Jenis Media: Kesehatan

  • Lagi Mager Tapi Harus Olahraga, Samakah Manfaatnya Jika Cuma Terpaksa?

    Lagi Mager Tapi Harus Olahraga, Samakah Manfaatnya Jika Cuma Terpaksa?

    Jakarta

    Bagi yang selalu sibuk sepanjang pekan, weekend merupakan waktu ideal untuk menyempatkan diri berolahraga. Namun ada kalanya, keinginan untuk rebahan sepanjang hari mengalahkan semangat untuk berkeringat.

    Memaksakan diri berolahraga saat sedang tidak mood untuk melakukannya punya sisi positif dan sekaligus negatifnya. Namun secara umum, sedikit memaksa memberikan lebih banyak manfaat dibanding kerugian.

    Seringkali, perasaan malas untuk bergerak muncul di pagi hari saat bangun tidur. Para pakar menyebutnya sebagai mental block, yang harus diatasi jika ingin mendapat manfaat yang lebih besar.

    “Meski Anda merasa tidak suka saat letih setelah sibuk seharian di tempat kerja, seketika Anda berolahraga maka tubuh melepas senyawa kimia seperti endorfin, serotonin, dan dopamin,” kata Alana Murin, seorang personal trainer, dikutip dari Metro.co.uk.

    Senyawa-senyawa yang dimaksud merupakan hormon yang berhubungan dengan perasaan bahagia dan menyenangkan. Hormon-hormon tersebut juga bekerja mengusir stres, sama saja efeknya seperti rebahan yang pada akhirnya juga akan memperbaiki mood.

    Bagaimana jika setelah dipaksa tetap tidak terasa menyenangkan? Masalah berikutnya adalah rasa bosan, yang memang bisa muncul ketika melakukan olahraga yang itu-itu saja.

    Pada kondisi ini, pakar menyarankan untuk mencari variasi jenis olahraga. Manfaatnya mungkin berbeda dengan yang biasa dilakukan, tapi dibandingkan tidak olahraga sama sekali tentu lebih ada manfaatnya.

    “Zaman sekarang ada banyak pilihan tersedia, dari trampolin, boxing, Zumba, atau renang di freshwater,” kata Penny Weston, seorang ahli kebugaran dan nutrisi.

    Lain halnya jika perasaan malas bergerak berasal dari halangan fisik, seperti kelelahan otot yang memang membutuhkan rest dan recovery. Pada kondisi tertentu, kesampingkan sejenak ego untuk sekadar menjalankan rutinitas olahraga.

    “Jika mengalami nyeri otot menyeluruh atau pegal-pegal setelah olahraga berat, maka sebaiknya jangan olahraga dulu,” kata James Brady, seorang personal trainer.

    “Itu merupakan cara tubuh memberi tahu untuk istirahat, jadi jangan diabaikan,” lanjutnya.

    Banyak orang meremehkan sinyal tubuh semacam ini dan tetap memaksakan diri berolahraga. Akhirnya bukan manfaat yang didapatkan, malah fatigue alias kelelahan fisik dan mental.

    Halaman 2 dari 2

    (up/up)

  • Tes Sederhana di Leher Ini Bisa Bantu Deteksi Gagal Jantung

    Tes Sederhana di Leher Ini Bisa Bantu Deteksi Gagal Jantung

    Jakarta

    Gagal jantung memiliki gejala yang samar sehingga sulit dikenali. Kendati demikian, menurut studi baru, pemindaian leher sederhana bisa membantu mendeteksi tanda-tanda peringatan dini gagal jantung pada pria.

    Dikutip dari laman The Sun, seorang dokter umum dan rekan klinis akademis dari National Institute of Health and Care Research (NIHR) yang memimpin penelitian dari UCL, Dr Atinuke Akinmolayan mengungkap bahwa USG karotis yang mirip dengan USG kehamilan bisa memberi peringatan dini untuk penyakit gagal jantung.

    “USG karotis adalah pemeriksaan yang aman, murah, dan tidak menyakitkan. Temuan kami menunjukkan bahwa USG ini mungkin bisa memberikan anda peringatan dini untuk gagal jantung,” kata Dr Atinuke.

    Menurutnya, pasien yang mendapat hasil USG bahwa mereka mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gagal jantung di masa mendatang bisa berdiskusi dengan dokter tentang perubahan gaya hidup yang harus dilakukan. Hal itu bisa menurunkan risiko gagal jantung.

    Pemindaian memakan waktu 15-30 menit dan dilakukan dengan menggunakan perangkat genggam kecil yang digerakkan perlahan di atas leher. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mengecek fleksibilitas arteri karotis, pembuluh darah utama yang memasok darah ke otak, wajah, dan leher.

    Arteri besar dalam tubuh bersifat elastis, namun bisa menegang karena penyakit tertentu dan usia, yang menyebabkan tekanan darah tinggi, gagal jantung, serta meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke.

    ===========BREAK=======

    Studi yang dipimpin oleh University College London (UCL) ini melibatkan 1.631 pria berusia 71-92 tahun. Seperempat dari peserta yang memiliki arteri paling tidak fleksibel, yang disertakan dalam analisis, memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih besar mengalami gagal jantung dibandingkan dengan mereka yang memiliki arteri paling fleksibel.

    Penelitian juga mengamati ketebalan arteri karotis. Para peneliti menemukan, pria dengan pembuluh darah tebal lebih mungkin terkena serangan jantung. Penelitian menunjukkan setiap peningkatan ketebalan 0,16 mm, ada peningkatan risiko serangan jantung sekitar 29 persen.

    “Temuan penelitian Ini merupakan sinyal penting bahwa setiap kali kita mendeteksi perubahan tersebut pada arteri karotis, kita juga harus memikirkan potensi dampaknya terhadap jantung dan peningkatan risiko gagal jantung, yang mana kita memiliki strategi pengobatan untuk mencegahnya.”

    “Ini menarik dan menunjukkan bahwa pengerasan arteri dikaitkan dengan peningkatan risiko gagal jantung. Kemungkinan besar karena jantung harus bekerja lebih keras melawan resistensi yang disebabkan arteri yang lebih kaku ini,” tambahnya,

    Penelitian lebih lanjut diperlukan, terutama untuk melihat apakah pemeriksaan tersebut efektif untuk perempuan. Namun, hal ini bisa dipertimbangkan oleh dokter umum untuk ditawarkan kepada pasien di atas 60 tahun, jika memungkinkan atau dianggap perlu.

    (elk/kna)

  • Perjuangan Ibunda Raisa Lawan Kanker Paru Stadium 4 sebelum Tutup Usia

    Perjuangan Ibunda Raisa Lawan Kanker Paru Stadium 4 sebelum Tutup Usia

    Jakarta

    Penyanyi Raisa Andriana tengah berduka. Sang ibu meninggal dunia karena kanker paru yang diidap sejak tahun lalu.

    Kabar meninggalnya ibunda Raisa, Ria Mariaty disampaikan oleh kakak laki-laki Raisa, Rinaldi Nur Pratama melalui Instagram pribadinya.

    “Dengan penuh duka cita, kami ingin menyampaikan bahwa Ibu/almarhumah Ria Mariaty Binti Rachmat Ardiwinangoen telah berpulang ke Rahmatullah pada Hari ini pukul 07.19 WIB di RS Dharmais,” tulisnya, dilihat detikcom, Sabtu (29/11/2025).

    “Kami memohon doa dari keluarga, sahabat, kerabat, dan semua yang mengenal beliau agar Allah SWT menerima amal ibadah almarhumah. Mengampuni segala dosa dan kekhilafan, melapangkan kuburnya serta menempatkan di tempat terbaik di sisi-NYA,” sambungnya.

    Diagnosa TBC

    Ibunda Raisa diketahui telah didiagosis kanker sejak Desember 2024. Namun, pada awalnya dirinya didiagnosis TBC dan sepeta dirawat di rmah sakot selama dua pekan,

    “Ibu sudah batuk selama sebulan, jadi memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam dan dokter spesialis paru. Dia didiagnosis tuberkulosis (TB/TBC, yang lebih dikenal di Indonesia) dan harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu,” tulis Rinaldi pada 29 Januari 2025, dikutip detikHealth dari Instagram Rinaldi Nur Pratama pada Sabtu (29/11/2025).

    Setelah tiga hari, ibunda harus dirawat lagi di rumah sakit, sebab mengalami efek samping dari obat TBC.

    Diagnosa Kanker Paru

    Dokter melakukan pemindaian PET untuk memeriksa kanker. Hasilnya menunjukkan ibunda Raisa mengidap kanker paru stadiu 4 dan sudah menyebar ke beberapa tulang.

    “Kabarnya sangat menghancurkan. Terlebih ibu sudah pernah menjalani skrining kanker lengkap di Mei 2024 tapi tak ada yang terlihat satu pun,” tulis Rinaldi di IG story miliknya beberapa waktu lalu.

    Kondisi ibunda sempat membaik. Banyak perkembangan yang dialami setelah menjalani kemoterapi.

    “Semenjak terakhir kali Chemotherapy 29 April 2025 banyak sekali perkembangan Ibu, dilanjutkan dengan Imunoterapi 11 kali. Pada 11 September Ibu di check Pet Scan, Alhamdulillah hasilnya sangat positif, banyak kanker tidak aktif lagi, hanya sisa sedikit yang masih hidup,” kata Rinaldi Nurpratama dalam Instagram miliknya.

    Kendati demikian, beberapa hari kemudian sang bu merasa sesak napas. Rindaldi menuturkan memang ibunya memiliki penyaki asma.

    “Beberapa hari setelah itu Ibu mulai merasa sesak (memang punya asma), lalu tanggal 18 September kami antar untuk Imunoterapi ke-12 dengan keadaan sesak. Hasil darah menunjukkan banyak yg harus dikoreksi, dokter sarankan rawat inap. Setelah 5 hari tidak ada peningkatan, tanggal 22 September Ibu masuk HCU,” katanya.

    Namun, sesaknya semakin parah setelah tiga hai kemudian. Hal ini membuat dokr memutuskan untuk memasang ventilato untuk membantu pernapasan.

    “Selama 3 hari sesak makin parah, kecemasan memperburuk, tanggal 24 September dokter putuskan pasang Ventilator agar pernafasannya dibantu,” tulisnya.

    “Setelah itu dilakukan Bronkoskopi, ditemukan saluran udara hampir tertutup oleh sel kanker aktif. Dokter langsung lakukan Cryosurgery, Ibu dipindahkan ke RS Dharmais 25 September, Alhamdulillah berhasil, jalur nafas dibersihkan. Namun Ibu tetap harus Radioterapi agar tidak tumbuh lagi,” lanjutnya.

    Mengenal Kanker Paru

    Kanker paru disebabkan oleh sel-sel yang terus membelah, padahal seharusnya tidak. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, meski pembelahan sel adalah pross yang normal, semua sel mempunyai ‘built-in off switch’ atau sakelar bawaan yang mencegah mereka membelah menjadi sel baru (penuaan) atau menyebabkan mereka mati (apoptosis) bila diperlukan.

    Adapun beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker paru di antaranya, merokok, riwayat keluaga terkait kanker paru, serta pernah menjalani perawatan radiasi pada dada.

    Dikutip dari Healthline. pada stadium 4, kanker sudah menyeba ke kedua paru-paru, area sekitar paru-paru, atau organ lainnya. Beberapa gejalanya mungkin meliputi:

    KelelahanBatuk terus menerusInfeksi dada berulangPembengkakan kelenjar getah beningKesulitan bernapasPenurunan berat badan tiba-tibaBatuk darahNafsu makan berubahNyeri sendi atau pembengkakanNyeri tulang jika kanker sudah menyebar ke tulangSakit kepalaMasalah penglihatanMual, kembung, atau penyakit kuning jika kanker menyerang hati

    Halaman 2 dari 3

    (elk/kna)

  • Auto Smart! 10 Kebiasaan Ini Diam-diam Bikin Otak Lebih Sehat dan Pintar

    Auto Smart! 10 Kebiasaan Ini Diam-diam Bikin Otak Lebih Sehat dan Pintar

    Jakarta

    Banyak orang mengira menjadi pintar harus lewat cara sulit dan melelahkan. Padahal, sejumlah kebiasaan sederhana yang dilakukan sehari-hari juga bisa membantu menjaga kesehatan otak sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir.

    Dikutip dari Times of India, ahli bedah saraf lulusan AIIMS, dr Arun L Naik membagikan 10 kebiasaan yang jika dilakukan secara konsisten dapat meningkatkan fungsi kognitif.

    “Otak berkembang pesat karena pengulangan. Ketika Anda melakukan suatu tugas berulang kali, neuron Anda akan aktif dalam pola yang sama berulang-ulang,” kata dr Arun.

    “Neuron yang aktif bersama-sama, akan terhubung bersama,” sambungnya.

    Berikut sederet kebiasaan yang jika dilakukan secara konsisten dapat membuat otak lebih pintar.

    1. Waktu Tidur dan Bangun Konsisten

    Menurut dr Arun, tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari mengatur ritme sirkadian, dan meningkatkan daya ingat serta konsolidasi.

    Peneltian menunjukkan, orang dewasa yang memiliki ritme tidur-bangun dan aktivitas sirkadian yang lebih konsisten dikaitkan dengan memori asosiatif yang lebih baik.

    2. Membaca 20-30 Menit

    Membaca setidaknya 20 hingga 30 menit setiap hari dapat membantu membangun fokus, pemahaman, dan kosa kata baru yang berdampak pada otak yang lebih cerdas.

    Membaca mengaktifkan beberapa area otak, yakni bahasa, pemrosesan visual, dan pemahaman dan seorong waktu dapat meningkatkan kinerja kognitif.

    3. Jalan Pagi atau Olahraga

    Aktivitas fisik seperti jalan kaki atau olahraga dapat meningkatkan faktor neurotropik yang diturunkan dari otak. Menurut dr Arun, olahraga atau jalan pagi juga dapat meningkatkan fungsi eksekutif.

    4. Menjaga Cairan Tubuh

    Menjaga tubuh tetap terhidrasi dapat membantu kesehatan otak. Menurut dr Arun, minum banyak cairan setiap 2 hingga 3 jam dapat menjaga neurotransmisi.

    Sebuah riset yang diterbitkan dalam British Journal of Nutrition menemukan bahwa dehidrasi ringan sekalipun dapat mengganggu fokus dan ingatan jangka pendek.

    5. Meditasi

    Orang yang melakukan meditasi di waktu tertentu dapat meningkatkan pengaturan emosi, memori kerja, dan rentang perhatian. Studi PMC menemukan bahwa meditasi secara signifikan meningkatkan pemrosesan visuo-spasial, memori kerja, dan fungsi eksekutif.

    Menulis jurnal atau journaling sebelum tidur menurut dr Arun dapat memperkuat refleksi, perencanaan, dan kejernihan emosi.

    7. Mengurangi Multitasking

    dr Arun mengatakan menghindari atau mengurangi multitasking justru memperkuat tugas tuggal dan jaringan fokus saraf.

    Penelitian juga menunjukkan bahwa seringnya berpindah tugas tidak hanya mengurangi kinerja, tetapi seiring waktu dapat merusak sistem saraf yang terlibat dalam konsentrasi, pengkodean memori, dan kontrol eksekutif.

    8. Membuat Daftar Tugas Harian

    Membuat daftar rencana harian setiap pagi dapat mendukung pengambilan keputusan dan mengurangi beban mental.

    Sebuah studi tahun 2020 menunjukkan bahwa perencanaan dan pembelajaran strategi mengurangi beban kerja mental, khususnya pada orang dengan kapasitas memori kerja yang lebih tinggi.

    9. Belajar Satu Hal Setiap Hari

    Mempelajari satu hal baru setiap hari, sepeti kata baru, fakta, atau keterampilan dapat menjaga hipokampus tetap aktif dan menunda penurunan kognitif.

    10. Diet atau Menjaga Pola Makan

    Menjaga pola makan atau diet yang konsisten dengan memilih makanan sehat bagi otak dapat mengurangi peradangan dan mengoptimalkan kognisi dalam jangka panjang.

    Sebuah studi tahun 2024 menemukan bahwa individu dengan pola makan yang berpotensi memicu peradangan tinggi, seperti daging olahan, makanan yang digoreng, memiliki risiko penurunan kognitif yang jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang pola makannya kurang memicu peradangan.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Cerita Menkes Pilih-pilih Olahraga Ternyaman, Renang hingga Lari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Studi Harvard selama 85 Tahun ‘Spill’ Pekerjaan Paling Tidak Membahagiakan

    Studi Harvard selama 85 Tahun ‘Spill’ Pekerjaan Paling Tidak Membahagiakan

    Jakarta

    Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Harvard selama 85 tahun mengungkap orang-orang dengan pekerjaan tertentu cenderung menjadi yang paling tidak bahagia. Pekerjaan seperti apakah itu?

    Dikutip dari laman CNBC Make It, jenis pekerjaan tertentu mungkin tidak bisa dikaitkan dengan ketidakpuasan atau burnout secara konsisten, tapi beberapa karakteristik pekerjaan justru bisa memengaruhinya. Hal ini dikatakan oleh profesor psikiatri di Harvard Medical School, sekaligus direktur Harvard Study of Adult Development, Robert Waldinger, MD.

    Menurut temuan studi, pekerjaan yang minim interaksi manusia dan tidak memberi kesempatan untuk membangun hubungan yang bermakna dengan rekan kerja, cenderung membuat karyawannya merasa paling tidak bahagia.

    Sejak tahun 1938, para peneliti Harvard mengumpulkan catatan kesehatan lebih dari 700 peserta dai seluruh dunia. Mereka menanyakan pertanyaan rinci tentang kehidupan para peserta setiap dua tahun.

    Berdasarkan kesimpulan para peserta, rahasia dalam menjalani hidup lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih panjang bukanlah uang, kesuksesan profesional, olahraga, atau pola makan sehat. Namun, hubungan positiflah yang membuat orang bahagia sepanjang hidup mereka. Hal ini juga berlaku untuk pekerjaan.

    “Ini adalah kebutuhan sosial penting yang harus dipenuhi dalam semua aspek kehidupan kita,” jelas Waldinger.

    “Selain itu, jika Anda lebih terhubung dengan orang lain, Anda akan merasa lebih puas dengan pekerjaan Anda, dan menghasilkan kinerja yang lebih baik,” ungkapnya.

    Beberapa pekerjaan yang paling membuat seseorang merasa terisolasi adalah pekerjaan yang menuntut kerja mandiri, daripada yang membutuhkan interaksi.

    Pekerja Merasa Kesepian

    Selain itu, pekerjaan yang menimbulkan rasa kesepian juga banyak ditemukan dalam industri baru, misalnya layanan pengiriman paket dan makanan. Begitu pula di ritel online, yakni saat ritme kerja yang sangat cepat dan intens membuat karyawan dalam satu shift gudang bahkan tidak sempat mengenal satu sama lain,

    Kendati demikian, kesepian juga tak hanya dirasakan oleh mereka yang bekerja sendiri, tapi juga orang-orang dengan pekerjaan yang sibuk, melibatkan banyak orang, dan tidak memiliki interaksi positif. Waldinger mencontohkan mereka yang bekerja sebagai call center.

    Merasa terputus hubungan dengan orang lain di tempat kerja juga merupakan masalah kesehatan. Studi terkini menunjukkan bahwa, seiring bertambahnya usia, kesepian bisa meningkatkan risiko kematian, sama seperti obesitas, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik.

    Sehingga, menurut para peneliti, menciptakan peluang kecil untuk koneksi sosial di tempat kerja bisa memulihkan dan membantu meringankan perasaan kesepian dan ketidakpuasan. Misalnya, dengan berbincang selama lima menit dengan rekan kerja atau mencari orang-orang dengan minat sama untuk menghabiskan waktu setelah bekerja.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Jangan Ngaku Punya IQ Tinggi Kalau Merasa Sulit Jawab Asah Otak Ini

    Jangan Ngaku Punya IQ Tinggi Kalau Merasa Sulit Jawab Asah Otak Ini

    Jangan Ngaku Punya IQ Tinggi Kalau Merasa Sulit Jawab Asah Otak Ini

  • 4 Kebiasaan di Malam Hari yang Diam-diam Merusak Ginjal

    4 Kebiasaan di Malam Hari yang Diam-diam Merusak Ginjal

    Jakarta

    Ginjal berperan penting dalam menyaring racun, menjaga keseimbangan cairan, hingga mengatur tekanan darah. Sayangnya, tanpa disadari, beberapa kebiasaan yang dilakukan pada malam hari bisa memberi beban ekstra pada organ ini.

    Jika terus dibiarkan, kebiasaan-kebiasaan tersebut berpotensi memicu penurunan fungsi ginjal dalam jangka panjang, sehingga menurunkan kualitas hidup seseorang.

    Dikutip dari Times of India, berikut kebiasaan-kebiasaan di malam hari yang diam-diam dapat merusak ginjal.

    1. Menahan Kencing Semalaman

    Banyak orang biasanya terbangun di tengah malam karena dorongan untuk buang air kecil. Alih-alih berjalan ke kamar mandi, ada dari mereka yang justru memilih lanjut tidur dan menahan pipis.

    Padahal, menahan urine yang dilakukan terus menerus dapat meningkatkan tekanan kandung kemih, hingga risiko infeksi saluran kemih. Seiring waktu berjalan, kondisi ini akan merusak ginjal.

    2. Tidur dalam Keadaan Haus

    Minum air di malam hari sendiri sebenarnya tidak berbahaya. Jadi, anggapan yang mengatakan bahwa minum air di malam hari tepat sebelum tidur akan merusak ginjal adalah sebuah mitos.

    Rasa haus yang muncul sebelum tidur, kemungkinan adalah tanda dehidrasi. Kondisi ini jika terus dilakukan dapat menyebabkan azotemia pra-ginjal, sejenis cedera ginjal akut yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis (PGK).

    3. Makan Tinggi Protein

    Dikutip dari Midtown Nephrology, ahli nefrologi Frita McRae Fisher, MD mengatakan mengonsumsi makanan berprotein tinggi sebelum tidur dapat memberikan tekanan berlebih kepada ginjal.

    Risiko ini akan bertambah parah pada mereka yang sudah mengidap PGK, atau rentan mengalami masalah ginjal seperti mereka yang memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal polikistik.

    4. Makan Tinggi Natrium

    Sama seperti makanan tinggi protein, makanan tinggi natrium atau garam yang dikonsumsi sebelum tidur dapat menyebabkan penyakit ginjal.

    Menurut Frita, mengonsumsi natrium atau garam tinggi, tubuh akan menahan air di pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko kedua terbesar untuk penyakit ginjal kronis.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Nggak Nyangka, Ternyata Ini Alasan Sering Kebelet BAB setelah Keluar Rumah

    Nggak Nyangka, Ternyata Ini Alasan Sering Kebelet BAB setelah Keluar Rumah

    Jakarta

    Muncul rasa kebelet buang air besar (BAB) setelah keluar dari rumah kadang menjengkelkan. Padahal, saat di rumah, sudah dipastikan bahwa perut akan baik-baik saja saat berada di luar.

    Fenomena ini ternyata cukup umum dan ada penjelasan ilmiahnya. Para ahli menyebut kondisi tersebut berkaitan dengan kombinasi refleks tubuh, perubahan lingkungan, hingga faktor psikologis.

    Dikutip dari The Skimm, praktisi functional medicine, Erin Hendriks, MD mengatakan kondisi ini terjadi berkaitan dengan usus, sistem saraf, dan banyak lainnya. Tetapi, utamanya karena stres.

    “Usus Anda dilapisi jutaan sel saraf yang membentuk sistem saraf enterik. Saat kita stres atau gugup, tubuh melepaskan hormon dan neurotransmiter yang memicu kontraksi di usus, sehingga menimbulkan keinginan untuk buang air besar,” kata Erin.

    Senada, pakar kesehatan ortopedi dan panggul Julia Connolly PT, DPT mengatakan stres, buru-buru berangkat ke suatu tempat, atau tekanan emosional akan mengaktifkan sistem saraf fight or flight dan menstimulasi usus.

    “Sistem saraf secara intrinsik terkait dengan fungsi usus. Usus dan otak terjalin melalui sistem saraf, sehingga kondisi otak memengaruhi usus dan sebaliknya,” kata Conolly.

    Otak dan usus terhubung melalui apa yang disebut para ilmuwan sebagai poros usus-otak. Hubungan inilah yang menyebabkan emosi seperti stres dan kecemasan dapat memengaruhi sistem pencernaan dan memicu gejala fisik seperti diare dan kram perut.

    (dpy/kna)

  • Riwayat Sakit Ibunda Raisa, Sempat Kena TBC Sebelum Didiagnosis Kanker Paru

    Riwayat Sakit Ibunda Raisa, Sempat Kena TBC Sebelum Didiagnosis Kanker Paru

    Jakarta

    Ibunda penyanyi Raisa Andriana, Ria Mariaty meninggal dunia setelah mengidap penyakit kanker paru-paru. Kakak Raisa, Rinaldi menceritakan lewat IG Storunya bahwa ibunya didiagnosis kanker sejak bulan Desember 2024.

    Bermula dari Oktober 2024, sebelum dinyatakan kanker, Ria mengalami batuk yang berlangsung selama sebulan. Dirinya didiagnosis mengidap TBC dan dirawat di rumah sakit. Hal ini diceritakan Rinaldi dalam unggahan instagramnya.

    “Ibu sudah batuk selama sebulan, jadi memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam dan dokter spesialis paru. Dia didiagnosis tuberkulosis (TB/TBC, yang lebih dikenal di Indonesia) dan harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu,” tulis Rinaldi pada 29 Januari 2025, dikutip detikHealth dari Instagram Rinaldi Nur Pratama pada Sabtu (29/11/2025).

    Setelah pulang dari rumah sakit, ibunda berjuang melawan efek samping dari obat TBC, yaitu mual parah, muntah, dan pusing. Karena itu, 3 hari kemudian, dia harus dirawat lagi di rumah sakit.

    Diagnosa Kanker Paru-paru

    Pada saat rawat inap kedua, dokter melakukan peminadaian PET untuk memeriksa kanker. Hasilnya menunjukkan bahwa sang ibu mengidap kanker paru stadium 4 dan telah menyebar ke beberapa tulang. Saat itu, ibunda harus menjalani kemoterapi.

    “Kabarnya sangat menghancurkan. Terlebih ibu sudah pernah menjalani skrining kanker lengkap di Mei 2024 tapi tak ada yang terlihat satu pun,” tulis Rinaldi di IG story miliknya beberapa waktu lalu.

    Menurut Rinaldi, ibunya terus menunjukkan kekuatan luar biasa dan semangat positif dalam pemulihan penyakit. Tekadnya memberi kekuatan eksra pada keluarga.

    “Meskipun demikian, Ibu tetap menyapa kami dengan senyum hangatnya, yang langsung membangkitkan semangat kami.” tulis Rinaldi.

    Kondisi Ria sempat membaik dan banyak perkembangan yang dialami. Pada Maret 2025, kemoterapi yang dijalani menunjukkan hasil. Tubuhnya, merespons, volume kankernya mengecil, dan semuanya terlihat lebih baik. Pada 11 September 2025 dalam check Pet Scanm hasilnya sangat posiif, banyak kanker yang tidak aktif, dan hanya sedikit yang masih hidup.

    Namun beberapa hari kemudian, sang ibu merasa sesak napas. Hasil darah menunjukkan banyak yang harus dikoreksi. Pada 22 September ibunda harus masuk HCU dan menjalani Radioterapi di tanggal 27 September.

    “Dalam 38 tahun saya hidup melihat ibu, inilah perjuangan terhebatnya. Ibu gamau kalah, ibu mau menang. Terima kasih kepada semuanya yang sudah mendoakan,” tulisnya.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Kanker Usus Besar Hantui Usia 20-an, Ini 5 Gejala yang Harus Diwaspadai

    Kanker Usus Besar Hantui Usia 20-an, Ini 5 Gejala yang Harus Diwaspadai

    Jakarta

    Kanker kolorektal atau usus besar mungkin dianggap umum terjadi pada orang yang lebih tua, namun kanker tersebut kini juga menyerang usia muda.

    Menurut data dari CDC, dari tahun 1999-2020, ada peningkatan sebesar 185 persen pada kanker kolorektal di antara orang dwasa berusia 20-24 tahun, dan peningkatan 333 persen di antara remaja berusia 15-19 tahun.

    WHO melaporkan, kematian akibat kanker usus besar di tahun 2020 mencapai lebih dari 930.000 jiwa. Sehingga, penting untuk mengenali gejalanya sejak dini.

    Seorang ahli gastroentologi di California, Dr Saurabh Sethi membagikan lima tanda peringatan kanker usus yang tidak boleh diabaikan. Apa saja?

    Tanda-tanda Kanker Usus Besar yang Tidak Boleh Diabaikan

    Seperti namanya, kanker usus besar bermula di usus besar atau rektum. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ini di antaranya usia, riwayat keluarga, mutasi terkait usus besar yang diwariskan, hingga gaya hidup. Berikut beberapa tanda-tandanya yang perlu diwaspadai.

    1. BAB Berdarah

    Pendarahan rektum bisa menjadi tanda peringatan kanker usus besar. Jadi, jika menemukan darah di feses, mangkuk toilet, atau tisu toilet setelah buang air besar, jangan abaikan.

    2. Perubahan Bentuk dan Ukuran Feses

    Jangan pernah mengabaikan perubahan pada pergerakan usus. Menurut dr Sethi, perubahan bentuk dan ukuran feses bisa jadi merupakan tanda penyempitan usus besar. Karena itu, jika perubahan tersebut terus berlanjut, segera periksakan diri ke dokter.

    3. Sakit Perut Kronis

    Sering merasakan sakit perut? Jangan anggap remeh. Dr Sethi mengingatkan, sakit perut kronos merupakan gejala utama dari kanker usus besar. Jika kram, kembung, atau rasa tidak nyaman tak kunjung hilang dengan pengobaan biasa, maka kondisi ini patut dikhawatirkan.

    4. Kelelahan

    Merasakan lelah sepanjang waktu, misalnya bangun dalam keadaan lelah bahkan setelah tidur nyenyak semalaman perlu diwaspadai. Sayangnya, gejala ini mungkin luput dari perhatian.

    Orang-orang sering menganggapnya sebagai kelelahan biasa. Jadi, jika sering merasa lelah tanpa alasan yang jelas, penting untuk memeriksakan diri ke dokter.

    5. Anemia Defisiensi Besi

    Anemia seringkali tidak terasa sampai terdeteksi lewat pemeriksaan darah. Tumor yang ada di usus bisa berdarah secara perlahan dan terus menerus, yang menyebabkan defisiensi besi.

    “Anemia defisiensi zat besi bisa terjadi bahkan jika Anda tidak merasakan adanya perdarahan yang nyata,” kata Dr Sethi.

    Pada kesimpulannya, tanda dan gejala yang disebutkan kemungkinan mengarah pada kanker usus besar, namun tidak selalu berarti demikian.

    “Ingatlah bahwa masalah ini bisa terlihat pada banyak kondisi medis lainnya. Jadi, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter,” kata Dr Sethi.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)