2025

    Penyebab Pembangunan Tanggul Mitigasi Rob di Muara Angke Terhambat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Salah satu penyebab terhambatnya pembangunan tanggul mitigasi rob di RW 22, Muara Angke, Jakarta Utara, karena masih banyak rumah warga yang dibangun melebihi Garis Sempadan Bangunan (GSB).
    “Cuma ada salah satu penyebab berpindahnya atau melangkahnya pekerjaan ini tidak estafet, karena memang ada bangunan yang memakan badan jalan,” ujar Ketua LMK RW 22 Muslimin (47) saat diwawancarai
    Kompas.com
    di lokasi, Senin (20/10/2025).
    Seharusnya, kata Muslimin, pembangunan tanggul sepanjang 1,4 kilometer ini dilakukan secara berangsur-angsur sesuai dengan kesepakatan warga dan pemegang proyek.
    “Seperti yang disepakati di awal, bahwa setiap pembangunan dilaksanakan setiap 50 meter itu akan diselesaikan terlebih dahulu, baru bergeser lagi,” jelas Muslimin.
    Namun, karena banyak rumah warga yang justru dibangun melebihi GSB maka pengerjaan tanggul tak bisa dilakukan sesuai kesepakatan.
    Muslimin mengatakan, sebelum pengerjaan dilakukan sebenarnya rumah warga yang terdampak sudah didata pihak proyek.
    Ada sekitar 77 rumah yang memang area depannya harus dibongkar untuk mendukung proyek pembangunan ini.
    Muslimin bilang, warga sudah rela area depannya yang melebihi GSB dibongkar dan mereka tak meminta ganti rugi.
    Hanya saja, warga meminta agar ada bantuan dana untuk membongkar area depan rumahnya secara mandiri.
    “Sebenarnya mereka tidak meminta ganti rugi atau apa, cuma memang ada semacam uang bongkar buat tukang lah, itu sebenarnya yang diharapkan oleh warga. Hingga kini kami juga sudah mendiskusikan dengan pihak proyek, namun sampai saat ini belum mendapatkan hasil,” tegas Muslimin.
    Untuk diketahui, berbagai upaya sedang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta untuk mengatasi banjir rob di daerah pesisir.
    Salah satunya adalah dengan membangun tanggul mitigasi di RW 22.
    Tanggul tersebut berupa jalan yang ditinggikan sehingga ketika air laut sedang pasang, tidak tumpah ke perumahan warga.
    Tanggul yang dibangun rencananya sepanjang 1,4 kilometer, dengan lebar enam meter, dan ketinggian satu meter.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • MA Anulir Vonis Seumur Hidup 2 Eks Prajurit TNI di Kasus Penembakan Bos Rental Mobil

    MA Anulir Vonis Seumur Hidup 2 Eks Prajurit TNI di Kasus Penembakan Bos Rental Mobil

    Bisnis.com, JAKARTA — Mahkamah Agung (MA) telah menganulir vonis penjara seumur hidup untuk dua mantan prajurit TNI penembak bos rental mobil Ilyas Abdurrahman di Rest Area KM45, Tol Tangerang-Merak.

    Dalam putusannya, MA telah menolak kasasi penuntut umum dan sejumlah terdakwa. Namun, MA juga telah memutuskan vonis terdakwa I Bambang Apri Atmojo dan terdakwa Akbar Adli menjadi 15 tahun.

    “Terdakwa I pidana penjara selama 15 tahun dan pidana tambahan dipecat dari dinas militer,” bunyi amar putusan kasasi nomor 213 K/MIL/2025, dikutip Senin (20/10/2025).

    Kemudian, Bambang wajib membayar biaya restitusi kepada keluarga Ilyas sebesar Rp209,6 juta dan kepada Ramli selaku korban luka insiden penembakan sebesar Rp146,3 juta.

    Sementara itu, untuk mantan prajurit Akbar Adli diwajibkan membayar biaya kerugian kepada keluarga korban Ilhas sebesar Rp147 juta dan Ramli Rp73 juta.

    Sementara, terdakwa III Rafsin Hermawan hanya dikurangi pidana penjara selama tiga tahun. Hal tersebut lebih kecil dibandingkan vonis sebelumnya dengan hukuman empat tahun. Selain itu, Rafsin juga mendapatkan pidana tambahan dipecat dari dinas militer.

    Kronologi Kasus

    Kasus ini bermula saat pria bernama Hendri menyewa mobil dari tempat rental milik (alm) Ilyas Abdurrahman pada 1 Januari 2025. Sewa itu dilakukan tiga hari dengan bayaran Rp1,5 juta. 

    Namun, usut punya usut ternyata mobil itu dijual ke oknum TNI dengan harga Rp40 juta. Setelah transaksi itu, anak Ilyas yakni Agam Muhammad mendapati bahwa dua GPS pada mobil Brio yang disewakan ke oknum TNI ini mengalami malfungsi. Alhasil, tersisa satu unit GPS yang berada di mobil tersebut.

    Setelah itu, bos rental Ilyas dan adiknya langsung melakukan pengejaran terhadap mobil Brio itu ke titik terakhir sinyal GPS yang ada. Akhirnya, mobil itu ditemukan di Saketi, Pandeglang.

    Namun, upaya pengejaran pertama itu gagal setelah kedua pihak mengalami cekcok dan oknum TNI yakni eks Kelasi Kepala Bambang Apri Atmojo mengacungkan senjata api.

    Setelah itu, bos rental Ilyas sempat melaporkan kejadian ke Polsek Cinangka. Namun, permintaan Ilyas tak diindahkan oleh kepolisian yang tengah berjaga kala itu.

    Singkatnya, Ilyas kemudian melakukan upaya pengambilan kembali mobil Brio itu setelah rombongan oknum TNI terlacak parkir di Rest Area KM45, Tol Tangerang-Merak. 

    Setelah itu, kedua pihak kembali cekcok dan Bambang melepaskan tembakan hingga mengenai dada dan bahu Ilyas. Tembakan itu, kemudian membuat pemilik rental Ilyas meninggal dunia. Sementara, rekannya Ramli mengalami Ramli, luka-luka.

  • Mahasiswa PTKIN Tutup Demo di Monas dengan Berselawat dan Nyalakan Kembang Api
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Mahasiswa PTKIN Tutup Demo di Monas dengan Berselawat dan Nyalakan Kembang Api Megapolitan 20 Oktober 2025

    Mahasiswa PTKIN Tutup Demo di Monas dengan Berselawat dan Nyalakan Kembang Api
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Massa rombongan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mengakhiri demo 20 Oktober 2025 di area Monumen Nasional (Monas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025) petang.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi sekitar pukul 17.40 WIB, massa aksi dari Universitas Islam Negeri (UIN) berbagai daerah menutup aksi dengan membaca doa dan selawat bersama.
    Mereka membentuk lingkaran besar lalu memanjatkan doa dan melantunkan selawat
    Ya Lal Wathon
    yang dipimpin oleh perwakilan massa di atas mobil komando.
    Usai berselawat, massa menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka” sambil menyalakan
    flare
    dan kembang api.
    Setidaknya empat flare dinyalakan, sementara berbagai kembang api ditembakkan ke langit dan membuat suasana semakin riuh diiringi nyanyian peserta aksi.
    Polisi sempat mencoba mengintervensi massa aksi yang tengah bernyanyi dan menembakkan kembang api.
    Namun, orator yang berdiri di atas mobil komando meminta agar polisi tetap diam selama massa melakukan prosesi penutupan.
    “Pak polisi, tolong diam. Kami tidak rusuh, kami hanya bernyanyi dan menyampaikan pendapat,” katanya.
    Setelahnya, massa aksi kemudian berbaris dan membubarkan diri sambil menyanyikan lagu “Sayonara”.
    Mereka membubarkan diri dengan melakukan
    long march
    ke arah Balai Kota Jakarta dengan dipimpin mobil komando di barisan paling depan.
    Mereka membubarkan diri sepenuhnya sekitar pukul 18.00 WIB.
    Meski begitu, massa aksi menegaskan bahwa tuntutan mereka untuk menyampaikan aspirasi secara langsung di depan pejabat negara belum dipenuhi.
    “Hari ini tuntutan kami belum dipenuhi! Kami akan kembali dengan jumlah yang berlipat ganda!” teriak salah satu orator.
    Sesaat setelah situasi jalan steril, petugas kebersihan dari pasukan oranye pun gerak cepat membersihkan sampah yang berserakan di lokasi aksi.
    Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, pun kembali dibuka bagi kendaraan yang melintas, baik di sisi utara maupun selatan.
    Arus lalu lintas di Bundaran Patung Kuda menuju berbagai arah pun terpantau ramai lancar tanpa ada kemacetan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar Korporasi yang Bayar Uang Pengganti Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Wilmar Paling Besar

    Daftar Korporasi yang Bayar Uang Pengganti Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Wilmar Paling Besar

    Bisnis.com, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menyerahkan uang sitaan Rp13 triliun kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI pada Senin (20/10/2025).

    Penyerahan itu secara simbolis dilakukan oleh Jaksa Agung (JA) ST Burhanuddin kepada Menteri Keuangan (Menkeu) RI Purbaya Yudhi Sadewa di Gedung Utama Kejagung RI.

    Uang belasan triliun itu berasal dari penyitaan aset tiga grup korporasi yang terseret dalam kasus pemberian fasilitas ekspor crude palm oil (CPO). Mereka yakni Wilmar Group, Musim Mas Group dan Permata Hijau Group. 

    Dalam hal ini, Wilmar Group merupakan perusahaan yang paling besar membayar uang pengganti sebesar Rp11,8 triliun.

    Adapun, uang itu disita untuk membayar uang pengganti atas kerugian perekonomian negara sebesar Rp17,7 triliun. Dengan demikian, masih ada sisa Rp4,4 triliun yang belum dibayarkan oleh dua korporasi yakni Musim Mas Grpup dan Permata Hijau Group.

    “Total kerugian perekonomian negara itu Rp 17 triliun dan hari ini kami akan serahkan sebesar Rp 13,255 triliun,” ujar Jaksa Agung ST Burhanuddin di Kejagung, Senin (20/10/2025).

    Kemudian, uang pengganti Rp4,4 triliun dari Musim Mas dan Permata Hijau itu belum dibayarkan karena keduanya meminta penundaan pembayaran karena berkaitan dengan kondisi perekonomian.

    Hal tersebut kemudian dikabulkan oleh korps Adhyaksa dengan satu syarat yakni dua korporasi ini diwajibkan untuk menyerahkan lahan sawit untuk menutupi kewajiban bayar Rp4,4 triliun.

    “Satu kewajiban bahwa mereka harus menyerahkan kpd kami ya kelapa sawit, jadi kebun sawitnya, perusahaannya adalah menjadi tanggungan kami untuk yang Rp4,4 triliun,” pungkas Burhanuddin.

    Berikut ini daftar korporasi yang membayar uang pengganti paling besar di kasus CPO

    1. Wilmar Group : Rp11,8 triliun

    2. Musim Mas Group : Rp1,8 triliun

    3. Permata Hijau Group : Rp186 miliar

  • Pembangunan Tanggul Mitigasi Rob di Muara Angke Dinilai Tak Sesuai Kesepakatan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Pembangunan Tanggul Mitigasi Rob di Muara Angke Dinilai Tak Sesuai Kesepakatan Megapolitan 20 Oktober 2025

    Pembangunan Tanggul Mitigasi Rob di Muara Angke Dinilai Tak Sesuai Kesepakatan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sejumlah warga menilai pembangunan tanggul mitigasi rob di RW 22, Muara Angke, Jakarta Utara, tak sesuai dengan kesepakatan awal.
    “Faktanya pengerjaan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah disepakati di awal,” ujar Ketua LMK RW 22 Muslimin (47) saat diwawancarai
    Kompas.com
    di lokasi, Senin (20/10/2025).
    Muslimin mengatakan, awalnya pemegang proyek dengan warga sepakat, bahwa pembangunan tanggul mitigasi sepanjang 1,4 kilometer itu dilakukan secara berangsur-angsur.
    “Seperti yang disepakati di awal, bahwa setiap pembangunan dilaksanakan setiap 50 meter itu akan diselesaikan terlebih dahulu, baru bergeser lagi,” jelas Muslimin.
    Namun, setelah tiga bulan berjalan, pembangunan yang dilakukan justru mengacak dan terputus-putus.
    Hal yang sama juga dikeluhkan Ketua RT 04, RW 22 Udin (46) yang menilai pengerjaan tanggul tak sesuai kesepakatan.
    “Di perjanjian pertama 50 meter clear, 50 meter clear, sampai sekarang baru pengerjaan 100 meter belum juga selesai,” tutur Udin.
    Selain itu, Udin menilai, pembangunan tanggul mitigasi itu sangat lambat, sementara targetnya dalam enam bulan selesai.
    “Targetnya cuma enam bulan. Ini udah tiga bulan jalan, tapi belum ada progres yang signifikan, pengurukan belum,” tegas Udin.
    Untuk diketahui, berbagai upaya sedang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta untuk mengatasi banjir rob di daerah pesisir.
    Salah satunya adalah dengan membangun tanggul mitigasi di RW 22.
    Tanggul tersebut berupa jalan yang ditinggikan sehingga ketika air laut sedang pasang, tidak tumpah ke perumahan warga.
    Tanggul yang dibangun rencananya sepanjang 1,4 kilometer, dengan lebar enam meter, dan ketinggian satu meter.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Warga Pamulang Beli Lahan Makam Sebelum Waktu Berpulang Tiba
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Kisah Warga Pamulang Beli Lahan Makam Sebelum Waktu Berpulang Tiba Megapolitan 20 Oktober 2025

    Kisah Warga Pamulang Beli Lahan Makam Sebelum Waktu Berpulang Tiba
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Keputusan untuk membeli lahan makam biasanya dilakukan seseorang saat ada anggota keluarga yang meninggal dunia atau memasuki usia senja.
    Namun, bagi Sakina (35), warga Pamulang, Tangerang Selatan, keputusan itu justru dibuatnya jauh sebelum waktunya tiba.
    Ia masih mengingat jelas momen saat keluarga besarnya membahas rencana membeli lahan makam pada akhir 2013, menjelang masa pensiun sang ayah pada tahun berikutnya.
    “Waktu itu orangtua tuh, bokap tuh mau pensiun di 2014. Ya dia ngobrol lah sama anak-anaknya nih, kan dapet duit, mau diapain ya itu uang (pensiun). Aku bilang sama orangtuaku mendingan cari lahan makam deh,” kata Sakina kepada
    Kompas.com
    , Senin (20/10/2025).
    Sakina bercerita, keluarganya memang sudah menjadi anggota rukun kematian di masjid lingkungan rumahnya.
    Namun, ia merasa belum tenang jika belum memiliki lahan makam sendiri. Ia pun menilai membeli lahan makam lebih menenangkan karena tak perlu panik jika waktu kematian datang tiba-tiba.
    “Aku bilang sama orangtua kan kalau misalnya kita itu kan dimandiin, dikafanin, disolatin tuh insyaAllah kan udah ada yang ngurus lah ya. Cuman
    concern
    -nya itu kan mau dikubur di mana. Karena waktu itu kan lahan makam tuh udah mulai terbatas lah,” ujarnya.
    Ide tersebut diterima dengan baik oleh orangtuanya. Bahkan, sang ibu langsung bergerak mencari lokasi makam yang cocok untuk dimiliki keluarga.
    “Ya akhirnya jadi pas orangtua, bokap itu pensiun, dapet uang pensiun, dari uang itu ibuku tuh nyari lah lahan makam di mana,” ujarnya.
    Setelah berdiskusi dan meninjau beberapa lokasi, keluarga Sakina akhirnya memutuskan membeli lahan di sebuah taman pemakaman bernama TPBU Taman Giritama Parung, Kabupaten Bogor.
    “Waktu itu kan udah ada San Diego Hills kan, cuman kan jauh banget rumah di Pamulang, terus itu (San Diego Hills) di Karawang jauh lah. Intinya enggak bisa nyekar sesering itu kan pasti,” ujar Sakina.
    “Akhirnya memutuskan untuk di TPBU di taman (Giritama) itu karena dia (ibu) mikirnya lokasinya enggak terlalu jauh dari rumah dan dia udah ngerti yang ada di pikiran dia rutenya aku udah tau, ibuku udah tau,” tambahnya.
    Namun, menurut Sakina, lahan di TPBU itu tidak bisa dibeli sembarang orang karena diperuntukkan bagi pensiunan TNI-Polri.
    “Jadi dulu kalau beli di situ Itu kan karena pengelolaan yang didirikan sama Purnawirawan Polri. Jadi yang bisa daftar itu Purnawirawan TNI Polri sama pensiunan PNS,” ungkap dia.
    “Nah karena ibu bapakku itu bukan PNS dan bukan anggota TNI-Polri, ibuku minjem SK PNS-nya nenekku,” imbuh dia.
    Sakina mengatakan, suasana di taman pemakaman tersebut membuat ibunya langsung merasa cocok dan tenang meski belum digunakan.
    “Tempatnya tuh dia langsung ngerasa nyaman, padahal belum tinggal disitu dia udah ngerasa kayak asik nih tempatnya, adem, teduh, rindang banyak pohon-pohon buah,” ujarnya.
    Sakina mengungkapkan, harga lahan yang ditawarkan saat itu masih tergolong terjangkau jika dibandingkan dengan kondisi saat ini yang sudah naik cukup signifikan.
    “Jadi waktu itu tuh kalau gak salah ya harganya ya pokoknya antara Rp 8 juta atau Rp 10 juta, pokoknya enggak nyampe Rp 10 juta per lubang. Ibuku beli tiga, terus dia bilang udahlah pokoknya murah 15 atau 16 juta (untuk tiga lobang makam) sekitar itu,” kata Sakina.
    Lahan yang dibeli pun langsung dikavling dan diberi nama agar jelas kepemilikannya. Menurut Sakina, hal itu memberikan rasa lega bagi keluarganya.
    “Jadi begitu waktu itu, aku beli cuma satu lubang aja udah nanti dikasih kan disemenin tuh, nanti dibawahnya ada nama kita. Jadi ibuku beli tiga, ada tiga masing-masing liang itu ada nama ibuku. Enaknya sih gitu, dikavlingin, kayak di bawah nih tanda udah ada yang punya,” katanya.
    Kini, dua liang makam sudah digunakan untuk kedua orangtuanya yang telah berpulang. Sakina mengaku bersyukur telah mengambil keputusan membeli lahan makam sejak dini.
    “Kalau menurutku itu malah justru keputusan yang sangat bijak karena bapakku meninggal mendadak, ibuku meninggal karena sakit. Dan mereka  ibuku meninggal malam. Jadi kita udah bener-bener tenang ga mikir mau dimakamin di mana,” tutur Sakina.
    Ia juga menilai pengelolaan TPBU Giritama cukup profesional. Area makam rutin dirawat meski belum digunakan, dengan iuran perawatan sekitar Rp 300.000 per liang setiap tahun.
    “Tahunan, tahunan itu walaupun gak dipakai tetep dirawat. Sekarang aja udah dihuni sama bokap nyokap, satu lobang tuh Rp 300.000an setahun. Jadi aku bayar tiga itu per tahun kira-kira Rp 900.000-an,” katanya.
    Selain itu, pihak pengelola juga menyediakan berbagai fasilitas tambahan berupa penyiapan tenda, pengeras suara, hingga petugas pengiring doa, termasuk layanan darurat selama 24 jam.
    “Jadi mereka menyediakan
    hotline
    WA 24 jam. Kan orang meninggal bisa kapan aja ya. Jadi kita langsung lapor. Karena kan itu udah ada nomornya nih, misal di taman apa gitu, jadi nanti kayak pas bokap nyokap aku meninggal langsung WA, nanti mereka akan langsung jawab tuh. Itu bener-bener
    fast response
    banget tuh WA 24 jam, nanti dia siapin,” ujarnya.
    Menurut Sakina, keputusan membeli lahan makam sejak dini bukanlah bentuk pesimisme, melainkan cara keluarga untuk mempersiapkan diri dengan tenang menghadapi waktu kematian yang pasti datang.
    “Jadi orangtua sebenernya takutnya itu karena kan kayak kalau mereka belinya TPU takutnya udah penuh. Akhirnya
    random
    . Jadi mendingan persiapkan diri dulu, mau ditanam di mana,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.