Jenis Media: Kesehatan

  • Melihat Fasilitas RS KEI di Solo, Hasil Kerja Sama Indonesia-UEA

    Melihat Fasilitas RS KEI di Solo, Hasil Kerja Sama Indonesia-UEA

    Melihat Fasilitas RS KEI di Solo, Hasil Kerja Sama Indonesia-UEA

  • Kasus Pertama, Pria di AS Sakit Terpapar Virus yang Belum Pernah Serang Manusia

    Kasus Pertama, Pria di AS Sakit Terpapar Virus yang Belum Pernah Serang Manusia

    Jakarta

    Untuk pertama kalinya, seorang pria dari negara bagian AS, Washington, terinfeksi jenis flu burung yang sebelumnya hanya terdeteksi pada hewan dan belum pernah dilaporkan pada manusia.

    Pria tersebut dilaporkan sakit parah dan dirawat di rumah sakit dengan gejala berikut:

    demam tinggikebingungangangguan pernapasan.

    Ia dipastikan mengidap H5N5, subtipe flu burung yang dibawa oleh burung liar seperti bebek dan angsa.

    Departemen Kesehatan Negara Washington menggambarkan pasien yang tidak disebutkan namanya itu adalah lansia dan memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

    Badan tersebut mencatat pria ini memang memiliki kawanan unggas domestik campuran di halaman belakang rumahnya, Grays Harbor County, pesisir Pasifik barat daya negara bagian tersebut.

    “Dua unggas tersebut baru-baru ini mati,” lapor Washington Post.

    Pejabat di Washington meyakini kedua kelompok unggas tersebut kemungkinan besar merupakan sumber paparan virus.

    Pria itu masih dirawat di rumah sakit hingga minggu lalu, sementara penyelidikan masih berlanjut. Risiko penularan meluas di publik dinilai relatif rendah, menurut pejabat kesehatan Washington dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS CDC.

    Tidak ada orang lain yang dites saat ini positif H5N5. Tidak ada bukti penularan antarmanusia, meskipun para ahli telah mengakui evolusi virus tidak pernah benar-benar bisa diprediksi.

    H5N1 telah menyebar di AS sejak 2022, menginfeksi burung liar, unggas domestik, sapi perah, dan bahkan, terkadang, manusia. Tercatat 71 kasus flu burung H5 pada manusia di AS sejak 2024.

    Sebagian besar kasus datang dengan gejala ringan, tetapi seorang pasien di Louisiana meninggal dunia pada bulan Januari. Pria itu memelihara ayam di halaman belakang rumah yang telah terpapar virus dari burung liar.

    Tonton juga video “IDAI: Banyak Kasus Pneumonia Anak di RI Disebabkan Influenza”

    (naf/kna)

  • Dokter ‘Spill’ Cara Mudah Biar Jantung Sehat, Anti Penyakitan di Usia Tua

    Dokter ‘Spill’ Cara Mudah Biar Jantung Sehat, Anti Penyakitan di Usia Tua

    Jakarta

    Memiliki jantung yang sehat adalah harapan dari banyak orang agar bisa berumur panjang. Ternyata, memiliki jantung yang sehat tidak serumit yang dibayangkan.

    Spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi kardiovaskular Brawijaya Hospital, dr Simon Salim, SpPD-KKV, mengungkapkan salah satu cara yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah langkah.

    “Mulai melangkah dan kurangi waktu duduk. Itu paling mudah dan semua orang bisa melakukannya, kecuali sudah stroke,” ujarnya pada detikcom, saat ditemui di sela simposium BraveHeart Cardiac Forum Jakarta 2025 di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

    Selain itu, intensitas berjalan kaki juga sangat penting. dr Simon menganjurkan untuk berjalan dengan langkah yang cepat dan jarak yang lebih jauh dari biasanya.

    “Kalau jarak sudah pasti harus ditambah. Selain itu, intensitasnya. Kalau lebih cepat, lebih bagus,” kata dr Simon.

    “Jalan kaki pada dasarnya memang baik untuk jantung, tetapi lebih bagus langkah cepat daripada jalan santai jika memungkinkan,” sambungnya.

    Menurut dr Simon, hal ini yang perlu diingatkan untuk orang-orang yang berusia muda. Mereka mungkin bisa duduk dalam waktu yang lama dan malas untuk berjalan.

    Berdasarkan kondisi jantung, orang usia muda memang cenderung lebih sehat dibandingkan kelompok usia lanjut. Tetapi, semuanya sangat bergantung pada gaya hidup atau kebiasaan-kebiasaan tertentu sejak dini.

    “Sedentary lifestyle, karena kurang bergerak, kemudian lebih banyak sih alkohol dan rokok ya juga berpengaruh,” tegas dr Simon.

    Menurut dr Simon, lebih aktif bergerak sederhana seperti jalan kaki dapat mencegah penyakit-penyakit jantung terjadi. Contoh mudahnya, dengan membiasakan turun satu stasiun lebih awal saat naik transportasi umum, kemudian jalan kaki sampai ke lokasi tujuan.

    “Atau kalau bawa mobil, parkir itu jangan berebutan di tempat paling dekat dengan lift. Cari tempat yang paling jauh dari lift, jadi kan dipaksa untuk bolak-balik, pokoknya kejar jumlah langkah itu sudah paling sederhana,” tuturnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Bagaimana Operasi Jantung dan Bedah Toraks Menyelamatkan Nyawa?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Dokter ‘Spill’ Cara Mudah Biar Jantung Sehat, Anti Penyakitan di Usia Tua

    Dokter ‘Spill’ Cara Mudah Biar Jantung Sehat, Anti Penyakitan di Usia Tua

    Jakarta

    Memiliki jantung yang sehat adalah harapan dari banyak orang agar bisa berumur panjang. Ternyata, memiliki jantung yang sehat tidak serumit yang dibayangkan.

    Spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi kardiovaskular Brawijaya Hospital, dr Simon Salim, SpPD-KKV, mengungkapkan salah satu cara yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah langkah.

    “Mulai melangkah dan kurangi waktu duduk. Itu paling mudah dan semua orang bisa melakukannya, kecuali sudah stroke,” ujarnya pada detikcom, saat ditemui di sela simposium BraveHeart Cardiac Forum Jakarta 2025 di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

    Selain itu, intensitas berjalan kaki juga sangat penting. dr Simon menganjurkan untuk berjalan dengan langkah yang cepat dan jarak yang lebih jauh dari biasanya.

    “Kalau jarak sudah pasti harus ditambah. Selain itu, intensitasnya. Kalau lebih cepat, lebih bagus,” kata dr Simon.

    “Jalan kaki pada dasarnya memang baik untuk jantung, tetapi lebih bagus langkah cepat daripada jalan santai jika memungkinkan,” sambungnya.

    Menurut dr Simon, hal ini yang perlu diingatkan untuk orang-orang yang berusia muda. Mereka mungkin bisa duduk dalam waktu yang lama dan malas untuk berjalan.

    Berdasarkan kondisi jantung, orang usia muda memang cenderung lebih sehat dibandingkan kelompok usia lanjut. Tetapi, semuanya sangat bergantung pada gaya hidup atau kebiasaan-kebiasaan tertentu sejak dini.

    “Sedentary lifestyle, karena kurang bergerak, kemudian lebih banyak sih alkohol dan rokok ya juga berpengaruh,” tegas dr Simon.

    Menurut dr Simon, lebih aktif bergerak sederhana seperti jalan kaki dapat mencegah penyakit-penyakit jantung terjadi. Contoh mudahnya, dengan membiasakan turun satu stasiun lebih awal saat naik transportasi umum, kemudian jalan kaki sampai ke lokasi tujuan.

    “Atau kalau bawa mobil, parkir itu jangan berebutan di tempat paling dekat dengan lift. Cari tempat yang paling jauh dari lift, jadi kan dipaksa untuk bolak-balik, pokoknya kejar jumlah langkah itu sudah paling sederhana,” tuturnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Bagaimana Operasi Jantung dan Bedah Toraks Menyelamatkan Nyawa?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Kronologi Kasus ‘Rahim Copot’ di India, Berawal dari Plasenta yang Ditarik

    Kronologi Kasus ‘Rahim Copot’ di India, Berawal dari Plasenta yang Ditarik

    Jakarta

    Seorang ibu di India berinisial BM dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami pendarahan hebat selama dua jam pasca melahirkan bayi laki-laki cukup bulan di rumah dengan bantuan penolong persalinan tradisional atau dukun beranak (dai).

    Berdasarkan laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Obstetrics and Gynecology of India berjudul “An Unusual Case of Postpartum Hemorrhage Resulting From Amputation of Uterine Inversion” pada 2003, plasenta pasien awalnya tertahan setelah proses persalinan. Penolong persalinan atau dukun beranak tersebut kemudian menarik tali pusat dengan kuat untuk membantu mengeluarkannya. Plasenta akhirnya keluar bersama uterus (rahim) yang telah mengalami inversi (terbalik).

    Melihat adanya jaringan besar yang menjulur keluar, dukun tersebut kemudian memotong jaringan tersebut di tingkat introitus (pintu vagina). Karena perdarahan tak kunjung berhenti, pasien segera dirujuk ke rumah sakit.

    “Pasien saat itu sadar, namun anemia sedang, sesak napas, berkeringat banyak, takikardi (nadi 140/menit), dan hipotensi dengan tekanan sistolik 70 mmHg serta diastolik tidak terukur. Laju napasnya 48 kali per menit,” demikian bunyi laporan tersebut.

    “Pada pemeriksaan abdomen, uterus tidak teraba dan terdapat nyeri tekan menyeluruh di perut bagian bawah. Pemeriksaan dengan spekulum menunjukkan perdarahan hebat. Pada pemeriksaan vagina, serviks dan uterus tidak teraba,” lanjut laporan.

    Diagnosis awal akibat perdarahan pascapersalinan berat, dengan dugaan robekan pada bagian atas vagina (kubah vagina) dan kondisi syok. Pasien langsung disiapkan untuk transfusi darah dan dibawa ke ruang operasi untuk pemeriksaan lebih lanjut di bawah pembiusan.

    Saat diperiksa di ruang operasi, dokter tidak menemukan posisi serviks maupun rahim. Sebaliknya, kedua tuba falopi dan ovarium justru terlihat berada di dalam vagina. Kondisi ini mengarah pada dugaan kuat adanya ruptur atau robekan rahim setelah persalinan, sehingga dokter memutuskan melakukan operasi laparotomi darurat.

    “Saat perut dibuka, rongga abdomen penuh dengan darah, dan uterus tidak terlihat. Setelah darah dibersihkan, ternyata uterus (rahim) telah terlepas seluruhnya, dan jaringan penyangga di sisi kiri dan kanan masih berdarah. Bagian yang tersisa kemudian di-jepit (clamp) dan diikat (ligasi),” kata laporan tersebut.

    “Kubah vagina yang terputus ditutup dengan jahitan terputus-terputus. Setelah perdarahan berhasil dikendalikan dan drain dipasang, abdomen kemudian ditutup kembali,” lanjutnya.

    Setelah perdarahan dapat dikendalikan, dokter memasang selang drainase untuk mengeluarkan sisa darah atau cairan pascaoperasi sebelum menutup luka operasi. Pasien juga menerima tiga kantong darah segar serta antibiotik.

    Kondisi Pasien Setelah Mendapatkan Penanganan

    Masa pemulihan pascaoperasi berlangsung tanpa komplikasi. Selang drainase dilepas pada hari ketiga, jahitan dilepas pada hari ke-10, dan pasien dinyatakan cukup stabil untuk dipulangkan pada hari ke-12.

    “Perdarahan pascapersalinan (postpartum hemorrhagi/PPH) merupakan salah satu penyebab penting kematian dan kesakitan pada ibu. Kondisi ini hanya dapat ditangani secara efektif melalui intervensi yang tepat waktu dan, bila perlu, tindakan operasi definitif yang cepat. Berikut ini adalah laporan kasus PPH akibat komplikasi tidak biasa yang muncul dari penanganan yang diabaikan oleh penolong pengiriman di rumah,” kata laporan.

    “Ini adalah kasus yang tidak lazim, yaitu inversi uterus puerperalis akibat tindakan iatrogenik yang salah urus, sehingga menyebabkan PPH masif. Beruntung pasien berhasil selamat meski mengalami mutilasi yang berat. Tidak ada catatan kejadian serupa dalam literatur medis,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Kata Dokter soal Risiko Pasang Ring setelah Kena Sakit Jantung

    Kata Dokter soal Risiko Pasang Ring setelah Kena Sakit Jantung

    Jakarta

    Penyakit jantung adalah suatu kondisi yang harus segera mendapat perawatan untuk menyelamatkannya. Salah satunya dengan pemasangan ring jantung.

    Namun, orang awam mungkin menganggap prosedur itu sangat menakutkan. Lantas, seperti apa kenyataannya di dunia medis?

    Spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi kardiovaskular Brawijaya Hospital, dr Simon Salim, SpPD-KKV, mengungkapkan pemasangan ring jantung atau stent itu sebenarnya memang bukan tanpa risiko. Tetapi, risiko yang terjadi sangat kecil dan kasus yang meninggal dunia kurang dari 1 persen.

    “Tapi, tentunya kalau memang dia nggak membutuhkannya, kita nggak akan sembarangan sih pasang ring jantung,” ujar dr Simon pada detikcom, saat ditemui di sela simposium BraveHeart Cardiac Forum Jakarta 2025 di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

    “Jadi, kalau memang ragu-ragu disuruh pasang ring jantung, pasien itu berhak (memiliki) second opinion. Boleh kok ke dokter kedua, ke dokter ketiga untuk meyakinkan perlu ring jantung atau tidak sih,” lanjutnya.

    dr Simon mengungkapkan dengan perkembangan teknologi, proses pemasangan ring jantung menjadi lebih cepat. Pasien yang awalnya tidak bisa diberikan perawatan dengan pemasangan ring, jadi bisa ditangani dengan baik.

    Meski begitu, dr Simon menekankan bukan berarti pemasangan ring jantung menjadi lebih aman, dan risikonya tetap ada. Tetapi, sudah banyak pasien yang berhasil diselamatkan dengan prosedur tersebut.

    “Tapi, bukan berarti pemasangan ringnya itu menjadi lebih aman, risikonya tetap ada. Tapi, yang tadinya kita angkat tangan ‘ini nggak bisa dipasang ring, sudah nggak bisa diapa-apain, atau nyerah saja’ sekarang hampir seluruh kelainan pembuluh darah itu sudah bisa ditolong dengan ring jantung,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Video Gen Alpha Disebut Lebih Rentan Depresi, Kenapa?

    Video Gen Alpha Disebut Lebih Rentan Depresi, Kenapa?

    Jakarta

    Manajer Center for Public Mental Health Universitas Gadjah Mada (CPMH UGM) Nurul Kusuma Hidayati menyoroti kasus bunuh diri pada anak dalam sebulan terakhir. Ia menyebut kejadian itu sebagai alarm darurat.

    Nurul juga menyebut gen Alpha lebih rentan terkena depresi. Pasalnya, mereka sudah terpapar dengan teknologi digital sejak lahir.

    “Paparan dunia digital yang tidak terkontrol, semakin memperparah kondisi ini karena anak-anak seringkali tidak memiliki filter dalam menyerap informasi atau membandingkan diri dengan orang lain di media sosial,” jelasnya.

    Lalu, apa yang harus dilakukan? Berikut langkah-langkah yang perlu menjadi perhatian…

    Tonton berita video lainnya di sini!

    (/)

    depresi bunuh diri bunuh diri anak gen alpha kesehatan mental mental health sigma

  • Teknik Bypass Tanpa Henti Jantung Kini Banyak Dipilih, Apa Keunggulannya?

    Teknik Bypass Tanpa Henti Jantung Kini Banyak Dipilih, Apa Keunggulannya?

    Jakarta

    Teknik operasi bypass jantung berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu inovasi yang kini makin banyak dipilih adalah bypass tanpa henti jantung atau off-pump coronary artery bypass (OPCAB).

    Metode ini menjadi salah satu topik utama dalam BraveHeart Cardiac Forum 2025 yang digelar di Hotel Four Seasons, Jakarta. Sebagai informasi, BraveHeart merupakan pusat layanan jantung Brawijaya Hospital Group dan memiliki visi ke depan untuk menjadi salah satu layanan jantung terkemuka di Indonesia.

    Konsultan Bedah Kardiotoraks & Vaskular Dewasa, dr. Sugisman, Sp.BTKV(K), memaparkan sederet terobosan terbaru di dunia bedah kardiovaskular melalui materi berjudul ‘Current Breakthrough in Cardiovascular Surgery’.

    Dalam paparannya, dr. Sugisman menjelaskan dunia bedah jantung telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik dari sisi teknologi, teknik operasi, hingga pemilihan prosedur yang lebih aman bagi pasien berisiko tinggi.

    “Di bidang kardiovaskular surgery, kami terus beradaptasi dengan teknologi dan evidence terbaru. Fokusnya adalah bagaimana membuat operasi lebih aman, cepat pulih, dan memberikan hasil lebih baik bagi pasien,” kata dr. Sugisman, di Grand Ballroom Four Seasons, Selasa (18/11/2025).

    Menurutnya, gambaran operasi yang sering dilakukan dalam bedah jantung mayoritas terkait penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, kelainan aorta, hingga tindakan ulang pada pasien yang pernah menjalani operasi sebelumnya.

    Tak hanya itu, dr. Sugisman memaparkan berbagai jenis operasi yang menjadi pilar dalam bedah kardiotoraks modern. Beberapa prosedur utama tersebut antara lain CABG (Coronary Artery Bypass Grafting), yakni teknik bypass tradisional yang dilakukan dengan menghentikan jantung sementara dan menggunakan mesin bypass jantung-paru.
    Ada pula OPCAB merupakan teknik bypass yang dilakukan tanpa menghentikan jantung sehingga tindakan berlangsung saat organ vital itu tetap berdetak.

    Prosedur lain mencakup valve surgery untuk perbaikan atau penggantian katup jantung pada pasien dengan stenosis atau regurgitasi, serta aortic & vascular surgery yang menangani kelainan aorta seperti aneurisma, diseksi, atau gangguan pada pembuluh darah besar lainnya.

    Ia juga menyoroti redo cardiac surgery, yaitu operasi ulang bagi pasien yang sebelumnya pernah menjalani bedah jantung, serta minimally invasive cardiac surgery yang dilakukan dengan sayatan minimal untuk mengurangi nyeri dan mempercepat pemulihan.

    Tak ketinggalan, ia memaparkan perkembangan robotic cardiac surgery, teknik robotik yang memberikan presisi tinggi, meminimalkan perdarahan, dan mengurangi trauma pada jaringan. Dari keseluruhan kategori tersebut, salah satu teknik yang paling menarik perhatian adalah OPCAB, terutama karena manfaatnya bagi pasien dengan risiko komplikasi tinggi.

    Menurut dr. Sugisman, bypass tanpa menghentikan jantung semakin menjadi pilihan pada kasus tertentu. Berbeda dengan teknik CABG konvensional yang menghentikan jantung dan memakai mesin bypass, OPCAB memungkinkan dokter bekerja pada jantung yang tetap berdetak.

    “OPCAB sangat bermanfaat untuk pasien risiko tinggi, misalnya pasien usia lanjut, penderita diabetes berat, atau gangguan ginjal. Teknik ini mengurangi risiko inflamasi dan komplikasi neurologis,” jelasnya.

    Dalam sesi pemaparannya, dr. Sugisman menyoroti sejumlah keunggulan yang membuat teknik ini semakin populer. Pertama, risiko komplikasi lebih rendah karena prosedur dilakukan tanpa menggunakan mesin bypass jantung-paru, sehingga risiko stroke kecil, gangguan ginjal, dan inflamasi sistemik dapat berkurang signifikan.

    “Tanpa menggunakan mesin bypass, tubuh tidak mengalami perubahan fisiologis besar. Ini sebabnya hasilnya lebih baik pada pasien tertentu,” ujarnya.

    Selain itu, teknik ini juga menghasilkan perdarahan yang lebih minim, sehingga kebutuhan transfusi darah menjadi lebih rendah dan risiko infeksi dapat ditekan, sekaligus meningkatkan kenyamanan pasien.

    Dari sisi pemulihan, proses stabilisasi pascaoperasi umumnya lebih cepat, mengingat jantung tidak perlu dihentikan dan sirkulasi buatan tidak diperlukan. Terakhir, OPCAB dinilai lebih ideal bagi pasien berisiko tinggi, terutama mereka dengan komorbid kompleks yang mungkin tidak kuat menjalani teknik bypass konvensional.

    “Tidak semua pasien cocok untuk OPCAB, tapi pada kelompok tertentu teknik ini memberikan perubahan besar,” katanya.

    Selain bypass tanpa henti jantung, dr. Sugisman juga menekankan teknik operasi jantung minimal invasif dan robotik adalah masa depan bedah kardiovaskular.

    “Minimally invasive dan robotic surgery memungkinkan tindakan yang jauh lebih presisi dengan trauma minimal. Pasien bisa sembuh lebih cepat dan kembali beraktivitas,” tuturnya.

    Teknik tersebut kini berkembang untuk operasi katup jantung, perbaikan defek jantung, dan beberapa operasi aorta tertentu.

    Dalam sesi yang sama, dr. Sugisman juga membahas redo cardiac surgery-operasi ulang pada pasien yang pernah dioperasi. Prosedur ini memiliki risiko lebih tinggi karena jaringan parut dan perubahan anatomi.

    “Redo surgery adalah tantangan tersendiri. Tapi dengan imaging yang baik, perencanaan tepat, dan teknologi modern, angka keberhasilannya terus meningkat,” jelasnya.

    Melalui forum BraveHeart 2025 ini, dr. Sugisman menegaskan tujuan dari seluruh inovasi tersebut tetap sama, yakni memberikan hasil terbaik bagi pasien.

    “Kita terus bergerak menuju era bedah jantung yang lebih aman, lebih presisi, dan lebih manusiawi. Semua perkembangan ini pada akhirnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,” katanya.

    Dengan semakin berkembangnya teknik seperti OPCAB, minim invasive, hingga robotic surgery, dunia bedah jantung kini menawarkan pilihan yang lebih luas dan aman untuk berbagai kondisi pasien. BraveHeart sebagai pusat layanan jantung Brawijaya Hospital Group dan memiliki visi ke depan untuk menjadi salah satu layanan jantung terkemuka di Indonesia.

    (akn/ega)

  • Operasi Ginekologi Tanpa Luka, Mayapada Hospital Kuningan Kenalkan vNOTES

    Operasi Ginekologi Tanpa Luka, Mayapada Hospital Kuningan Kenalkan vNOTES

    Jakarta

    Tidak sedikit perempuan khawatir ketika menjalani operasi ginekologi. Kekhawatiran tersebut muncul karena tindakan tersebut berpotensi untuk menimbulkan luka besar, proses operasi yang lama, nyeri, hingga proses pemulihan yang cukup panjang.

    Meskipun begitu, saat ini, perkembangan teknologi kedokteran sudah menghadirkan solusi yang jauh lebih ramah bagi pasien yakni Vaginal Natural Orifice Transluminal Endoscopic Surgery (vNOTES).

    vNOTES adalah teknik operasi ginekologi minimal invasif tanpa luka terbaru yang dilakukan melalui lubang alami (vagina), sehingga tidak memerlukan sayatan di perut. Memanfaatkan bantuan kamera endoskopi beresolusi tinggi, dokter dapat menangani kasus seperti mioma, kista ovarium, endometriosis, pengangkatan rahim, hingga kehamilan ektopik dengan trauma jaringan yang jauh lebih minimal dibandingkan metode konvensional.

    Mayapada Hospital Kuningan (MHKN) menjadi rumah sakit swasta pertama di Indonesia yang menghadirkan teknologi vNOTES. Teknologi itu memberi harapan baru bagi pasien yang menginginkan prosedur operasi yang lebih aman, nyaman, dan modern.

    Selain itu, Mayapada Hospital Kuningan memastikan layanan yang dihadirkan mengacu pada standar internasional yang kini bisa diakses pasien di Indonesia tanpa harus ke luar negeri. Metode ini memungkinkan pemulihan lebih cepat, minim nyeri, serta hasil kosmetik yang lebih baik karena tidak meninggalkan bekas luka besar di perut.

    Salah satu pasien yang ditangani di layanan Obstetrics & Gynecology Center Mayapada Hospital Kuningan bersama dr. Ichnandy Arief Rachman, Sp.OG, FMAS, CCD adalah seorang perempuan 38 tahun dengan kista ovarium.

    dr. Ichnandy Arief Rachman bercerita pasien tersebut sempat merasa khawatir karena membayangkan operasi dengan luka besar dan masa pemulihan yang lama. Setelah melalui konsultasi medis, akhirnya pasien memutuskan menjalani vNOTES di Mayapada Hospital Kuningan. Operasi berjalan lancar tanpa sayatan di perut, dengan nyeri lebih ringan dan pemulihan lebih cepat dari perkiraannya.

    “Awalnya saya takut operasi karena membayangkan luka besar di perut dan pemulihannya lama. Namun melalui vNOTES, saya justru merasakan prosedur yang lebih nyaman, nyeri minimal, dan bisa kembali beraktivitas tanpa rasa cemas,” katanya dalam keterangannya, Rabu (19/11/2025).

    Pengalaman ini menjadi contoh bagaimana teknologi vNOTES dapat memberikan solusi yang lebih nyaman bagi pasien. Di Mayapada Hospital Kuningan, prosedur ini dilakukan bersama tim multidisiplin yang terlatih serta teknologi terkini di layanan Obstetrics & Gynecology Center.

    Sementara itu, Hospital Director Mayapada Hospital Kuningan dr. Deasy Sugesty, MARS mengatakan layanan yang diberikan mencakup perencanaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan ibu dan janin, perawatan hingga persalinan, serta penanganan masalah kandungan seperti gangguan hormonal, fertilitas, menopause, infeksi, hingga tindakan minimal invasif untuk tumor dan kanker.

    “Mayapada Hospital Kuningan berkomitmen menghadirkan layanan ginekologi berstandar internasional melalui sinergi inovasi medis terkini, kolaborasi tim multidisiplin berpengalaman, dan manajemen perawatan komprehensif, mencakup tahap konsultasi, tindakan, hingga pemulihan,” ujar dr. Deasy Sugesty.

    “Dengan dukungan dokter spesialis yang terlatih dan hadirnya teknologi vNOTES, kami memastikan setiap prosedur dilakukan dengan minim rasa sakit (painless), tanpa sayatan (scarless), dan pemulihan lebih cepat (faster recovery) sesuai standar global. Perawatan dengan pendekatan personal (patient-centered care) juga mendukung komitmen kami dalam menghadirkan patient journey yang optimal, dengan kualitas penyembuhan yang maksimal serta peningkatan kualitas hidup pasien,” tutupnya.

    Sebagai informasi tambahan, untuk mengetahui lebih dalam terkait layanan tersebut dapat diakses melalui call center 150770 atau aplikasi MyCare yang juga memiliki fitur Health Articles & Tips seputar kesehatan reproduksi perempuan. Adapula fitur Personal Health yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit untuk memantau jumlah langkah harian, kalori, detak jantung, hingga BMI.

    (ega/ega)

  • Viral ‘Raw Milk’ Disebut Bikin Anak Lebih Kebal, Dokter Ungkap Fakta Sebenarnya

    Viral ‘Raw Milk’ Disebut Bikin Anak Lebih Kebal, Dokter Ungkap Fakta Sebenarnya

    Jakarta

    Viral belakangan ini di media sosial X sebuah narasi seorang netizen yang mengaku memberikan susu mentah atau unpasteurized untuk anaknya. Cuitan tersebut mengundang banyak komentar netizen yang menyebut langkah itu dapat berbahaya untuk anak.

    Spesialis gizi dr Raissa E DJuanda, SpGK mengungkapkan hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah terkait susu unpasteurized lebih sehat dibandingkan susu pasteurisasi atau susu formula. Menurut dr Raissa, nyatanya kandungan gizi dalam susu tidak berkurang signifikan melalui proses pasteurisasi.

    Terlebih susu yang unpasteurized juga masih mengandung banyak patogen yang berbahaya untuk kesehatan pencernaan. Sehingga, risiko penyakitnya lebih besar dibandingkan manfaatnya.

    “Raw milk juga biasanya masih ada bakteri patogennya seperti E Coli, Salmonella, Listeria, yang semuanya bukan sesuatu yang menguatkan imun. Tidak ada bukti raw milk meningkatkan kekebalan tubuh anak. dan tidak ada nutrisi ‘superior’ yang hanya ada di raw milk,” ungkap dr Raissa ketika dihubungi detikcom, Rabu (19/11/2025).

    dr Raissa lantas membagikan beberapa cara memilih susu yang cocok untuk anak. Untuk anak usia 1-5 tahun sebaiknya pilih susu pasteurisasi atau Ultra High Temperature (UHT), bukan raw milk. Bila memerlukan tambahan nutrisi tertentu, bisa memilih produk susu yang sudah difortifikasi.

    Sedangkan untuk anak usia lebih dari 5 tahun, bisa konsumsi susu pasteurisasi atau UHT biasa. Namun, susu pada usia ini hanya sebagai pelengkap, sebaiknya lebih fokus pada pola makan bergizi seimbang.

    “Raw milk bukan lebih sehat untuk anak. Yang ‘natural’ tidak selalu aman. Pasteurisasi membuat susu jauh lebih aman tanpa merusak nutrisi. Pilihlah susu yang sudah dipastikan higienis, memiliki izin edar, dan sesuai kebutuhan gizi anak,” tandasnya.

    Semua ini berawal dari sebuah cuitan warganet yang mengaku memberikan susu unpasteurized untuk anaknya. Susu yang disebutnya didapat langsung dari peternakan itu dianggap lebih natural dan lebih baik untuk konsumsi anak-anaknya.

    “Raw and unpasteurized milk..Langsung dari peternak. Saya hanya memberi real foods untuk keluarga saya. No ultra processed foods. Oh ya, gimana, anak anda masih konsumsi susu bubuk formula? Yg katanya bikin pintar. Selamat, anda dikibuli oleh produsen sufor,” ujar netizen tersebut.

    “Aku pernah KKN di suatu desa, mrk punya peternakan sapi sendiri. Setiap pagi mereka minum susu nya dan itu direbus dulu loh. Mereka blg gaboleh minum raw milk karna banyak bakteri. Raw milk hanya untuk anak sapi,” balas netizen yang tidak setuju dengan aksi tersebut.

    “Kayanya sebagai dosen teknologi pangan yang fokus ke mikrobiologi gue harus komentar. Susu harus dipasteurisasi sebelum dikonsumsi, Karena susu sangat rentan terkontaminasi patogen (penyebab penyakit) misal Salmonella, E. coli, Listeria dll. Kalau mau ambil resiko, ya silhkn aja,” ujar netizen lain.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)