Video Kemenkes: Pasangan ODHIV-Pelanggan PSK Jadi Kelompok HIV Tertinggi 2025
Jenis Media: Kesehatan
-

Ginjal Pria 21 Tahun Rusak Parah gegara Konsumsi Minuman Energi 8 Gelas Per Hari
Jakarta –
Seorang pria berusia 21 tahun di Turki harus dirawat di rumah sakit karena kebiasaannya mengonsumsi minuman berenergi. Ia didiagnosis mengalami penyakit ginjal akut stadium tiga.
Sebelumnya, pria yang tidak disebutkan identitasnya itu mengonsumsi delapan gelas minuman berenergi tiap hari selama sebulan untuk persiapan lomba lari.
Ketika sampai di IGD rumah sakit, ia mengeluhkan mual dan muntah sejak sehari sebelumnya. Riwayat kesehatannya dinilai baik, karena ia tidak merokok, tidak obesitas, dan tidak memiliki penyakit kronis.
Namun, hasil tes darah menunjukkan kondisi yang sebaliknya. Kadar kreatinin atau penanda fungsi ginjalnya melonjak hingga lima kali lipat dari batas normal. Kadar fosfornya juga tiga kali lebih tinggi.
Kondisi ini mengindikasikan ginjal yang gagal menyaring limbah dengan baik. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memicu gangguan organ vital, serangan jantung, hingga stroke.
Kepada dokter, pria itu mengaku rutin minum sekitar dua liter minuman energi setiap hari. Kebiasaan itu yang diduga kuat menjadi pemicu cedera gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI).
Pada dokter menuliskan temuan tersebut dalam sebuah laporan kasus.
Bahaya Konsumsi Minuman Energi Berlebihan
Dikutip dari Daily Mail, minuman berenergi umumnya mengandung kafein, vitamin B, gula atau pemanis buatan, serta aditif seperti taurin dan guarana. Dalam satu kaleng kecil minuman energi biasanya mengandung sekitar 80 mg kafein, yang setara dengan segelas kopi.
Jika pasien tersebut minum delapan kaleng per hari, total kafeinnya mencapai 640 mg. Ini melewati batas aman konsumsi kafein menurut badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), yaitu 400 mg per hari.
Penelitian menunjukkan konsumsi kafein di atas 500 mg per hari dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Tekanan darah yang naik akibat stimulasi kafein juga memberi beban ekstra pada ginjal.
Dokter juga menemukan pasien tersebut setidaknya pernah mengonsumsi minuman energi dengan kadar kafein 150 mg per liter dan taurin 800 mg per liter. Kombinasi dalam jumlah besar ini dianggap menjadi penyebab kuat kerusakan ginjal yang dialaminya.
Taurin dalam dosis kecil sebenarnya aman. Tetapi, dalam kadar tinggi zat ini dapat memicu muntah, sakit perut, pusing, hingga dehidrasi. Jika dikombinasikan dengan kafein, risikonya terhadap ginjal meningkat, meski penelitian soal ini masih terbatas.
Pulih Setelah Berhenti Total Konsumsi Minuman Energi
Pasien langsung menghentikan konsumsi minuman energi dan menjalani pemantauan intensif di klinik ginjal. Dokter menekankan langkah pertama dan paling penting dalam menangani AKI akibat minuman energi adalah berhenti mengonsumsi sepenuhnya.
Kadar kreatinin di dalam tubuhnya mulai membaik dalam 16 hari. Ia tidak memerlukan dialisis atau cuci darah dan tidak mengalami kerusakan jangka panjang.
Selama dua tahun pemantauan, fungsi ginjalnya tetap normal.
Kasus ini kembali menyoroti risiko konsumsi minuman energi berlebihan, terutama pada anak muda. Survei menunjukkan sekitar 30-50 persen remaja berusia 12-17 tahun rutin meminumnya, dan 1 dari 3 orang dewasa di Amerika pernah mengonsumsinya.
Ahli menegaskan, efek stimulasi mungkin terasa instan. Tetapi, beban yang ditinggalkan pada ginjal jauh lebih besar dari yang disadari banyak orang.
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna) -

Waspada Flu Babi, 5 Anak Dilaporkan Meninggal di Riau
Jakarta –
Lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Dusun Datai, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, mengungkap persoalan serius terkait sanitasi, gizi, dan akses kesehatan di wilayah pedalaman.
Hingga 23 November 2025, tercatat 224 warga mengalami gangguan pernapasan. Saat ini seluruh warga tersebut kondisinya sudah membaik. Namun demikian terdapat lima kasus kematian pada anak.
Hasil laboratorium menunjukkan kelima anak tersebut positif terjangkit Influenza A/H1pdm09 dan Haemophilus influenzae. Influenza A/H1pdm09, atau yang dikenal juga dengan flu babi, yang pernah menjadi wabah di beberapa negara pada tahun 2009.
Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan minimnya fasilitas kesehatan dasar di wilayah tersebut. Dusun Datai tidak memiliki MCK, tidak ada tempat pembuangan sampah, ventilasi rumah buruk, dan aktivitas memasak dengan kayu bakar dilakukan di ruangan yang sama dengan tempat tidur. Kondisi ini meningkatkan risiko penularan ISPA, terutama pada anak-anak.
Selain masalah lingkungan, ditemukan pula banyak warga dengan gizi kurang dan cakupan imunisasi dasar yang rendah. Hasil laboratorium menunjukkan adanya kombinasi infeksi flu babi, pertusis, adenovirus, dan bocavirus. Temuan ini memperkuat analisis bahwa status gizi dan rendahnya kekebalan tubuh membuat warga rentan terhadap penyakit.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Sumarjaya, menyampaikan kondisi lingkungan di Dusun Datai menjadi penyebab penyakit mudah menyebar.
“Kami menemukan rumah padat, ventilasi minim, nyamuk banyak, dan warga hidup dalam paparan asap kayu bakar setiap hari. Situasi seperti ini membuat penyakit pernapasan lebih mudah menular, terutama pada balita,” ujarnya, dikutip dari laman Kemenkes RI.
Ia menegaskan bahwa krisis ISPA ini bukan sekadar persoalan medis, tetapi terkait erat dengan sanitasi, perilaku hidup, dan akses layanan kesehatan.
“Jika kondisi sanitasi, gizi, dan kebiasaan sehari-hari tidak diperbaiki, penularan akan terus berulang,” kata Sumarjaya.
Untuk merespons kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan bersama pemerintah daerah melakukan pengobatan massal, memperkuat intervensi gizi, dan memberikan perhatian khusus kepada balita dan ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan (PMT), vitamin, dan pemantauan kesehatan. Edukasi terkait etika batuk, penggunaan masker, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga diperluas.
Tim kesehatan juga melakukan pengambilan sampel tambahan untuk memastikan tidak ada patogen lain yang beredar, mengingat variasi gejala dan temuan multipatogen sebelumnya.
Halaman 2 dari 2
(suc/up)
-

6 Sayuran yang Tak Baik untuk Pengidap Gangguan Ginjal, Sebaiknya Dibatasi Konsumsinya
Jakarta –
Sayuran umumnya baik untuk kesehatan, termasuk bagi ginjal. Namun, beberapa jenis sayuran mengandung senyawa tertentu yang dapat memicu pembentukan batu ginjal, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.
Individu dengan faktor risiko seperti obesitas, gangguan pencernaan, atau pola makan tinggi natrium dapat lebih rentan mengalami batu ginjal. Kondisi ini juga perlu menjadi perhatian khusus bagi mereka yang memiliki penyakit ginjal atau riwayat batu ginjal sebelumnya.
Sayuran yang Tidak Baik untuk Pengidap Gangguan Ginjal
Beberapa sayuran yang tidak baik untuk ginjal di antaranya bayam, okra, hingga daun bit. Berikut penjelasannya.
1. Bayam
Kebanyakan sayuran berdaun hijau, seperti bayam tidak direkomendasikan bagi pengidap penyakit ginjal karena kandungan kaliumnya. Dikutip dari laman Very Well Health, saat disajikan matang, secangkir bayam bisa mengandung sekitar 839 kalium, hampir setengah dari jumlah harian yang direkomendasikan untuk orang dengan penyakit ginjal kronis dan kadar kalium tinggi.
Bayam juga mengandung oksalat yang tinggi. Pada orang yang sensitif, oksalat bisa meningkatkan risiko batu ginjal.
Sayuran ini mengandung 600-750 mg oksalat per 100 gram sajian. Jadi, disarankan untuk memilih makanan lain dengan manfaat kesehatan serupa atau membatasi asupannya dalam jumah kecil namun jarang.
2. Okra
Okra mengandung sekitar 140 mg oksalat dalam satu porsi (100 g) dan tergolong cukup tinggi. Dikutip dari laman Kidney Stone Clinic, jika dikonsumsi setiap hari dalam porsi besar, sayuran ini bisa menyebabkan pembentukan batu ginjal.
3. Lobak Swiss atau Swiss chard
Sayuran berdaun hijau ini juga bisa menyebabkan batu ginjal jika dikonsumsi terlalu banyak. Dikutip dari laman Medicine Net, lobak swiss mengandung oksalat antinutrisi yang bisa meningkatkan ekskresi oksalat urine dan meningkatkan risiko batu kalsium oksalat. Tentunya sayuran ini juga tidak direkomendasikan untuk pengidap penyakit ginjal.
4. Kentang
Kentang secara alami kaya akan kalium. Satu kentang berukuran sedang mengandung sekitar 610 mg kalium. Ada beberapa cara untuk mengurangi kandungan kalium dalam kentang. Salah satunya adalah merendamnya dalam air sebelum dimasak.
Cara paling efektifnya adalah dengan memotong kentang kecil-kecil dan merebusnya dalam air selama 10 menit. Proses pencucian bisa mengurangi kandungan kalium, setidaknya setengah dari jumlah aslinya.
5. Daun Bit
Dikutip dari laman People’s Phamacy, bagi orang yang rentan terhadap batu ginjal, daun bit, buah bit, bahkan bubuk akar bit bisa menimbulkan masalah. Kandungan oksalat di dalamnya cukup tinggi dan bisa memicu pembentukan batu ginjal pada individu yang rentan.
6. Rhubarb
Dikutip dari laman WebMd, rhubarb mengandung bahan kimia yang bisa diubah tubuh menjadi batu ginjal. Jadi, jika sudah memiliki penyakit ginjal, hindari rhubarb.
Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.
(elk/suc)
-

Makan Buah Bikin Diabetes? Salah, Nggak Semua yang Manis Itu Jahat
Jakarta –
Belakangan, marak ajakan untuk mengurangi konsumsi buah karena dianggap bisa memicu diabetes. Anggapan seperti ini membuat banyak orang mendadak ragu makan buah padahal buah adalah salah satu sumber vitamin dan serat yang justru mendukung pengendalian gula darah.
Di tengah kondisi Indonesia yang konsumsi buahnya masih rendah, munculnya pesan menakutkan seperti ini akhirnya membuat masyarakat semakin jauh dari makanan sehat.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 96,7 persen penduduk belum memenuhi anjuran konsumsi sayur dan buah setiap hari. Angka ini masih sangat jauh dari rekomendasi dua hingga tiga porsi buah sehari.
Ketika konsumsi buah masih serendah ini, kecenderungan takut makan buah jelas bisa memperburuk situasi. Padahal memperbanyak buah dalam keseharian adalah langkah sederhana yang dapat meningkatkan kualitas gizi Indonesia untuk mendapatkan vitamin, serat, serta antioksidan.
Beberapa manfaat makan buah adalah sebagai berikut:
1. Membantu Kontrol Gula Darah
Salah satu alasan mengapa buah penting bagi kesehatan adalah karena kandungan serat larutnya. Serat jenis ini membantu memperlambat penyerapan glukosa sehingga kenaikan gula darah terjadi lebih stabil. Serat juga membantu menjaga rasa kenyang sehingga membantu pola makan lebih teratur sepanjang hari.
2. Mencegah Resistensi Insulin
Buah memiliki berbagai antioksidan alami yang mendukung fungsi metabolik tubuh. Publikasi di jurnal Antioxidants tahun 2021 menjelaskan bahwa antioksidan dari makanan mampu menekan stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas sehingga berkontribusi pada penurunan risiko resistensi insulin. Ketika tubuh memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap radikal bebas, fungsi insulin dapat bekerja lebih optimal dan risiko diabetes dapat ditekan.
3. Membantu Metabolisme
Kandungan serat dan air dalam buah membuat metabolisme tubuh bekerja lebih efisien. Rutin makan dua hingga tiga porsi buah sesuai anjuran “Tumpeng Gizi Seimbang” memberi efek positif pada pencernaan, hidrasi dan pengaturan nafsu makan. Dalam banyak penelitian, konsumsi buah berkaitan dengan risiko lebih rendah terhadap sindrom metabolik yang merupakan salah satu pintu awal terjadinya diabetes. Semua manfaat ini akan hilang jika orang terus menghindari buah.
Manisnya Buah Beda dengan Gula Tambahan
Gula alami yang ada dalam buah berada dalam matriks yang terdiri dari air, serat, vitamin dan mineral. Semua komponen ini membuat proses penyerapan glukosa berlangsung lebih lambat dibandingkan gula tambahan dari minuman manis atau kue. Kandungan gula pada mayoritas buah pun tergolong rendah. Selama buah dimakan dalam porsi wajar, gula alami yang ada di dalamnya tidak menimbulkan masalah bagi orang sehat.
Banyak orang yang hidup dengan diabetes merasa harus menghindari buah sepenuhnya. Pengidap diabetes harus tetap mengonsumsi buah tiap hari dengan catatan porsinya terukur dan jenisnya dipilih sesuai indeks glikemik yang rendah. Hal ini agar tetap mendapat vitamin dan mineral tanpa mengganggu kestabilan gula darah. Memilih buah dengan indeks glikemik rendah membuat pengidap diabetes tetap bisa menikmati manfaat buah sekaligus menjaga gula darah tetap stabil.
Masalah kesehatan seringkali dipandang dari satu sisi sehingga buah ikut disalahpahami sebagai pemicu diabetes. Padahal kondisi ini dipengaruhi banyak faktor mulai dari berat badan berlebih, kurang aktivitas fisik, kebiasaan makan tinggi kalori, kualitas tidur yang buruk hingga faktor genetik. Ketika fokus salah arah, justru melewatkan hal hal yang sebenarnya jauh lebih berperan dalam memicu diabetes.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Gula Berlebihan, Bahaya Mengintai!”
[Gambas:Video 20detik]
(mal/up) -

Viral Dokter Kandungan RSUD Muna Keluhkan soal Fasilitas, Ini Kata POGI
Jakarta –
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Budi Wiweko, menanggapi keluhan seorang dokter kandungan terkait fasilitas yang dinilai kurang memadai di RSUD LM Baharuddin, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Prof Budi menegaskan bahwa fasilitas yang layak bagi dokter kandungan sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kualitas pelayanan medis untuk masyarakat.
Ketika fasilitas tidak memadai, hal itu tentu dapat menghambat kinerja dokter spesialis kandungan, terutama saat harus melakukan tindakan operasi.
Terkait kejadian ini, Prof Budi menyampaikan pihaknya telah berkoordinasi dengan POGI cabang setempat. Komunikasi langsung dengan Dinas Kesehatan juga dilakukan untuk mencari solusi terbaik.
“Mereka sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat, ya. Tentunya hal ini menjadi perhatian, ya. Kalau alat-alatnya kurang atau tidak sesuai standar, tentunya ini bisa membahayakan bagi pasien dan juga bisa membahayakan bagi dokter dalam melakukan tugasnya,” ungkap Prof Budi ketika dihubungi detikcom, Selasa (25/11/2025).
“Kualitas lainnya menjadi tidak baik ya. Misalnya operasi, penyembuhan tidak baik, akhirnya kualitas menurun. Risiko untuk tenaga medis juga meningkat,” sambungnya.
Ia berharap pemerintah dan instansi terkait nantinya bisa lebih memperhatikan kebutuhan tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya. Ini tidak hanya berlaku di RSUD Muna, melainkan di semua rumah sakit.
Prof Budi juga berharap kebutuhan-kebutuhan esensial, khususnya untuk operasi, juga bisa lebih diperhatikan lagi.
“Dan dengan kementerian kesehatan juga kita tentu sangat concern, ya. Karena kemenkes kan mereka juga punya sistem yang bisa memantau peralatan dan sebagainya di setiap rumah sakit,”
“Mungkin belum bisa semuanya terpantau ya. Kebutuhan-kebutuhan seperti kain atau linen di kamar bedah, itu mungkin tidak terpantau ya. Memang teman-teman di kabupaten itu yang bisa memantau lebih baik,” tandasnya.
Halaman 2 dari 2
(avk/suc)
-

Sanken Ungkap Rencana Inovasi Sehat Usai Dianugerahi detikcom Awards 2025
Jakarta –
PT Sanken Argadwija (Sanken) berhasil meraih penghargaan pada kategori ‘Pelopor Inovasi Kesehatan di Industri Home Appliances Lokal’ dalam ajang Detik Awards 2025 yang digelar di Java Ballroom The Westin Jakarta, hari ini. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Head of Economic & Industry News detikcom, Ardhi Suryadi, kepada Marketing Director Sanken, Esmond H. Tirtajasa.
Sanken dinilai layak mendapat penghargaan tersebut berkat rangkaian inovasi produknya, mulai dari dispenser BPA free, AC dengan filter vitamin C, hingga rice cooker berbahan stainless steel. Semua inovasi ini dirancang untuk memastikan kualitas air, udara, dan makanan yang aman bagi keluarga Indonesia.
Dalam sesi wawancara, Esmond menjelaskan bahwa fokus Sanken pada kesehatan konsumen berawal dari kondisi pasar yang didominasi oleh harga murah tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan.
“Pastinya kita lihat dari kondisi pasar saat ini banyak sekali home appliance yang tidak mementingkan arah kesehatan. Jadi banyak sekali saat ini produk-produk elektronik yang masih beredar itu hanya fokus kepada value for money-nya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (25/11/2025).
Ia menambahkan bahwa kebutuhan akan produk yang lebih aman menjadi alasan Sanken untuk terus menghadirkan inovasi yang menempatkan kesehatan sebagai prioritas utama.
“Artinya biasanya harga (produk) lebih murah tapi tidak sama sekali menyinggung masalah kesehatan. Nah dari situlah Sanken melihat bahwa dari semua brand haruslah ada satu minimum satu atau dua yang lebih memperhatikan ke arah sana. Makanya dari dulu Sanken terus selalu mementingkan kesehatan konsumen dari segi fitur dan keunggulan utamanya,” sambungnya.
Lebih lanjut, Esmond menjelaskan meski pihaknya mengutamakan kesehatan, keterjangkauan harga tetap menjadi hal yang turut dipertimbangkan. Ia mengakui bahwa inovasi produk berbasis kesehatan memerlukan biaya lebih tinggi, namun ia menilai konsumen modern saat ini mulai memahami nilai dari produk yang lebih sehat, sehingga tantangan harga bisa semakin teratasi.
Di akhir kesempatan, Esmond pun menjelaskan bahwa Sanken tengah menyiapkan sejumlah inovasi baru, meski beberapa masih dalam proses peluncuran.
“Tentu banyak sekali, saya juga belum bisa bocorkan karena beberapa produk masih on-progress. Jadi ditunggu saja, produk kita juga tidak hanya berkecimpung di dunia home appliance ya, tapi salah satunya juga mungkin beberapa sudah tahu, Sanken sudah launching untuk produk sepeda listrik yang tentunya juga mengarah ke kesehatan,” pungkasnya.
Dengan konsistensi menghadirkan produk yang aman dan berfokus pada kesehatan, Sanken semakin menegaskan posisinya sebagai brand lokal yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern.
(akn/ega)
-

Video Kasus Viral Ibu Hamil Papua, Wamenkes: Kita Investigasi
Video Kasus Viral Ibu Hamil Papua, Wamenkes: Kita Investigasi
-

Erojan Jadi Pilihan Suplemen Herbal bagi Pria Usia Produktif
Jakarta –
Sebagai produk andalan Wellous Indonesia, Erojan telah tersebar di seluruh Indonesia. Banyak pria yang menjadikan Erojan sebagai ‘rahasia’ di balik stamina, vitalitas, dan fungsi tubuh yang prima.
Strategic Business Partnership Erojan, Henry Yotania mengklaim bahwa khasiat obatnya telah dirasakan oleh ratusan ribu pelanggan setia.
“Sesuai target market Erojan, untuk pelanggan setia Erojan itu berkisar antara 30 hingga 50 tahun,” kata Henry di sela-sela acara detikcom Awards 2025, di Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2025).
“Karena produk ini berbasis herbal dan tentunya sangat aman bagi kesehatan, khususnya untuk pria,” lanjutnya.
Erojan sendiri diformulasi dari kombinasi bahan herbal seperti tongkat ali, maca, Butea superba, Cuscuta chinensis, Tribulus terrestris, dan horny goat weed. Ini dirancang untuk mendukung stamina, vitalitas, dan fungsi tubuh pria.
“Kita sudah mengadakan uji laboratorium dan lain sebagainya dan bahan yang terkandung di dalamnya itu bisa memenuhi kebutuhan testosteron untuk pria,” kata Henry.
Terkait inovasi di bidang suplemen herbal, Henry mengatakan pihaknya terus menyesuaikan dengan segmentasi pasar yang akan dituju. Di sisi lain, Erojan meraih penghargaan ‘Inovator Produk Suplemen Kesehatan Pria Berbasis Herbal’ pada ajang detikcom Awards 2025.
(dpy/suc)

