Video: Pelajar yang Diduga Keracunan MBG Bertambah, Tercatat 400 Korban
Jenis Media: Kesehatan
-

Konsumsi Minuman Berenergi Tiap Hari, Aman Nggak Sih?
Jakarta –
Minuman berenergi kini marak ditemukan dengan berbagai merek. Minuman ini populer karena dianggap mampu memberikan stamina tambahan saat seseorang melakukan aktivitas yang berat. Tapi apakah aman jika diminum setiap hari?
Dikutip dari Cleveland Clinic, umumnya minuman berenergi mengandung bahan-bahan yang bersifat sebagai stimulan seperti kafein, taurin, gula, vitamin, serta ekstrak herbal seperti ginseng dan guarana. Demi memberikan rasa-rasa, beberapa produk terkadang juga ditambahkan soda.
Minuman berenergi ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, minuman ini memiliki kandungan yang baik untuk tubuh, tetapi di sisi lain, kandungan tambahannya juga bisa mengundang masalah kesehatan.
“Bahan-bahan ini sendiri mungkin memiliki beberapa manfaat kesehatan, seperti mendukung kesehatan otak dan jantung, meningkatkan energi dan fokus, serta manfaat antioksidan dan anti-inflamasi. Namun, bila Anda menggabungkannya dengan kafein tambahan dan gula tambahan dalam minuman berenergi, hal itu bisa menjadi resep bencana,” kata ahli diet Amber Sommer, RD, LD.
[Gambas:Instagram]
Sommer menambahkan bahwa mengonsumsi minuman energi sesekali bagi orang yang sehat kemungkinan besar tidak berbahaya. Namun, mengonsumsinya setiap hari, bisa menimbulkan masalah kesehatan.
“Kombinasi kafein dan gula tambahan dalam minuman berenergi dikaitkan dengan penurunan sensitivitas insulin dan peningkatan gula darah, sehingga mungkin bukan pilihan yang cerdas bagi mereka yang menderita diabetes,” kata Sommer.
Selain itu, ada beberapa masalah lain yang mungkin muncul, seperti kecemasan, depresi, diare, halusinasi, sakit kepala, mual, takikardia, kerusakan gigi, hingga stroke.
“Jika Anda mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan dan menggabungkannya dengan efek stimulan dari bahan tambahan, seperti guarana, efek psikologis dan neurologisnya dapat meningkat,” kata Sommer.
“Efek ini juga dapat menimbulkan efek kardiovaskular, seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, dan bahkan dapat menyebabkan stroke,” tutupnya.
(dpy/up)
-

Selain Genetik, Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Bisa Dipengaruhi Lingkungan – Halaman all
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, DR Dr. Nur Rochmah sampaikan diabetes melitus (DM) tipe 1 yang dialami anak dipengaruhi risiko genetik hingga faktor lingkungan.
“Patogenesisnya jadi ada proses kerentanan genetik ada gen yang berperan ini, kalau terpicu faktor lingkungan itu baru manifest, jadi proses autoimun,” ungkapnya dalam media talk yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) secara daring, Jumat (2/5/2025).
Ia menjelaskan meskipun Diabetes Melitus tipe 1 pada anak dikaitkan dengan faktor genetik, ternyata itu hanya sekitar 20 persen menyumbangkan faktor risiko.
Namun, pada beberapa kondisi DM tipe 1 dipicu karena proses autoimun, di mana itu sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya
“Ada faktor genetik ber disposisi ketemu faktor lingkungan dan ini bisa kekurangan vitamin D, bisa infeksi sebelumnya. Kemudian selama bertahun-tahun terjadi destruksi dan ketika pasien datang ke kita dengan gejala itu sudah tinggal 10 persen insulin secara teorinya,” paparnya lagi.
Faktor risiko genetik, kata dr Nur bisa dilakukan upaya pencegahan dengan pemberian vitamin D.
“Faktor risiko dari genetik menjadi manifest itu hanya sekitar 20 persen, jadi bagaimana supaya tetap silent? Bisa memberikan pola hidup yang baik, terus ada peran vitamin D juga di situ untuk primary prevention ya, lifestyle yang sehat,” imbuhnya.
Lebih lanjut pada kesempatan yang sama Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dokter spesialis anak konsultan kardiologi Piprim Basarah Yanuarso ungkap kasus diabetes melitus tipe 1 masih banyak yang tidak terdiagnosis.
Umumnya, pasien baru datang jika kondisi sudah parah atau stadium lanjut.
“Masalahnya adalah masih banyak kasus diabetes melitus tipe 1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis.”
“Jadi, anak-anak yang terdeteksi diabetes ini (sudah) dalam kondisi yang sudah berat, baru ketahuan,” ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (2/5/2025).
Diabetes melitus tipe 1 adalah kondisi penyakit autoimun di mana pankreas tidak bisa memproduksi atau sedikit sekali produksi insulin.
Berbeda dengan diabetes tipe 2 yang memang disebabkan oleh gaya hidup, sehingga bisa menyerang siapa saja.
Menurut dr Piprim, salah satu penyebab terlambatnya deteksi dini adalah karena kurangnya kesadaran akan gaya hidup sehat.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum begitu mengenal gejala atau tanda dari penyakit ini.
-

Viral Lomba Balap Sperma di AS, Gimana Cara Bikin Sperma Sehat dan Kuat?
Jakarta –
Amerika Serikat dihebohkan dengan lomba sperma pertama di dunia. Acara yang diselenggarakan oleh pelajar ini dilakukan di Los Angeles ini mengundang banyak penonton baik secara langsung maupun live streaming.
Ketika acara berlangsung, panitia menempatkan sampel sperma di lintasan balap mikroskopis yang dirancang meniru sinyal kimia dan dinamika fluida sistem reproduksi. Lintasan balap itu hanya sepanjang 2 mm, tapi mengundang banyak keriuhan penonton.
Untuk mengikuti lomba ini, peserta berusaha menjaga kesehatan spermanya dengan baik. Salah satu peserta bahkan percaya diri bisa memenangkan lomba tersebut karena tidak pernah merokok.
“Sejujurnya, saya tidak pernah merokok apapun. Tidak pernah menggunakan apapun. Saya sudah hidup sehat sejak usia 13 tahun. Saya memang pernah minum alkohol 3 kali, tapi itu sudah lama sekali,” ujar salah satu peserta dikutip dari IFL Science, Jumat (2/5/2025).
Acara ini diselenggarakan oleh Eric Zhu, seorang siswa SMA berusia 17 tahun. Ia berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta dolar AS (Rp 16,6 miliar) untuk menyelenggarakan acara tersebut.
Meskipun terlihat konyol, ia punya maksud serius di baliknya. Ia mengklaim acara tersebut dapat meningkatkan kesadaran orang-orang terkait infertilitas pria dengan cara yang menghibur.
“Perlombaan sperma bukan hanya tentang perlombaan sperma. Ini tentang mengubah kesehatan menjadi sebuah kompetisi. Ini tentang menjadikan kesuburan pria sebagai sesuatu yang benar-benar ingin dibicarakan, dilacak, dan ditingkatkan oleh orang-orang,” kata pihaknya.
Lomba yang diselenggarakan akhir April itu akhirnya dimenangkan oleh Tristan Milker (20) setelah mengalahkan Asher Proeger dari University of California. Tristan mendapat hadiah uang tunai 10 ribu dolar AS (Rp 166 juta).
Memiliki sperma yang sehat merupakan bagian penting dari kesuburan. Dikutip dri Mayo Clinic, berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga sperma tetap sehat.
Jaga Berat Badan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya indeks massa tubuh (IMT) dikaitkan dengan penurunan jumlah dan pergerakan sperma.
Infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia dan gonore, dapat menyebabkan masalah infertilitas. Cegah IMS dengan menghindari aktivitas seksual berisiko.
Kelola Stres
Stres dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam berhubungan. Stres juga dapat mempengaruhi hormon yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan sperma yang sehat.
Stop Merokok
Orang yang merokok cenderung memiliki jumlah sperma yang lebih rendah.
Batasi Asupan Alkohol
Minum alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan jumlah sperma menjadi lebih sedikit dan penurunan testosteron. Konsumsi alkohol juga dapat mempersulit ereksi.
Jaga Suhu Organ Intim
Beberapa penelitian menunjukkan skrotum yang terlalu hangat dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk memproduksi sperma secara efektif. Menggunakan celana longgar, mengurangi waktu duduk, dan menghindari mandi air panas membantu meningkatkan kualitas sperma.
(avk/up)
-

5 Langkah Tata Laksana Agar Kadar Gula Anak dengan Diabetes Melitus Tipe 1 Tetap Stabil – Halaman all
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menjaga kadar gula anak dengan diabetes melitus tipe 1 agar tetap stabil adalah salah satu upaya mencegah terjadinya komplikasi.
Lantas, bagaimana menjaga kadar gula darah anak dengan diabetes tetap stabil?
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Anak, DR Dr. Nur Rochmah, Sp.A, Subsp.Endo(K), dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beri penjelasan.
Setidaknya ada lima langkah tata laksana agar gula anak dengan diabetes melitus tipe 1 stabil.
“Untuk cara menjaga kadar gula darah anak dengan diabetes tetap stabil, itu ada lima langkah tata laksana,” ungkapnya dalam media talk yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) secara daring, Jumat (2/5/2025).
Berikut lima langkah tata laksana tersebut:
Penberian insulin
Anak dengan diabetes melitus tipe 1 tidak memiliki insulin.
Hal ini disebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara memadai.
Insulin sendiri merupakan hormon penting yang berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
“Karena tidak memiliki insulin jadi kita berikan insulin,” imbuhnya.
2. Pola makan seimbang
Anak dengan diabetes melitus tipe 1 butuh makanan yang sehat.
Namun orang tua tetap harus dihitung kalorinya. Kalori makanan untuk anak dengan diabetes tipe 1 ini harus diperhatikan.
“Nanti akan dihitung sehari berapa, nanti dihitung pagi, siang, malam dan zat di antara makan besarnya berapa. Jadi anak dengan diabetes tipe satu tetap makan 3 kali dan snack 3 kali,” kata dr Nur lagi.
3. Aktivitas fisik
Bukan hanya mengatur pola makan saja agar kadar gula darah seimbang.
Aktivitas fisik atau olahraga juga jadi hal penting yang perlu dilakukan.
Ini dikarenakan olahraga membantu tubuh memanfaatkan glukosa dengan baik dan membuat kerja insulin jadi lebih optimal.
Aktivitas fisik menjadi salah satu cara efektif jaga keseimbangan gula darah dan mencegah lonjakan yang berbahaya.
4. Pemberian edukasi
Dr Nur Rochmah mengungkapkan edukasi menjadi kunci utama agar anak serta keluarga dapat memahami kondisi diabetes dan cara mengelolanya dengan baik.
Keluarga yang teredukasi dengan baik akan lebih mudah dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam perawatan anak dengan diabetes.
5. Monitoring gula secara mandiri
Diketahui jika orang dengan diabetes melitus tipe 1 diharuskan melakukan pengecekan gula sebelum maka.
Pengecekan dilakukan untuk mengetahui berapa kadar gula darah, dan kemudian akan diberikan suntik insulin mandiri oleh pasien atau keluarga di rumah
“Kemudian setelah disuntik 2 jam, dilakukan pemeriksaan gula darah untuk memastikan insulin yang diberikan sudah sesuai. Dan setiap 3 bulan, pasien perlu melakukan pemeriksaan HbA1c,” pungkasnya.
-

Bakteri Ini Makin Kebal! 45 Persen Antibiotik di Indonesia Tak Bisa Membunuhnya
Jakarta –
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar menekankan sudah 45 persen antibiotik yang ada di Indonesia kebal terhadap bakteri Escherichia coli. Bakteri yang kerap ditulis E coli ini adalah bakteri yang biasa hidup di usus manusia dan hewan, yang fungsinya menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Namun, ada jenis E coli tertentu yang dapat menyebabkan infeksi sehingga menimbulkan gejala diare, sakit perut, dan kram. Jenis bakteri E coli berbahaya ini menghasilkan toksin Shiga (STEC). Ini adalah sejenis racun yang dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan yang parah.
Racun dari bakteri E coli tersebut dapat menular ke manusia melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Seperti daging mentah atau setengah mata, susu mentah, dan sayuran mentah yang terkontaminasi.
“Kita sudah ada 45 persen antibiotik kita resisten terhadap Escherichia coli. Dan kita tahu itu salah satu bakteri yang lazim di negara kita. Nah bisa dibayangin kalau ini berdampak ke orang yang menderita,” tuturnya saat ditemui di kawasan Cakung, Jumat (2/5/2025).
“Seperti ini dikasih antibiotik tidak sembuh-sembuh. Jadi dia bisa meninggal hanya karena sebetulnya penyakit biasa. Jadi kita mau cegah resistensi antibiotik ini supaya tidak terjadi silent pandemic.”
(naf/kna)
-

1,3 Juta Anak Indonesia Belum Terima Imunisasi DPT 1, Jumlahnya Terbanyak Keenam Sedunia – Halaman all
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2023 ungkap terdapat 14,5 juta anak di dunia yang belum mendapatkan imunisasi atau disebut sebagai zero dose.
Sedangkan Indonesia menempati peringkat keenam tertinggi secara global, dengan sekitar 1,3 juta anak belum menerima imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT) 1 selama periode 2019–2023.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Imunisasi Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine.
“Ini bukan sekedar angka yang tertulis di atas kertas, tapi gambaran nyata bahwa masih banyak anak-anak kita di Indonesia yang belum terlindungi, dan akan menjadi ancaman serius bagi negeri ini jika tidak bergerak melakukan sesuatu apapun,” ujar dr. Prima dilansir dari website resmi, Jumat (2/5/2025).
Ia menekankan bahwa cakupan imunisasi yang tinggi, merata, dan berkualitas sangat penting untuk mencegah kesakitan, kecacatan, bahkan kematian akibat penyakit.
Imunisasi juga sekaligus membangun generasi sehat yang siap menghadapi tantangan masa depan.
“Imunisasi bukan sekadar layanan dasar, tetapi investasi jangka panjang untuk melindungi anak-anak kita,” tambahnya.
Lebih lanjut perwakilan United Nations Children’s Fund, atau Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa Maniza Zaman menyebut vaksin sebagai salah satu inovasi paling berpengaruh dalam sejarah kesehatan masyarakat.
“Selama lima dekade terakhir, vaksin telah menyelamatkan 154 juta jiwa di seluruh dunia. Di Indonesia, UNICEF tetap berkomitmen mendukung imunisasi anak melalui kerja sama erat dengan Kementerian Kesehatan dan para mitra,” jelas Maniza.
Ia menambahkan bahwa investasi berkelanjutan dalam imunisasi adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat dan siap membangun masa depan bangsa.
-

Hasil Cek Kesehatan Tzuyang Bikin Kaget, Ukuran Lambungnya Ternyata Sebesar Ini
Jakarta –
Youtuber mukbang Tzuyang membuat tim dokter di Korea Selatan terkejut karena kondisi fisiknya. Pasalnya, wanita berusia 28 tahun tersebut memiliki ukuran lambung yang ‘tidak normal’.
Dikutip dari Korea Times, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis, dokter menyebut ukuran lambung Tzuyang 40 persen lebih besar daripada wanita normal.
“Sebagai dokter spesialis, saya dapat melihat ukuran lambungnya lebih besar dari rata-rata orang. Kemungkinan 30-40 persen. Ini mungkin berarti kemampuan penyerapan, pencernaan, dan pembuangannya lebih efisien daripada kebanyakan orang,” kata dokter tersebut.
Rasa terkejut dokter tidak berhenti di sini, dilihat dari body mass index (BMI) Tzuyang, YouTuber dengan pengikut hampir 12 juta orang tersebut tergolong kurus. Padahal, Tzuyang adalah content creator mukbang.
“Indeks massa tubuh 17,5 (normalnya 20-22), sehingga tergolong kurus. Tetapi, lambung lebih besar daripada rata-rata laki-laki dewasa,” kata dokter tersebut.
Dokter tersebut menambahkan bahwa kondisi usus besar dari Tzuyang juga dalam keadaan baik, yakni tidak ada polip dan peradangan. Selain itu, kondisi kadar gula darahnya juga masih dalam batas normal.
“Saat makan dalam jumlah banyak, maka kadar gula darah akan melonjak. Tetapi Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) Tzyang ada di level 5,2 persen,” kata dokter.
“Ada dua kemungkinan, berolahraga setelah makan banyak untuk menurunkan kadar gula darah atau pankreas memproduksi banyak insulin yang segera menurunkan kadar gula darah,” tutupnya.
(dpy/naf)
-

Kasus Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Masih Jarang Terdiagnosis – Halaman all
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter spesialis anak konsultan kardiologi Piprim Basarah Yanuarso ungkap kasus diabetes melitus tipe 1 masih banyak yang tidak terdiagnosis.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini, umumnya pasien baru datang jika kondisi sudah parah atau stadium lanjut.
“Masalahnya adalah masih banyak kasus diabetes melitus tipe 1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis.
Jadi, anak-anak yang terdeteksi diabetes ini (sudah) dalam kondisi yang sudah berat, baru ketahuan,” ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (2/5/2025).
Diabetes melitus tipe 1 adalah kondisi penyakit autoimun di mana pankreas tidak bisa memproduksi atau sedikit sekali produksi insulin.
Berbeda dengan diabetes tipe 2 yang memang disebabkan oleh gaya hidup, sehingga bisa menyerang siapa saja.
Menurut dr Piprim, salah satu penyebab terlambatnya deteksi dini adalah karena kurangnya kesadaran akan gaya hidup sehat.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum begitu mengenal gejala atau tanda dari penyakit ini.
Padahal, kata dr Piprim, salah satu ciri yang mudah dikenali pada anak dengan diabetes melitus tipe 1 ini adalah berat badan yang berkurang atau kurus.
Selain itu anak yang alami penyakit ini juga menunjukkan tanda seperti haus berlebihan, kelaparan, kelelahan atau berkeringat.
Penanganan anak dengan diabetes melitus tipe 1 ini adalah diberikan insulin sepanjang usianya.
Jika tidak tertangani dengan segera, anak berisiko mengalami berbagai komplikasi serius. Dan ini tentu saja bisa menganggu tumbuh kembang anak.
“Sebetulnya ini bisa dilakukan skrining untuk diabetes melitus tipe 1. Sehingga bisa terdeteksi lebih awal,” kata dr Piprim lagi.
Oleh karena itu, dr Piprim pun mengimbau kepada orang tua untuk lebih waspada dengan gejala diabetes tipe 1 ini.
Kalau muncul gejala yang mengarah pada diabetes melitus tipe 1, segera bawa anak ke fasilitas layanan kesehatan.
Sehingga anak bisa mendapatkan perawatan yang optimal.
Anak pun bisa tumbuh kembang dengan dengan baik dan mampu meraih cita-citanya.
Selain itu pihaknya juga mendorong pemerintah untuk memastikan akses dan fasilitas di layanan kesehatan tersedia dengan baik.
Terlebih saat ini masih ditemukan anak-anak yang sulit mengakses insulin.
“Di daerah juga masih banyak anak-anak yang akses ke insulinnya terbatas, padahal diabetes tipe 1 ini dia independent insulin. Seumur hidupnya dia butuh sedikit insulin,”tegasnya.
Terakhir dr Piprim mengingatkan pada orang tua jika anak-anak perlu juga diajarkan bagaimana memantau gula darah dan cara menggunakan insulin.

