Jenis Media: Kesehatan

  • BPOM RI Temukan 5 Produk Ilegal Banyak Dijual Online, Ada Marvis

    BPOM RI Temukan 5 Produk Ilegal Banyak Dijual Online, Ada Marvis

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI kembali menggelar patroli siber untuk menindak peredaran obat dan kosmetik ilegal maupun tak aman yang dijual secara online di berbagai marketplace.

    Dalam upaya ini, BPOM bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk Kementerian Komunikasi dan Digital serta Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA).

    Selama bulan Januari hingga Juni 2025, BPOM menemukan ribuan akun dan produk kosmetik di marketplace.

    “Ribuan tautan tersebut sudah oleh di-takedown Kementerian Komunikasi dan Digital, serta Indonesian E-Commerce Association (idEA),” demikian kata BPOM, dikutip dari Instagram resminya, Kamis (27/11/2025).

    Berikut lima produk kosmetik ilegal yang paling banyak beredar di marketplace.

    1. Marvis Toothpaste

    2.958 tautan penjualan52.507 pcs telah terjualLokasi toko terbanyak: Jakarta Barat

    2. Meidian Green Mask Stick

    1.189 tautan penjualan102.305 pcs telah terjualLokasi toko terbanyak: Kab Bekasi

    3. Hand Body IP

    1.132 tautan penjualan236.131 pcs telah terjualLokasi toko terbanyak: Kab Kudus

    Selain ilegal, hand body IP mengandung bahan berbahaya seperti hidrokuinon.

    4. Venalisa Gel Polish

    1.110 tautan penjualan104.369 pcs telah terjualLokasi toko terbanyak: Jakarta Barat

    5. Fuyan

    1.063 tautan penjualan38.689 pcs telah terjualLokasi toko terbanyak: Jakarta Barat”Waspada produk ilegal! Laporkan melalui BPOM Mobile jika masih melihat produk ini di marketplace,” demikian kata BPOM.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Banyak Gen Z-Alpha Pakai AI Curhat Kondisi Mental, Psikiater UI Ingatkan Bahayanya

    Banyak Gen Z-Alpha Pakai AI Curhat Kondisi Mental, Psikiater UI Ingatkan Bahayanya

    Jakarta

    Tren anak muda menggunakan artificial intelligence (AI) seperti Chat GPT untuk menilai kondisi kesehatan mental makin tinggi. Psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), dr Kristiana Siste, mengingatkan praktik ini berisiko menyesatkan karena AI tidak dirancang untuk menegakkan diagnosis klinis.

    dr Siste menyebut banyak remaja dan dewasa muda kini bergantung pada chatbot, bahkan dari yang sekadar mencaritahu kepribadian hingga dugaan gangguan mental.

    “AI ini kan sering kali digunakan oleh gen Z dan gen Alpha untuk menanyakan ‘Aku kepribadiannya apa? Introvert atau extrovert? Aku depresi nggak sih?’” ujarnya, di Jakarta, Rabu (26/11/2025).

    Menurut dr Siste, sebagian pasien mengaku menjadikan AI sebagai tempat bercerita ketika merasa kesepian. Minimnya komunikasi di dalam keluarga membuat anak muda lebih nyaman berbagi keluhan kepada chatbot dibanding orang tua atau orang terdekat.

    Ia menilai AI memang dapat menjadi alat skrining awal, termasuk untuk mendeteksi kecanduan internet, game, dan judi online. Namun, ia menegaskan hasil yang diberikan AI seringkali keliru, berlebihan, atau tidak sesuai konteks sehingga tidak boleh dijadikan dasar penegakan diagnosis.

    Risiko Self-Diagnosis

    dr Siste menyoroti fenomena pengguna yang memposting hasil ‘diagnosis’ dari AI ke media sosial lalu melakukan self-treatment tanpa berkonsultasi dengan tenaga profesional.

    Praktik tersebut dinilai berbahaya dan dapat memperburuk kondisi kesehatan mental karena gejala yang terlihat serupa seringnya memiliki penyebab berbeda dan memerlukan penanganan medis.

    Selain itu, ketergantungan berlebih pada chatbot dapat membuat anak muda makin menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa lebih dipahami oleh AI dibanding manusia.

    Ia menegaskan AI harus ditempatkan sebagai alat pendukung, bukan pengganti tenaga kesehatan profesional. Pendampingan keluarga dinilai penting agar penggunaan teknologi tidak semakin menggeser komunikasi di rumah.

    “AI bagus jika digunakan bersama-sama oleh keluarga. Orang tua harus mengerti dulu lalu mengajak anaknya berinteraksi bersama,” tegasnya.

    (naf/naf)

  • Jangan Anggap Sepele! Kenali 5 Ciri-Ciri Turun Berok atau Hernia

    Jangan Anggap Sepele! Kenali 5 Ciri-Ciri Turun Berok atau Hernia

    Jakarta

    Siapa yang pernah mendengar istilah ‘turun berok’? Istilah ini merujuk pada hernia inguinalis, kondisi ketika salah satu organ menonjol keluar melalui celah dinding otot ke rongga lain, sehingga memicu penonjolan di area selangkangan.

    Hernia inguinalis merupakan jenis hernia yang paling umum muncul, sekitar 75 persen dari seluruh kasus hernia, dan paling banyak dialami laki-laki. Kondisi ini terjadi ketika jaringan perut, seperti lemak atau sebagian usus, menonjol melalui celah di dinding perut bagian bawah yang memisahkan area perut dan selangkangan.

    Hernia inguinalis muncul di kanal inguinal, yaitu saluran yang berada di kedua sisi panggul dan menuju organ reproduksi. Karena itu, hernia jenis juga disebut hernia selangkangan.

    Jenis Hernia Inguinalis

    Hernia merupakan kondisi medis yang cukup umum. Sebagian besar kasus hernia juga tidak serius, meski tetap menjadi bahaya.

    Hernia menjadi serius ketika bagian yang menonjol tersangkut dan tidak bisa kembali masuk. Ini dapat menyebabkan nyeri hebat, dan dalam kasus berat, jaringan kehilangan suplai darah sehingga mengalami nekrosis (kematian jaringan). Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut ini dua jenis hernia inguinalis:

    Direct Hernia Inguinalis (langsung)

    Hernia jenis ini menembus langsung melalui dinding kanal inguinal. Biasanya terjadi pada orang dewasa akibat kelemahan otot perut dan tekanan kronis pada dinding otot.

    Indirect Hernia Inguinalis (tidak langsung)

    Hernia ini masuk ke kanal inguinal dari bagian atas saluran. Biasanya terjadi karena kelainan bawaan. Pada beberapa janin, pembukaan kanal tidak menutup sempurna saat perkembangan di dalam rahim.

    Seperti Apa Gejala Hernia Inguinalis?

    Mengetahui gejala turun berok atau hernia secara dini, merupakan salah satu langkah penting untuk penanganan. Meski tidak semua kasus hernia menunjukkan gejala, ada beberapa tanda tertentu yang mungkin dapat muncul:

    Benjolan di selangkangan di salah satu sisi tulang kemaluan, bisa turun ke skrotum atau labia.Rasa berat atau tekanan di selangkangan.Nyeri di selangkangan saat mengejan, mengangkat beban, batuk, atau membungkuk.Sensasi terbakar atau terjepit yang menjalar ke panggul atau kaki.Pada bayi, benjolan mungkin muncul saat menangis, buang air besar, dan rewel.

    Jika mengalami gejala-gejala seperti di atas, tidak ada salahnya untuk langsung melakukan pemeriksaan ke dokter. Dengan begitu, penanganan yang diberikan lebih efektif dan tepat.

    Penyebab Hernia Inguinalis

    Hernia disebabkan oleh adanya kelemahan atau lubang pada otot atau jaringan ikat, sehingga organ atau jaringan otot terdorong keluar. Kadang kelemahan ini sudah ada sejak lahir, tapi lebih sering muncul seiring waktu akibat stres berulang.

    Cedera atau operasi juga bisa menjadi pemicu. Namun, biasanya merupakan hasil tekanan jangka panjang. Beberapa faktor risiko hernia meliputi:

    Lubang atau titik lemah sejak lahir.Kelainan bawaan pada kekuatan jaringan ikat (kolagen).Bekas operasi perut.Batuk atau bersin kronis.Mengejan saat buang air kecil atau besar.Aktivitas fisik berat atau pekerjaan yang menuntut angkat beban.Kehamilan bertahun-tahun dan sering menggendong anak.Pekerjaan yang mengharuskan berdiri lama.Tekanan dalam perut akibat obesitas.Penuaan normal yang melemahkan jaringan.

    (avk/suc)

  • Menkes Ungkap Cara Simpel Cegah Gula Darah Melonjak Meski Porsi Makan Banyak

    Menkes Ungkap Cara Simpel Cegah Gula Darah Melonjak Meski Porsi Makan Banyak

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membagikan cara simpel agar tetap menikmati makanan dengan porsi cukup tanpa memicu gula darah melonjak drastis. Menkes menyoroti pentingnya urutan menyantap makanan terhadap respons glukosa tubuh.

    Budi mencontohkan konsep hidangan yang lazim ditemukan di restoran, yakni appetizer, main course, dan dessert. Menurutnya, susunan tersebut bukan hanya soal estetika penyajian, tetapi juga berkaitan dengan cara tubuh merespons makanan.

    “Saya mau kasih tips biar kita makannya tetap enak, lumayan banyak, tapi gula darahnya tidak naik melesat,” jelas Budi dalam akun Instagram pribadinya, Rabu (26/11/2025).

    Dimulai dari Sayuran

    Budi menceritakan pengalamannya menggunakan alat pemantau glukosa yang ditempel di kulit. Dari situ, ia menemukan kadar gula darah meningkat lebih cepat jika langsung memilih main course.

    “Makanya mulainya harus appetizer dulu, dan usahakan appetizer-nya itu sayur-sayuran,” katanya.

    Menurutnya, konsumsi serat di awal dapat membantu memperlambat penyerapan glukosa. Setelah sayuran, barulah seseorang dianjurkan menyantap sumber protein.

    Setelah sayur dan protein, barulah mengonsumsi makanan karbohidrat. Dessert atau hidangan penutup diletakkan paling akhir.

    “Nah kalau urutan disesuaikan seperti ini, gula darah kita pasti jauh di bawah, dibandingkan kita langsung makan main course,” beber Budi.

    Budi menekankan pengaturan urutan makan ini dapat menjadi langkah sederhana untuk membantu masyarakat menjaga kadar gula darah, terutama di tengah tingginya prevalensi diabetes di Indonesia.

    Meski begitu, ia tetap mengingatkan pola makan seimbang, aktivitas fisik, dan pemantauan kesehatan secara berkala tetap diperlukan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko atau sudah terdiagnosis diabetes. Pemilihan penyajian makanan juga tak kalah penting dengan memperbanyak makanan yang diolah dengan cara dikukus dan direbus.

    (naf/naf)

  • Layanan Air Bersih Jakarta Naik, Pemprov Bidik Cakupan Penuh di 2029

    Layanan Air Bersih Jakarta Naik, Pemprov Bidik Cakupan Penuh di 2029

    Foto Health

    Rengga Sancaya – detikHealth

    Kamis, 27 Nov 2025 07:30 WIB

    Jakarta – Layanan air bersih di Jakarta terus menunjukkan kemajuan. Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta, cakupan layanan per November 2025 telah mencapai peningkatan.

  • Ahli Gizi Jepang Beberkan Buah ‘Rahasia’ yang Bisa Bikin Panjang Umur, Apa Saja?

    Ahli Gizi Jepang Beberkan Buah ‘Rahasia’ yang Bisa Bikin Panjang Umur, Apa Saja?

    Jakarta

    Buah bukan hanya soal rasa manis dan segarnya. Bagi ahli gizi Jepang, Michiko Tomioka, MBA, RDN, buah merupakan bagian dari budaya, tradisi, sekaligus ‘obat alami’ yang ia konsumsi setiap hari sejak kecil.

    Tomioka tumbuh besar di Nara, Jepang, di lingkungan yang dekat dengan kebun buah serta tetangga yang gemar berbagi hasil panen. Dari sanalah ia menyadari satu hal, buah adalah ‘senjata’ ampuh untuk kesehatan jangka panjang.

    Kini sebagai pakar nutrisi dan umur panjang, Tomioka tetap menjadikan buah sebagai menu wajib harian. Dari sekian banyak buah favoritnya, lima inilah yang paling ia andalkan untuk menjaga daya tahan tubuh tetap prima.

    1. Apel

    Apel menjadi salah satu buah serba bisa yang kaya vitamin C, serat, kalium, hingga polifenol. Kandungan prebiotik dan probiotiknya juga membantu menunjang kesehatan usus, organ yang sangat berkaitan dengan imunitas dan fungsi otak.

    Dikutip dari CNBC, ada lebih dari 90 varietas apel di Amerika Serikat. Tetapi, kebanyakan orang hanya mengenal beberapa jenis yang populer, seperti Fuji atau Granny Smith.

    Menurut Tomioka, mencoba berbagai varietas akan memberikan ragam nutrisi sekaligus pengalaman rasa yang berbeda.

    2. Jeruk

    Mulai dari jeruk clementine, lemon, hingga yuzu, kelompok buah jeruk kaya vitamin C, vitamin A, folat, serat, dan kalium. Antioksidan flavonoid dan karotenoid di dalamnya turut memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi sel.

    Tomioka menambahkan bahwa makan buah utuh lebih baik daripada jus. Sebab, jus minim serat dan cepat menaikkan gula darah.

    3. Beri

    Stroberi, blueberry, blackberry, raspberry, cranberry, hingga goji berry termasuk buah rendah kalori. Buah-buahan ini kaya antioksidan kuat, seperti antosianin.

    Blueberry terkenal bermanfaat untuk otak dan jantung. Sementara goji berry, mendukung kesehatan mata karena kandungan beta-karoten yang tinggi.

    4. Kesemek atau Persimmons

    Buah kesemek atau persimmons sering diabaikan, padahal kandungan nutrisinya sangat kaya. Mulai dari vitamin A dan C, serat, polifenol, hingga kalium.

    Penelitian menunjukkan buah ini berperan dalam menjaga kolesterol, tekanan darah, kesehatan mata, dan kulit.

    5. Buah Ara atau Figs

    Buah ara atau ichijiku mengandung serat, vitamin, mineral, dan fitoestrogen yang baik untuk kesehatan perempuan. Enzim ficin di dalamnya membantu pencernaan protein dan cocok untuk dijadikan camilan setelah makan.

    Buah ini juga punya manfaat lain, seperti untuk penyakit kolesterol dan peradangan.

    Tips Hidup Sehat ala Ahli Gizi Jepang

    Tomioka merekomendasikan hidup sehat dengan beberapa prinsip sederhana, tetapi sangat bermanfaat:

    Pilih buah musiman dan lokal, sebab lebih segar, kaya nutrisi, dan ramah lingkungan.Konsumsi buah yang utuh, karena serat di dalam kulit dan dagingnya membantu menstabilkan gula darah.Makan dengan mindful. Maksudnya, kunyah buah secara perlahan dan nikmati setiap rasanya. Tomioka bisa mengunyah satu irisan apel hingga 20 kali.Biasakan anak suka buah karena rasanya, bukan karena sehat. Hal ini akan lebih menyenangkan dan mudah dipahami anak-anak.Jangan takut gula alami di dalam buah, sebab sangat berbeda dengan gula tambahan. Buah mengandung serat dan antioksidan yang melindungi tubuh.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/suc)

  • Fakta-fakta ‘Flu Babi’ H1pdm09, Tewaskan 5 Anak di Riau

    Fakta-fakta ‘Flu Babi’ H1pdm09, Tewaskan 5 Anak di Riau

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI melaporkan lima anak meninggal dunia akibat infeksi Influenza A/H1pdm09, yang sebelumnya dikenal sebagai flu babi, serta Haemophilus influenzae. Kasus tersebut terjadi di Dusun Datai, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

    Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan minimnya fasilitas kesehatan dasar di wilayah tersebut. Dusun Datai tidak memiliki MCK, tidak ada tempat pembuangan sampah, ventilasi rumah buruk, dan aktivitas memasak dengan kayu bakar dilakukan di ruangan yang sama dengan tempat tidur. Kondisi ini meningkatkan risiko penularan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), terutama pada anak-anak.

    Selain masalah lingkungan, ditemukan pula banyak warga dengan gizi kurang dan cakupan imunisasi dasar yang rendah.

    Hasil laboratorium menunjukkan adanya kombinasi infeksi Influenza A/H1pdm09, pertusis, adenovirus, dan bocavirus. Temuan ini memperkuat analisis bahwa status gizi dan rendahnya kekebalan tubuh membuat warga rentan terhadap penyakit.

    Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Sumarjaya, menyampaikan bahwa kondisi lingkungan di Dusun Datai menjadi penyebab penyakit mudah menyebar.

    “Kami menemukan rumah padat, ventilasi minim, nyamuk banyak, dan warga hidup dalam paparan asap kayu bakar setiap hari. Situasi seperti ini membuat penyakit pernapasan lebih mudah menular, terutama pada balita,” ujarnya.

    Ia menegaskan bahwa krisis ISPA ini bukan sekadar persoalan medis, tetapi terkait erat dengan sanitasi, perilaku hidup, dan akses layanan kesehatan.

    “Jika kondisi sanitasi, gizi, dan kebiasaan sehari-hari tidak diperbaiki, penularan akan terus berulang,” kata Sumarjaya.

    Wanti-wanti Kemenkes RI

    Untuk merespons kondisi tersebut, Kemenkes bersama pemerintah daerah melakukan pengobatan massal, memperkuat intervensi gizi, dan memberikan perhatian khusus kepada balita dan ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan (PMT), vitamin, dan pemantauan kesehatan. Edukasi terkait etika batuk, penggunaan masker, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga diperluas.

    Tim kesehatan juga melakukan pengambilan sampel tambahan untuk memastikan tidak ada patogen lain yang beredar, mengingat variasi gejala dan temuan multipatogen sebelumnya.

    Sebagai langkah jangka panjang, Kemenkes bersama pemerintah daerah mulai menyusun perbaikan lingkungan, termasuk pembuatan tempat pembuangan sampah, kerja bakti pembersihan area rawan nyamuk, hingga pemisahan area memasak dan area tidur di rumah warga. Media KIE untuk sekolah terpencil juga disiapkan untuk edukasi berkelanjutan.

    Apa Itu ‘Flu Babi’?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, flu babi atau swine flu (H1N1) adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu jenis virus influenza. Disebut ‘flu babi’ atau swine flu karena virus ini mirip dengan virus flu yang menginfeksi babi. Pada babi, virus ini menyebabkan penyakit pernapasan yang menyerang paru-paru. Flu babi (H1N1) pada manusia juga merupakan infeksi saluran pernapasan.

    Pada April 2009, para peneliti menemukan strain baru virus H1N1. Virus ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat. Dalam waktu singkat, virus tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh AS dan ke berbagai negara di dunia karena merupakan tipe virus flu yang benar-benar baru.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah menghadapi tekanan dari para produsen industri daging dan sejumlah pemerintah yang khawatir, pada hari Kamis (30/4/2009) menyatakan bahwa mereka akan menyebut strain virus baru yang mematikan itu sebagai influenza A (H1N1), bukan swine flu.

    “Mulai hari ini, WHO akan menyebut virus influenza baru ini sebagai ‘influenza A (H1N1)’,” tulis WHO di situs resminya, dikutip berita Reuters 2009.

    Dikutip dari WHO, sebelum pandemi H1N1 pada tahun 2009, virus influenza A (H1N1) ini belum pernah diidentifikasi sebagai penyebab infeksi pada manusia. Analisis genetik menunjukkan virus tersebut berasal dari virus influenza hewan dan tidak berkaitan dengan virus influenza musiman H1N1 yang sudah beredar di masyarakat sejak tahun 1977.

    Setelah laporan awal mengenai wabah influenza di Amerika Utara pada April 2009, virus influenza baru ini menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Ketika WHO menetapkan status pandemi pada Juni 2009, sebanyak 74 negara dan wilayah telah melaporkan infeksi yang terkonfirmasi melalui laboratorium.

    Berbeda dari pola flu musiman pada umumnya, virus baru ini menyebabkan lonjakan kasus yang tinggi selama musim panas di belahan Bumi utara, dan bahkan lebih tinggi lagi saat memasuki cuaca yang lebih dingin. Virus tersebut juga menimbulkan pola kesakitan dan kematian yang tidak biasa untuk infeksi influenza.

    WHO kemudian menyatakan pandemi telah berakhir pada Agustus 2010. Namun, H1N1 tetap dapat menginfeksi dan menulari orang. Saat ini H1N1 menjadi salah satu virus flu musiman yang masih dapat menyebabkan penyakit, rawat inap, bahkan kematian.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan H1N1pdm09 adalah virus penyebab pandemi 2009 dan menjadi pandemi pertama yang dinyatakan WHO setelah pemberlakuan International Health Regulations (IHR) 2005.

    “Awalnya disebut swine flu atau flu babi, tetapi kemudian diketahui penularannya tidak terbatas, sehingga istilah flu babi sebaiknya tidak digunakan lagi,” beber Prof Tjandra kepada detikcom Selasa (26/11/2025).

    Ia menambahkan, sebagian besar virus H1N1 yang beredar saat ini merupakan H1N1pdm09 dan sudah tergolong influenza musiman. Selain itu, virus H3N2 juga tengah memicu peningkatan kasus flu di berbagai negara.

    Mengapa ‘ Flu Babi’ Bisa Picu Kematian?

    Dihubungi terpisah, Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan virus tersebut kini telah berubah menjadi bagian dari influenza musiman dan terus bersirkulasi secara global. Aktivitas influenza, kata Dicky, berubah-ubah setiap musim sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara rutin memantau pergerakannya dan menentukan komposisi vaksin flu tahunan. H1N1 sendiri sering masuk dalam komposisi vaksin.

    Adapun infeksi ini dapat berujung fatal karena dipengaruhi oleh faktor host, yaitu kondisi tubuh anak. Menurut Dicky, anak kecil memiliki sistem imun yang masih berkembang. Bila disertai malnutrisi atau imunisasi yang tidak lengkap, kerentanan mereka terhadap infeksi berat akan semakin meningkat.

    Faktor lingkungan juga berperan besar, seperti paparan asap kayu bakar, ventilasi rumah yang buruk, kepadatan hunian, hingga sanitasi yang tidak memadai.

    “Ini kalau di epidemiologi itu ya faktor host, faktor agentnya, faktor lingkungan. Dan terutama ada koinfeksi bakteri atau virus yang meningkatkan risiko pneumonia berat dan kematian,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (26/11/2025).

    “Nah ini yang laporan lapangan kan menunjukkan kombinasi faktor risiko ini. Selain itu pada anak kecil cadangan fisiologisnya rendah sehingga cepat sekali dekompensasi,” lanjutnya.

    Sementara itu, Dicky juga menjelaskan gejala yang perlu diwaspadai pada kasus influenza meliputi demam mendadak, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan rasa lemas.

    Pada anak-anak, gejala tambahan seperti mual dan muntah dapat muncul. Pada bayi dan balita, tanda-tandanya kadang tidak khas, tetapi dapat terlihat dari menurunnya nafsu makan, menjadi lebih rewel, atau munculnya gejala sesak napas.

    “Dan komplikasi yang menyebabkan kematian pada anak biasanya adalah Pneumonia Virus Primer atau Super Infeksi Bakteri, misalnya Streptococcus Pneumonia ataupun Haemophilus Influenza yang Non-typeable (NTHi),” tuturnya.

    Halaman 2 dari 4

    (suc/up)

  • Video: Kemenkes Ubah Rujukan RS Berlaku di 2026, Begini Skemanya

    Video: Kemenkes Ubah Rujukan RS Berlaku di 2026, Begini Skemanya

    Video: Kemenkes Ubah Rujukan RS Berlaku di 2026, Begini Skemanya

  • Cowok Sering ‘Skip’ Skincare ini? Dokter Kulit Wanti-wanti Risiko Kanker

    Cowok Sering ‘Skip’ Skincare ini? Dokter Kulit Wanti-wanti Risiko Kanker

    Jakarta

    Di tengah cuaca ekstrem dengan intensitas hujan tinggi, perawatan kulit bukan berarti tak lagi penting. Dokter spesialis kulit dr Agassi Suseno, SpDV, menegaskan penggunaan skincare tetap wajib meski cuaca tak seterik biasanya.

    Tidak perlu skincare berlapis, basic skincare disebutnya cukup untuk merawat kulit. Bukan hanya perkara estetik, tetapi ini menyangkut kesehatan kulit. dr Agassi menyesalkan rutinitas ini kerap diabaikan, utamanya bagi kelompok pria.

    Tidak sedikit pria yang menyepelekan penggunaan skincare. Padahal, dalam jangka panjang paparan sinar ultraviolet (UV) bisa memicu risiko kanker.

    “Basic skincare yang paling wajib itu ada dua, yaitu facial cleanser dan sunscreen,” kata dr Agassi di Jakarta, Rabu (26/11/2025).

    “Kalau misalnya cuaca lagi nggak menentu, misalnya mendung atau apa, bukan berarti tidak perlu memakai sunscreen. Jadi tetap gunakan tabir surya,” lanjutnya.

    Sunscreen berfungsi melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan kulit terbakar. “Sunscreen itu harus dipakai 30 menit sebelum keluar rumah karena membutuhkan waktu untuk menyerap di kulit,” lanjutnya.
    Tidak memakai sunscreen setiap hari disebutnya bisa membawa risiko serius. “Jika kulit sampai terbakar, risiko kanker kulit bisa meningkat 2 sampai 3 kali,” ujarnya.

    Sementara pembersih wajah penting untuk mengangkat sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk sepanjang hari.

    Untuk kulit sensitif atau kering, dr Agassi menyarankan tambahan moisturizer agar skin barrier tetap terjaga.

    (elk/up)

  • BPJS Kesehatan Minta Masyarakat Mengadu Jika Terima Pelayanan Tak Sesuai

    BPJS Kesehatan Minta Masyarakat Mengadu Jika Terima Pelayanan Tak Sesuai

    Video: BPJS Kesehatan Minta Masyarakat Mengadu Jika Terima Pelayanan Tak Sesuai

    2,224 Views |

    Rabu, 26 Nov 2025 20:17 WIB

    Dwi Putri Aulia – 20DETIK