Jenis Media: Kesehatan

  • Menkes Respons Kemungkinan Dipanggil KPK soal Pembangunan RSUD

    Menkes Respons Kemungkinan Dipanggil KPK soal Pembangunan RSUD

    Jakarta

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuka peluang untuk meminta keterangan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam penyidikan kasus dugaan korupsi terkait pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara.

    Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu dalam konferensi pers penetapan tiga orang tersangka baru dan penahanan pada Senin (24/11) malam.

    Asep mengatakan penyidikan kasus ini akan dilakukan dengan metode bottom up atau menelusuri dari bawah ke atas.

    Selain RSUD Koltim, belakangan 31 pembangunan RSUD yang lain juga tengah didalami.

    Menyoal laporan tersebut, Menkes menyebut pihaknya akan menghormati dan mengikuti seluruh proses hukum yang berjalan. Ia menegaskan bahwa setiap pejabat publik wajib kooperatif apabila dimintai keterangan oleh penegak hukum.

    ” Itu prosesnya tentu akan kita ikuti,” ujarnya kepada detikcom Senin (25/11/2025).

    Budi juga menambahkan kementeriannya berkomitmen untuk mendukung upaya pemberantasan korupsi, termasuk dalam proyek-proyek pembangunan fasilitas kesehatan di daerah.

    Setiap program pembangunan yang melibatkan kementeriannya harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara administratif maupun hukum.

    Kemenkes disebut telah menyerahkan sejumlah dokumen yang relevan kepada KPK. Proses verifikasi internal pun tengah dilakukan sembari menunggu perkembangan penyidikan.

    (naf/naf)

  • Ini Gejala Stroke ‘Tersembunyi’ yang Jarang Disadari Orang Usia Muda

    Ini Gejala Stroke ‘Tersembunyi’ yang Jarang Disadari Orang Usia Muda

    Jakarta

    Stroke sering muncul tanpa peringatan. Dalam hitungan menit, ketidakseimbangan tiba-tiba, penglihatan kabur, atau bicara cadel yang bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam nyawa.

    Sel-sel otak mulai mati, kemampuan bicara, berpikir, hingga bergerak dapat hilang selamanya. Menurut ahli bedah saraf Dr Sunil Kutty dari New Era Hospital, Navi, Mumbai, kunci keselamatan selalu sama, yaitu kenali dengan cepat dan bertindak dengan cepat.

    “Stroke membutuhkan penanganan yang tepat waktu. Pengenalan dini dapat membuat perbedaan besar dalam mencegah kecacatan atau kematian,” tuturnya yang dikutip dari Times of India.

    Dr Kutty menegaskan stroke kini bukan hanya berisiko pada orang lanjut usia. Orang-orang yang berusia muda juga semakin rentan, terutama jika faktor risiko tersembunyi seperti gangguan tidur tidak disadari.

    Tanda-tanda Stroke yang Sering Tak Terlihat

    “Stroke terjadi saat aliran darah ke otak tersumbat atau pembuluh darah pecah, memutus suplai oksigen. Yang dalam hitungan menit, bisa menyebabkan kerusakan serius,” jelas Dr Kutty.

    Penanganan yang cepat sangat menentukan hasil. Berdasarkan studi tahun 2020 di Neurology, menunjukkan pasien yang mendapat perawatan dalam 0-90 menit memiliki waktu pemulihan 3 bulan yang jauh lebih baik.

    Dari studi tahun 2024 di Journal of Clinical Medicine juga menegaskan bahwa pengenalan dini adalah kunci mengurangi keterlambatan terapi.

    Faktor Risiko Stroke Tersembunyi

    Salah satu faktor risiko terbesar yang sering terlewat adalah apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA). Dr Amit Kulkarni dari Sakra World Hospital menyebut OSA sebagai penyebab ‘diam-diam’ stroke pada pasien muda.

    “Sekitar 50-70 persen orang yang mengalami stroke juga mengidap apnea tidur. OSA kini diakui sebagai salah satu faktor risiko utama stroke berulang,” terangnya.

    Penelitian 2005 di New England Journal of Medicine menemukan bahwa OSA meningkatkan risiko stroke atau kematian hampir dua kali lipat. Bahkan, setelah memperhitungkan hipertensi dan diabetes.

    Tinjauan tahun 2019 di Sleep Disorders & Stroke kembali menekankan perlunya skrining rutin.

    “Jika OSA tidak diobati pada pasien yang pernah mengalami stroke, risiko kekambuhan bisa mencapai 50 persen dalam dua tahun,” kata Dr Kulkarni.

    Maka dari itu, gejala seperti dengkuran berat, napas tersengal saat tidur, atau kantuk ekstrem di siang hari bukan hal sepele.

    ‘Golden Time’ Penanganan Stroke

    Pada stroke iskemik, obat pengencer darah harusnya diberikan maksimal 4,5 jam setelah gejala muncul. Pada kasus oklusi besar, prosedur trombektomi mungkin dibutuhkan. Jika terlambat sedikit saja bisa mengubah hidup seseorang.

    Sementara pada stroke hemoragik, intervensi cepat sama pentingnya. Tindakan terlambat dapat meningkatkan risiko kematian dan kecacatan permanen.

    “Setiap menitnya sangat berharga. Maka dari itu, kenali tanda-tandanya tanpa menunda,” beber Dr Kutty.

    Kecepatan mengenali dan mengatasi faktor risiko stroke dapat mencegah terjadinya keparahan. Salah satu tanda yang ditekankan adalah apnea tidur obstruktif.

    “Apnea tidur obstruktif adalah risiko tersembunyi. Bukan hanya untuk penyakit jantung, tetapi juga untuk stroke,” pungkas Dr Kulkarni.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Ahli Ungkap 8 Buah ‘Tersehat’ yang Bisa Bikin Panjang Umur, Mudah Ditemukan

    Ahli Ungkap 8 Buah ‘Tersehat’ yang Bisa Bikin Panjang Umur, Mudah Ditemukan

    Jakarta

    Buah dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, beberapa jenis buah ternyata mengandung gula alami yang cukup tinggi. Bagi kesehatan usus, metabolisme, dan pengelolaan berat badan, asupan gula, meski dari buah, tetap bisa berdampak jika dikonsumsi berlebihan.

    Karena itu, pakar kesehatan Dr Steven Gundry, MD, merekomendasikan pilihan buah yang rendah gula namun kaya polifenol. Meski demikian, ia tetap menekankan bahwa konsumsi buah-buahan tersebut sebaiknya tidak berlebihan.

    1. Buah Jeruk

    Jeruk mengandung gula lebih sedikit, tetapi kaya akan vitamin C dan flavonoid. Itu merupakan polifenol yang penting untuk mendukung kesehatan mikrobioma usus.

    Bagian putih yang sering dibuang justru menjadi salah satu yang paling padat nutrisi.

    2. Buah Beri

    Blueberry, raspberry, hingga blacberry termasuk yang menjadi favorit Dr Gundry. Buah-buahan ini rendah gula, tinggi serat, dan mengandung polifenol.

    3. Delima

    Buah delima ternyata kaya akan polifenol, terutama punicalagin, yang mendukung kesehatan jantung dan sel tubuh. Meski terasa manis, kandungan gulanya tetap lebih rendah dibandingkan buah tropis lainnya.

    Selain itu, biji buah delima yang renyah juga dapat menambah asupan serat untuk kesehatan usus.

    4. Alpukat

    Alpukat adalah buah yang hampir bebas gula, tinggi lemak tak jenuh tunggal, kalium, dan serat. Menurut Dr Gundry, alpukat adalah buah yang ‘paling sempurna’.

    Selain mengenyangkan, buah ini baik untuk jantung, ramah usus, dan tidak membuat gula darah melonjak.

    5. Zaitun

    Tidak banyak yang menyadari bahwa zaitun juga termasuk buah. Zaitun sangat rendah gula dan kaya lemak sehat, serta polifenol kuat seperti hidroksitirosol yakni senyawa yang mendukung kesehatan usus, jantung, dan otak.

    6. Kiwi

    Kiwi tergolong buah yang lebih rendah gula, kaya vitamin C, serat, dan antioksidan. Rahasia untuk mendapatkan semua kandungan baiknya adalah memakannya dengan kulitnya sekaligus.

    Serat dan polifenol terbanyak ada di bagian berbulu halus yang ada di kulit kiwi. Kandungan serotonin alami pada kiwi juga dikaitkan dengan manfaatnya untuk memberikan kualitas tidur yang lebih baik.

    7. Mangga Hijau

    Berbeda dengan mangga yang matang, mangga yang masih hijau menawarkan gula lebih sedikit serta kaya pati resisten, serta antioksidan. Buah ini mendukung kesehatan pencernaan, metabolisme, sekaligus memberikan asupan vitamin C.

    8. Markisa

    Markisa ternyata buah yang padat nutrisi dan lebih rendah gula. Buah ini juga kaya polifenol, vitamin A, dan serat. Sementara bijinya, berfungsi sebagai prebiotik alami.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/suc)

  • 3 Soal Matematika yang Bikin Banyak Orang Pusing, Tapi Si Jenius Bisa Jawab Sekejap

    3 Soal Matematika yang Bikin Banyak Orang Pusing, Tapi Si Jenius Bisa Jawab Sekejap

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Selasa, 25 Nov 2025 10:01 WIB

    Jakarta – Kalau kamu merasa punya otak super jenius dan bisa mengerjakan soal matematika dalam hitungan detik, coba buktikan di tiga soal ini.

  • Jangan Anggap Sepele, Ini yang Terjadi pada Otak Jika Sering Nonton Video Pendek

    Jangan Anggap Sepele, Ini yang Terjadi pada Otak Jika Sering Nonton Video Pendek

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru mengungkapkan temuan yang cukup mencemaskan soal kebiasaan menonton konten berdurasi pendek. Mulai dari reels, TikTok, sampai YouTube Short.

    Meski terlihat sepele, kegiatan doom scrolling ini ternyata memiliki dampak nyata pada cara otak bekerja.

    Video durasi pendek (short-form video/SFV) kini hadir di hampir semua platform, tidak hanya di TikTok. Menyadari hal ini, para peneliti menganalisis data besar dari 98.299 partisipan dan 71 studi lintas platform untuk melihat seberapa besar dampaknya.

    Dalam laporan mereka, para peneliti menulis bahwa kebangkitan SFV ‘telah mengubah lanskap media sosial’, dari hiburan hingga pendidikan, kampanye politik, sampai periklanan. Tetapi, desainya yang mengandalkan infinite scrolling memunculkan kekhawatiran baru, yakni kecanduan digital dan dampak kesehatan jangka panjang.

    Setelah menelaah hampir 100 ribu data pengguna remaja dan remaja, hasilnya memang tidak bisa dianggap enteng.

    Turunkan Fokus, Perburuk Kesehatan Mental

    Penelitian menemukan konsumsi SFV yang tinggi berkaitan dengan penurunan kemampuan sosial, baik pada kelompok muda maupun dewasa. Tak berhenti di situ, penggunaan intens juga berhubungan dengan meningkatnya risiko depresi, kecemasan, stres, hingga rasa kesepian.

    “Siklus menerima konten baru yang terus merangsang emosi dapat memicu pelepasan dopamin dan membentuk lingkaran kebiasaan yang membuat pengguna makin bergantung secara emosional pada interaksi digital,” tulis tim peneliti, dikutip dari Unilad.

    Menurut peneliti, kebiasaan itu pada akhirnya dapat meningkatkan stres dan kecemasan karena pengguna kesulitan mengatur emosi di kehidupan nyata.

    Ganggu Tidur dan Picu Masalah Lain

    Dampak lain juga muncul pada kualitas tidur, terutama pada orang yang suka scrolling di tempat tidur. Konsumsi SFV beberapa jam sebelum tidur dikaitkan dengan gangguan tidur akibat paparan cahaya biru dari layar, yang dapat menekan produksi melatonin dan serotonin, yang merupakan hormon penting pengatur ritme sirkadian.

    Sementara itu, aspek lain seperti dampak terhadap citra tubuh disebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

    Pada akhirnya, semakin sering scroll SFV, maka semakin besar risiko penurunan fungsi kognitif dan kesehatan mental. Dengan kata lain, konsumsi SFV yang tinggi memiliki konsekuensi nyata dan tidak semuanya menyenangkan.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Kenali Fungsi, Letak, dan Penyakit Kelenjar Getah Bening

    Kenali Fungsi, Letak, dan Penyakit Kelenjar Getah Bening

    Jakarta

    Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan infeksi akibat bakteri, virus, kuman, dan parasit.

    Jika terjadi infeksi, kelenjar akan membengkak untuk memberikan tanda. Setelah infeksi mereda, kelenjar akan mengempis dengan sendirinya dan kembali ke ukuran semula.

    Fungsi dan Letak Kelenjar Getah Bening

    Kelenjar getah bening berperan penting dalam tubuh untuk melawan infeksi. Fungsinya adalah sebagai filter, yaitu menyaring virus, bakteri, dan penyebab penyakit lainnya sebelum menginfeksi bagian tubuh lainnya.

    Pembengkakan kelenjar getah bening paling sering terjadi karena infeksi bakteri atau virus. Area umum yang sering mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di antaranya leher, di bawah dagu, ketiak, dan selangkangan.

    Gejala Penyakit Kelenjar Getah Bening

    Kelenjar getah bening bisa membengkak sebesar kacang polong, kacang merah, atau bahkan lebih besar. Pembengkakan ini bisa menjadi tanda adanya masalah dalam tubuh dan mungkin terasa nyeri dan sakit.

    Adapun beberapa gejala dari kelenjar getah bening di antaranya:

    Hidung meler, sakit tenggorokan, atau batukPembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, bisa jadi karena infeksi seperti HIV atau monoukleosis, atau gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti lupus atau artritis reumatoid.Kelenjar getah bening yang keras, tumbuh cepat, dan tidak bergerak saat ditekan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kanker sistem limfatik yang disebut limfoma atau kanker lainnyaDemamKeluarnya keringat di malam hari.Penyebab Kelenjar Getah Bening

    Dijelaskan pula oleh laman laman Cleveland Clinic, kelenjar getah bening membengkak saat sel imun berkumpul sebelum tubuh mengirimkan sel-sel tersebut ke tempat yang membutuhkan. Sel-sel imun pada dasarnya menumpuk dan menyebabkan tekanan dan pembengkakan. Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyebab utama dari pembengkakan kelenjar getah bening.
    Kendati demikian, pembengkakan bisa dialami karena:

    Pilek dan flu biasaInfeksi sinus atau sinusitisInfeksi kulit ringanInfeksi bakteri, seperti streptokokus dan staph.

    Pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa terjadi akibat kondisi serius, seperti

    Penyakit virus, seperti hepatitis, cacar air, dan herpes zosterPenyakit bakteri yang jarang terjadi, seperti wabah pes atau tuberkulosisPenyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, lupus, atau sindrom SjögrenKondisi endokrin, seperti hipertiroidismeReaksi terhadap obat-obatanKankerInfeksi menular seksualKapan Harus Periksakan Diri ke Dokter?

    Beberapa kelenjar getah bening yang bengkak akan kembali ke ukuran normal saat kondisi yang menyebabkannya membaik. Namun, diperlukan untuk memeriksakan diri jika pembengkakan kelenjar getah bening:

    Tidak diketahui penyebabnyaTerus membesar dan membengkak selama 2-4 minggu.Lebih besar dari 2 cmSangat menyakitkan atau tumbuh dengan cepatMengeluarkan nanah atau zat lainnyaTerasa keras atau kenyal atau tidak bergerak saat ditekanDisertai demam, keringat di malam hari atau penurunan berat badanDisertai batuk yang tak kunjung membaikMenyebabkan kulit merah atau meradang di atas kelenjar getah bening yang bengkak

    (elk/suc)

  • Ternyata Golongan Darah Ini Bisa Berisiko Lebih Tinggi Kena Penyakit Liver

    Ternyata Golongan Darah Ini Bisa Berisiko Lebih Tinggi Kena Penyakit Liver

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru mengungkapkan temuan penting soal hubungan golongan darah dan risiko penyakit hati atau liver. Bukan sekadar menjadi informasi medis dasar, golongan darah juga bisa memberikan gambaran tentang peluang seseorang mengalami penyakit hati autoimun, kondisi serius yang bisa berujung pada kerusakan organ jangka panjang.

    Riset yang dipublikasikan di jurnal Frontiers menemukan bahwa orang dengan golongan darah A, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit hati autoimun. Sebaliknya, pemilik golongan darah B justru menunjukkan risiko lebih rendah, terutama untuk kolangitis bilier primer atau primary biliary cholangitis (PBC), penyakit yang dapat berkembang menjadi gagal hati.

    Bagaimana Golongan Darah Berperan?

    Penyakit hati autoimun berbeda dengan kerusakan hati akibat alkohol atau pola hidup. Pada hepatitis autoimun, sistem imun salah sasaran dan menyerang sel-sel hati.

    Pada PBC, sistem imun justru menyerang saluran empedu, menyebabkan penumpukan empedu dan akhirnya merusak hati. Bahkan bisa memicu sirosis, yakni kondisi kronis saat hati mengalami kerusakan dan pembentukan jaringan parut permanen, sehingga mengganggu fungsinya.

    Golongan darah ditentukan oleh antigen A, B, atau H pada sel darah merah. Dalam studi yang melibatkan lebih dari 1.200 orang, termasuk 114 pasien penyakit hati autoimun, peneliti menemukan pola yang cukup jelas.

    Dikutip dari Economic Times, golongan darah A paling sering muncul pada pasien. Disusul dengan pemilik golongan darah O, B, lalu AB.

    Apa yang Perlu Diwaspadai?

    Para ahli menegaskan memiliki golongan darah A bukan berarti pasti akan mengalami penyakit liver. Tetapi, penting untuk lebih peka terhadap gejala awal, seperti mudah lelah, nyeri sendi, atau gangguan pencernaan yang tidak biasa.

    Salah satu cara untuk mencegahnya adalah melakukan pemeriksaan medis rutin untuk mendeteksi lebih dini.

    Tips Menjaga Kesehatan Liver untuk yang Berisiko Tinggi

    Hindari konsumsi alkohol, terutama bagi pasien atau mereka yang diduga mengalami PBC. Sebab, kebiasaan ini bisa mempercepat kerusakan hati.Batasi asupan garam untuk mencegah penumpukan cairan di perut atau asites.Pilih pola makan seimbang, seperti biji-bijian utuh, buah, sayur, kacang-kacangan, dan lemak sehat contohnya minyak zaitun. Batasi konsumsi lemak jenuh.Perhatikan kebutuhan kalsium dan vitamin D, karena orang dengan PBC rentan mengalami osteoporosis.Rutin berolahraga untuk menjaga kesehatan tulang dan kebugaran tubuh secara keseluruhan.Berhenti merokok, karena bisa memperparah kerusakan liver.Lakukanlah tes darah secara berkala, untuk memantau fungsi hati dan perkembangan penyakit yang ada di tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Makan Ini Ternyata Bisa Bikin Depresi

    Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Makan Ini Ternyata Bisa Bikin Depresi

    Jakarta

    Makanan junkfood, seperti pizza, ayam goreng krispi, dan es krim memang lezat. Namun, beberapa penelitian menunjukkan makanan-makanan ini bisa membahayakan kesehatan fisik, bahkan mental.

    Faktanya, penelitian terbaru memperingatkan bahwa makanan ultra-olahan atau ultra-processed food bisa memicu ‘pandemi’ penyakit kronis. Hal tersebut tidak mengheranlan, sebab makanan ini biasanya tinggi kalori, lemak, gula, dan garam tambahan, sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas serta kondisi terkait, seperti penyakit jantung, strike, dan diabetes tipe 2.

    Para ahli di dunia juga memperingatkan bahwa pola makan kaya makanan ultra olahan bisa menyebabkan penyakit ginjal, penyakit radang usus, dan kanker tertentu.

    Dikutip dari laman New York Post, ada satu dampak utama yang tidak terlalu menarik perhatian dibandingkan lainnya yaitu depresi. Penelitian terbaru dari Pakistan mengaitkan konsumsi banyak makanan ultra-olahan dengan risiko 20 persen hingga 50 persen lebih terkena depresi. Hal itu ditandai dengan hilangnya keinginan untuk beraktivitas dan perasaan sedih dan putus asa yang terus menerus.

    “Hubungan ini tetap signifikan bahkan setelah disesuaikan dengan potensi faktor pengganggu,” tulis para penulis studi minggu ini di European Medical Journal Gasroenterology.

    Para peneliti meninjau sembilan studi dengan lebih dari 79.700 peserta untuk menarik kesimpulan ini. Terdapat beberapa teori yang mendukung hubungan ini.

    Salah satunya adalah makanan cepat saji dapat langsung menyebabkan lonjakan gula darah, yang dikaitkan dengan suasana hati yang negatif, stres, dan kecemasan. Makanan ini juga kekurangan nutrisi penting, seperti vitamin B, vitamin D, magnesium, dan asam lemak omega-3, yang penting untuk kesehatan otak. Hubungan antara otak dan usus adalah kuncinya.

    “Penelitian menunjukkan bahwa mikrobiota usus individu yang depresi berbeda secara signifikan dibandingkan individu yang sehat,” catat para peneliti dari Pakistan.

    “Dari data yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa bakteri usus dapat bereaksi dengan sistem saraf dan mengakibatkan depresi.”

    Para penulis studi menekankan, bakteri usus menghasilkan zat kimia yang berkaitan dengan suasana hati, yaitu serotonin, dopamin, dan Gamma-Aminobutyric Acid (GABA). Mengganggu keseimbangan bakteri yang sensitif ini bisa mengubah kadar neurotransmitter.

    Dikutip dari laman Cleveland Clinic, neurotransmitter membawa pesan dari satu sel saraf melintasi ruang ke sel saraf otot, atau kelenjar berikutnya. Pesan-pesan ini membantu dalam menggerakkan anggota tubuh, merasakan sensasi, hingga merespons semua informasi yang diterima tubuh dari bagian dalam dan lingkungan sekitar.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Urolog Beberkan 4 Minuman yang Tak Baik untuk Ginjal, Kerap Dikonsumsi Warga +62

    Urolog Beberkan 4 Minuman yang Tak Baik untuk Ginjal, Kerap Dikonsumsi Warga +62

    Jakarta

    Banyak orang menikmati soda bersoda, hingga minuman berenergi tanpa menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari ini dapat perlahan memengaruhi kesehatan ginjal. Ginjal bekerja tanpa henti untuk menyaring racun, mengatur tekanan darah, menyeimbangkan mineral, dan menjaga hidrasi tubuh.

    Saat minuman tertentu memberi beban tambahan yang tidak diperlukan, dampaknya sering kali tidak terasa di awal. Namun, ‘stres’ yang menumpuk dapat memengaruhi fungsi ginjal jauh sebelum gejala muncul. Banyak orang yang memilih minuman manis untuk kepraktisan atau dorongan energi sering kali tidak menyadari bahwa kandungannya dapat menambah beban kerja ginjal.

    dr Tarek Pacha, urolog asal Michigan, membagikan empat jenis minuman yang menurutnya berpotensi merusak kesehatan ginjal.

    1. Soda

    Soda sangat sering diminum saat makan karena dianggap membantu pencernaan dan membuat makanan lebih mudah ditelan. Namun, soda berada di posisi teratas dalam daftar minuman ‘pengganggu’ kesehatan ginjal menurut dr Pacha.

    “Mereka mengandung banyak asam fosfat yang dapat memicu batu ginjal dan, dalam jangka panjang, merusak fungsi ginjal. Kandungan gulanya yang tinggi juga menyebabkan obesitas, hipertensi, dan diabetes, tiga faktor risiko utama kerusakan ginjal,” jelasnya, dikutip dari Hindu Times.

    Soda memang telah lama dikaitkan dengan kenaikan berat badan, lonjakan gula darah, dan tekanan darah tinggi, semuanya menjadi pemicu kerusakan ginjal.

    2. Kopi berlebihan

    Saat merasa lelah, banyak orang cenderung mencari kopi atau minuman energi untuk meningkatkan fokus dan tetap terjaga. Namun, kadar kafein yang tinggi pada minuman ini justru dapat membahayakan ginjal. dr Pacha menekankan bahwa dehidrasi adalah salah satu efek utama dari konsumsi kafein berlebih.

    Dehidrasi membuat ginjal bekerja lebih keras, dan dalam jangka panjang menambah beban yang dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal.

    Sebagai gantinya, dr Pacha menyarankan memilih kopi berkualitas baik dan bebas jamur, serta membatasinya 2-3 cangkir per hari.

    3. Sports drinks

    Setelah aktivitas fisik berat, sports drink sering dianggap sebagai solusi cepat untuk mengganti elektrolit. Namun, dr Pacha memperingatkan bahwa banyak minuman olahraga mengandung bahan yang tidak sehat. Salah satu kekhawatiran utamanya adalah pewarna makanan. Selain itu, minuman ini juga tinggi gula, terutama pemanis buatan, yang dapat memicu lonjakan gula darah dan memberikan tekanan tambahan pada ginjal.

    4. Smoothie

    Smoothie mungkin terasa mengejutkan sebagai bagian dari daftar minuman yang bisa mengganggu kesehatan ginjal. Meski sering dianggap sehat, tidak semua smoothie ramah bagi ginjal.

    Banyak smoothie mengandung sayuran berdaun seperti bayam dan kale. Meskipun bermanfaat, porsinya perlu diperhatikan karena dalam jumlah besar dapat mengandung banyak oksalat, zat yang dapat meningkatkan risiko batu ginjal.

    dr Pacha menyarankan untuk tetap mengutamakan hidrasi dengan cairan yang ‘bersih’ dan sederhana.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Fakta-fakta Pria Tewas gegara Sembelit Parah, Perutnya Dipenuhi 9 Kg Tinja

    Fakta-fakta Pria Tewas gegara Sembelit Parah, Perutnya Dipenuhi 9 Kg Tinja

    Jakarta

    James Stewart, pria berusia 41 tahun yang tinggal di rumah perawatan Clear Skies Ahead di Bazetta Township, Ohio, Amerika Serikat, meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan. Perutnya dipenuhi tinja yang telah mengeras dan menumpuk.

    James diketahui memiliki disabilitas intelektual, riwayat sembelit kronis, serta mengonsumsi obat-obatan dengan efek samping gastrointestinal yang berat. Pihak keluarga menuding staf rumah perawatan lalai dalam menjalankan tugas, karena diduga mengabaikan tanda-tanda yang dialami James, mulai dari perut yang terus membesar, nyeri berulang, hingga munculnya memar.

    Menurut hasil penyelidikan, James sudah sebulan penuh tidak bisa buang air besar. Pada 15 November 2024, ia ditemukan pingsan di kamar tidurnya.

    Saat dilarikan ke rumah sakit, kondisi James sudah kritis. Tim medis mendapati perubahan warna kulit pada perutnya, pembengkakan signifikan, serta perut yang teraba sangat keras.

    Hasil autopsi menyebutkan usus besar James tersumbat tinja yang mengeras seberat lebih dari 9 kg. Kondisi ini memicu terjadinya tension pneumoperitoneum, yakni udara yang menumpuk di rongga perut akibat robekan kecil pada dinding ususnya.

    “Tekanan di usus mendorong udara keluar ke rongga tubuhnya, dan itulah yang membunuhnya. James tidak seharusnya mati,” kata pengacara keluarga James, Matt Mooney, dikutip dari The Sun.

    “Jika ia (James) diperlakukan dengan baik dan sesuai dengan perawatan, hal ini tidak akan terjadi,” sambungnya.

    Kata Dokter soal Sembelit

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, menjelaskan sembelit bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari pola makan, kurang asupan serat, kurang aktivitas. Bisa juga karena terlalu sering menahan buang air besar (BAB), mengonsumsi obat-obatan tertentu, kehamilan, stres, dan penyakit lain yang bisa memicu sembelit.

    “Bila seseorang mengalami sembelit, sebaiknya segera datang ke dokter atau RS terdekat untuk mencari tahu apa penyebabnya dan dilakukan tatalaksana sesuai penyebabnya,” katanya pada detikcom, Senin (24/11/2025).

    Bisakah Sembelit Memicu Kematian?

    dr Aru mengungkapkan sembelit bisa saja menyebabkan kematian. Terlebih jika terjadi komplikasi, salah satunya penyumbatan usus yang parah.

    “Terutama bila terjadi komplikasi, seperti penyumbatan usus yang parah, perforasi (usus robek), atau infeksi yang mengancam jiwa. Dan komplikasi ini sangat berisiko, terutama pada lansia,” jelasnya.

    Saat sembelit, seseorang akan kesulitan untuk BAB. Jika terjadi dalam waktu yang lama, akan terjadi penumpukan feses di usus karena tidak bisa dikeluarkan.

    “Feses yang menumpuk tidak bisa keluar, lama-kelamaan akan menimbulkan obstruksi atau sumbatan yang bisa menyebabkan kematian,” tambah dr Aru.

    Banyaknya feses yang menumpuk di perut dapat memicu terjadinya tension pneumoperitoneum. Itu merupakan kondisi saat udara terperangkap di rongga perut hingga menimbulkan tekanan tinggi.

    “Sembelit yang kronis juga bisa menyebabkan perforasi, yang akibatnya menjadi tension pneumoperitoneum. Dan kondisi seperti ini sangat mengancam jiwa,” beber dr Aru.

    Sebenarnya, kondisi ini masih bisa diselamatkan. Tentunya jika segera ditangani, salah satunya melalui tindakan operasi.

    Tanda-tanda Sembelit Kronis

    dr Aru juga mengingatkan tanda-tanda sembelit yang sudah kronis atau parah dan perlu segera ditangani. Mulai dari feses yang keras.

    “Tanda-tandanya sembelit kronis adalah BAB yang kurang dari 3 hari sekali dalam seminggu, dan sudah dialami lebih dari 3 bulan. Di mana fesesnya keras dan kadang tidak tuntas, sebaiknya segera diwaspadai,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Konsumsi Yogurt Dapat Turunkan Risiko Kanker Usus”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)