Jenis Media: Kesehatan

  • Kemenkes Kucurkan Rp 44,9 Miliar untuk Pangkep, Apresiasi Keberhasilan CKG

    Kemenkes Kucurkan Rp 44,9 Miliar untuk Pangkep, Apresiasi Keberhasilan CKG

    Pangkajene

    Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono, mengumumkan alokasi dana sebesar Rp 44,9 Miliar untuk memperkuat layanan kesehatan di Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan.

    Suntikan dana besar ini merupakan bentuk apresiasi Kemenkes terhadap keberhasilan strategi “jemput bola” dalam Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di wilayah kepulauan Pangkep.

    “Jadi, total Rp44,9 miliar akan kita berikan ke Kabupaten Pangkep ini atas capaian cakupan Cek Kesehatan Gratis hingga 85 persen penduduk dan tertinggi dalam skala regional 2 di Indonesia,” kata Dante dalam kunjungannya di Puskesmas Sabutung, Kabupaten Pangkep, Selasa (16/12/2025).

    Kemenkes akan membantu pengadaan alkes senilai Rp 31,9 Miliar untuk melengkapi rumah sakit di Pangkep. Alat-alat canggih yang akan disediakan mencakup kateterisasi, USG, mammografi, dan CT scan.

    Selain itu, pemerintah melalui Kemenkes juga akan mengalokasikan Rp 12 miliar untuk 23 puskesmas di Pangkep, serta tambahan dana impuls sebesar Rp 1 miliar guna melengkapi kekurangan sarana penunjang layanan kesehatan.

    Alokasi dana ini diharapkan dapat memperkuat sistem layanan kesehatan Pangkep, terutama inovasi seperti Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB) yang telah berhasil mencapai cakupan CKG sebesar 83,9 persen dari total populasi.

    “CKG ini kita monitor terus. Mana daerah yang berhasil, mana yang tidak berhasil. Mana yang petugasnya diam di puskesmas saja, mana yang turun ke lapangan. Pengkep ini salah satu kepulauan, daerah susah (dijangkau). Tapi, mereka berhasil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gratis,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Nggak Semua Orang Bisa Lihat Angka di Tes Buta Warna Ini, Kamu Bisa?

    Nggak Semua Orang Bisa Lihat Angka di Tes Buta Warna Ini, Kamu Bisa?

    Asah Otak

    Daffa Ghazan – detikHealth

    Rabu, 17 Des 2025 17:02 WIB

    Jakarta – Sekilas hanya tampak kumpulan titik warna. Namun jika diperhatikan lebih teliti, tersembunyi angka yang tidak semua orang bisa langsung menemukannya.

  • Ilmuwan Klaim Hirup Aroma Kentut Sendiri Bikin Otak Makin Sehat, Kok Bisa?

    Ilmuwan Klaim Hirup Aroma Kentut Sendiri Bikin Otak Makin Sehat, Kok Bisa?

    Jakarta

    Mungkin ini bakal terdengar aneh dan menjijikan, tapi sebuah studi yang belum lama ini dipublikasikan menemukan kebiasaan mencium bau kentut sendiri dapat meningkatkan kesehatan otak. Bahkan, mereka menemukan efeknya sampai mencegah ke alzheimer.

    Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang merusak sel otak sehingga menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, perilaku, dan kemandirian secara bertahap.

    Peneliti di Johns Hopkins Medicine menemukan hidrogen sulfida, zat kimia yang menghasilkan bau menyengat saat seseorang kentut, mungkin dapat memperlambat penurunan kognitif sel otak. Mereka menambahkan bau tersebut juga menghambat pertumbuhan alzheimer.

    “Data terbaru kami dengan kuat menghubungkan penuaan, neurodegenerasi, dan sinyal sel melalui hidrogen sulfida serta molekul gas lain di dalam sel,” ucap penulis studi Dr Bindu Paul, dikutip dari Unilad, Rabu (17/12/2025).

    Para ilmuwan mendapatkan temuan ini melalui percobaan tikus yang sudah melalui hasil rekayasa genetik. Tikus tersebut meniru penyakit Alzheimer pada manusia, lalu disuntikkan senyawa bernama NaGYY.

    Senyawa NaGGY dapat melepaskan molekul gas secara perlahan ke seluruh tubuh. Setelah itu, peneliti menunggu dan melakukan tes pada tikus-tikus tersebut 12 minggu kemudian.

    Mereka meneliti perubahan pada memori dan fungsi motorik, dan hasilnya mengejutkan. Keduanya meningkat hingga 50 persen dibandingkan tikus yang tidak disuntik. Tikus yang terpapar zat berbau tersebut menunjukkan daya ingat yang lebih baik, sekaligus menjadi lebih aktif secara fisik.

    “Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perilaku dari penyakit Alzheimer dapat dibalik dengan memperkenalkan hidrogen sulfida,” tambah peneliti.

    Tim Johns Hopkins selanjutnya akan melakukan penelitian tentang bagaimana gugus sulfur berinteraksi dengan enzim glycogen synthase kinase beta (GSK3β) dan protein lain yang terkait dengan Alzheimer. GSK3β adalah enzim kinase di dalam sel yang berperan mengatur metabolisme, sinyal sel, dan fungsi otak, serta diketahui terlibat dalam proses neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer.

    “Memahami rangkaian peristiwa ini penting untuk merancang terapi yang dapat menghambat interaksi tersebut, seperti yang mampu dilakukan oleh hidrogen sulfida,” jelas mereka.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Eks Petinggi WHO Soroti Kusta ‘Bangkit’ Lagi di Rumania Setelah 44 Tahun, Ternyata WNI

    Eks Petinggi WHO Soroti Kusta ‘Bangkit’ Lagi di Rumania Setelah 44 Tahun, Ternyata WNI

    Jakarta

    Rumania, negara di kawasan Eropa Tenggara, melaporkan kasus kusta terkonfirmasi pertama dalam lebih dari 40 tahun terakhir. Otoritas setempat menyebutkan, dua terapis pijat asal Indonesia terdiagnosis mengidap penyakit tersebut.

    Kedua Warga Negara Indonesia (WNI) itu bekerja di sebuah spa di Kota Cluj, wilayah barat laut Rumania. Mereka masing-masing berusia 21 dan 25 tahun dan saat ini tengah menjalani perawatan medis.

    Selain dua WNI tersebut, terdapat dua orang lain yang masih menjalani pemeriksaan kesehatan. Namun, hingga kini belum ada keterangan resmi mengenai kewarganegaraan kedua orang tersebut.

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra juga turut menyoroti kasus tersebut. Menurutnya, Rumania tidak melaporkan kasus kusta selama lebih dari empat dekade, namun kasus terbaru justru melibatkan pekerja migran asal Indonesia.

    Mengacu pada laporan Reuters, Prof Tjandra menjelaskan salah satu pasien diketahui baru datang dari Asia. Pasien tersebut sempat merawat ibunya yang mengidap kusta selama sekitar satu bulan di rumah sakit.

    “Untuk ini akan baik kalau Kementerian Kesehatan kita kemudian menelusuri di Rumah Sakit mana Ibu kasus ini dirawat, dan di cek juga pola penularannya karena ternyata menular ke anak si Ibu dan lalu dibawa ke Rumania ini,” ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Rabu (17/12/2025).

    Ia juga menyebutkan otoritas kesehatan Rumania telah mengambil tiga langkah cepat. Pertama, kedua WNI yang terkonfirmasi kusta saat ini telah mendapatkan pengobatan dari pemerintah setempat. Kedua, dua hingga tiga orang lain kini berada dalam pengawasan medis untuk memastikan ada atau tidaknya penularan lanjutan.

    “Ke tiga, pemerintah setempat sekarang menutup sementara Spa tempat dua WNI kita yang dengan kusta itu bekerja, sambill menunggu investigasi lebih lanjut,” lanjutnya.

    Prof Tjandra menambahkan, kusta masih menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, meskipun penyakit ini telah dikenal dunia selama lebih dari 3.500 tahun dan Indonesia telah merdeka lebih dari delapan dekade.

    Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, pada 2025 terdapat sekitar 10.450 kasus kusta baru yang tersebar di 38 provinsi, termasuk wilayah yang terdampak bencana banjir. Indonesia saat ini termasuk dalam tiga negara dengan kasus kusta terbanyak di dunia, bersama Brasil dan India.

    “kusta adalah penyakit yang tergolong dalam “Neglected Tropical Diseases – NTD” (Penyakit Menular Terabaikan). Ada beberapa NTD yang jadi masalah kesehatan kita, yaitu Schistosomiasis, kaki gajah (filariasis), kecacingan dan patek (frambusia) dll,” lanjutnya.

    “Kusta dan berbagai penyakit tropik terabaikan di negara kita jelas merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang harus kita tangani, semoga segera daspat diselesaikan dengan baik,” sambungnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Foto: Tenaga Kesehatan Puskesmas Sabutung Layani Warga di 17 Pulau Pangkep

    Foto: Tenaga Kesehatan Puskesmas Sabutung Layani Warga di 17 Pulau Pangkep

    Foto Health

    Khadijah Nur Azizah – detikHealth

    Rabu, 17 Des 2025 15:03 WIB

    Jakarta – Puskesmas Sabutung hadirkan inovasi PSPB untuk jangkau 17 pulau di Pangkep. Lihat aksi nakes arungi laut demi berikan layanan kesehatan gratis bagi warga pulau.

  • Geger Kasus Flu di AS ‘Menggila’ gegara Varian Baru, Disebut Lebih Ganas

    Geger Kasus Flu di AS ‘Menggila’ gegara Varian Baru, Disebut Lebih Ganas

    Jakarta

    Mutasi virus influenza A H3N2 yang dikenal sebagai subclade K terdeteksi sebagai penyebab meningkatnya kasus flu secara global, termasuk di Amerika Serikat.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan di situs resminya bahwa subclade K menandai “evolusi signifikan pada virus influenza A (H3N2)”. Sejumlah pihak pun menilai kemunculan varian ini memunculkan pertanyaan terkait efektivitas vaksin flu pada musim ini.

    Dalam wawancara dengan Fox News Digital, profesor praktik kesehatan masyarakat di Northeastern University, Boston, Dr Neil Maniar, mengungkapkan tingkat keparahan awal dari varian flu yang tengah muncul tersebut.

    “Semakin jelas bahwa ini merupakan varian flu yang cukup berat,” ujar Maniar. “Di beberapa wilayah dunia tempat varian ini banyak beredar, kasusnya menyebabkan penyakit yang cukup parah, dan saat ini kita sudah melihat musim flu yang agresif.”

    Varian ini juga dinilai berbeda dari strain flu sebelumnya, dengan gejala khas flu yang muncul lebih berat, seperti demam, menggigil, sakit kepala, kelelahan, batuk, sakit tenggorokan, dan pilek.

    Maniar menyebut subclade K berpotensi memicu musim flu yang agresif. Pasalnya, tingkat vaksinasi flu secara umum menurun, sementara belum ada kepastian apakah vaksin flu tahun ini sepenuhnya sesuai dengan mutasi virus tersebut.

    “Vaksin tetap sangat penting untuk diberikan. Namun karena tidak sepenuhnya selaras dengan varian ini, hal tersebut kemungkinan turut berkontribusi terhadap tingkat keparahan kasus yang kita lihat,” jelasnya.

    “Kita memasuki musim flu dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah dan varian virus yang tampaknya memang lebih agresif.”

    Banyak kekhawatiran bahwa musim flu kali ini bisa menjadi sangat berat, baik dari sisi jumlah kasus maupun tingkat keparahannya,” ujar Maniar.

    Menurutnya, subclade K cukup berbeda dibandingkan varian flu sebelumnya. Perbedaan ini membuat kekebalan alami di tingkat komunitas menjadi lebih rendah, sehingga risiko penularan dan keparahan penyakit ikut meningkat.

    Maniar juga menekankan orang yang tidak divaksinasi berisiko mengalami gejala yang lebih berat, termasuk peningkatan risiko rawat inap.

    Selain vaksinasi, ia menyarankan masyarakat untuk rajin mencuci tangan dengan benar dan teratur.

    Maniar juga mengimbau siapa pun yang merasa tidak enak badan atau menunjukkan gejala penyakit untuk tetap tinggal di rumah, terutama jika berada dalam masa penularan flu atau penyakit menular lain yang sedang beredar, seperti norovirus, COVID-19, atau RSV.

    “Jika Anda tidak merasa sehat, tetaplah di rumah. Ini adalah cara terbaik untuk pulih lebih cepat sekaligus mencegah penularan kepada orang lain,” pungkasnya.

    Sebelumnya Data terbaru Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan, pada pekan yang berakhir 6 Desember, kunjungan ke fasilitas kesehatan di AS dengan gejala demam disertai batuk atau sakit tenggorokan mencapai 3,2 persen. Angka ini melampaui ambang epidemi nasional dan menandai dimulainya musim flu.

    “Mayoritas virus influenza yang kami temukan musim ini adalah subclade K, varian dari Influenza A(H3N2),” demikian disampaikan otoritas kesehatan AS.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • RSUD Terdampak Bencana Sumatera Mulai Beroperasi Lagi Meski Terkendala Listrik

    RSUD Terdampak Bencana Sumatera Mulai Beroperasi Lagi Meski Terkendala Listrik

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim seluruh RSUD yang terdampak bencana di Sumatera sudah beroperasi secara bertahap, meski masih ada kendala listrik. Kondisi ini membuat sejumlah layanan penting tidak berfungsi.

    Misalnya RSUD Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Aceh Timur yang sudah mulai mengoperasikan IGD dan sejumlah poliklinik, menghadapi masalah ketidakstabilan listrik. Rumah sakit tersebut membutuhkan dukungan genset dan bahan bakar yang cukup besar.

    Selain itu, ketersediaan air bersih masih terbatas dan sebagian alat radiologi dilaporkan rusak.

    Lalu di Sumatera Utara, RSUD Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, tetap melayani pasien meski dengan fasilitas terbatas. Hingga 15 Desember, ribuan pasien rawat jalan dilayani menggunakan tenda dan posko darurat, sementara perbaikan fasilitas utama rumah sakit masih berlangsung.

    Sedangkan untuk RSUD Muda Sedia Aceh Tamiang, kondisi listrik dikabarkan aman, tapi beberapa alat laboratorium rusak akibat bencana. Layanan IGD, rawat inap, rawat jalan, dan kamar operasi sudah mulai berjalan, tapi ICU dan layanan hemodialisis (cuci darah) belum dapat dijalankan.

    “Sebagian besar rumah sakit sudah mulai melayani pasien, namun memang masih ada kendala listrik dan air bersih. Ini yang sedang kami dorong percepatannya agar layanan kritis seperti hemodialisis dan radiologi bisa segera beroperasi,” ucap Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Agus Jamaludin dikutip dari edaran tertulis yang diterima detikcom, Rabu (17/12/2025).

    Agus mengatakan pemulihan layanan kesehatan pasca bencana difokuskan pada memastikan layanan dasar tetap berjalan sambil mempercepat pemulihan sarana pendukung.

    Ia menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait penyediaan genset, BBM, dan perbaikan listrik yang dibutuhkan dengan segera.

    “Keselamatan pasien menjadi prioritas utama. Kami pastikan dukungan logistik kesehatan dan teknis terus dilakukan sampai layanan rumah sakit kembali normal sepenuhnya,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Video: Kabut Tebal Selimuti Lahore Pakistan, Jadi Kota Paling Tercemar di Dunia

    Video: Kabut Tebal Selimuti Lahore Pakistan, Jadi Kota Paling Tercemar di Dunia

    Video: Kabut Tebal Selimuti Lahore Pakistan, Jadi Kota Paling Tercemar di Dunia

  • Cerita Gen Z yang Kena Kanker Usus Besar Stadium 3, Ini Gejala Awalnya

    Cerita Gen Z yang Kena Kanker Usus Besar Stadium 3, Ini Gejala Awalnya

    Jakarta

    Page Seifert, engineer di Denver, Colorado didiagnosis mengidap kanker usus (bowel cancer) stadium tiga di usianya yang menginjak 24 tahun. Padahal, banyak yang meyakini penyakit ini umumnya ‘menyerang’ mereka yang lebih tua.

    Saat ini, Seifert berusia 25 tahun dan dirinya dinyatakan bebas kanker setelah berbulan-bulan menjalani perawatan yang dimulai ketika dokter menemukan bahwa penyakit tersebut telah mencapai stadium lanjut.

    Setelah menjalani 12 putaran kemoterapi, diikuti oleh operasi besar, Seifert sekarang dalam keadaan remisi dan mendesak orang lain untuk tidak mengabaikan gejala awal. Bila ditemukan leih dini, peluang kesembuhan relatif lebih tinggi.

    Dikutip dari Daily Mail UK, para dokter mengatakan kasus penyakit pada orang di bawah usia 50 tahun telah meningkat tajam selama dekade terakhir, sehingga memicu seruan untuk meningkatkan kesadaran gejala-gejala awal.

    Seifert bercerita kanker usus tak datang tiba-tiba. Ada beberapa tanda yang sebelumnya muncul, sebelum dirinya benar-benar menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan tubuhnya.

    1. Darah dalam Tinja

    Tanda pertama yang muncul adalah pendarahan saat dirinya buang air besar di sekitar bulan Agustus 2024. Namun, Seifert mengira itu adalah wasir.

    Pada Januari 2025, dirinya mencoba menemui ahli gastroenterologi untuk berjaga-jaga. Ia dikagetkan dengan hasil kolonoskopi yang menunjukkan bahwa darah dalam tinja adalah tanda dari kankes usus besar.

    “Saat dokter spesialis gastroenterologi saya melakukan kolonoskopi, begitu dia masuk, dia melihat tumor dan tahu itu kanker,” katanya.

    2. Sakit Perut

    Selain itu, Seifert juga mengaku bahwa dirinya terkadang mengalami sakit perut dan itu membuat dirinya merasa sangat tidak nyaman.

    “Bagi saya, itu sangat sporadis. Saya tidak mengalaminya sepanjang waktu, tetapi ketika itu terjadi, rasanya seperti ada yang tidak beres. Entah itu mual atau sakit perut dan kram,” katanya.

    Dokter mengatakan nyeri perut dapat terjadi ketika tumor menyebabkan penyumbatan sebagian di usus.

    3. Kelelahan Ekstrem

    Salah satu tanda kanker usus besar yang kerap terjadi adalah rasa lelah yang ekstrem dan kerap muncul tanpa alasan yang jelas.

    “Saya tahu ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, entah itu pekerjaan, kurang tidur, atau olahraga. Namun, hal ini, dikombinasikan dengan semua hal lainnya, merupakan indikator besar bagi saya,” katanya.

    Kelelahan pada pasien kanker usus sering disebabkan oleh anemia, kadar zat besi rendah yang dipicu oleh kehilangan darah secara perlahan dan tanpa disadari akibat pendarahan tumor.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/naf)

  • Hanya yang Punya IQ Tinggi Bisa Menjawab Teka-teki Logika Ini dengan Benar

    Hanya yang Punya IQ Tinggi Bisa Menjawab Teka-teki Logika Ini dengan Benar

    Hanya yang Punya IQ Tinggi Bisa Menjawab Teka-teki Logika Ini dengan Benar