Jenis Media: Kesehatan

  • Amankah Langsung Minum Kopi setelah Bangun Tidur? Begini Kata Pakar

    Amankah Langsung Minum Kopi setelah Bangun Tidur? Begini Kata Pakar

    Jakarta

    Kopi telah terbukti memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Selain meningkatkan kewaspadaan, minum kopi dapat mendukung kesehatan jantung, meningkatkan metabolisme, dan mengurangi risiko penyakit kronis. Hal ini terutama karena kopi hitam kaya akan zat bioaktif, termasuk antioksidan yang melawan peradangan.

    Lantas amankah langsung minum kopi setelah bangun tidur?

    Ahli menyarankan untuk minum kopi setidaknya satu jam setelah bangun tidur, jika memungkinkan.

    “Jika Anda minum kopi tepat setelah bangun tidur, Anda menumpuk kafein di atas kortisol yang sudahtinggi, yang dapat meningkatkan kegelisahan dan mengurangi efek kafein,” kata Dr Raj Dasgupta, seorang dokter spesialis tidur dan kepala penasihat medis Sleepopolis, kepada TODAY.

    Dia menyarankan agar sebaiknya minum kopi sekitar satu jam hingga tiga jam setelah bangun tidur. Idealnya, kopi dikonsumsi bersamaan dengan sarapan atau setelah makan pagi.

    Hal yang sama juga disampaikan Julia Zumpano, ahli gizi di Cleveland Clinic’s Center for Human Nutrition. Meskipun aman untuk minum kopi saat perut kosong, hal ini dapat menimbulkan efek samping bagi sebagian orang. Hal ini dapat meningkatkan asam lambung, yang dapat menyebabkan refluks asam atau ketidaknyamanan di perut.

    “Kafein mempercepat proses pencernaan, jadi efek samping lainnya adalah Anda harus ke kamar mandi setelah minum kopi,” ucap Zumpano.

    Tonton juga “Hasil Studi: Rutin Jalan Cepat Turunkan Risiko Gangguan Irama Jantung” di sini:

    (kna/kna)

  • Raja Charles Buka-bukaan Beratnya Perjuangan Melawan Kanker

    Raja Charles Buka-bukaan Beratnya Perjuangan Melawan Kanker

    Jakarta

    Raja Charles membuka diri tentang diagnosis kankernya. Dia mengatakan penyakit tersebut menjadi pengalaman hidup yang ‘menakutkan’ dan ‘mengerikan’.

    Pesan itu dia sampaikan saat menghadiri acara amal untuk penyintas kanker di Istana Buckingham, Rabu (30/4). a.

    “Sebagai salah satu dari statistik (penyintas kanker) tersebut, saya dapat menjamin fakta bahwa kanker juga dapat menjadi pengalaman yang menyoroti sisi terbaik dari umat manusia,” kata Charles dikutip dari CNN.

    “Mengidap penyakit ini tentu saja telah memberi saya apresiasi yang lebih dalam atas pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh organisasi dan individu luar biasa yang berkumpul di sini malam ini, banyak di antaranya yang telah saya kenal, kunjungi, dan dukung selama bertahun-tahun,” tambahnya.

    Charles didiagnosis mengidap kanker pada bulan Februari 2024. Ia merahasiakan sebagian besar informasi terkait penyakit tersebut, termasuk jenis kanker yang diidapnya atau stadium penyakitnya.

    Saat didiagnosis, Charles mengatakan bahwa ia “menangis” setelah ribuan orang mengiriminya pesan dukungan.

    Keluarga Kerajaan telah lama menjalin hubungan dengan lembaga amal pendukung kanker, termasuk Macmillan Cancer Support. Penampilan publik pertamanya setelah menerima diagnosisnya adalah di London’s University College Hospital Macmillan Cancer Centre, tempat ia bertemu dengan pasien dan dokter.

    Bulan Maret, Raja Charles sempat dirawat di rumah sakit karena mengalami efek samping sementara dari perawatan kanker yang dijadwalkan meski kemudian ia disebut dalam kondisi baik.

    BACA JUGA

    (kna/kna)

  • Minuman Berenergi Bisa Picu Stroke? Dokter Saraf Bilang Gini

    Minuman Berenergi Bisa Picu Stroke? Dokter Saraf Bilang Gini

    Jakarta

    Konsumsi minuman berenergi secara berlebihan dalam sejumlah kasus dikaitkan dengan risiko gangguan serebrovaskular, termasuk stroke. Bagaimana keduanya saling berkaitan?

    Salah satunya dilaporkan di Case Report in Neurology pada April 2024. Seorang pria 30 tahun tanpa riwayat medis yang signifikan dilarikan ke layanan gawat darurat karena mengalami kejang hingga 15 menit.

    Pria di Amerika Serikat ini dilaporkan rutin mengonsumsi ‘pre-workout drink’. Sebelum sakit, disebutkan ia mengonsumsi minuman berenergi ini bersama dengan tablet kafein 400 mg.

    Pemeriksaan dilakukan di rumah sakit, salah satunya dengan computerized tomography (CT) scan. Laporan tersebut menyebut pria ini mengalami incomplete Lock-in Syndrome (LIS) menyusul infark basilar berkepanjangan, dan mengaitkannya dengan konsumsi minuman berenergi serta suplemen kafein.

    “Kandungan minuman berenergi yang umum seperti taurine, synephrine, dan senyawa lain mungkin bisa memperburuk risiko kejadian serebrovaskular dan karenanya juga risiko mengalami LIS,” tulis pada peneliti.

    Hingga kini, belum diketahui pasti bagaimana keduanya saling berhubungan. Para peneliti yang melaporkan kasus ini menyarankan riset lebih lanjut untuk mengungkap mekanisme yang membuat minuman berenergi dan konsumsi kafein berlebih sehingga bisa memicu stroke.

    Pendapat Pakar Neurologi

    Spesialis saraf dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), dr Henry Riyanto, SpN, menjelaskan bahwa minuman berenergi biasanya mengandung neurostimulan. Kandungan tersebut berfungsi mengoptimalkan kinerja otak hingga berpengaruh pada sistem kardiovaskular.

    Hal ini yang membuat konsumsi minuman berenergi pada beberapa kasus dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Menurut dr Henry, umumnya risiko stroke terkait konsumsi minuman berenergi akan lebih mungkin terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya.

    “Pada orang-orang yang sudah memiliki faktor risiko sebelumnya, ada gangguan dinding pembuluh darah misalnya, akhirnya itu bisa terjadi kalau misalnya ada plak di pembuluh darahnya. Nantinya plaknya bisa menimbulkan stroke iskemik atau sumbatan,” kata dr Henry ketika ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Sabtu (3/5/2025).

    “Jadi memang bisa menjadi salah satu faktor risiko secara tidak langsung, semacam pencetus. Ibaratnya kayak gudang, isinya petasan, terus kemudian ada orang bawa rokok, buang rokok, akhirnya meledak,” sambungnya.

    Konsumsi Berlebihan Tak Disarankan

    Meski tidak serta merta memicu stroke, dr Henry kurang menyarankan konsumsi minuman berenergi secara berlebihan. Terlebih minuman berenergi seringkali dicampur dengan minuman-minuman lain yang semakin membahayakan kesehatan.

    Ia juga menyarankan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mengetahui kondisi tubuh secara keseluruhan. Jangan sampai konsumsi minuman berenergi yang seharusnya bermanfaat, justru memicu masalah kesehatan.

    “Kalau untuk minuman stimulan sebisa mungkin hanya diminum kalau memang diperlukan, bukan sebagai suatu rekreasi atau mencampurnya dengan minuman lain kadang-kadang eksperimen,” jelas dr Henry.

    “Yang paling memberikan energi itu olahraga. Karena olahraga itu menciptakan adanya perubahan hormon di kepala, menjadi lebih bertenaga, lebih bahagia, dan juga lebih siap menghadapi stres apapun yang terjadi,” tandas dr Henry menjelaskan pentingnya berolahraga.

    (avk/up)

  • Minuman yang Bantu Jaga Kesehatan Ginjal, Terhindar dari Cuci Darah Usia Muda

    Minuman yang Bantu Jaga Kesehatan Ginjal, Terhindar dari Cuci Darah Usia Muda

    Jakarta

    Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menyaring cairan di dalam tubuh untuk membuang racun dan limbah. Hal itu yang membuat minuman yang dikonsumsi setiap harinya bisa mempengaruhi kesehatan ginjal.

    Pada orang dengan gangguan ginjal, baik yang bersifat sementara maupun kronis, perlu memperhatikan kecukupan asupan cairan. Dikutip dari National Kidney Foundation, dengan terhidrasi dengan baik dapat membantu ginjal membuang limbah melalui urine, menjaga tekanan darah, dan menyeimbangkan elektrolit seperti natrium, kalium, serta kalsium.

    Kurangnya cairan yang dikonsumsi tubuh dapat mempengaruhi kinerja ginjal. Maka dari itu, perlu mengonsumsi beberapa minuman yang sangat berkhasiat untuk menjaga kesehatan ginjal.

    Minuman yang Baik untuk Kesehatan Ginjal

    Dikutip dari GoodRX, berikut minuman yang baik untuk kesehatan ginjal:

    1. Air Putih

    Dalam hal minuman, air putih merupakan salah satu pilihan yang terbaik untuk menjaga kesehatan ginjal. Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 50.000 orang dewasa menemukan bahwa orang yang minum lebih banyak cenderung tidak mengalami masalah ginjal.

    Orang dengan penyakit ginjal kronis cenderung tidak mengalami gagal ginjal saat mereka minum air putih dalam jumlah sedang setiap hari, yakni sekitar 4-8 gelas per hari.

    Jumlah air yang dibutuhkan setiap hari bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Hal ini bergantung pada berbagai hal, seperti berat badan, tingkat aktivitas, dan kondisi kesehatan.

    Cara yang terbaik untuk mengetahui apakah tubuh terhidrasi dengan baik adalah dengan melacak seberapa sering seseorang buang air kecil dan warna urine. Saat tubuh terhidrasi dengan baik, seseorang mungkin akan merasa ingin buang air kecil, setidaknya setiap 2-4 jam, dan urine seharusnya berwarna kuning muda atau bening.

    2. Air Kelapa

    Air kelapa memiliki lebih sedikit gula daripada jus lainnya, menjadikannya pilihan yang baik untuk menurunkan risiko batu ginjal. Penelitian pada hewan menemukan bahwa air kelapa dapat membantu mencegah penumpukan kristal dalam urine yang menyebabkan batu ginjal.

    Meski penelitian pada manusia masih terbatas, tapi satu penelitian kecil pada orang dewasa menunjukkan bahwa minum air kelapa dikaitkan dengan peningkatan sitrat dalam urine. Hal ini menjadikan air kelapa sebagai pilihan yang menjanjikan dalam mencegah batu ginjal, tetapi diperlukan penelitian yang lebih besar.

    3. Jus Lemon

    Jus lemon juga mengandung sitrat yang tinggi. Para ahli sering merekomendasikan jus lemon setiap hari bagi orang yang pernah mengalami batu ginjal.

    Jika jus lemon terasa terlalu kuat atau asam, dapat menambahkan air agar dapat lebih mudah diminum.

    Satu penelitian menunjukkan bahwa minum 2 ons atau sekitar 59 ml jus lemon dua kali sehari dapat mencegah batu ginjal kambuh lagi pada orang yang pernah mengalaminya. Tetapi, mungkin minuman satu ini tidak memberikan hasil yang sama pada semua orang.

    4. Susu Rendah Lemak

    Sebuah penelitian jangka panjang menemukan bahwa orang dengan penyakit ginjal kronis yang minum susu rendah lemak mengalami penurunan penyakit ginjal yang lebih lambat. Dengan kata lain, ginjal mereka bekerja lebih baik dalam waktu yang lebih lama.

    Ilmuwan berpendapat bahwa nutrisi tertentu dalam susu, seperti kalsium, kalium, vitamin D, dan magnesium, dapat membantu menurunkan tekanan darah dan melindungi ginjal. Perlu dicatat, para peneliti tidak melihat manfaat yang sama pada orang yang minum susu berlemak tinggi.

    Jadi, mungkin saja kandungan lemak yang terlalu banyak dapat mengurangi potensi manfaat susu atau bahkan dapat membahayakan.

    5. Kopi

    Para ahli sebenarnya percaya bahwa kopi dapat membantu melindungi ginjal. Peneliti menunjukkan bahwa konsumsi kopi dikaitkan dengan risiko lebih rendah mengalami penyakit ginjal.

    Ini mungkin karena kopi meningkatkan gula darah dan menurunkan peradangan pada ginjal. Tetapi, tidak jelas apakah kopi dapat memperlambat seberapa cepat penyakit ginjal memburuk.

    Dalam satu penelitian, peserta yang minum satu cangkir kopi atau lebih setiap hari memiliki risiko kematian akibat penyakit ginjal yang lebih rendah, dibandingkan dengan orang yang tidak pernah minum kopi.

    Penelitian lain menemukan orang yang minum tiga cangkir kopi sehari memiliki risiko penyakit yang lebih rendah. Tetapi, penelitian ini tidak menemukan manfaat serupa pada orang yang sudah memiliki fungsi ginjal yang buruk.

    Jadi, kopi mungkin tidak memiliki efek perlindungan yang sama bagi orang dengan penyakit ginjal. Tetapi, perlu diingat, orang yang memiliki penyakit ginjal perlu membatasi asupan minum kopi dan jumlahnya tidak boleh lebih dari tiga cangkir sehari.

    Itu karena dalam jumlah banyak dapat mengandung kalium yang tinggi, yang dapat menyebabkan kadar kalium tinggi pada seseorang dengan ginjal yang buruk. Minumlah kopi hitam biasa tanpa bahan tambahan, misalnya sirup dapat mengandung kalium dan fosfor yang tinggi,

    Selain itu, sirup juga dapat mengandung banyak gula. Pertimbangkan untuk minum kopi tanpa kafein jika kopi bisa meningkatkan tekanan darah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah kafein menambah manfaat kesehatan dari kopi.

    Namun, lonjakan tekanan darah dapat berdampak buruk pada ginjal.

    6. Teh Hijau

    Teh hijau mengandung katekin yang merupakan antioksidan. Kandungan ini membantu mengurangi peradangan dalam tubuh, yang dapat bermanfaat bagi ginjal. Minuman ini juga dapat mengurangi risiko batu ginjal.

    Secara khusus, teh hijau mengandung katekin epigallocatechin-3-gallate (EGCG), yang mungkin bermanfaat bagi orang dengan penyakit ginjal. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa teh hijau dapat memperlambat penurunan penyakit ginjal kronis.

    Seperti halnya kopi, sebaiknya orang dengan penyakit ginjal minum teh hijau secukupnya.

    (sao/kna)

  • RS Pendidikan Kemenkes Mulai Cairkan Insentif untuk PPDS Berbasis Universitas, Ini Besarannya – Halaman all

    RS Pendidikan Kemenkes Mulai Cairkan Insentif untuk PPDS Berbasis Universitas, Ini Besarannya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kabar baik datang bagi para peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berbasis universitas. Rumah sakit pendidikan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mulai merealisasikan pemberian insentif bulanan, menandai langkah konkret peningkatan kesejahteraan tenaga medis masa depan.

    Langkah awal ini dimulai oleh dua rumah sakit vertikal Kemenkes, yakni RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, yang mulai mencairkan insentif kepada para PPDS sejak Maret 2025.

    Di RSUP Dr. Kariadi, insentif diberikan kepada PPDS senior yang berjaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan kisaran antara Rp1,5 juta hingga Rp4 juta per bulan.

    Direktur SDM RSUP Dr Kariadi, Sri Utami, menegaskan bahwa insentif ini adalah bentuk penghargaan atas kontribusi PPDS dalam layanan medis di rumah sakit pendidikan.

    “Ini merupakan langkah awal RS Kariadi berkomitmen terus untuk dapat memberikan insentif kepada seluruh peserta PPDS termasuk yang diluar jaga IGD,”kata Sri Utami dilansir laman resmi, Minggu (4/5/2025). 

    “Saat ini dalam proses perhitungan serta penyusunan kebijakannya oleh Kemenkes agar sistem pembayaran dan besarannya tidak bervariasi antar RS Vertikal yang melaksanakan pendidikan,” lanjut Sri. 

    Sementara itu, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sudah lebih dulu menerapkan kebijakan serupa.

    Direktur Utama RS tersebut, dr. Iwan Dakota, menyebut insentif PPDS di sana berkisar Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per bulan, tergantung tingkat semester dan masa pengabdian. 

    Untuk program fellowship intervensi, besarannya mencapai Rp4,72 juta per bulan, dan Rp4 juta untuk non-intervensi.

    “Pemberian insentif ini sudah kami lakukan sejak lama, sebagai bagian dari komitmen mendukung kualitas pendidikan kedokteran spesialis di RS kami,” jelas Iwan.

    Langkah ini merupakan bagian dari rencana strategis Kemenkes untuk menyamakan perlakuan antara PPDS berbasis rumah sakit dan universitas.

    Sebelumnya, hanya PPDS rumah sakit yang mendapat dukungan pembiayaan melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

    Di sisi lain, Kemenkes juga terus memperkuat perlindungan terhadap PPDS dari kekerasan dalam dunia pendidikan. Sejak pertengahan 2023, kementerian membuka kanal pengaduan resmi, dan hingga 25 April 2025, telah menerima 2.668 laporan, dengan 24 persen di antaranya terkait perundungan.

    Upaya ini menjadi sinyal kuat bahwa reformasi pendidikan kedokteran di Indonesia sedang bergerak menuju sistem yang lebih adil dan humanis, sekaligus meningkatkan kualitas layanan rumah sakit pendidikan di seluruh tanah air.

  • Bumbu Dapur yang Bisa Turunkan Kadar Gula Darah untuk Cegah Penyakit Diabetes

    Bumbu Dapur yang Bisa Turunkan Kadar Gula Darah untuk Cegah Penyakit Diabetes

    Jakarta

    Pakar kesehatan mengidentifikasi rempah atau bumbu dapur yang memiliki efek penurun gula darah, yang sebanding dengan obat-obatan yang sering diresepkan untuk individu dengan atau berisiko diabetes tipe 2.

    Rempah atau bumbu dapur yang dimaksud adalah kunyit. Bahan ini memiliki sifat antiinflamasi dan bahan aktif, yakni kurkumin.

    “Kurkumin memiliki sifat anti-diabetes dan efek yang mirip dengan metformin,” kata Dr Eric Berg, DC, seorang ahli dalam diet ketogenik, teknik rendah karbohidrat, dan intermitten fasting.

    Metformin bekerja dengan mengurangi produksi glukosa di liver dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, atau hormon penting yang mengatur kadar gula darah.

    Kurkumin pada kunyit juga dapat mengurangi lonjakan gula darah. Bahan itu membantu tubuh memanfaatkan glukosa secara lebih efektif, yang tidak hanya bermanfaat bagi liver tetapi juga otot.

    Kurkumin bekerja menghambat glukoneogenesis hati, proses saat organ tersebut menciptakan glukosa dari sumber non-karbohidrat. Bahan itu juga meningkatkan sensitivitas insulin, yang memungkinkan sel bereaksi lebih terhadap insulin dan menggunakan glukosa dengan cara yang lebih efisien.

    Mengapa Kurkumin Bermanfaat untuk Kadar Gula Darah?

    Diabetes sering dikaitkan dengan peradangan dan stres oksidatif yang terus-menerus. Sifat antiperadangan dan antioksidan kurkumin dapat membantu mengatasi masalah ini.

    Kurkumin berpotensi meningkatkan aktivitas enzim antioksidan, yang selanjutnya mengurangi stres oksidatif dalam model diabetes.

    Dikutip dari Express UK, kurkumin berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin dengan meningkatkan produksi protein yang memungkinkan penyerapan glukosa ke dalam sel. Kurkumin dapat membantu mengurangi resistensi insulin, ciri utama diabetes tipe 2.

    Kurkumin atau senyawa yang ada di dalam kunyit itu juga dapat meningkatkan fungsi sel beta, yang penting untuk produksi insulin. Efek penurun glukosa kurkumin diduga terkait dengan kemampuannya untuk:

    Menghambat enzim yang terlibat dalam glukoneogenesis.Meningkatkan ekspresi protein pengangkut glukosa (GLUT4, GLUT2, GLUT3).Mengaktifkan AMPK, enzim yang terlibat dalam metabolisme glukosa.Mengurangi peradangan, yang dapat menyebabkan resistensi insulin.

    Penelitian lain menunjukkan bahwa kurkumin dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang berarti sel-sel tubuh merespons insulin dengan baik, membantu mengatur kadar gula darah. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa kurkumin dapat membantu mencegah atau menunda perkembangan diabetes tipe 2.

    Penelitian yang lebih baru dari Desember 2024 mengatakan bahwa kombinasi metformin dan kurkumin menunjukkan kemanjuran yang unggul dalam meningkatkan profil lipid dan metabolisme glukosa. Dalam hal mengonsumsi metformin dan kurkumin, penelitian menunjukkan bahwa kurkumin memberikan efek antiperadangan yang sinergis dengan metformin tanpa potensi efek samping.

    Selain gula darah, Dr Berg mengungkapkan bahwa rempah tersebut efektif dalam menstabilkan kadar kolesterol.

    “Penelitian telah menunjukkan bahwa kurkumin memiliki manfaat yang mirip dengan statin dan dapat membantu mengurangi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida,” terangnya.

    Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kurkumin dapat bermanfaat bagi toleransi glukosa dan profil lipid. Dalam sebuah penelitian tahun 2019, kurkumin meningkatkan sensitivitas insulin dan profil lipid pada model tikus diabetes tipe 2.

    (sao/kna)

  • Masih Jalani Kebiasaan Ini? Jangan Kaget Kalau Usia 30-an Sudah Sakit-sakitan

    Masih Jalani Kebiasaan Ini? Jangan Kaget Kalau Usia 30-an Sudah Sakit-sakitan

    Jakarta

    Kebiasaan atau pola hidup seseorang dapat sangat berdampak pada kesehatan tubuh. Para peneliti menemukan bahwa gaya hidup yang tidak sehat di usia dini bisa mulai terlihat dampaknya saat orang tersebut mencapai usia 36 tahun.

    Penelitian ini dilakukan oleh Tiia Kekäläinen, Johanna Ahola, dan timnya yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Medicine (2025). Bagaimana hasil penelitiannya?

    Hasil Penelitian

    Dikutip dari Medical Daily, para peneliti melacak kesehatan fisik dan mental pada ratusan orang selama lebih dari 30 tahun. Hasilnya, mereka menemukan bahwa kebiasaan buruk, seperti merokok, minum alkohol berlebihan, dan kurang olahraga dapat memunculkan dampak serius pada kesehatan lebih awal dari perkiraan.

    Menurut analisis para peneliti, orang-orang dengan ketiga kebiasaan buruk tersebut memiliki kesehatan fisik dan mental yang jauh lebih buruk, dibandingkan dengan orang-orang yang sama sekali tidak memiliki gaya hidup yang tidak sehat.

    Ketika diteliti secara individual, para peneliti mengatakan masing-masing kebiasaan buruk itu memiliki dampak buruk yang unik terhadap kesehatan. Berikut rinciannya:

    Kebiasaan kurang olahraga sangat terkait dengan kesehatan fisik yang buruk.Kebiasaan merokok sangat berkaitan dengan kesehatan mental yang lebih buruk.Kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan dikaitkan dengan penurunan fisik maupun mental secara bersamaan.

    Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah dampak buruk terhadap kesehatan itu bisa mulai terlihat saat individu tersebut mencapai usia pertengahan usia 30-an. Mereka mencatat bahwa keputusan untuk terus menunda menjalani gaya hidup sehat berdampak buruk pada kesehatan jantung, hingga meningkatkan risiko kematian.

    “Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan kanker menyebabkan hampir tiga perempat kematian di seluruh dunia. Tetapi, dengan mengikuti gaya hidup sehat, seseorang dapat mengurangi risiko terkena penyakit ini dan mengurangi kemungkinan kematian dini,” kata penulis utama Dr Tiia.

    “Temuan kami menyoroti pentingnya mengatasi perilaku kesehatan yang berisiko, seperti merokok, minum alkohol berat, dan tidak aktif secara fisik, sedini mungkin untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkannya menumpuk selama bertahun-tahun, yang memuncak pada kesehatan mental dan fisik yang buruk di kemudian hari,” terangnya.

    (sao/kna)

  • BPOM Perbarui Standar CPOB, Industri Farmasi Wajib Sesuaikan Produksi Obat Steril Maksimal 12 Bulan – Halaman all

    BPOM Perbarui Standar CPOB, Industri Farmasi Wajib Sesuaikan Produksi Obat Steril Maksimal 12 Bulan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi memperbarui regulasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) melalui Peraturaan BPOM Nomor 7 Tahun 2025 Standar Cara Pembuatan Obat yang Baik. Langkah ini menandai penyesuaian penting terhadap perkembangan teknologi dan standar internasional, terutama dalam produksi obat steril dan radiofarmaka.

    Peraturan baru ini mengubah sebagian ketentuan dari PerBPOM Nomor 7 Tahun 2024 dan mulai berlaku sejak ditetapkan pada 4 Maret 2025 oleh Kepala BPOM, Prof. Taruna Ikrar, serta diundangkan oleh Kementerian Hukum pada 20 Maret 2025.

    “Perubahan regulasi ini merupakan langkah strategis BPOM untuk memastikan bahwa standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di Indonesia terus selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan standar internasional,” ujar Taruna Ikrar dalam pernyataannya, Minggu (4/5/2025).

    Revisi ini turut mempertimbangkan harmonisasi dengan standar global, seperti Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S GMP Guide) dan pedoman WHO terkait obat-obatan, khususnya produk steril.

    Revisi regulasi ini disusun guna menyesuaikan dengan dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi.

    Selain itu, regulasi ini telah mempertimbangkan harmonisasi dengan standar/pedoman internasional di bidang pembuatan obat khususnya produk steril.

    Seperti Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme Guide to Good Manufacturing Practice for Medicinal Products (PIC/S GMP Guide) dan WHO Guidelines.

    CPOB merupakan standar yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. 

    Standar ini berlaku terhadap pembuatan bahan obat dan produk obat yang digunakan manusia.

    Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat esensial untuk menjamin bahwa masyarakat menerima obat yang bermutu tinggi.

    “Tanpa standar CPOB, produk obat yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan, atau memelihara kesehatan,” imbuhnya. 

    Maka, obat tidak hanya harus memenuhi rangkaian persyaratan pengujian, namun harus dikontrol dan dibentuk mutu.

    “Mulai dari bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, serta personel yang terlibat,” lanjut Taruna Ikrar. 

    Taruna menjelaskan bahwa dalam peningkatan regulasi untuk produk steril yang mencakup juga produk radiofarmaka dan obat berbasis biologi, penyempurnaan prosedur sterilisasi, kontrol kontaminasi, dan pengolahan aseptik.

    Lembaga yang melakukan pembuatan obat, atau melakukan pembuatan sediaan radiofarmaka dalam melakukan kegiatan pembuatan produk steril, wajib menyesuaikan ketentuan dalam Per BPOM paling lambat dalam waktu 12 bulan. 

    Jika sarana tersebut menerapkan proses liofilisasi (pengeringan beku) dengan sistem loading atau unloading yang dilakukan tanpa melalui teknologi barrier, otomatis aau dilindungi oleh sistem barier tertutup, maka wajib menyesuaikan maksimal atau paling lambat dalam waktu 24 bulan.

    “Dengan menerapkan prinsip manajemen risiko mutu di seluruh tahapan produksi obat serta peningkatan kontrol terhadap produk steril, Kami berharap industri farmasi nasional dapat semakin kompetitif dan mampu menghasilkan obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu bagi masyarakat,” tutupnya. 

  • Video Hasil Studi: Rutin Jalan Cepat Turunkan Risiko Gangguan Irama Jantung

    Video Hasil Studi: Rutin Jalan Cepat Turunkan Risiko Gangguan Irama Jantung

    Video Hasil Studi: Rutin Jalan Cepat Turunkan Risiko Gangguan Irama Jantung

  • Video: BPOM Tarik Izin Edar 8 Produk yang Klaim Bisa Tingkatkan Stamina Pria

    Video: BPOM Tarik Izin Edar 8 Produk yang Klaim Bisa Tingkatkan Stamina Pria

    Video: BPOM Tarik Izin Edar 8 Produk yang Klaim Bisa Tingkatkan Stamina Pria