Jenis Media: Kesehatan

  • Banyak yang Pusing Lihat Soal Matematika Ini, Bisa Temukan Polanya?

    Banyak yang Pusing Lihat Soal Matematika Ini, Bisa Temukan Polanya?

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Sabtu, 22 Nov 2025 16:15 WIB

    Jakarta – Jangan takut mencoba empat soal matematika ini! Kalau kamu jeli menemukan polanya, pasti bisa. Yuk, asah otakmu di sini!

  • Benarkah Rutin Pilates Bisa Bantu Meninggikan Badan?

    Benarkah Rutin Pilates Bisa Bantu Meninggikan Badan?

    Jakarta

    Olahraga pilates belakangan mencuri perhatian banyak orang. Dari selebritas hingga pekerja kantoran, makin banyak yang melirik olahraga satu ini karena dianggap dapat menjadikan otot lebih kencang dan pikiran lebih tenang.

    Namun, salah satu manfaat yang diklaim bisa didapat dari pilates adalah postur tubuh yang lebih baik, sehingga tinggi badan akan bertambah.

    “Pilates has 100% made me grow 2 cm taller,” tulis salah satu akun di TikTok, dikutip Sabtu (22/11/2025).

    “Di studioku ada yg nambah 3 cm setelah pilates 5 bulan,” tulis akun lain.

    “Bisa kak, TB aku nambah 3 cm karna pilates, trnyata selama ini postu ak ga baguss, jd fixxx bgt pas rutinin pilatess,” tambah akun lain.

    Coach Mindy dari Minna Pilates mengatakan bahwa olahraga ini memang dapat membantu seseorang untuk mendapatkan tinggi badan berlebih. Ini karena pilates dapat membantu membenarkan posisi tulang tubuh.

    “Bener (meninggikan badan). Karena itu ada yang bungkuk kan, jadi itu sebenarnya dari yang bungkuk,” kata Mindy kepada detikcom, Sabtu (22/11/2025).

    “Jadi prinsipnya pilates itu, otot yang pendek kita panjangkan, yang panjang kita kuatin,” sambungnya.

    Selain meninggikan badan, coach Mindy yang telah ‘Certified STOTT Pilates’ ini mengatakan olahraga ini juga dapat menguatkan otot-otot kecil di tubuh.

    “Di pilates itu otot kecilnya (yang dikuatkan). Kita dumble-nya paling pakai yang 2 kg, 3 kg, dan 5 kg gitu. Nggak sampek yang puluhan kilogram,” katanya.

    Rasa tenang dan mengusir stres juga bisa menjadi dampak baik yang bisa didapatkan ketika seseorang mengikuti pilates.

    “Semua olahraga pasti ada endorfin, release the stress. Orang yang stres kan pasti disuruhnya olahraga, karena ada hormon yang bikin kita lebih bahagia,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Rekomendasi Olahraga yang Cocok di Waktu Menopause”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/suc)

  • Ngilu! Dokter Temukan Cangkir Keramik Tersangkut di Anus Pria Taiwan

    Ngilu! Dokter Temukan Cangkir Keramik Tersangkut di Anus Pria Taiwan

    Jakarta

    Seorang pria di Taiwan harus menjalani perawatan darurat setelah dokter menemukan sebuah cangkir keramik di dalam anusnya. Benda berukuran 8 x 6 cm itu tersangkut dan baru terlihat jelas saat ia menjalani pemeriksaan rontgen di rumah sakit.

    Pria tersebut awalnya datang dengan keluhan perut kembung selama tiga hari dan tidak bisa buang air besar, yang menyebabkan nyeri hebat pada perutnya.

    Tim medis sempat mencoba mengeluarkan benda itu melalui usus, namun upaya tersebut gagal. Akhirnya, pasien harus menjalani operasi selama dua jam untuk mengangkat cangkir tersebut.

    Saat ditanya, pria itu mengaku cangkir tersebut tersangkut ‘tidak sengaja’. Ia juga sempat menyembunyikan keberadaan benda itu karena merasa malu.

    Mengalami Masalah Usus

    Dikutip dari Mothership.sg, kondisi pria itu memburuk karena sebagian ususnya mengalami penurunan aliran darah hingga nekrosis. Foto rontgen menunjukkan cangkir berada di rongga panggul dengan posisi menghadap ke bawah.

    Ketika operasi, dokter mencoba berbagai alat, termasuk laparoskop. Tetapi, cangkir itu terlalu licin untuk ditarik keluar.

    Akhirnya, dokter melakukan operasi terbuka di perut pasien dan membuat stoma buatan, agar ia tetap bisa buang air besar.

    Pasien mengaku sebelumnya sudah mencoba mengeluarkan cangkir itu sendiri, tetapi gagal. Saat tiba di rumah sakit, ia sudah tiga hari tidak buang air besar.

    Berkaca dari kasus ini, dokter mengingatkan kasus benda asing di anus bukan hal baru di ruang gawat darurat. Tetapi, benda tersebut bisa menyebabkan cedera serius, merobek usus, hingga mengancam nyawa.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Hampir 1,5 Juta Orang Meninggal Akibat Penyakit Ginjal, Jangan Abaikan Gejala Ini

    Hampir 1,5 Juta Orang Meninggal Akibat Penyakit Ginjal, Jangan Abaikan Gejala Ini

    Jakarta

    Penyakit Ginjal Kronis (PGK) diam-diam meningkat menjadi krisis kesehatan yang perlu diwaspadai. Pasalnya, pada tahun 2023, PGK telah merenggut hampir 1,5 juta nyawa, dan memengaruhi 800 juta orang dengan penurunan fungsi ginjal.

    Dikutip dari Times of India, laporan dari Global Burden of Disease (GBD) 2023, menemukan hampir 788 juta orang dewasa (berusia 20 tahun ke atas) kini hidup dengan PGK.

    Angka ini meningkat tajam, lebih dari dua kali lipat pada jumlah tahun 1990. Wilayah-wilayah seperti Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan memiliki prevalensi yang tertinggi. Dilaporkan hampir 16 persen orang dewasa di wilayah ini mengidap PGK.

    PGK tidak hanya tentang ginjal. Gangguan fungsi ginjal juga berkontribusi dengan risiko kesehatan lainnya, sekitar 11,5 persen dari seluruh kematian akibat masalah kardiovaskular atau jantung.

    Mengapa Meningkat?

    Beban PGK telah meningkat secara stabil selama tiga dekade karena populasi menua dan penyakit metabolik seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas semakin umum.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas lainnya telah menekankan peningkatan ini dapat dihindari jika sistem kesehatan memprioritaskan skrining, pencegahan, dan akses ke perawatan yang efektif.

    Apa Saja Gejala Awal Penyakit Ginjal?

    Penyakit ginjal seringkali tidak terasa pada awalnya, tetapi gejala-gejala ini bisa menjadi tanda bahaya yang penting, terutama jika pasien juga mengidap diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, obesitas, atau riwayat keluarga dengan masalah ginjal.

    Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai:

    1. Perubahan Frekuensi Buang Air Kecil

    Sering buang air kecil, terutama di malam hari adalah tanda bahaya pertama yang harus diwaspadai. Selain itu, urine yang berbusa atau berbuih (proteinuria) atau darah dalam urine juga merupakan tanda-tanda yang perlu diperhatikan. Ini menandakan ginjal mungkin mengalami kebocoran protein atau darah.

    2. Pembengkakan (Edema)

    Bengkak di pergelangan kaki, kaki, tangan, atau sekitar mata tidak selalu disebabkan oleh gaya hidup yang sibuk atau stres. Namun, hal itu juga dapat terjadi akibat retensi cairan yang mengarah pada kerusakan ginjal.

    3. Mudah Lelah

    Racun yang biasanya dibersihkan oleh ginjal dapat menumpuk dan menyebabkan kelelahan dan kesulitan berkonsentrasi. Hal ini membuat pasien kadang merasakan lelah atau lemah yang tidak biasa.

    4. Kulit Gatal, Kering, atau Mual Terus Menerus

    Jika pasien sering mengeluh dengan tanda-tanda di atas, kemungkinan ginjal sedang dalam masalah. Ini adalah beberapa tanda umum bahwa produk limbah terakumulasi dalam tubuh alih-alih disaring keluar.

    5. Sesak Napas dan Kehilangan Nafsu Makan

    Disfungsi ginjal lanjut dapat memengaruhi pernapasan dan pencernaan. Efeknya, seseorang mungkin akan sering mengalami sesak napas atau bahkan kehilangan nafsu untuk menyantap makanan.

    Halaman 2 dari 3

    (dpy/suc)

  • Dokter Beberkan 3 Alasan Stroke dan Serangan Jantung Rentan Terjadi di Pagi Hari

    Dokter Beberkan 3 Alasan Stroke dan Serangan Jantung Rentan Terjadi di Pagi Hari

    Jakarta

    Stroke dan serangan jantung merupakan kondisi gawat darurat medis. Tanpa penanganan cepat, keduanya bisa menimbulkan komplikasi serius hingga berakibat fatal. Karena itu, penting untuk memahami faktor risikonya, termasuk waktu terjadinya, agar kelompok rentan, seperti pengidap penyakit jantung dan masalah kesehatan tertentu, bisa lebih waspada.

    Terkait waktu terjadinya, banyak orang mengira serangan jantung dan stroke terjadi secara acak. Namun, faktanya tidak demikian. Menurut penjelasan dr Sanjay Kumar, Senior Director Cardiology di Fortis Faridabad, kejadian serangan jantung dan stroke paling sering terjadi pada pagi hari, terutama di jam-jam tertentu.

    “Kerentanan di pagi hari berkaitan dengan ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis internal yang mengatur aktivitas hormon, tekanan darah, dan fungsi kardiovaskular,” ucapnya dikutip dari Hindu Times, Sabtu (22/11/2025).

    Pada Jam Berapa Serangan Jantung dan Stroke Paling Sering Terjadi?

    Menurut dr Kumar, serangan jantung dan stroke lebih banyak terjadi pada pagi hari antara pukul 04.00 hingga 08.00 pagi. Apa alasannya?

    Kaitan antara serangan jantung/stroke dan waktu pagi bukan kebetulan. Kondisi ini dipicu oleh perubahan fisiologis alami tubuh yang bisa berisiko bagi orang dengan penyakit kardiovaskular. dr Kumar menjelaskan tiga penyebab utamanya:

    1. Lonjakan Hormon

    Pada jam sebelum bangun tidur, tubuh mengalami lonjakan hormon seperti kortisol dan katekolamin untuk membantu tubuh bertransisi dari tidur nyenyak ke keadaan terjaga.

    Lonjakan ini meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, sehingga memberi beban tambahan pada sistem kardiovaskular. Pengidap penyakit jantung lebih rentan mengalaminya.

    2. Peningkatan Risiko Pembekuan Darah

    Risiko terbentuknya bekuan darah lebih tinggi pada pagi hari. Hal ini terjadi akibat peningkatan kadar hormon cortisol merangsang produksi PAI-1, enzim yang menghambat kemampuan tubuh melarutkan bekuan darah.

    Ketika proses pemecahan bekuan melambat, risiko penyumbatan di pembuluh darah jantung atau otak meningkat.

    3. Dehidrasi Semalaman

    Tidak mengonsumsi cairan selama tidur membuat darah sedikit lebih pekat. Darah yang lebih kental memperlambat aliran dan meningkatkan kecenderungan pembekuan.

    Faktor ini semakin berisiko bagi individu yang sudah memiliki penumpukan plak di pembuluh darah.

    dr Kumar menegaskan bahwa kombinasi ketiga faktor ini membuat waktu pagi menjadi periode yang paling berisiko bagi pengidap penyakit jantung dan pembuluh darah.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Hasil Autopsi Turis China yang Meninggal di Hostel Bali, Diduga Akibat Keracunan

    Hasil Autopsi Turis China yang Meninggal di Hostel Bali, Diduga Akibat Keracunan

    Jakarta

    Seorang turis wanita asal China meninggal dunia dalam dugaan insiden keracunan massal di sebuah hostel di kawasan Canggu, Bali. Dikutip dari Mothership dan Daily Mail, staf hostel menyatakan Deqing Zhuoga ditemukan meninggal sekitar pukul 11.00 pagi pada 2 September 2025.

    Zhuoga merupakan salah satu dari sejumlah tamu yang terdampak insiden tersebut. Kejadian bermula setelah makan malam bersama pada akhir Agustus 2025, ketika para tamu mulai pingsan di lorong, muntah darah, dan meminta bantuan medis kepada staf. Lebih dari 20 orang mengalami keracunan kolektif dan sedikitnya 10 orang berada dalam kondisi kritis. Sejumlah tamu dirawat di klinik dan rumah sakit setempat.

    Menurut News.com.au, salah satu teman Zhuoga, Leila Li, selamat setelah menjalani perawatan intensif selama lima hari. Li, bersama beberapa tamu lain, tercatat sebagai korban dalam laporan polisi.

    Li mengatakan, saat ia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, ia sempat mengirim pesan kepada Zhuoga agar ikut mencari pertolongan. Namun pesan itu tidak pernah dibalas. Sebelum meninggal, Zhuoga disebut jatuh sakit parah pada 31 Agustus.

    Li menyebut Zhuoga terlalu sakit untuk bergerak atau meminta bantuan. Ia terbaring di ranjang sambil muntah selama berjam-jam, sementara tamu lain berusaha mencari pertolongan. Li baru mengetahui kematian Zhuoga setelah ia sendiri dipulangkan dari perawatan.

    Hasil investigasi menunjukkanresepsionis hostel, Maria Gores, sempat memeriksa kondisi Zhuoga pada 1 September 2025, sesaat sebelum pergantian shift tengah malam. Merasa khawatir, ia meminta bantuan petugas keamanan untuk mengangkat Zhuoga ke taksi dan membawanya ke klinik terdekat.

    Seorang inspektur mengatakan dokter memberikan perawatan awal, namun hanya meresepkan obat karena keterbatasan dana. Zhuoga menolak perawatan lebih lanjut karena biaya, dan kemudian ditemani staf membeli obat di apotek sebelum kembali ke hostel. Ia kembali ke kamarnya sekitar pukul 01.30 dini hari pada 2 September.

    Hasil Autopsi

    Keesokan paginya, resepsionis lain menyadari Zhuoga belum melakukan check-out. Saat pintu kamarnya dibuka, Zhuoga ditemukan terbaring telungkup dan sudah tidak bernapas. Ia diperkirakan meninggal dua hingga 12 jam sebelumnya.

    Penyebab resmi kematian dicatat sebagai gastroenteritis akut dan syok hipovolemik, namun sumber pasti keracunan masih belum dapat dipastikan. Muntahannya telah diperiksa oleh laboratorium forensik dan tidak ditemukan kandungan pestisida, narkotika, sianida, logam berat seperti arsenik, bahan kimia berbahaya, maupun metanol.

    Menurut The Daily Mail, hasil autopsi menunjukkan tubuh Zhuoga menampilkan tanda-tanda keracunan makanan.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Teka-teki ‘Tricky’ Ini Sering Bikin Salah Jawab, Cuma yang Teliti Bisa Lolos

    Teka-teki ‘Tricky’ Ini Sering Bikin Salah Jawab, Cuma yang Teliti Bisa Lolos

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Sabtu, 22 Nov 2025 10:03 WIB

    Jakarta – Kalau lagi jenuh dengan rutinitas, coba asah otakmu dengan menjawab lima soal ‘tricky’ ini. Mudah sih bagi yang teliti, kamu termasuk?

  • Angka Depresi di Jakarta Lampaui Rata-rata Nasional, Stigma Bikin Warga Enggan Berobat

    Angka Depresi di Jakarta Lampaui Rata-rata Nasional, Stigma Bikin Warga Enggan Berobat

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI menyebut prevalensi depresi di kalangan penduduk DKI jakarta usia di atas 15 tahun mencapai 1,5 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang berada di angka 1,4 persen. Data ini menunjukkan urgensi penanganan kesehatan mental di ibu kota.

    “Terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional 1,4 persen, DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 1,5 persen,” kata Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Yunita Arihandayani, dikutip Antara.

    Adapun masalah kesehatan jiwa pada usia di atas 15 tahun masuk ke dalam peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi. Provinsi Jawa Barat tercatat memiliki prevalensi penduduk dengan angka masalah kesehatan jiwa paling tinggi, yakni 4,4 persen atau di atas rata-rata nasional yakni 2 persen.

    “Secara nasional rata-ratanya 2 persen. DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 2,2 persen,” kata Yunita yang menambahkan bahwa angka itu merujuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.

    Menurutnya, hanya sedikit orang yang mengalami masalah kesehatan jiwa, baik depresi maupun kecemasan mencari pengobatan. Hanya 0,7 persen orang dengan gangguan cemas mencari pengobatan, sementara untuk pasien depresi jumlahnya 12,7 persen.

    Menurut Yunita, kurangnya kesadaran bahwa dirinya mengalami gejala depresi atau cemas menjadi penyebab mereka tak mengakses pengobatan. Selain itu, masih ada stigma di masyarakat terkait masalah kesehatan jiwa.

    “Seseorang tidak mencari pengobatan ke ahlinya, seperti psikolog atau psikiater takut dibilang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). “Misalnya, sering dibilang orang yang sedih terus, orang yang nggak punya semangat, dibilang kurang kuat iman,” kata dia.

    “Ketika tidak mencari pengobatan, dibiarkan depresi, ringan awalnya kemudian menjadi semakin parah,” lanjutnya.

    Karena itu, Kemenkes mendorong masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan jiwa sebagai upaya deteksi dini dan mencari pengobatan apabila terdiagnosis mengalami masalah kesehatan mental.

    Di Jakarta, Dinas Kesehatan (Dinkes) telah mengimbau warga Jakarta yang merasa cemas terus-menerus atau menghadapi masalah psikologi agar dapat mencurahkan isi hati dengan mengakses layanan konseling “Jakarta Counseling and Assistance for Resilience and Empowerment” (JakCare).

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Kabar Baik! KLB Polio Resmi Dinyatakan Berakhir di Indonesia

    Kabar Baik! KLB Polio Resmi Dinyatakan Berakhir di Indonesia

    Jakarta

    Indonesia secara resmi telah mengakhiri Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2, yang muncul aibat rendahnya cakupan imunisasi polio selama beberapa tahun. Hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan telah diberikan kepada anak-anak selama respon KLB ini.

    Sejak Juni 2024 hingga saat ini, tidak ditemukan lagi virus polio pada anak-anak maupun lingkungan. Berdasarkan situasi ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan KLB ditutup secara resmi pada 19 November 2025.

    “Kita berhasil menghentikan penyebaran polio di Indonesia berkat dedikasi tenaga kesehatan, komitmen orang tua dan seluruh anggota masyarakat agar anak-anak diimunisasi, serta dukungan mitra. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan. Kita harus terus bekerja sama agar polio tidak kembali dengan memastikan semua anak menerima imunisasi polio lengkap sesuai usia,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, Jumat (21/11).

    “Namun, kita tidak boleh berpuas diri. Risiko polio masih ada, terutama dengan adanya kesenjangan cakupan imunisasi di beberapa provinsi di Indonesia,” tambahnya.

    Dr Saia Ma’u Piukala, Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat mengatakan keberhasilan Indonesia merupakan langkah penting menuju dunia tanpa polio. Keberhasilan ini juga memperkuat kemampuan seluruh Wilayah Pasifik Barat WHO untuk mempertahankan status bebas polio yang telah dicapai 25 tahun lalu.

    “Saya mendorong seluruh 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat untuk tetap waspada. Suatu hari nanti, polio hanya tinggal sejarah. Sampai saat itu tiba, kita harus melanjutkan imunisasi,” ucapnya.

    Sebelumnya, KLB terjadi sejak bulan Oktober 2022, saat kasus pertama dilaporkan dari Aceh. Dalam dua tahun berikutnya, kasus juga ditemukan di provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Kasus cVDPV2 (varian virus polio) terakhir terkonfirmasi di Papua Selatan pada 27 Juni 2024.

    Indonesia melakukan respons melalui dua putaran imunisasi tambahan polio dengan menggunakan vaksin novel OPV-2 (nOPV2) mulai akhir tahun 2022 hingga triwulan ketiga 2024. Secara paralel, cakupan imunisasi rutin juga meningkat, dengan persentase anak yang menerima dosis kedua vaksin polio inaktif (IPV) meningkat dari 63% (1,9 juta anak) pada 2023 menjadi 73% (3,2 juta anak) pada 2024.

    Dalam upaya mengakselerasi peningkatan cakupan IPV, Kementerian Kesehatan menginisiasi penggunaan vaksin heksavalen yang menggabungkan DPT-HB-Hib dan IPV dalam satu suntikan. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus, yakni polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia dan meningitis akibat infeksi Haemophilus influenza tipe b.

    Penggunaan vaksin heksavalen diharapkan jumlah suntikan yang diterima anak, menghemat waktu dan biaya keluarga, serta mempercepat terbentuknya kekebalan terhadap berbagai penyakit. Program ini dimulai pada Oktober 2025 di provinsi DIY, NTB, Bali, serta enam provinsi di Tanah Papua, dengan pelaksanaan secara nasional direncanakan pada tahun mendatang.

    Indonesia juga mencatat kemajuan signifikan dalam deteksi dan investigasi lumpuh layuh akut atau Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak-anak. Kualitas surveilans AFP semakin baik melalui deteksi kasus lebih sensitif dan peningkatan kualitas spesimen.

    Sesuai protokol Global Polio Eradication Initiative, tim independen global menilai kualitas respons KLB polio melalui Outbreak Response Assessment (OBRA) pada Juli 2023, Desember 2024, dan Juni 2025.

    Berdasarkan penilaian ini, disimpulkan Indonesia telah melaksanakan upaya respon yang berkualitas, melakukan serangkaian upaya penguatan dan peningkatan pelaksanaan program sebagaimana direkomendasikan tim OBRA, serta membuktikan tidak adanya kasus baru.

    Dengan demikian, WHO menyatakan Indonesia telah memenuhi kriteria berakhirnya KLB, sehingga status KLB Polio dapat ditutup.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Obsesi China Bikin ‘Pil Panjang Umur’ Agar Manusia Hidup Sampai 150 Tahun

    Obsesi China Bikin ‘Pil Panjang Umur’ Agar Manusia Hidup Sampai 150 Tahun

    Jakarta

    Sebuah perusahaan berbasis di Shenzhen, China bernama Lonvi Biosciences tengah mengembangkan ‘pil panjang umur’ yang harapannya bisa membuat manusia bisa hidup lebih dari 100 tahun. Obat anti-penuaan itu dibuat menggunakan senyawa dari ekstrak biji anggur.

    “Hidup sampai 150 tahun itu jelas realistis. Dalam beberapa tahun ini akan menjadi kenyataan,” kata kepala teknologi perusahaan, Lyu Qinghua, dikutip dari NY Times, Jumat (21/11/2025).

    Qinghua sebenarnya skeptis bahwa dunia medis di masa depan dapat ‘mengalahkan’ kematian. Namun, ia merasa ilmu pengetahuan untuk memperpanjang usia mungkin dilakukan, melihat perkembangannya yang begitu pesat.

    Obsesi China untuk mendapatkan obat panjang umur tak dimulai baru-baru ini. Sejarah mencatat upaya tersebut sudah dimulai sejak kaisar pertama, Qin Shi Huang, yang memerintahkan perburuan nasional untuk menemukan obat panjang umur.

    Sang kaisar akhirnya meninggal di usia 49 tahun dan diduga akibat keracunan merkuri dari obat panjang umur yang dikonsumsi.

    Sejak awal, penelitian panjang umur kerap dibayangi tudingan pseudosains. Namun, investasi yang besar dari negara dan sektor swasta, ditambah tingginya minat di kalangan petinggi dan warga China, telah mengubahnya menjadi cabang ilmu kedokteran yang sah.

    China yang berambisi mengejar Barat dalam bioteknologi, kecerdasan buatan, dan teknologi canggih lainnya, menjadikan industri umur panjang sebagai prioritas nasional, menggelontorkan miliaran dana riset, dan pengembangan komersial terkait. Tak heran, industri suplemen dan layanan kesehatan panjang umur begitu diminati warga China.

    Angka harapan hidup warga China mencapai 79 tahun, atau 5 tahun lebih tinggi dari rata-rata global. Meski sudah cukup tinggi, angka tersebut masih di bawah Jepang dengan hampir 85 tahun.

    Perkembangan Terkini ‘Pil Panjang Umur’

    Senyawa alami dari biji anggur yang dikonsentrasikan untuk pil panjang umur adalah procyanidin C1 atau PCC1. Dalam penelitian sebelumnya, senyawa ini dapat memperpanjang usia tikus dengan cara membunuh sel-sel tua dan melindungi sel-sel tubuh yang sehat.

    Tikus yang diberi senyawa tersebut hidup 9,4 persen lebih lama secara keseluruhan dan 64,2 persen lebih lama sejak awal pengobatan.

    Temuan yang dipublikasikan di Nature Metabolism pada 2021 itu dianggap terobosan. Namun, pada September jurnal tersebut menerbitkan catatan editor yang memperingatkan adanya ‘kesalahan data’, meski tidak mencabut artikelnya. Studi lanjutan, termasuk dari Jepang, tetap mendukung klaim awal.

    Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengaplikasikan manfaat ini pada manusia.

    Biji anggur telah lama populer sebagai makanan kesehatan di Barat dan dalam pengobatan tradisional China. Namun, perusahaan Lonvi mengaku telah mengisolasi molekul yang dapat membunuh ‘sel zombie’, sel-sel tua yang tidak mati dan justru merusak sel sehat.

    Mereka mengklaim menemukan cara memproduksinya dalam bentuk kapsul dengan konsentrasi tinggi. Jika obat ini dikombinasikan dengan gaya hidup sehat dan perawatan medis baik, mereka menyebut manusia bisa hidup lebih dari 100 tahun.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)