Jenis Media: Kesehatan

  • Psikolog Sebut Kebanyakan Scroll Medsos Bisa Bikin ‘Popcorn Brain’, Apa Itu?

    Psikolog Sebut Kebanyakan Scroll Medsos Bisa Bikin ‘Popcorn Brain’, Apa Itu?

    Jakarta

    Terlalu banyak menggulir atau ‘scroll’ media sosial dan menonton konten singkat bisa berdampak besar. Bukan hanya membuat kecanduan terhadap ponsel, tetapi juga bisa mengubah cara kerja otak.

    Fenomena ini dikenal sebagai ‘popcorn brain’ atau ‘otak popcorn’. Itu merupakan kondisi saat otak terus-menerus mencari rangsangan cepat akibat konsumsi digital yang berlebihan.

    Istilah ini pertama kali dicetuskan peneliti di University of Washington iSchool, David Levy, pada 2011. Ia menggambarkan popcorn brain sebagai keadaan saat seseorang terlalu larut dalam multitasking elektronik, sehingga kehidupan aslinya yang lebih lambat terasa kurang menarik.

    Psikolog Danielle Haig menjelaskan kondisi ini dipicu oleh sistem penghargaan dopamin di otak.

    “Platform daring dan media sosial memakai algoritma yang memberi kita aliran informasi, notifikasi, dan hiburan tanpa henti, disesuaikan dengan minat dan perilaku kita,” jelasnya yang dikutip dari Unilad.

    Menurutnya, stimulasi yang berlebihan mengaktifkan jalur dopamin yang terkait dengan rasa senang dan hal-hal baru.

    “Bukan berarti otak rusak, melainkan jalur sarafnya sedang dialihkan untuk memenuhi tuntutan multitasking dan pemrosesan informasi yang cepat,” sambung Haig.

    Dampak pada Kehidupan Sehari-hari

    Psikolog klinis kesehatan Jennifer Wolkin, PhD, mengatakan bahwa otak popcorn bisa memicu beragam gangguan kognitif, seperti:

    Pikiran yang lari ke mana-mana.Merasa cepat bosan.Sering memotong atau berganti topik saat berbicara.Mudah terdistraksi.Susah menyelesaikan tugas.Kelelahan mental.Merasa kewalahan.

    Dari temuan terbaru semakin memperkuat kekhawatiran itu. Dalam analisis yang melibatkan 98.299 partisipan dari 71 studi lintas platform media sosial, para peneliti menyoroti dampak konsumsi konten video pendek atau short-form video.

    “Video berdurasi pendek yang dipopulerkan TikTok telah mengubah perilaku pengguna. Meski awalnya untuk hiburan, video pendek kini dipakai dalam pendidikan, politik, dan pemasaran,” tulis tim peneliti.

    “Namun, desain gulir tanpa akhir memicu kekhawatiran soal kecanduan dan dampak kesehatan,” lanjutnya.

    Hasilnya, konsumsi video pendek yang lebih tinggi dengan penurunan kemampuan fokus, baik pada kelompok muda maupun lansia. Penggunaan berlebihan juga dikaitkan dengan kesehatan mental yang menurun, seperti depresi kecemasan, stres, dan kesepian.

    Kenapa Disebut ‘Popcorn Brain’?

    Istilah ini menggambarkan pikiran yang meletup-letup, seperti biji jagung di microwave. Melompat dari satu pikiran ke pikiran lain tanpa arah.

    Stimulasi berlebihan dari aktivitas digital membuat otak bekerja terlalu cepat, sehingga sulit untuk mempertahankan fokus yang mendalam.

    Bagaimana Mengatasinya?

    Para ahli menganjurkan pengaturan waktu layar atau screen time yang lebih sehat, seperti membatasi durasi online, rutin beristirahat, dan menghindari kebiasaan mengecek ponsel tanpa tujuan.

    Teknik mindfulness, misalnya meditasi, juga dinilai efektif untuk menenangkan sistem saraf dan membantu otak kembali fokus. Selain itu ada metode Podomoro untuk membantu memberi struktur.

    Misalnya bekerja fokus 25 menit, istirahat 5 menit, lalu mengambil jeda lebih panjang sekitar 15-30 menit setelah empat siklus.

    Psychology Today menambahkan bahwa menerapkan ritual dan rutinitas harian dapat sekaligus membantu mencegah kebiasaan digital yang tidak sehat, sekaligus memfokuskan pikiran untuk bekerja lebih produktif.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Menkes Imbau Sopir Bus Cek Kesehatan Jelang Libur Nataru 2025”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • 100-an Anak di Sumut Kena ISPA-Masalah Kulit Pasca Bencana, Krisis Pasokan Obat

    100-an Anak di Sumut Kena ISPA-Masalah Kulit Pasca Bencana, Krisis Pasokan Obat

    Jakarta

    Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Eka Airlangga Cabang Sumatera Utara menyebut banyak anak jatuh sakit pascabencana di Sumatera Utara. Dari posko pengungsian yang terpantau di sejumlah titik, anak-anak dilaporkan mengalami diare hingga penyakit kulit.

    Misalnya pada Desa Gohor Lama Kec Wampu Kab Langkat. Hasil skrining IDAI bekerja sama dengan Dinkes setempat menunjukkan 37 anak mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), 18 anak mengeluhkan diare, 7 anak dengan kondisi tinea, dan bacterial dermatitis yang menyerang 4 orang anak.

    “Masalah yang dihadapi kekurangan obat untuk diare, dermatitis, ISPA, kami juga butuh obat drops untuk bayi, obat kombinasi untuk ISPA, hingga kebutuhan air untuk melarutkan antibiotik, juga sendok obat,” lapor dr Eka, dalam konferensi pers Senin (1/12/2025).

    Kondisi yang tak jauh berbeda juga ditemukan di Desa Batu Malenggang. Dari pemeriksaan yang dilakukan pada 125 anak, 55 di antaranya mengalami ISPA, 12 anak diare, 35 anak tinea, dan 23 lainnya mengeluhkan bacterial dermatitis.

    Banyak di antara mereka masih menghadapi kekurangan pasokan medis, seperti kekurangan obat zalp antibiotik, obat dalam bentuk sirop dan drop, air untuk kebutuhan melarutkan antibiotik, sendok obat.

    dr Eka juga mencatat banyak yang membutuhkan minyak kayu putih hingga makanan dan snack anak.

    “Kita juga menemukan kasus berat, 2 kasus yang kami rujuk ke RS dengan gejala pneumonia,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga posko wilayah Sumatera untuk mengurangi potensi hujan saat penyaluran bantuan bagi korban banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, hingga Sumatera Utara.

    OMC tersebut masih akan berlangsung hingga Rabu (3/12) mendatang yang dipusatkan di Posko Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda (Aceh), Posko Kualanamu (Medan), dan Posko Bandara Internasional Minangkabau (Padang).

    “Kita berusaha menjaga agar proses penyelamatan, kedaruratan, dan upaya drop logistik tidak terganggu dengan cuaca ekstrem atau curah hujan tinggi. Kita menebarkan NaCl (larutan garam halus) di daerah-daerah agar hujan bisa turun di daerah yang tidak rawan,” kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dikutip dari YouTube Kemendagri RI, Senin (1/11/2025).

    Tak hanya itu, BMKG juga tengah menebarkan Kalsium Oksida (CaO), di daerah yang sangat rawan untuk memecah hujan agar tidak turun di daerah rawan dan dapat menyebar ke wilayah lain.

    “Kita melakukan OMC itu untuk memberi hujan atau mencegah terjadinya hujan. Saat ini, penerbangan terus kami lakukan, total ada lima pesawat di Posko Aceh, Medan, dan Padang,” ujarnya lagi.

    BMKG juga meminta agar pemerintah provinsi, khususnya Gubernur untuk segera menetapkan status siaga darurat ketika mendapatkan peringatan dini bencana.

    Teuku juga meminta agar kepala daerah mencermati setiap informasi yang diberikan oleh BMKG melalui pos atau koordinator tiap provinsi.

    “Karena tanpa status tersebut, BMKG dan BNPB tidak bisa melakukan operasi modifikasi cuaca,” ucap Teuku.

    “Ada lima balai besar yang memiliki kewenangan untuk menetapkan status siaga darurat,” tuturnya.

    Sebelumnya, Jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali meningkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hingga Senin, total korban meninggal di tiga provinsi tersebut telah mencapai 442 orang, sementara 402 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

    Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers Minggu (30/11/2025) menyebut, angka tersebut terus bertambah lantaran korban yang sebelumnya dilaporkan hilang mulai ditemukan.

    “Terutama di Tapanuli Selatan, karena per hari ini banyak yang ditemukan,” kata Suharyanto.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Thailand Gercep Bikin RS Lapangan Pasien Terdampak Banjir”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga posko wilayah Sumatera untuk mengurangi potensi hujan saat penyaluran bantuan bagi korban banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, hingga Sumatera Utara.

    OMC tersebut masih akan berlangsung hingga Rabu (3/12) mendatang yang dipusatkan di Posko Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda (Aceh), Posko Kualanamu (Medan), dan Posko Bandara Internasional Minangkabau (Padang).

    “Kita berusaha menjaga agar proses penyelamatan, kedaruratan, dan upaya drop logistik tidak terganggu dengan cuaca ekstrem atau curah hujan tinggi. Kita menebarkan NaCl (larutan garam halus) di daerah-daerah agar hujan bisa turun di daerah yang tidak rawan,” kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dikutip dari YouTube Kemendagri RI, Senin (1/11/2025).

    Tak hanya itu, BMKG juga tengah menebarkan Kalsium Oksida (CaO), di daerah yang sangat rawan untuk memecah hujan agar tidak turun di daerah rawan dan dapat menyebar ke wilayah lain.

    “Kita melakukan OMC itu untuk memberi hujan atau mencegah terjadinya hujan. Saat ini, penerbangan terus kami lakukan, total ada lima pesawat di Posko Aceh, Medan, dan Padang,” ujarnya lagi.

    BMKG juga meminta agar pemerintah provinsi, khususnya Gubernur untuk segera menetapkan status siaga darurat ketika mendapatkan peringatan dini bencana.

    Teuku juga meminta agar kepala daerah mencermati setiap informasi yang diberikan oleh BMKG melalui pos atau koordinator tiap provinsi.

    “Karena tanpa status tersebut, BMKG dan BNPB tidak bisa melakukan operasi modifikasi cuaca,” ucap Teuku.

    “Ada lima balai besar yang memiliki kewenangan untuk menetapkan status siaga darurat,” tuturnya.

    Sebelumnya, Jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali meningkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hingga Senin, total korban meninggal di tiga provinsi tersebut telah mencapai 442 orang, sementara 402 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

    Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers Minggu (30/11/2025) menyebut, angka tersebut terus bertambah lantaran korban yang sebelumnya dilaporkan hilang mulai ditemukan.

    “Terutama di Tapanuli Selatan, karena per hari ini banyak yang ditemukan,” kata Suharyanto.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Thailand Gercep Bikin RS Lapangan Pasien Terdampak Banjir”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • IDAI Ingatkan Ancaman Penyakit yang Bisa Serang Anak Imbas Banjir Sumatera

    IDAI Ingatkan Ancaman Penyakit yang Bisa Serang Anak Imbas Banjir Sumatera

    Jakarta

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan keprihatinan mendalam atas rangkaian bencana yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera, mulai dari banjir di Aceh, Sumut, hingga Sumbar. Ketua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), menegaskan bahwa anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan terdampak dalam situasi ini.

    “Kami dari IDAI menyampaikan keprihatian mendalam atas musibah banjir yang melanda Aceh, Sumut, Sumbar, sebelumnya juga ada erupsi abu vulkanik Semeru,” ujar dr Piprim.

    Ia menuturkan, IDAI melalui anggota, cabang, dan Satuan Tugas Penanggulangan Bencana turut mendukung penanganan kesehatan di lokasi bencana.

    Anak Jadi Kelompok Rentan

    Dirinya menegaskan bahwa anak-anak menghadapi risiko paling besar dalam kondisi darurat seperti banjir dan pengungsian. Karena itu, pemenuhan kebutuhan dasar anak harus menjadi prioritas.

    “Anak adalah korban paling rentan di situasi seperti ini dan perlu kita lindungi, mereka bisa alami trauma, ketakutan, mimpi buruk,” ujarnya.

    Menurut dr Piprim, lingkungan pengungsian yang padat dan sanitasi terbatas meningkatkan risiko penyakit menular.

    “Anak-anak ini rentan termasuk juga rentan terhadap penyakit menular di pengungsian, ada campak yang bisa menular ke mana-mana,” jelasnya.

    Ia juga mengingatkan potensi penyakit lain yang dapat meningkat dalam kondisi banjir seperti diare, demam berdarah dan leptospirosis.

    Di akhir, dr Piprim menyampaikan harapan agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih besar terhadap bencana yang terjadi.

    “Mudah-mudahan bisa dimasukkan sebagai bencana nasional ya,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: IDAI Berharap Banjir di Sumatera Ditetapkan Jadi Bencana Nasional”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Prabowo Kunjungi Posko Pengungsian Korban Bencana Banjir di Sumut

    Prabowo Kunjungi Posko Pengungsian Korban Bencana Banjir di Sumut

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto mengecek langsung distribusi bantuan, posko kesehatan, serta dapur umum di posko pengungsian GOR Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

    Kedatangan orang nomor satu di Indonesia tersebut disambut hangat oleh para pengungsi. Mereka bergantian menyalami Presiden dan memeluknya, bahkan beberapa memanfaatkan momen untuk berfoto.

    Dikutip dari Antara, Prabowo juga mendengar langsung cerita dari beberapa pengungsi yang berhasil menyelamatkan diri dari banjir bandang dan longsor. Di posko kesehatan, seorang ibu yang sedang memeriksakan dirinya langsung memeluk Prabowo.

    Presiden juga menyalami sejumlah petugas kesehatan yang pada pagi ini bertugas di posko kesehatan di GOR Pandan. Selepas itu, Presiden Prabowo berjalan ke area luar GOR dan kembali menemui serta membalas sapaan dari sejumlah warga.

    Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi yang mendampingi Presiden dari Jakarta, turut mendengarkan langsung cerita-cerita para pengungsi.

    Di GOR Pandan, di hadapan para pengungsi, Presiden Prabowo memastikan setiap langkah darurat telah ditempuh oleh pemerintah, dan distribusi bantuan telah menjangkau seluruh masyarakat yang terdampak banjir bandang serta longsor.

    Presiden Prabowo kemudian memerintahkan seluruh jajarannya untuk dengan cepat, tepat, dan menyeluruh menanggulangi dampak bencana dan mengurusi para pengungsi.

    Sebelumnya, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno mengungkapkan arahan Presiden Prabowo Subianto terkait penanganan bencana banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar).

    “Presiden memerintahkan untuk menambah seluruh kekuatan nasional, fokus untuk penanganan tanggap darurat secepat-cepatnya. Mengerahkan evakuasi, mengerahkan logistik, perlindungan pengungsi, kemudian mengerahkan tenaga kesehatan, memulihkan infrastruktur, transportasi, komunikasi, juga kawal di lapangan,” ujar Pratikno saat memimpin Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana, bersama Kepala BNPB, Jajaran TNI-Polri, dan Pemprov Sumatra Utara, di Sumatra Utara, Minggu (30/11/2025).

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Prabowo: Indonesia Butuh Dokter-Ilmuwan yang Banyak”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Data Ungkap 1 dari 3 Warga Korsel Ternyata Obesitas, Ini Jadi Pemicunya

    Data Ungkap 1 dari 3 Warga Korsel Ternyata Obesitas, Ini Jadi Pemicunya

    Jakarta

    Angka obesitas di kalangan orang dewasa Korea Selatan (Korsel) mengalami peningkatan satu dekade ke belakang. Studi terbaru mencatat, kini satu dari tiga warga Korsel tergolong obesitas.

    Dikutip dari The Korea Herald, Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) melaporkan bahwa 34,4 persen warga Korea mengalami obesitas pada tahun 2024.

    Berdasarkan gender, 41,4 persen pria dan 23 persen wanita mengalami obesitas pada tahun 2024. Di antara pria, obesitas tertinggi terjadi pada usia sebagai berikut:

    Usia 20-an: 39,9 persen laki-laki dan 16,8 persen perempuanUsia 30-an: 53,1 persen laki-laki dan 21,1 persen perempuanUsia 40-an: 50,3 persen laki-laki dan 21,4 persen perempuanUsia 50-an: 41,6 persen laki-laki dan 23,2 persen perempuanUsia 60-an: 34 persen laki-laki dan 26,6 persen perempuanUsia 70-an: 26 persen laki-laki dan 27,9 persen perempuan.

    KDCA mencatat bahwa obesitas sedang meningkat secara global, menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, baik di negara maju maupun berkembang. Menurut statistik kesehatan OECD, Korea Selatan (36,5 persen) masih berada di bawah rata-rata OECD (56,4 persen).

    “Tingkat obesitas di Korea masih di bawah rata-rata negara-negara OECD, tetapi perubahan gaya hidup dan pola makan yang semakin kebarat-baratan mendorong peningkatan yang stabil,” kata KDCA, dikutip dari Korea Times, Senin (1/12/2025).

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Kemenkes Ungkap Situasi HIV di RI 2025, Masih Banyak Pengidap Tak Berobat

    Kemenkes Ungkap Situasi HIV di RI 2025, Masih Banyak Pengidap Tak Berobat

    Jakarta

    Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Ketua Tim Kerja HIV-AIDS Kementerian Kesehatan RI, dr Tiersa Vera Junita, M Epid, mengatakan pada 2025, diperkirakan terdapat 564.000 Orang dengan HIV (ODIHV). Namun, baru 68 persen atau sekitar 385.000 orang yang mengetahui status HIV.

    Dari kelompok yang mengetahui statusnya, baru sekitar 260.000 pasien yang sudah mengakses pengobatan antiretroviral (ARV). Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan besar, karena masih ada sekitar 37 persen pengidap yang sudah mengetahui statusnya tetapi belum masuk ke pengobatan.

    “Kemudian dari ODIHV dalam pengobatan, ada 56 persen atau lebih kurang 155.000 ODIHV yang hasil pemeriksaan viral load-nya tersupresi,” ucapnya dalam acara Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2025, Senin (1/12/2025).

    “Jadi memang ODIHV yang sudah dalam pengobatan pun, baru sekitar 60 persen yang melakukan pemeriksaan viral load,” lanjutnya.

    Meski demikian, dr Tiersa mengatakan rendahnya cakupan pemeriksaan viral load dan masih terbatasnya jumlah pengidap yang memulai terapi menunjukkan masih banyak celah atau gap yang harus diperbaiki. Gambaran ini menunjukkan bahwa HIV masih menjadi catatan penting dalam kesehatan masyarakat Indonesia.

    Pasien takut berobat karena stigma

    Di sisi lain, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, menegaskan tantangan lain yang tak kalah besar dalam penanganan HIV adalah persoalan stigma. Menurutnya, stigma masih menjadi hambatan utama dalam proses pengobatan maupun evaluasi pasien HIV.

    Wamenkes menjelaskan stigma yang berkembang di masyarakat membuat banyak orang enggan melakukan tes, takut datang ke rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan, serta khawatir status mereka diketahui orang lain, termasuk di lingkungan kerja.

    Rasa takut inilah yang pada akhirnya menghalangi pengidap HIV untuk mendapatkan diagnosis dini maupun pengobatan yang seharusnya mereka terima.

    “Stigma menjadi salah satu disrupsi yang berkembang di masyarakat,” ucapnya dalam acara yang sama.

    Karenanya, Wamenkes menekankan stigma harus diluruskan dan diubah, karena persepsi yang salah di masyarakat dapat berdampak langsung pada keberhasilan program penanggulangan HIV.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Waspada! Riset Ungkap Tanda Penurunan Fungsi Otak yang Terlihat dari Cara Bicara

    Waspada! Riset Ungkap Tanda Penurunan Fungsi Otak yang Terlihat dari Cara Bicara

    Jakarta

    Peneliti University of Toronto mengungkapkan masalah penurunan fungsi otak seperti penyakit alzheimer bisa diketahui dari cara seseorang bicara seseorang. Alzheimer adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan memori, kemampuan berpikir, dan fungsi sehari-hari secara bertahap. Kondisi ini terjadi karena kerusakan sel saraf di otak dan biasanya memburuk seiring waktu.

    Ahli menjelaskan kecepatan berbicara seseorang bisa menjadi indikator penurunan fungsi kognitif. Kondisi ini disebut dengan ‘lethologica’.

    Lethologica dialami oleh orang muda maupun tua, tapi semakin usia bertambah, khususnya di atas 60 tahun, menemukan nama benda memang bisa makin sulit. Peneliti lalu meminta 125 orang dewasa berusia 18-90 tahun untuk menggambarkan sebuah adegan secara rinci.

    Peserta diperlihatkan gambar benda sehari-hari sambil mendengarkan audio yang dibuat untuk membantu atau membingungkan mereka. Misalnya, ketika melihat gambar sapu, maka audio akan menyebut ‘sapu’. Atau, sebaliknya audio juga bisa menyebut ‘pel’ untuk menyesatkan otak sejenak.

    Semakin cepat kecepatan bicara alami seseorang pada tugas pertama, semakin cepat juga ia bisa memberi jawaban pada tugas kedua. Temuan ini mendukung processing speed theory, yang berargumen perlambatan umum dalam pemrosesan kognitif berada di pusat penurunan kognitif, bukan perlambatan di pusat memori saja.

    “Jelas bahwa orang tua jauh lebih lambat daripada orang muda dalam menyelesaikan berbagai tugas kognitif, termasuk tugas menghasilkan kata seperti menamai gambar, menjawab pertanyaan, atau membaca kata tertulis,” ucap psikolog Hsi T Wei, yang memimpin penelitian, dikutip dari Science Alert, Minggu (30/11/2025).

    “Dalam percakapan alami, orang tua juga cenderung menghasilkan lebih banyak ketidaklancaran seperti jeda kosong atau jeda terisi (misalnya ‘uh’ dan ‘um’) dan memiliki kecepatan bicara yang lebih lambat,” sambungnya.

    Temuan ini dinilai menarik, karena menunjukkan tanda penurunan fungsi otak tidak hanya ditentukan dari apa saja kata yang dikeluarkan, tapi seberapa cepat seseorang mengatakannya.

    Pada 2024, peneliti dari Stanford University menemukan jeda bicara yang lebih panjang dan kecepatan bicara yang lebih lambat berkaitan dengan kadar protein tau lebih tinggi, yang dikaitkan dengan ciri khas alzheimer.

    Rekaman neuroimaging dari 237 orang dewasa tanpa gangguan kognitif menunjukkan mereka yang memiliki beban protein tau lebih besar cenderung memiliki kecepatan bicara lebih lambat. Selain itu, juga ada jeda antara ucapan lebih panjang, dan lebih banyak jeda secara keseluruhan.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • KPAI Soroti Ratusan Kota Belum Punya UPTD PPA

    KPAI Soroti Ratusan Kota Belum Punya UPTD PPA

    Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan data pada Oktober 2025 baru ada 398 Kabupaten/Kota yang memiliki UPTD PPA (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak) dari 520-an Kabupaten/Kota yang tersebar di Indonesia.

    Terutama Sumba Timur yang memiliki kasus yang tinggi pada kekerasan seksual terhadap anak perempuan, dan sejak 2024 sudah menginisiasi pembangunan UPTD PPA, namun sampai hari ini belum juga selesai. Mengkritisi itu, KPAI berharap komitmen tinggi dari pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi untuk memastikan setiap kabupaten di Pulau Sumba memiliki UPTD PPA.