Jenis Media: Kesehatan

  • Dokter Ungkap Kebiasaan yang Diam-diam Picu Masalah Jantung di Usia Muda

    Dokter Ungkap Kebiasaan yang Diam-diam Picu Masalah Jantung di Usia Muda

    Jakarta

    Kasus penyakit jantung tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia. Dokter melihat tren pasien muda belakangan meningkat, dipicu pola hidup tidak sehat yang kerap dianggap sepele.

    Spesialis penyakit dalam dr Simon Salim, SpPD-KKV, dari Brawijaya Hospital mengingatkan kebiasaan yang diam-diam bisa ‘mematikan’ bagi anak muda, karena meningkatkan risiko penyakit jantung. Salah satunya termasuk terlalu banyak duduk.

    “Sedentary lifestyle, karena kurang gerak seperti kebanyakan duduk. Waktu duduknya lebih dari delapan jam sehari dan jumlah langkah kurang dari 10 ribu,” terangnya kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

    Selain kurang gerak, dr Simon menyebut konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok juga memperbesar risiko penyakit jantung pada usia muda.

    Apa yang harus dilakukan?

    dr Simon menekankan pentingnya menambah jumlah langkah harian. Kebiasaan sederhana ini sangat membantu meningkatkan aktivitas fisik dan cukup mudah dilakukan sehari-hari. Misalnya, mulai membiasakan diri turun satu stasiun lebih awal saat naik transportasi umum, kemudian jalan sampai ke lokasi tujuan.

    “Atau kalau bawa mobil, parkir itu jangan berebutan di tempat paling dekat dengan lift. Cari tempat yang paling jauh dari lift, jadi kan dipaksa untuk bolak-balik, pokoknya kejar jumlah langkah itu sudah paling sederhana,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • Kasus ‘Rahim Copot’ Diragukan Sejawat, Obgyn yang Menangani Pun Sama Herannya

    Kasus ‘Rahim Copot’ Diragukan Sejawat, Obgyn yang Menangani Pun Sama Herannya

    Jakarta

    Ribut-ribut antardokter ramai disorot warganet pasca kisah viral kasus ‘rahim copot’ diragukan kebenarannya oleh sejumlah obgyn. Dr dr Christofani E SpOG, SubspFER, obgyn yang menangani kasus tersebut, mewajarkan respons demikian.

    “Saya pun akan sama respons-nya kalau mendengar berita seperti ini. Karena seperti yang sudah saya sampaikan, pada kondisi normal tidak mungkin rahim bisa lepas sendiri, tapi kembali lagi, kondisi ini terjadi karena perlakuan dari paraji,” bebernya kepada detikcom Selasa (18/11/2025).

    Ia kembali menekankan perbedaan pandangan yang muncul di ruang publik sebenarnya merupakan hal wajar dalam dunia medis. Menurutnya, dokter justru dituntut untuk saling menguji informasi, mempertanyakan temuan, dan menelaah kasus berdasarkan bukti ilmiah.

    “Menanggapi dinamika yang terjadi antardokter, perlu masyarakat pahami bahwa kami dokter harus selalu berpikir kritis dan bekerja berdasarkan evidence-based. Jadi wajib untuk mencari tahu diagnosis dan tindakan yang terbaik untuk pasien-pasien kami, dan tidak segera menerima informasi tanpa cross-check,” jelasnya.

    Christofani mengingatkan, prinsip kehati-hatian itu bukan semata-mata untuk menjaga kredibilitas profesi, tetapi karena yang dihadapi adalah nyawa manusia. Setiap keputusan medis, kata dia, harus mempertimbangkan keselamatan pasien sebagai prioritas utama.

    “Karena yang kami hadapi adalah manusia, dan setiap pasien berhak mendapatkan perawatan maksimal,” sambungnya.

    Namun, ia mengakui kondisi di lapangan tidak selalu sama dengan teori dalam buku ajar. Daerah dengan sumber daya terbatas kerap menghadirkan kasus-kasus tidak biasa, yang mungkin tidak tercatat dalam jurnal maupun literatur medis.

    “Akan tetapi terkadang kondisi di lapangan, apalagi di daerah yang masih minim fasilitas kesehatan, ada saja yang unik dan terkadang tidak ada di textbook maupun jurnal saat dulu kami menjalani pendidikan,” ujarnya.

    Oleh sebab itu, ia mengajak publik untuk tetap objektif. Di satu sisi, dokter memiliki kewajiban untuk terbuka pada kejanggalan medis; di sisi lain, tenaga kesehatan juga perlu merujuk pada keilmuan agar tidak terbawa bias atau prasangka.

    “Jadi tetaplah berpikiran terbuka dan selalu berlandaskan keilmuan dalam mengelola pasien,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Cerita Wanita Inggris Pertama yang Melahirkan dengan Rahim Transplantasi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

    Ribut Sesama Dokter soal Rahim Copot

    13 Konten

    Polemik kasus viral ‘rahim copot’ meluas. Tidak adanya dokumentasi formal dan ilmiah membuat sebagian dokter senior meragukan kasus tersebut, dan mengaitkannya dengan kondisi yang lebih mungkin terjadi: inversio uteri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Apa Itu PERSAGI? Organisasi Ahli Gizi yang Viral usai Disebut Tak Perlu di MBG

    Apa Itu PERSAGI? Organisasi Ahli Gizi yang Viral usai Disebut Tak Perlu di MBG

    Jakarta

    Pernyataan Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal yang menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) viral dan menuai kekecewaan dari publik, khususnya ahli gizi. Tidak sedikit netizen yang menyuarakan keresahannya dan membagikan cerita di instagram yang berisi tulisan “Pray For Ahli Gizi Indonesia”.

    Ketua DPP PERSAGI Bidang Kajian Ilmiah, Marudut Sitompul, merespons hal tersebut, mengatakan telah bertemu langsung dengan DPR bersama anggota Komisi IX DPR RI.

    “Yang jelas tenaga gizi (ahli gizi) yang akan mengatur makanan di SPPG. Bila tenaga gizi tidak terpenuhi, program MBG harus tetap berjalan. Solusi tenaga untuk mencapai tujuan MBG harus ada solusi dan sebaiknya berkoordinasi dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia,” lanjutnya.

    Lebih lanjut, apa itu PERSAGI?

    Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) adalah organisasi profesi resmi untuk ahli gizi di Indonesia. Berdiri sejak 1957, PERSAGI memiliki cabang di berbagai daerah dan menjadi wadah utama pengembangan kompetensi tenaga ahli gizi di Indonesia.

    Dikutip dari laman resminya, PERSAGI menyusun standar kompetensi, etika profesi, serta menyediakan pelatihan dan sertifikasi untuk tenaga gizi. Dengan adanya standar ini, layanan gizi yang diberikan di fasilitas kesehatan, sekolah, maupun komunitas tetap terukur dan aman.

    Persagi memiliki visi untuk mendukung terwujudnya Generasi Emas 2045. Demi mencapainya, Persagi membina para ahli gizi, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi, serta memberikan pelayanan konsultasi dan edukasi gizi kepada masyarakat.

    Peran PERSAGI dalam Peningkatan Gizi Nasional

    Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) memainkan peran penting dalam memperkuat upaya peningkatan status gizi masyarakat. Beberapa peran PERSAGI yakni:

    1. Menyusun Standar Profesi Ahli Gizi

    PERSAGI bertanggung jawab menetapkan standar kompetensi dan praktik bagi ahli gizi di Indonesia. Melalui pelatihan dan sertifikasi, organisasi ini memastikan kualitas layanan gizi tetap terjaga dan sesuai kebutuhan masyarakat.

    2. Terlibat dalam Penyusunan Kebijakan Gizi

    Organisasi ini aktif memberikan masukan kepada pemerintah dalam perumusan kebijakan gizi nasional. PERSAGI berpartisipasi dalam program fortifikasi pangan, kampanye kesadaran gizi, serta penyusunan pedoman gizi yang digunakan sebagai acuan berbagai pihak.

    3. Mendorong Penelitian di Bidang Gizi

    PERSAGI berkontribusi dalam penelitian terkait kebutuhan dan intervensi gizi, baik pada tingkat individu maupun komunitas. Hasil riset tersebut menjadi rujukan dalam pengembangan kebijakan dan praktik berbasis bukti.

    Di samping itu,PERSAGI juga menjalin kemitraan dengan lembaga internasional seperti WHO dan UNICEF. Kolaborasi ini membuka akses pada inovasi global dan memperkuat kontribusi Indonesia dalam agenda gizi dunia.

    Tonton juga video “Apa yang Perlu Dibenahi di Program MBG? Ini Kata Tan Shot Yen”

    Halaman 2 dari 2

    (kna/up)

    Gaduh Peran Ahli Gizi

    12 Konten

    Peran ahli gizi di program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah jadi sorotan. Dianggap tidak perlu ada dan bisa digantikan lulusan SMA yang dilatih khusus. Jelas, ahli gizi meradang karenanya. Tagar #prayforahligizi menggema di medsos.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kenapa ‘Rahim Copot’ Tak Masuk Jurnal Ilmiah? Obgyn yang Menangani Ungkap Alasannya

    Kenapa ‘Rahim Copot’ Tak Masuk Jurnal Ilmiah? Obgyn yang Menangani Ungkap Alasannya

    Jakarta

    Dr dr Christofani E, SpOG, SubspFER, obgyn yang mengaku ikut menangani kasus viral ‘rahim copot’ 15 tahun lalu mengaku tak heran bila banyak sejawatnya yang tak percaya dengan laporan kasus tersebut.

    Secara medis, hal semacam itu memang mustahil terjadi. Namun, apa yang dialaminya 15 tahun lalu saat menjadi residen menjadi bukti nyata rahim benar-benar bisa copot dan keluar melewati vagina, lantaran penanganan mengeluarkan plasenta tidak dilakukan dengan benar.

    “Itu adalah kasus pertama dan terakhir saya sampai saat ini,” beber dr Christo menjelaskan bagaimana langkanya kasus yang ditangani.

    Beberapa ‘sentimen’ yang kemudian muncul di media sosial adalah bila benar terjadi dan terbilang langka, mengapa tidak ada dokumentasi yang mencatat kasus tersebut. Misalnya, dalam jurnal ilmiah.

    Hal ini yang juga dilontarkan sejumlah dokter lain saat mendengar kasus ‘rahim copot’ sebagai sikap skeptis.

    Menjawab hal itu, dr Christofani menyebut load pasien di RSUD Slamet Garut luar biasa banyak.

    “Kami residen bertugas di sana selama dua minggu, bisa bekerja sampai lewat tengah malam setiap hari. Jam tidur bahkan makan harus curi-curi,” cerita dia kepada detikcom.

    “Jadi jujur kami tidak sempat membuat paper untuk publikasi,” sambungnya.

    Meski begitu, menurutnya tetap ada laporan yang dibuat untuk catatan dokumentasi di RSUD Garut, Jawa Barat.

    Sebelumnya marak di media sosial debat antardokter terkait ‘rahim copot’. Beberapa di antaranya memang menanyakan dokumentasi medis yang seharusnya mencatat kasus langka.

    “Berarti ini kasus langka, seharusnya ada dokumentasinya, minimal kasus tertulis di RSUD Garut. Buat dokter obgyn ini pasti akan menjadi data yang sangat berharga, yuk cross check, kalau tidak ada datanya kita nggak bisa percaya,” tutur salah satu dokter.

    “Rahim copot menurut jurnal-jurnal di atas ini bahkan ada jurnalnya di tahun 1996 seorang perempuan usia muda yang hamil, dan umur kehamilannya masih sangat muda, sekitar 4 bulan, kecelakaan parah banget, hancur tubuhnya, dan hancur rahimnya di dalam tapi rahimnya di dalam nggak sampai copot keluar. Segitu sudah hancur parah banget, jadi yang mungkin terjadi adalah ini, trauma berat banget rahim hancur di dalam,” timpal dokter lain, mengutip salah satu jurnal.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Bayi Pertama di Inggris Lahir dari Wanita dengan Rahim Transplantasi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

    Ribut Sesama Dokter soal Rahim Copot

    13 Konten

    Polemik kasus viral ‘rahim copot’ meluas. Tidak adanya dokumentasi formal dan ilmiah membuat sebagian dokter senior meragukan kasus tersebut, dan mengaitkannya dengan kondisi yang lebih mungkin terjadi: inversio uteri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Gaduh Pernyataan Wakil Ketua DPR, Tagar #prayforahligizi Menggema di Medsos

    Gaduh Pernyataan Wakil Ketua DPR, Tagar #prayforahligizi Menggema di Medsos

    Jakarta

    Tagar #prayforahligizi menggema di lini masa media sosial sejak video pernyataan Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, beredar luas di media sosial. Videonya direkam saat Rapat Konsolidasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang digelar di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Acara itu membahas kesiapan dan pengawalan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Duduk Perkara Pernyataan yang Viral

    Dalam potongan video yang beredar, ada beberapa hal yang membuat publik tersentak. Salah satunya adalah ucapan bahwa “ahli gizi tidak diperlukan” dalam program MBG, dan bahwa lulusan SMA bisa menggantikan posisi tersebut setelah mengikuti pelatihan dan sertifikasi tiga bulan. Cucun juga menyebut salah seorang peserta diskusi di acara tersebut “arogan” karena membahas kebijakan di MBG.

    Selain itu, ia mengungkapkan kekhawatiran bahwa persyaratan tenaga ahli gizi terlalu sulit dipenuhi. Dalam konteks ini, ia menyarankan agar istilah “ahli gizi” diganti menjadi “tenaga yang menangani gizi” agar rekrutmen lebih fleksibel dan dapur MBG tidak kekurangan SDM.

    Pernyataan tersebut dianggap meremehkan pendidikan ahli gizi, mengesampingkan kompetensi ilmiah yang dipelajari bertahun-tahun di bangku kuliah, dan menurunkan martabat profesi yang berperan langsung dalam isu stunting dan kesehatan masyarakat.

    Tak heran jika video itu memicu gelombang reaksi. Kalangan ahli gizi menilai analogi tersebut tidak tepat, sebab gizi bukan sekadar “mengawasi makanan”, tetapi melibatkan penilaian kebutuhan nutrisi, manajemen keamanan pangan, perhitungan kalori, risiko alergi, hingga evaluasi status gizi anak secara sistematis.

    Berawal dari Pernyataan Kepala BGN soal Kelangkaan SDM

    Wacana melibatkan tenaga non-gizi di dapur MBG ini berakar dari pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang menyebut adanya kesulitan dalam merekrut ahli gizi untuk SPPG. Menurut laporan DPR dan BGN, sebagian dapur MBG mengalami kekurangan tenaga gizi karena jumlah lulusan gizi tidak selalu sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

    Dari sinilah timbul gagasan untuk membuka peluang lebih luas bagi tenaga lain yang “masih berhubungan dengan gizi”, seperti tata boga, boga kesehatan, atau jurusan kesehatan masyarakat. Wacana itu lalu berkembang menjadi pembahasan regulasi yang berpotensi membuat lulusan non gizi dapat menempati posisi yang selama ini menjadi domain profesi ahli gizi.

    Ketika kemudian pernyataan tersebut direspons oleh Wakil Ketua DPR dalam acara dialog yang viral itu, publik melihatnya sebagai bentuk pengabaian terhadap keilmuan gizi, dan isu pun dengan cepat membesar.

    Apalagi, data menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki banyak lulusan gizi. Setiap tahun, ratusan hingga ribuan sarjana gizi lulus dari setidaknya 80 program studi gizi di seluruh Indonesia. Artinya, narasi bahwa ahli gizi “langka” tidak sepenuhnya tepat, dan yang lebih mungkin terjadi adalah persoalan distribusi, pola rekrutmen, serta sistem kerja yang membuat profesi ini tidak diminati.

    Dengan konteks ini, publik semakin mempertanyakan alasan di balik wacana pelonggaran regulasi, dan mengapa solusi yang muncul justru mengarah pada mengganti posisi ahli gizi dengan tenaga yang tidak memiliki pendidikan sesuai kompetensi gizi.

    Banjir Kritik

    Gelombang kritik terhadap pernyataan Wakil Ketua DPR itu bukan hanya datang dari para ahli gizi atau akademisi, tetapi juga dari beberapa tokoh publik yang ikut bersuara lantang di media sosial.

    Dari kalangan pakar kesehatan, dr Tan Shot Yen, menjadi salah satu yang paling keras menyuarakan penolakannya. Ia mengibaratkan wacana mengganti ahli gizi dengan lulusan SMA sebagai tindakan yang sama kelirunya dengan “meminta petugas ground handling menerbangkan pesawat hanya karena pernah ikut pelatihan tiga bulan.” Analogi ini langsung beredar luas dan jadi salah satu pemantik ramainya tagar #prayforahligizi.

    Organisasi profesi seperti Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) juga memberikan pernyataan resmi. PERSAGI menegaskan bahwa profesi ahli gizi memiliki standar kompetensi yang tidak bisa digantikan oleh pelatihan singkat. Persagi menyoroti bahwa perhitungan kebutuhan gizi ribuan anak, pengawasan dapur besar, hingga manajemen keamanan pangan bukan pekerjaan administratif, tetapi tugas profesional yang membutuhkan pendidikan formal dan magang klinis yang jelas.

    Di luar lingkaran profesi gizi, dua figur publik ikut menyoroti isu ini lewat unggahan Instagram mereka.

    Dari kalangan publik figur, Rocky Gerung dalam unggahan Instagram-nya mengkritik “Kalau ahli gizi bisa diganti anak SMA kursus 3 bulan, harusnya anggota DPR bisa diganti anak TK magang 3 hari.”

    Sementara itu, Charles Honoris, Wakil Ketua Komisi IX DPR, lewat Instagram juga menyuarakan kekhawatiran bahwa MBG bukan hanya soal kenyang, tetapi soal memastikan makanan benar-benar bergizi dan aman. Ia menjelaskan tugas ahli gizi dan risiko bila tidak melibatkan ahli gizi. Ia mendukung BGN untuk melibatkan ahli gizi dalam mendukung program MBG.

    Klarifikasi dan Permintaan Maaf

    Setelah kritik datang dari berbagai arah, Cucun menyampaikan permintaan maaf dan mengundang Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) serta Badan Gizi Nasional (BGN) untuk berdialog di DPR dalam rangka penguatan program MBG melalui kerjasama PERSAGI dan BGN.

    Dalam klarifikasinya, ia menegaskan bahwa kompetensi tetap penting. Ia menyampaikan bahwa ungkapan dalam video tersebut tidak bermaksud meremehkan profesi gizi.

    Menurutnya, ia hanya sedang berdiskusi mengenai solusi jangka pendek jika tenaga gizi tidak mencukupi target implementasi MBG. Bila ada tenaga non-gizi yang direkrut, harus melalui pelatihan panjang dan uji kompetensi, bukan pelatihan tiga bulan tanpa standar.

    Namun, klarifikasi ini belum sepenuhnya meredakan keresahan publik karena kontroversinya sudah terlanjur meluas.

    Halaman 2 dari 3

    (mal/up)

    Gaduh Peran Ahli Gizi

    12 Konten

    Peran ahli gizi di program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah jadi sorotan. Dianggap tidak perlu ada dan bisa digantikan lulusan SMA yang dilatih khusus. Jelas, ahli gizi meradang karenanya. Tagar #prayforahligizi menggema di medsos.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Tanda di Kaki yang Tak Boleh Diabaikan, Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius

    Tanda di Kaki yang Tak Boleh Diabaikan, Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius

    Jakarta

    Tak hanya membantu berjalan, kaki juga mencerminkan apa yang terjadi di dalam tubuh. Terkadang, perubahan kecil pada kaki bisa menjadi tanda peringatan diri akan sebuah penyakit atau kekurangan vitamin tertentu.

    Tanda-tanda ini sering terlewatkan, padahal penting untuk diperhatikan. Dikutip dari laman Times of India, berikut di antaranya:

    1. Kesemutan atau Mati Rasa

    Saat kaki terasa kesemutan, bisa jadi hal tersebut bukan sekedar kelelahan atau tekanan akibat sepatu. Kesemutan bisa menjadi tanda neuropati perifer yang seringkali dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12.

    Studi klinis mengaitkan kadar vitamin B12 yang rendah dengan gangguan fungsi saraf. Pada tahap awal, sensasi ini mungkin datang dan pergi, namun jika diabaikan, kerusakan saraf bisa memburuk.

    2. Sensasi Kaki Terbakar

    Rasa terbakar atau panas di kaki juga bisa menjadi tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan. Ketidaknyamanan ini bisa mengindikasikan kerusakan saraf akibat kekurangan vitamin, terutama B12 dan terkadang B6.

    Seiring waktu, rasa terbakar di kaki yang terus menerus bisa mengganggu tidur dan membuat berjalan tidak nyaman.

    3. Tumit Pecah-Pecah dan Kering

    Kulit yang sangat kering pada tumit atau pecah-pecah bisa menandakan kekurangan vitamin E, niasin (B3), atau vitamin C. Nutrisi ini membantu menjaga kelembapan dan keutuhan kulit. Jadi, jika kekeringan tidak membaik dengan pelembab, maka mungkin perlu dilakukan pemeriksaan nutrisi.

    4. Kaki Dingin atau Pucat

    Kaki yang terus menerus dingin atau pucat bisa mengindikasikan sirkulasi darah yang buruk atau anemia. Diketahui bahwa anemia disebabkan oleh rendahnya zat besi atau vitamin B12.

    5. Luka yang Lambat Sembuh

    Jika luka kecil atau lepuh di kaki memebutuhkan waktu penyembuhan yang sangat lama, bisa jadi ini disebabkan oleh kekurangan vitamin C atau zinc. Studi ilmiah juga mendukung hal ini.

    Kekurangan zinc akan menghambat peyembuha luka. Suplementasi terbukti mempercepat penyembuhan ulkus pada kaki pengidap diabetes. Penting untuk mendeteksi gejala ini sejak dini agar bisa membantu mencegah masalah yang lebih besar.

    6. Spider Veins

    Pembuluh darah tipis seperti jaring laba-laba (spider veins) di pergelangan kaki mungkin bisa mengganggu penampilan. Tap tak hanya itu, kondisi ini kemungkinan menunjukkan dinding pembuluh darah yang melemah akibat kekurangan vitamin C, yang mendukung kolagen dalam pembuluh darah

    7. Kuku Kaki Rapuh atau Berubah Warna

    Kuku kaki yang mudah pecah, patah, atau memiliki tonjolan aneh seringkali menandakan kurangnya nutrisi. Kekurangan seng, biotin, atau zat besi bisa membuat kuku tipis, lunak, atau rapuh.

    Penelitian di bidang dermatologi mengaitkan kekurangan vitamin A, D, dan B kompleks dengan berbagai kelainan kuku. Sebab kuku tumbuh lambat, mungkin perubahan ini muncul sebelum gejala lain yang lebih jelas.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Obgyn yang Tangani Kasus Viral ‘Rahim Copot’ Buka Suara, Ceritakan Momen Menegangkan

    Obgyn yang Tangani Kasus Viral ‘Rahim Copot’ Buka Suara, Ceritakan Momen Menegangkan

    Jakarta

    Sebagai dokter spesialis obgyn, Dr dr Christofani E SpOG, SubspFER, nyaris tak percaya begitu mendapatkan kasus ‘rahim copot’ 15 tahun silam saat dirinya menjadi residen di RSUD Slamet, Garut, Jawa Barat. Cerita viral yang sebelumnya diungkap dr Gia Pratama dalam salah satu podcast YouTube itu membawa memori detik-detik menegangkan saat tengah berjaga. Benar seperti yang diceritakan, seorang pria membawa satu kantong kresek hitam yang ternyata berisi rahim.

    “Kaget dan tidak percaya,” demikian dua kata yang digambarkan dr Christo saat mendapati kasus tersebut.

    Ia mengaku itu adalah kasus pertama dan terakhir yang ditangani hingga hari ini. “Kondisi saat itu sesuai cerita dr Gia. Paraji datang membawa kresek hitam, saat kami buka ternyata isinya rahim kira-kira setengah dari puncak rahim sampai badan rahim,” jelasnya saat dihubungi detikcom Selasa (18/11/2025), sembari menekankan pasien masih berada di luar kamar bersalin.

    Pasien saat itu diminta langsung masuk ke ruangan. dr Christofani menilai pasien sudah di fase shock hipovolemik yakni kondisi medis darurat mengancam jiwa yang terjadi imbas hilangnya volume darah atau cairan tubuh signifikan, sehingga jantung tidak mampu memompa darah cukup ke seluruh tubuh.

    “Dan suasananya menjadi menegangkan karena kondisi ibu sudah kritis. Fokus kami waktu itu melakukan resusitasi cairan dan berusaha sesegera mungkin melakukan operasi untuk menghentikan perdarahan,” lanjut pria yang kini berpraktik di Siloam Hospital.

    Kasus ditangani dengan lebih dari tiga dokter, termasuk dua rekan residen obgyn-nya saat itu, dr Jonas Nara Baringbing dan dr Agus Pribadi.

    Dalam kondisi normal, menurutnya rahim copot memang menjadi suatu hal yang mustahil. “Tapi pada kasus ini rahim terpisah sebagian karena perlakuan dari parajinya,” sebutnya.

    Paraji atau dukun beranak ini yang menangani persalinan ibu dengan kasus ‘rahim copot’. Paraji memaksa mengeluarkan plasenta pascapersalinan, menarik secara paksa hingga kemudian sebagian rahim ikut keluar melewati vagina.

    dr Christo mengaku tak heran saat cerita ini viral di media sosial, tidak sedikit yang kemudian meragukan kebenarannya. Bahkan dari kalangan dokter. “Saya pun akan sama respons-nya kalau mendengar berita seperti ini. Karena seperti yang sudah saya sampaikan, pada kondisi normal tidak mungkin rahim bisa lepas sendiri.”

    “Kembali lagi, kondisi ini terjadi karena perlakuan dari paraji,” tegasnya.

    Bersyukur akhirnya si ibu berhasil melewati masa kritis, meski sebagian rahim yang terlepas tidak bisa terpasang kembali. dr Christo menyebut hal ini bisa menjadi pembelajaran bagaimana pentingnya memeriksakan kehamilan secara rutin dan memilih bersalin di fasilitas kesehatan yang baik.

    “Sehingga risiko komplikasi seperti pasien yang kami tangani, tidak terjadi lagi pada semua ibu hamil,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

    Ribut Sesama Dokter soal Rahim Copot

    13 Konten

    Polemik kasus viral ‘rahim copot’ meluas. Tidak adanya dokumentasi formal dan ilmiah membuat sebagian dokter senior meragukan kasus tersebut, dan mengaitkannya dengan kondisi yang lebih mungkin terjadi: inversio uteri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Video: Penjelasan Cucun soal Viral Dirinya Sebut MBG Tak Perlu Ahli Gizi

    Video: Penjelasan Cucun soal Viral Dirinya Sebut MBG Tak Perlu Ahli Gizi

    Video: Penjelasan Cucun soal Viral Dirinya Sebut MBG Tak Perlu Ahli Gizi

  • Jepang Ketar-ketir usai Kasus Flu Lampaui Tingkat Waspada, Begini Situasinya

    Jepang Ketar-ketir usai Kasus Flu Lampaui Tingkat Waspada, Begini Situasinya

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Jepang pada Jumat (7/11/2025), melaporkan rata-rata kasus influenza baru di setiap fasilitas medis yang dipantau secara rutin mencapai 14,90 kasus dalam sepekan hingga Minggu. Angka ini melampaui level waspada yang ditetapkan pada angka 10.

    Data tersebut dihimpun dari sekitar 3.000 fasilitas medis di Jepang. Lonjakan ini naik tajam dari 6,29 kasus pada pekan sebelumnya, sekaligus melewati ambang yang menunjukkan potensi terjadinya wabah berskala besar dalam empat minggu ke depan.

    Dari 47 prefektur di Jepang, 25 di antaranya melaporkan jumlah rata-rata yang telah melampaui level waspada. Prefektur dengan angka tertinggi antara lain:

    Miyagi: 28,58Kanagawa: 28,47Saitama: 27,91

    Ketiganya mendekati level peringatan yang ditetapkan pada angka 30. Kemudian disusul wilayah:

    Chiba: 25,04Hokkaido: 24,99Okinawa: 23,80Tokyo: 23,69

    Kementerian juga melaporkan bahwa 2.307 taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, serta sekolah dasar hingga SMA mengalami penutupan sebagian atau total akibat penyebaran flu.

    Jepang memasuki musim flu tahun ini pada akhir September, menjadi yang paling awal kedua dalam dua dekade terakhir.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Video: Cerita Prabowo Diteriaki Siswa karena Belum Terima MBG

    Video: Cerita Prabowo Diteriaki Siswa karena Belum Terima MBG

    Video: Cerita Prabowo Diteriaki Siswa karena Belum Terima MBG