Jenis Media: Kesehatan

  • Penjelasan Ilmiah Melihat Hantu, Belum Tentu Indigo Mungkin Saja Halu

    Penjelasan Ilmiah Melihat Hantu, Belum Tentu Indigo Mungkin Saja Halu

    Jakarta

    Tak jarang masyarakat mendengar sebuah kisah hantu yang menyeramkan dari orang terdekat. Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa hantu itu ada, namun mengapa sebagian orang benar-benar berpikir mereka benar-benar mendengar suara atau melihat penampakan hantu?

    Seorang profesor emeritus psikologi di Goldsmith, Universitas London, Christopher French dalam menyatakan kejadian paranormal atau melihat penampakan seringkali merupakan bagian dari salah tafsir atas hal-hal yang memiliki penjelasan alami.

    “Hanya karena Anda tidak dapat memikirkan penjelasannya, bukan berarti tidak ada,” kata French dikutip dari Live Science, Minggu (17/11/2024).

    French merupakan orang yang gemar mengeksplorasi penjelasan non-paranormal untuk pertemuan dengan hantu. Penjelasan ini meliputi halusinasi atau persepsi tentang hal-hal yang tidak ada, misalnya seperti ingatan palsu, ingatan tentang peristiwa yang tidak terjadi, atau pareidolia (kecenderungan melihat wajah atau sesuatu yang penting pada benda mati atau pola acak).

    French menjelaskan bahwa otak manusia rentan kehilangan beberapa hal dalam ingatannya dan salah dalam mengingat kejadian. Hal ini juga yang membuat otak dapat mengambil keputusan secara tergesa-gesa ketika memahami pengalaman yang ambigu.

    Hal ini terutama berlaku ketika seseorang ingin percaya bahwa mereka melihat hantu atau makhluk mistis lainnya.

    Beberapa kondisi medis seperti sleep paralysis juga dapat memperkuat persepsi pertemuan dengan hantu lebih mungkin terjadi. Kondisi sleep paralysis atau kelumpuhan tidur membuat orang mengira mereka merasakan kehadiran makhluk yang jahat.

    “Seolah-olah pikiran Anda terbangun, tetapi tubuh Anda tidak. Anda memiliki campuran unik antara kesadaran terjaga normal dan kesadaran mimpi, dan isi mimpi tersebut masuk ke dalam kesadaran terjaga. Hasilnya bisa sangat mengerikan,” jelasnya.

    Situasi tersebut yang akhirnya membuat orang tersebut seakan melihat kehadiran sosok bayangan di ruangan. Bagi sebagian orang, kondisi itu akan sangat menyeramkan.

    (avk/kna)

  • 5 Minuman Sehat untuk Menurunkan Kadar Gula Darah, Termasuk Kopi Hitam

    5 Minuman Sehat untuk Menurunkan Kadar Gula Darah, Termasuk Kopi Hitam

    Jakarta

    Beberapa minuman tertentu diketahui dapat membantu menurunkan kadar gula dalam agar tetap dalam batas aman. Hal ini tentu menjauhkan seseorang dari penyakit seperti diabetes.

    Dikutip dari Health dan EatingWell, kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang berkepanjangan dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan penglihatan kabur. Faktor gaya hidup, seperti rutin mengonsumsi minuman yang ‘ramah’ diabetes tentu sangat dianjurkan.

    Berikut adalah sederet minuman yang bisa membantu menurunkan kadar gula darah jika rutin dikonsumsi.

    1. Air Putih

    Minum air putih dalam jumlah yang cukup setiap hari terbukti membantu menurunkan kadar gula darah, melumasi sendi, dan bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan. Jumlah air yang disarankan untuk diminum setiap hari bervariasi tergantung pada jenis kelamin, berat badan, dan usia.

    Minum air putih dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang 6 persen lebih rendah, menurut tinjauan sistematis dan meta-analisis tahun 2021 dalam Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews.

    2. Black Tea

    Menurut tinjauan tahun 2019 dalam jurnal Antioxidants, senyawa teh, termasuk teh hitam dapat membantu meningkatkan resistensi insulin dan mengurangi stres oksidatif serta peradangan. Para peneliti bahkan mengatakan komponen teh ini dapat dikembangkan menjadi produk yang suatu hari nanti dapat membantu mengelola diabetes.

    3. Susu Sapi

    Menurut penelitian Diabetes/Metabolism Research and Reviews, protein dalam susu sapi dapat membantu menurunkan respons glukosa darah setelah makan pada orang yang menderita diabetes dan mereka yang tidak.

    Namun, secara keseluruhan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat bagaimana konsumsi susu dapat memengaruhi kadar A1c (Hemoglobin A1c). American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan untuk memilih susu tanpa lemak atau rendah lemak.

    4. Jus Tomat

    Penelitian telah menemukan bahwa likopen, yakni senyawa organik dalam tomat dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Likopen adalah karotenoid (pigmen tanaman) yang juga meningkatkan aktivitas antioksidan. Antioksidan membantu mencegah komplikasi diabetes dan resistensi insulin.

    5. Kopi Hitam

    Menurut penelitian tahun 2019 dalam jurnal Nutrients minum kopi secara teratur dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Hal ini karena senyawa tanaman yang disebut fitokimia dalam kopi dapat mendukung kesehatan sel-sel di hati dan pankreas, yang melindungi terhadap perkembangan perlemakan hati dan menjaga fungsi insulin (pengatur utama gula darah).

    (dpy/kna)

  • Heboh Lomba Mirip Artis, Manusia Bisa Punya ‘Kembaran’ Meski Bukan Saudara

    Heboh Lomba Mirip Artis, Manusia Bisa Punya ‘Kembaran’ Meski Bukan Saudara

    Jakarta

    Heboh di media sosial lomba mirip artis papan atas Indonesia. Belakangan viral ‘Nicholas Saputra Look Alike Competition’ yang sukses mencuri perhatian warganet.

    “Saya pribadi merasa hidung dan mata saya memang mirip dengan Nicholas Saputra,” ujar Dodo, pemenang kompetisi mirip aktor pemeran Rangga di film ‘Ada Apa Dengan Cinta’ itu.

    Terlepas dari acara tersebut, seseorang terkadang menemukan kembarannya meski tak memiliki hubungan darah. Peneliti menyebut hal itu berkaitan dengan pembagian DNA antar-manusia.

    Dr. Manel Esteller, peneliti di Josep Carreras Leukaemia Research Institute di Barcelona, Spanyol, meneliti sekitar 36 orang yang mirip namun tak memiliki hubungan darah. Dia menemukan ada 16 orang yang wajahnya sangat mirip, salah satunya dibuktikan lewat algoritma perangkat lunak.

    “Kami dapat melihat bahwa manusia yang mirip ini, pada kenyataannya, mereka memiliki beberapa varian genetik yang sama. Dan ini sangat umum di antara mereka,” kata Dr Esteller dikutip dari CNN.

    “Jadi mereka memiliki varian genetik yang berhubungan dengan bentuk hidung, mata, mulut, bibir, dan bahkan struktur tulang yang sama. Dan ini adalah kesimpulan utama bahwa genetika menyatukan mereka,” sambung dia.

    Meski ada kemiripan dari segi fisik, Dr Esteller menemukan perbedaan pada para partisipan risetnya. Ketika para ilmuwan melihat kepada apa yang disebut epigenom dari para kembaran, mereka menemukan adanya perbedaan.

    Epigenetik sendiri merupakan bidang studi yang memelajari bagaimana lingkungan dan perilaku bisa menyebabkan perubahan cara kerja gen seseorang. Kemudian, ketika para ilmuwan melihat lagi ke dalam mikrobioma dari pasangan yang terlihat sangat mirip, mikrobiomanya juga berbeda.

    “Hasil ini tidak hanya memberikan wawasan tentang genetika yang menentukan wajah kita, tetapi juga mungkin memiliki implikasi untuk pembentukan sifat antropometrik manusia lainnya dan bahkan karakteristik kepribadian,” kata penelitian tersebut.

    Penelitian ini memang memiliki keterbatasan. Ukuran sampelnya kecil, jadi sulit untuk mengatakan bahwa hasil ini akan berlaku untuk kelompok yang lebih besar dari orang yang mirip. Meskipun para peneliti percaya bahwa temuan mereka akan berubah dalam kelompok yang lebih besar.

    Penelitian ini juga berfokus pada pasangan yang sebagian besar berasal dari Eropa, jadi tidak jelas apakah hasilnya akan sama untuk orang-orang yang berasal dari bagian lain.

    (kna/kna)

  • Terbukti Lewat Studi, Pola Makan Ini Bisa Cegah Lemot-Bikin Otak ‘Awet Muda’

    Terbukti Lewat Studi, Pola Makan Ini Bisa Cegah Lemot-Bikin Otak ‘Awet Muda’

    Jakarta

    Seiring umur bertambah, maka otak juga akan semakin menua. Meski begitu, rupanya beberapa metode pola makan bisa menjadi cara efektif untuk menurunkan penuaannya.

    Sebuah penelitian tindak lanjut dari makalah tahun 2022 meneliti hubungan antara pola makan dan atrofi otak. Pada penelitian sebelumnya, pola makan mediterania yang lebih banyak tumbuhan dan lebih sedikit daging, dikaitkan dengan lebih sedikit kerusakan otak.

    Dalam studi baru ini, tim peneliti ingin melihat beberapa mekanisme yang mungkin ada di balik hubungan tersebut. Dari penelitian yang dilakukan, ahli menemukan adanya hubungan signifikan antara penanda kadar gula darah yang lebih rendah dengan lebih sedikit penyusutan otak dan kematian neuron yang biasanya terjadi seiring bertambahnya usia.

    “Menjaga kadar gula darah tetap rendah, bahkan dalam kisaran normal, menunjukkan harapan untuk menjaga otak tetap muda, terutama bila dikombinasikan dengan pola makan sehat dan aktivitas fisik yang teratur,” kata penulis studi dari Universitas Ben-Gurion, Iris Shai dikutip dari Science Alert, Minggu (17/11/2024).

    Data dikumpulkan melalui pemindaian otak MRI pada 224 peserta berusia rata-rata 51 tahun dan didiagnosis mengalami obesitas atau memiliki kadar lemak tinggi dalam darah. Selama 18 bulan, mereka dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, diet mediterania, diet mediterania hijau, dan diet sehat standar.

    Peserta yang mengonsumsi banyak teh hijau dan minuman mankai duckweed sebagai bagian dari mediterania hijau cenderung menunjukkan kerusakan otak paling sedikit. Hal tersebut mengindikasikan ada sesuatu tentang makanan nabati yang melindungi otak.

    “Secara khusus, polifenol yang ditemukan dalam makanan nabati dapat melewati sawar darah-otak dan membantu mengurangi peradangan otak, yang sangat penting untuk daya ingat,” kata Shai.

    Meskipun belum dapat menyimpulkan hubungan sebab dan akibat secara langsung, ada indikasi kuat bahwa pola makan mediterania baik untuk otak. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi adalah rendahnya kadar gula yang dikonsumsi dalam metode diet ini.

    Penuaan otak merupakan bagian alami dari penuaan sampai batas tertentu. Namun, penuaan yang lebih cepat lebih berisiko mengalami penurunan kognitif dan penyakit neurologis terkait pada tahap awal kehidupan.

    (avk/kna)

  • Pengalaman Yoga di Bawah Bulan Purnama, Cara Unik untuk Relaksasi

    Pengalaman Yoga di Bawah Bulan Purnama, Cara Unik untuk Relaksasi

    Jakarta

    Relaksasi dengan yoga dan meditasi mungkin sudah biasa. Namun melakukannya sambil ‘dimandikan’ bunyi-bunyian adalah pengalaman unik yang tidak selalu ada di kelas yoga biasa.

    Saya berkesempatan mengikuti full moon yoga sesi Vinyasa Yoga & Sound Bath, di rooftop DS Beauty Bar, Jakarta Selatan, Sabtu (16/11/2024). Sebuah pengalaman yoga yang unik, karena dilakukan saat bulan purnama.

    Sesi yoga ini diadakan tidak setiap saat, hanya pada momen tertentu yakni ketika bulan ada di fase penuh atau purnama. Untuk bulan November ini, ada lima kelas yang diadakan Full Moon Yoga Jakarta di lima tempat berbeda.

    Ketika tiba di lokasi, suasananya tampak tenang. Udara sejuk setelah hujan terasa segar, sementara lilin-lilin kecil yang menyala di sekitar area yoga dan di depan setiap matras menciptakan nuansa damai dan hangat.

    Peserta lain sudah banyak yang hadir dan terlihat tidak sabar untuk mengikuti yoga. Panitia di lokasi antusias menyambut setiap orang yang datang, membuat peserta makin merasa nyaman seperti di rumah sendiri.

    Meskipun full moon yoga bertujuan menenangkan pikiran dan mental seperti yoga pada umumnya, ada beberapa keunikan yang membedakannya. Salah satunya adalah sesi awal yang dimulai dengan penyesuaian energi peserta.

    “Ini untuk mereset energi karena setiap orang datang dengan kondisi pikiran yang berbeda-beda. Ada yang mungkin aja habis terjebak macet, ada yang sudah semangat, dan lainnya. Karena itu, di awal kami menggunakan sound bath untuk membantu menenangkan pikiran,” jelas Mercy, instruktur full moon yoga yang juga seorang praktisi sound meditation, saat diwawancarai detikcom, Sabtu (16/11/2024).

    Sesi ini dilakukan dengan berdiri di atas sebuah bowl atau mangkuk logam berukuran besar. Peserta berdiri di atasnya sambil memegangi dua bowl lainnya di kedua tangan. Saat peserta memejamkan mata, instruktur membunyikan bowl dengan perlahan.

    Suara sound bath yang lembut benar-benar membantu menciptakan suasana yang tenang. Pikiran terasa jauh lebih rileks dan fokus.

    Sesi pembersihan energi. Foto: Grandyos Zafna Manase Mesah/detikHealth

    Setelah sesi penyesuaian energi, Mercy membagikan kartu afirmasi kepada setiap peserta. Saya mendapatkan kartu bertuliskan “Peaceful Pond,” yang terasa sangat relevan dengan keadaan saya saat ini, damai banget.

    Setelah kartu afirmasi dibagikan, sesi yoga pun dimulai. Bagi yang sudah terbiasa melakukan yoga, gerakan-gerakan ini mungkin terasa ringan. Namun, bagi saya, beberapa gerakan cukup menantang. Meskipun begitu, peregangan yang fokus ke seluruh tubuh memberikan efek rileks yang sangat terasa.

    “Fokus sesi ini lebih pada kelenturan tubuh secara menyeluruh atau full body gitu. Selain itu, kami juga menyerap energi bulan purnama,” ujar Mercy.

    Sesi yoga berlangsung selama 60 menit, dimulai dengan pemanasan, diikuti dengan gerakan untuk kaki, tubuh, dan twist. Menurut saya, semua gerakan cukup ramah untuk pemula, meskipun tetap memberikan tantangan tersendiri.

    “Satu kali, ayok, dua, sampai lima set ya,” ucap Mercy dengan nada menyemangati peserta.

    Salah satu sesi Full Moon Yoga Jakarta di 57 Promenade Jakarta Pusat, Kamis (15/11/2024). Foto: Grandyos Zafna Manase Mesah/detikHealth

    Jujur, lima set terasa seperti sepuluh set bagi saya. Otot benar-benar terasa ditarik maksimal. Bahkan durasi 10 detik di satu gerakan tertentu terasa seperti satu menit.

    Beberapa peserta terlihat mulai kelelahan, tapi suasana tetap seru karena semua menikmati prosesnya dengan penuh tawa.

    Meskipun bulan purnama agak tertutup awan setelah hujan, saya tetap semangat hingga gobyos karena banyaknya gerakan membuat tubuh terasa lebih bugar.

    Setelah sesi yoga selesai, kegiatan dilanjutkan dengan sesi meditasi. Peserta diminta untuk berbaring dan menutup mata. Penutup mata yang saya gunakan memiliki aroma lavender, yang menambah kesan tenang dan menyejukkan.

    Selama meditasi, suasana benar-benar damai, diiringi alunan sound bath yang membantu pikiran semakin rileks.

    Mercy menempatkan mangkuk berwarna emas dengan sebutan ‘tibetan singing bowl’ yang menjadi sumber suara di atas perut saya, walaupun lumayan berat namun tidak terasa sakit. Justru, saya merasa mangkuk tersebut menciptakan sensasi seperti pijatan yang menghilangkan pegal.

    Sesi meditasi ini berlangsung sekitar 30 menit, dan saya merasakan rileksasi yang begitu mendalam hingga hampir tertidur karena suasananya begitu nyaman, untungnya nggak sampai ketiduran.

    Di akhir sesi, saya dan seluruh peserta berfoto bersama Mercy dan juga founder full moon yoga, Dhita Sastrawiria. Semua terlihat bahagia, dan kami juga mengambil foto sambil memegang lilin. Dokumentasi ditutup dengan video singkat, kami dengan antusias berteriak bersama, “Full moon yoga Jakarta, Yeay!”

    Full Moon Yoga di rooftop DS Beauty Bar, Jakarta Selatan, Sabtu (16/11/2024) Foto: Nadiva El Khasani/detikHealth

    (up/up)

  • Menkes Ungkap Data Kematian Akibat Penyakit Kardiovaskular di RI

    Menkes Ungkap Data Kematian Akibat Penyakit Kardiovaskular di RI

    Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin hadiri International Cardiovascular Summit (IICS), Minggu (17/11). Dalam sambutannya, ia mengungkap data kematian akibat penyakit kardiovaskular yang diduga mencapat 1 juta per tahun di Indonesia.

    (/)

  • Penyebab Diabetes di Usia Muda, Kelihatan Sepele Tapi Dampaknya Jangka Panjang

    Penyebab Diabetes di Usia Muda, Kelihatan Sepele Tapi Dampaknya Jangka Panjang

    Jakarta

    Penyakit diabetes atau gula darah tinggi merupakan salah satu penyakit kronis yang cukup banyak diidap oleh masyarakat Indonesia. Masalah kesehatan ini dapat terjadi saat adanya peningkatan kadar gula darah (glukosa) yang melebihi batasan normal.

    Diabetes dapat menyerang berbagai kelompok umur, termasuk anak muda. Beberapa faktor pemicu, termasuk kebiasaan tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes di kalangan anak muda.

    “Pemicunya (penyakit diabetes di kalangan anak muda) sih udah ada faktor genetik, terus badannya besar, kalau kita ada namanya indeks massa tubuh itu lebih besar dari target. Ditambah lagi nanti konsumsi (makanan tidak sehat),” kata dr. Em Yunir, SpPD-KEMD saat ditemui awak media di acara #Hands4Diabetes yang diselenggarakan oleh Tropicana Slim pada Minggu (17/11/2024).

    Dirinya menambahkan bahwa kebiasaan anak muda seperti malas bergerak dapat menjadi faktor risiko penyakit diabetes. Terlebih, ia mengatakan bahwa tidak aktif bergerak umumnya dialami oleh sebagian anak muda di kota-kota besar.

    “Kurang aktivitas fisik karena anak-anak sekarang yang banyak ditantangnya adalah aktivitas indoor, yang outdoor itu kesempatannya makin susah kalau di kota besar, mungkin kalau anak-anak main di luar diomelin. Jadi, situasinya memang makin membuat (anak muda) tidak sehat,” jawabnya.

    Ia juga mengatakan bahwa pola makan yang tidak sehat seperti sering mengonsumsi makananan cepat saji dapat memicu anak muda terserang penyakit diabetes.

    “Apalagi sekarang makanan-makanan siap saji itu gampang banget (didapatkan) ya, sering memesan makanan secara online hampir setiap 1 jam sekali, kalau lapar, minta lagi. Kalau dulu, (merasa lapar) harus nyari (makanan) dulu,” ucap dr. Em Yunir.

    Terakhir dirinya mengingatkan kepada masyarakat bahwa kebiasaan tidak sehat tidak hanya dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes saja, melainkan berbagai masalah kesehatan lainnya.

    “Kemudahan-kemudahan itu membawa konsekuensi risiko penyakit, sebenarnya bukan penyakit diabetes saja, penyakit tidak menular dari hipertensi, kegemukan, kolesterol, diabetes, itu jadi 1 paket penyakit tidak menular yang makin lama makin naik angkanya (pengidapnya) begitu,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Video Kemenkes Sebut Operasi Robotik Biayanya Murah: Bisa Ditanggung BPJS

    Video Kemenkes Sebut Operasi Robotik Biayanya Murah: Bisa Ditanggung BPJS

    Video Kemenkes Sebut Operasi Robotik Biayanya Murah: Bisa Ditanggung BPJS

  • Riwayat Kesehatan Mike Tyson, Ungkap Hampir Meninggal Jelang Lawan Jake Paul

    Riwayat Kesehatan Mike Tyson, Ungkap Hampir Meninggal Jelang Lawan Jake Paul

    Jakarta

    Mike Tyson buka-bukaan mengenai kondisi kesehatannya yang membuat dia sempat menunda pertarungan dengan Jake Paul. Di akun media sosialnya, Mike Tyson mengungkap sempat menjalani perawatan di rumah sakit jelang laga tersebut.

    “Ini adalah salah satu situasi ketika Anda kalah namun tetap menang,” kata pria berusia 58 tahun itu.

    “Saya hampir mati pada bulan Juni. Melakukan 8 kali transfusi darah. Kehilangan separuh darah dan berat badan saya di rumah sakit dan harus berjuang agar menjadi sehat untuk bertarung sehingga saya menang,” tambahnya.

    Dalam serial dokumenter Netflix “Countdown: Paul vs. Tyson,” petinju itu membuka tentang perjalanan kesembuhannya. Dia juga sempat mengidap beberapa kondisi kesehatan yang sempat membuat banyak orang mengira dia akan pensiun dari tinju.

    Pada Mei 2024, Mike Tyson dilaporkan merasa mual dan pusing saat berada di pesawat. Ketika memeriksakan diri di rumah sakit, dokter mengatakan Tyson memiliki tukak lambung besar sepanjang 2,5 inci atau sekitar 6 cm dan berdarah.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, tukak lambung atau gastric ulcer adalah peradangan pada lambung yang terjadi karena adanya luka terbuka atau ulkus pada lapisan dinding lambung.

    Tukak terjadi ketika asam lambung mengerogoti lapisan dalam saluran pencernaan. Penyebab umum termasuk bakteri H. Pylori dan penghilang rasa sakit antiinflamasi termasuk aspirin.

    Perdarahan aktif akibat tukak lambung dapat bersifat ringan hingga parah. Kehilangan darah dalam jumlah sedang dapat menyebabkan anemia, sedangkan kehilangan darah dalam jumlah besar dapat menyebabkan syok yang mengancam jiwa.

    (kna/kna)

  • PPDS Hospital Based Bisa Atasi Kekurangan Spesialis Jantung di RI

    PPDS Hospital Based Bisa Atasi Kekurangan Spesialis Jantung di RI

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin berbicara mengenai strategi pemerataan jumlah dokter di Indonesia melalui program pendidikan dokter spesialis berbasis hospital based atau rumah sakit pendidikan.

    Saat ini baru ada sekitar 1.500 jumlah dokter spesialis jantung di Indonesia. Rasionya sangat minim sehingga belum ideal untuk memberikan pelayanan maksimal ke masyarakat.

    “Strategi kita mendistribusikan SDM-nya karena penyakit jantung ini 90 menit harus tertangani,” tutur Menkes saat ditemui di agenda International Cardiovascular Summit (IICS) 2024, Jakarta Selatan, Minggu (17/11/2024).

    Idealnya menurut Menkes, harus ada 2 spesialis jantung di seluruh rumah sakit tingkat kabupaten/kota. Dengan kondisi tersebut, jumlah dokter spesialis jantung menurut dia harus berada di angka sekitar 750 orang.

    “Oleh karena itu kita butuh percepatan. Mendidik spesialis itu butuh praktek, ini yang harus dilakukan di rumah sakit-rumah sakit,” beber dia.

    Kementerian Kesehatan telah membuka enam program di rumah sakit penyelenggara pendidikan utama. Enam program studi kedokteran spesialis di enam rumah sakit penyelenggara pendidikan utama tersebut yakni spesialis mata, jantung, anak, saraf, orthopedi, dan ongkologi.

    Peserta calon dokter spesialis yang mengikuti program ini diutamakan berasal dari Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), yakni luar Pulau Jawa. Sehingga setelah lulus, mereka dapat mengabdi di daerah terpencil yang masih kekurangan dokter spesialis.

    Menkes menegaskan tujuan utama program hospital based adalah mempercepat pemenuhan jumlah dokter spesialis, mendistribusikan dokter spesialis ke seluruh pelosok Indonesia agar penempatan tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa dan mencetak dokter spesialis berkualitas internasional.

    “Jadi ada rumah sakit yang kasusnya banyak, dipakai sebagai tempat pembelajaran. Di RS Harapan Kita sudah mulai hospital based dan mengampu rumah sakit,” tandasnya.

    (kna/kna)