Jenis Media: Kesehatan

  • Jumlah Anak di Jepang Makin Menyusut, Cetak Rekor Baru Terendah Sejak 1950

    Jumlah Anak di Jepang Makin Menyusut, Cetak Rekor Baru Terendah Sejak 1950

    Jakarta

    Jumlah anak di Jepang diperkirakan menyusut selama 44 tahun berturut-turut. Kembali mencetak rekor terendah, menurut catatan yang diumumkan pemerintah Jepang, Minggu (5/5/2025).

    Total anak berusia di bawah 15 tahun, termasuk penduduk asing kini ‘hanya’ 13,66 juta, menurun sebanyak 350 ribu dari tahun lalu, berdasarkan data yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi setempat.

    Rasio anak terhadap keseluruhan populasi menyusun 0,2 poin persentase menjadi 11,1 persen. Catatan ini juga menjadi laporan yang terendah sejak data pembanding tersedia pada 1950.

    Menurut data PBB, meskipun tanggal survei berbeda, Jepang memiliki rasio anak terendah kedua di antara 37 negara dengan populasi sedikitnya 40 juta, hanya di belakang Korea Selatan sebesar 10,6 persen.

    Dikutip dari JapanToday, pemerintah Jepang telah memprioritaskan upaya memerangi angka kelahiran yang menurun dengan cepat di negara tersebut dan menerapkan berbagai inisiatif seperti menyediakan lebih banyak bantuan keuangan untuk rumah tangga yang membesarkan anak, memperluas layanan penitipan anak, dan mengizinkan gaya kerja fleksibel bagi para orang tua.

    Sayangnya, inisiatif tersebut belum juga membuahkan hasil. Jepang masih konsisten mencatat penurunan populasi terutama anak-anak selama puluhan tahun.

    Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 6,99 juta anak laki-laki dan 6,66 juta anak perempuan.

    Sementara jika mengacu pada catatan usia, 3,14 juta anak berusia 12 hingga 14 tahun, sementara 2,22 juta anak usia 0 hingga 2 tahun. Hal ini menunjukkan tren penyusutan populasi terus berlanjut, imbas jumlah anak yang lahir lebih sedikit.

    Jumlah anak di Jepang telah terus menurun sejak 1982, mencapai puncaknya pada 1954 dengan jumlah 29,89 juta, dengan ledakan kelahiran kedua terjadi antara 1971 dan 1974.

    Data pemerintah juga menunjukkan bahwa per 1 Oktober tahun lalu, jumlah anak menurun dari tahun lalu di semua 47 prefektur. Angka tersebut hanya melampaui 1 juta di Tokyo dan Prefektur Kanagawa yang berdekatan.

    (naf/kna)

  • 6 Jenis Ikan Terbaik bagi Pengidap Diabetes, Ada Sarden dan Nila

    6 Jenis Ikan Terbaik bagi Pengidap Diabetes, Ada Sarden dan Nila

    Jakarta

    Pengidap diabetes umumnya akan membatasi atau tidak mengonsumsi makanan-makanan tertentu, khususnya yang manis dan berminyak. Mereka akan menggantinya dengan yang lebih sehat, seperti sayuran segar, buah, atau ikan.

    Dikutip dari Everyday Health, beberapa jenis ikan tertentu terbukti dapat mendukung gaya hidup seseorang, termasuk mereka yang mengidap diabetes.

    Menurut The American Diabetes Association (ADA), cara terbaik untuk mengolah ikan bagi pengidap diabetes yakni dengan dipanggang atau dibakar. Pasalnya, ikan yang digoreng dengan tepung akan mengandung kalori ekstra.

    Lalu, ikan-ikan apa saja yang baik bagi pengidap diabetes?

    1. Salmon

    Ikan ini merupakan pilihan yang baik bagi pengidap diabetes tipe 2, karena kaya akan asam lemak omega-3. Ini merupakan lemak ‘sehat’ yang dapat membantu mengurangi risiko komplikasi umum terkait diabetes, penyakit jantung, gagal jantung, dan stroke.

    Analisis terhadap empat penelitian internasional, makan setidaknya dua porsi ikan per minggu dikaitkan dengan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian yang lebih rendah di antara pengidap penyakit jantung.

    2. Ikan Tilapia

    Ikan tilapia adalah jenis ikan cichlid air tawar yang dikenal juga sebagai ikan nila. Makanan ini rendah kalori, tinggi protein, dan memiliki daging lembut.

    Satu fillet kecil yang dikukus atau direbus dari ikan jenis ini mengandung 137 kalori dan 28,5 gram protein, menurut basis data nutrisi Departemen Pertanian AS (USDA).

    3. Ikan Kod

    Ikan ‘putih’ ini terkenal karena rendah kalori dan tinggi protein, sehingga baik bagi mereka yang mengidap diabetes. Ikan ini juga memiliki sedikit lemak jenuh dan jumlah omega-3 yang cukup tinggi.

    4. Ikan Trout

    Ikan berlemak seperti trout dikenal mengandung omega-3 dalam jumlah yang cukup tinggi. Kandungan ini baik bagi para pengidap diabetes untuk menurunkan risiko penyakit jantung.

    5. Ikan Tuna

    Ikan tuna menjadi salah satu ikan yang baik untuk dikonsumsi mereka yang mengidap diabetes. Serupa dengan ikan salmon, tuna juga diperkaya dengan omega-3 yang baik untuk mengurangi peradangan dan menjaga kadar gula darah.

    6. Ikan Sarden

    Tidak hanya kaya akan omega-3, ikan sarden juga mengandung kalsium dan vitamin D yang tinggi. Sekitar 1 ons atau sekitar 28 gram sarden kaleng menawarkan 108 mg kalsium dan 1,36 mcg vitamin D.

    (dpy/kna)

  • Begini Cara Tepat Menolong Orang Henti Jantung, Bukan Ditepuk atau Dipijat!

    Begini Cara Tepat Menolong Orang Henti Jantung, Bukan Ditepuk atau Dipijat!

    Jakarta

    Henti jantung merupakan kondisi darurat ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba, sehingga darah berhenti mengalir ke organ vital. Tanpa pertolongan segera, pengidap henti jantung bisa meninggal dalam hitungan menit.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Susetyo Atmojo, SpJP mengatakan, memijat atau menepuk-nepuk tubuh pasien yang terjatuh akibat henti jantung tidak memberikan dampak apapun. Nyatanya, langkah ini justru dapat membuang-buang waktu dan membahayakan pasien.

    “Kalau hanya sekedar dipijat, sekedar dikasih minyak angin, bahkan dikasih minum, kemudian ditepuk-tepuk pipinya itu sebenarnya tidak menolong. Yang menolong secara penelitian atau evidence base itu hanya melakukan resusitasi jantung-paru atau pijat jantung yang baik,” katanya ketika berbincang dengan awak media di Puskesmas Palmerah, Jakarta Barat, Senin (5/5/2025).

    Menurut dr Susetyo, resusitasi jantung-paru seharusnya sudah menjadi pengetahuan umum. Ia juga membandingkan dengan sekolah-sekolah di luar negeri yang sudah mengajarkan resusitasi sejak dini.

    Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan siap dalam menghadapi kasus henti jantung secara mendadak.

    “Teman kita misalnya kena, lingkungannya juga sudah siap. Kalau cuma diurut, tepuk-tepuk, minyak kayu putih, terus dikasih air, saya rasa tidak terbukti menyelamatkan yang bersangkutan,” tandasnya.

    Sembari melakukan resusitasi atau pijat jantung, segera hubungi ambulans untuk membawa pasien ke rumah sakit. Hal perlu dilakukan agar resusitasi tidak terputus sampai mendapat penanganan.

    Berikut ini adalah tahapan resusitasi jantung paru (CPR) yang perlu dilakukan jika menemukan pasien henti jantung:

    Pastikan lokasi pasien aman.Coba panggil pasien, apakah responsif atau tidak.Jika tidak responsif, segera hubungi ambulans.Letakkan kedua tangan di area tulang ada bagian bawah.Tekan hingga kedalaman 5-6 cm, kecepatan 100-120 kali per menit.Lakukan tekanan sebanyak 30 kompresi, diselingi 2 kali napas buatan, dan lakukan secara berulang.Periksa denyut jantung dan napas korban.Jangan hentikan CPR sampai tenaga medis datang. Bila penolong sudah kelelahan, harus bergantian dengan orang lain di lokasi.

    (avk/kna)

  • Sederet Penyebab Gagal Ginjal di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai

    Sederet Penyebab Gagal Ginjal di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai

    Jakarta

    Banyak faktor yang menjadi penyebab gagal ginjal di usia muda, seperti penyakit ginjal kronis hingga gaya hidup yang kurang baik. Keduanya berperan pada penurunan fungsi ginjal, sehingga organ tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

    Spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD menjelaskan gagal ginjal terbagi menjadi dua jenis utama, yakni gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat kembali normal jika penyebabnya segera diatasi.

    “(Sementara) gagal ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang terjadi dalam jangka waktu lama dan perlahan-lahan, yang disebabkan biasanya oleh penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes dan sulit untuk mengembalikan fungsi ginjal ke normal,” kata dr Yunita saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH mengatakan, gaya hidup yang tidak sehat masih menjadi alasan mengapa tidak sedikit anak-anak muda yang sudah mengalami gagal ginjal.

    Meski begitu, gagal ginjal merupakan penyakit yang kompleks. Ada banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab ginjal tak lagi berfungsi dengan baik.

    “Umumnya tidak ada penyebab tunggal. Penyakit ini proses berjalannya lama tapi progresif,” kata dr Tunggul.

    Gagal Ginjal Akibat Penyakit Ginjal Kronis

    Dikutip dari National Kidney Foundation, penyakit ginjal kronis dapat dialami siapa saja, termasuk anak-anak muda. Namun, beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lain. Faktor risiko penyakit ginjal kronis yang paling umum adalah:

    DiabetesTekanan darah tinggiPenyakit jantung dan/atau gagal jantungObesitasRiwayat keluarga dengan penyakit ginjal kronis atau gagal ginjalRiwayat cedera ginjal akutPenyakit glomerulus: glomerulonefritis , nefropati IgA (IgAN), dan nefropati HIVKondisi autoimun seperti lupus (nefritis lupus)Infeksi berat seperti sepsis dan hemolytic uremic syndrome (HUS)Infeksi saluran kemihBatu ginjalKanker ginjalHidronefrosisKelainan ginjal dan saluran kemih sebelum lahir

    Gagal Ginjal Akibat Gaya Hidup Buruk

    Selain karena penyakit ginjal kronis, gaya hidup yang kurang sehat juga berperan menurunkan fungsi ginjal, sehingga kemampuan organ tersebut untuk bekerja perlahan akan melemah. Beberapa gaya hidup yang berisiko meningkatkan masalah pada ginjal seperti:

    Kurang Minum Air PutihMerokokMinum alkohol secara berlebihKonsumsi obat pereda nyeri berlebihanKonsumsi makanan manis berlebihanKonsumsi daging merah yang berlebihKonsumsi makanan olahan yang berlebihan

    Gejala Gagal Ginjal

    Dikutip dari Healthline, gagal ginjal tahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala yang nyata. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, sekitar 90 persen orang dengan penyakit ginjal kronis tidak tahu bahwa mereka mengalaminya.

    Beberapa gejala gagal ginjal akut yang mungkin bisa muncul meliputi:

    Jumlah urine berkurangPembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan telapak kaki akibat retensi cairanSesak napasSulit tidurKram otot di malam hariRasa lelah yang berlebihanMual terus menerusLinglungNyeri pada dada

    (dpy/kna)

  • Mengenal Jenis Golongan Darah dan Kecocokannya

    Mengenal Jenis Golongan Darah dan Kecocokannya

    Jakarta

    Golongan darah merupakan salah satu identitas biologis bagi manusia. Penggolongan darah berperan penting dalam menentukan kecocokan darah seseorang dalam proses transfusi.

    Bagi setiap orang, golongan darah ditentukan oleh gen yang diwarisi dari orang tua. Ketahui beberapa jenis golongan darah dan kecocokannya berikut ini.

    Jenis Golongan Darah

    Golongan darah diidentifikasi berdasarkan antibodi dan antigen dalam darah. Dikutip dari laman NHS, antibodi adalah protein di dalam plasma yang merupakan bagian dari pertahanan alami tubuh.

    Saat mengenali zat asing, seperti kuman, antibodi akan memberitahu sistem kekebalan tubuh yang kemudian menghancurkannya. Sementara itu, antigen merupakan protein pada permukaan sel darah merah.

    Jenis golongan darah dapat ditentukan oleh sistem ABO dan Rh. Berikut perbedaannya.

    Sistem ABO

    Huruf A, B, O membedakan golongan darah berdasarkan apakah sel darah merah memiliki antigen A atau antigen B. Sehingga, penggolongan ini disebut sistem ABO.

    Golongan darah A: Sel darah merah memiliki antigen A dengan antibodi anti-B dalam plasmaGolongan darah B: Sel darah merah memiliki antigen B dengan antibodi-A dalam plasmaGolongan darah O: Tidak memiliki antigen, tetapi memiliki antibodi anti-A dan anti-B dalam plasma.Golongan darah AB: Sel darah merah memiliki antigen A dan B, tetapi tidak memiliki antibodi.

    Sistem Rh

    Terkadang, sel darah merah memiliki antigen lain, yaitu protein yang dikenal sebagai antigen RhD. Jika antigen ini ada, maka golongan darah RhD positif. Sebaliknya, jika tidak ada, maka golongan darah RhD negatif. Berikut macam-macam golongan darah berdasarkan sistem Rh:

    RhD positif (A+)RhD negatif (A-)B RhD positif (B+)B RhD negatif (B-)O RhD positif (O+)O RhD negatif (O-)AB RhD positif (AB+)AB RhD negatif (AB-)Kecocokan Golongan Darah

    Dalam donor darah, penting untuk memasukan seseorang menerima darah dari golongan yang cocok. Sebab, jika darah diterima dari sel darah yang tidak dikenali tubuh, sistem kekebalan tubuh bisa menyerang sel darah merah yang disumbangkan. Hal tersebut bisa berbahaya dan mengancam jiwa. Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut daftar kecocokan golongan darah:

    A+: Menerima darah bergolongan A+, A-,O+, atau O-. Bisa menyumbangkan darah bergolongan A+ dan AB+.A-: Menerima darah yang bergolongan A- atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah A-, A+, AB-, dan AB+B+: Menerima darah B+, B-, O+, atau O-. Bisa menyumbangkan B+ dan AB+B-: Menerima darah B- atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah B-, B+, AB+, dan AB-AB+: Menerima golongan darah apapun dan bisa menyumbangkan golongan darah AB+AB-: Menerima darah AB-, A-, B-, atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah AB- dan AB+O+: Menerima darah O+ atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah O+. A+, B+, dan AB+O-: Hanya menerima darah O- dan bisa menyumbangkan ke semua golongan darah.

    (kna/kna)

  • Etomidate Termasuk Obat Keras, Sefatal Ini Efeknya Jika Dijadikan Liquid Vape

    Etomidate Termasuk Obat Keras, Sefatal Ini Efeknya Jika Dijadikan Liquid Vape

    Jakarta

    Pakar adiksi dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) dr Hari Nugroho menanggapi terkait penyalahgunaan zat etomidate dalam rokok elektrik atau vape. Kasus penyalahgunaan ini menyeret nama aktor Jonathan Frizzy sebagai tersangka.

    dr Hari menjelaskan etomidate merupakan obat hipnotik yang digunakan dalam anastesi. Zat ini bersifat ultra short acting dan distribusinya cepat. Obat ini cara kerjanya di otak mirip dengan obat anestesi lain seperti propofol dengan mempengaruhi reseptor GABA alias Gamma aminobutyric acid tipe A.

    “Kalau bisa dibilang, etomidate ini jadi masuk ke New Psychoactive Substances, karena kebanyakan belum masuk ke aturan yang melarang zat ini. Beberapa negara China, Hongkong dan Singapore mulai memasukkan obat ini sebagai zat yang perlu diatur karena potensi penyalahgunaan dan bisa membahayakan,” terang dr Hari saat diwawancarai detikcom, Selasa (6/5/2025).

    Etomidate tentu bukan obat yang bisa digunakan secara sembarangan dan tanpa pengawasan. Penyalahgunaan zat ini, terlebih jika dijadikan liquid vape, bukan cuma ilegal tapi juga bisa berbahaya bagi kesehatan.

    Efek samping zat ini termasuk mual muntah, desaturasi oksigen dalam darah (oksiden yang terikat dalam darah jadi berkurang), terjadi bradikardi atau denyut jantungnya jadi melambat, hingga adrenal suppresssion yaitu kelenjar adrenal ditekan kerjanya oleh etomidate yang bisa meningkatkan potensi kematian.

    Jika digunakan dengan rokok elektrik, penggunaan etomidate akan meningkatkan risiko gangguan di paru-paru seperti popcorn lung atau kejadian EVALI, electroni cigarette or vaping acute lung injury.

    “Mau pakai vape atau disuntik, atau metode lain, penggunaan tanpa indikasi medis dan tanpa monitor bisa meningkatkan risiko efek samping, terlebih dengan penggunaan secara ilegal seperti kasus liquid vape ini, di mana tidak ada kontrol sama sekali apakah zatnya hanya etomidate atau turunan etomidate atau bahkan dicampur lagi dengan zat lain yang juga berbahaya,” tegas dr Hari.

    (kna/kna)

  • RI Surplus Tenaga Perawat, Banyak yang Dikirim ke Jepang Buat Jadi Caregiver

    RI Surplus Tenaga Perawat, Banyak yang Dikirim ke Jepang Buat Jadi Caregiver

    Jakarta

    Indonesia surplus tenaga perawat, kebutuhannya sudah terpenuhi di angka 112,6 persen. Setiap tahun, ada 37.443 perawat yang diproduksi pada tingkat diploma III keperawatan.

    Demi menyiasati terserapnya tenaga perawat, pemerintah membuka kerja sama, salah satunya dengan Jepang untuk mengirim 300-an perawat di tahun ini, sebagai caregiver. Profesi tersebut menjadi yang paling dibutuhkan di tengah tren aging population atau populasi menua di Jepang.

    Negeri Sakura bahkan mencatat hampir 40 persen populasi mereka kini adalah lansia.

    Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes RI, dr Yuli Farianti, M Epid, melihat tren peminatan bekerja di Jepang juga semakin tinggi seiring dengan banyaknya alumni yang memberikan testimoni bekerja di sana.

    “Dalam enam tahun terakhir sampai 2024, sudah ada 1.274 lulusan perawat yang telah diberangkatkan bekerja ke luar negeri, 863 di antaranya bekerja di Jepang,” terang dr Yuli, dalam konferensi pers Selasa (6/5/2025).

    Ia mengaku terkait kompetensi, kualitas perawat Indonesia tak kalah dengan Jepang dan mampu menyesuaikan. Tantangan terbesar yang dihadapi mereka lebih banyak dalam penyesuaian bahasa dan budaya.

    “Tapi nanti itu kami akan siapkan dari jauh-jauh hari untuk memastikan saat berangkat sudah siap menjadi caregiver dan bersertifikat perawat dengan memenuhi standar Jepang,” tandas dia.

    Tahun ini, 300-an perawat Jepang akan dikirim ke Prefektur Mie, daerah di Jepang yang dikenal dengan penghasil mutiara. Jumlah lansia di Prefektur Mie juga kian mendekati rata-rata catatan nasional, di atas 30 persen dari total penduduk.

    (naf/kna)

  • Video: Mengenal Kegunaan dan Efek Obat Keras Etomidate

    Video: Mengenal Kegunaan dan Efek Obat Keras Etomidate

    Video: Mengenal Kegunaan dan Efek Obat Keras Etomidate

  • Kata Pakar FKUI soal Diabetes Tipe 5, Jenis Baru Penyakit Kencing Manis

    Kata Pakar FKUI soal Diabetes Tipe 5, Jenis Baru Penyakit Kencing Manis

    Jakarta

    Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan diabetes tipe 5 merupakan penyakit gula darah yang terkait dengan malnutrisi. Jenis diabetes ini diresmikan oleh International Diabetes Federation (IDF) atau Federasi Diabetes Internasional belum lama ini.

    “Tahun 2025 ini IDF memperkenalkan diabetes tipe 5 terkait dengan malnutrisi. Artinya apa? Pada orang dengan gangguan malnutrisi terjadi kondisi produksi insulinnya menurun,” kata Prof Ari kepada detikcom, Senin (5/5/2025).

    “Kita tahu kalau produksi insulin menurun maka akan terjadi kemampuan jaringan untuk mengambi gula menjadi berkurang dan pada akhirnya gula darah meningkat dalam darah dan terjadi diabetes melitus,” sambungnya.

    Orang dengan diabetes tipe 5 mengalami kekurangan insulin tetapi tidak resisten terhadap insulin.

    Dijelaskan IDF, diabetes tipe 5 mengacu pada diabetes defisiensi insulin berat atau severe insulin-deficient diabetes (SIDD), yang ditandai dengan tingginya tingkat defisiensi insulin dan buruknya kontrol metabolik.

    Tidak seperti diabetes tipe 2, diabetes tipe 5, yang juga dikenal sebagai diabetes terkait malnutrisi, terutama disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama selama masa kanak-kanak atau remaja.

    Selain itu, dijelaskan Prof Ari diabetes tipe lain yang umum dikenal yakni gestasional. Penyakit kencing manis yang berhubungan dengan kehamilan. Kondisi ini bisa terjadi saat ibu hamil mengandung janin yang besar.

    “Ada juga (diabetes) spesifik lain biasanya diinduksi oleh obat-obatan,” ucap Prof Ari.

    (kna/kna)

  • Benarkah Kanker Usus Besar Bisa Menurun Secara Genetik? Ini Kata Dokter

    Benarkah Kanker Usus Besar Bisa Menurun Secara Genetik? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Kanker usus besar, atau dikenal dengan kanker kolorektal, merupakan salah satu jenis kanker yang banyak terjadi di dunia. Ada banyak faktor penyebab kanker kolorektal, salah satunya faktor genetik atau keturunan.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH pun menyampaikan risiko terkena kanker kolorektal bisa meningkat jika terdapat riwayat penyakit ini pada anggota keluarga.

    “Kondisi genetik, seperti sindrom lynch dan polip usus besar dapat diwariskan dalam keluarga. Hal ini meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal yang dapat muncul pada usia lebih muda atau timbul pertumbuhan polip berlebihan di usus besar yang berpotensi berubah menjadi kanker jika tidak ditangani,” ujar dr. Hario dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).

    dr. Hario mengatakan jika keluarga memiliki riwayat kanker kolorektal, penting untuk ekstra hati-hati terhadap faktor risiko ini karena kemungkinan terjadinya kanker kolorektal lebih tinggi.

    Apalagi, kanker kolorektal sering kali tidak menunjukkan gejala hingga mencapai tahap lanjut. Dengan begitu, pemantauan riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan dini menjadi langkah penting untuk melakukan deteksi dan penanganan yang lebih efektif.

    dr. Hario pun mengimbau agar mendiskusikan riwayat keluarga dengan dokter untuk evaluasi kondisi atau potensi masalah sejak dini. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang direkomendasikan, bahkan jika tidak ada gejala, guna mencegah kanker kolorektal berkembang lebih lanjut.

    Lebih lanjut, dr. Hario merekomendasikan Tes Darah Samar pada tinja (Feccal Occult Blood Test), yang bertujuan untuk menemukan adanya darah samar. Adapun tes ini merupakan salah satu langkah deteksi dini agar kanker kolorektal dapat segera ditangani, salah satunya dengan

    Jika hasilnya positif, perlu dilakukan Kolonoskopi, sebagai standar untuk mendeteksi dan mendiagnosis kanker kolorektal. Pemeriksaan ini akan dilakukan dengan bantuan alat endoskopi untuk memeriksa kondisi usus besar secara langsung, serta mencari polip yang tumbuh agar dapat ditangani sebelum berubah menjadi kanker sehingga mencegah pembedahan.

    “Saat ini juga sudah ada metode terkini Virtual Kolonoskopi yang menggunakan sinar-X dosis rendah untuk menghasilkan gambar 3D, sehingga lebih nyaman bagi pasien. Selain itu, tes genetik juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah Anda membawa perubahan genetik bawaan yang dapat meningkatkan potensi Anda terkena kanker kolorektal,” jelasnya.

    Meskipun tidak ada riwayat kanker kolorektal dalam keluarga, ada baiknya untuk tetap tetap mewaspadai kesehatan, terutama jika ada perubahan pola buang air besar. Pasalnya, deteksi dini melalui pemeriksaan rutin dapat membuat perbedaan besar dalam pengobatan dan kelangsungan hidup.

    Adapun pemeriksaan Fecal Occult Blood Test dan Kolonoskopi berkala dianjurkan terutama jika muncul gejala, seperti pendarahan dari dubur, perubahan pola buang air besar, lendir atau darah pada tinja. Pemeriksaan ini juga dianjurkan bagi mereka dengan faktor risiko obesitas, diabetes, atau riwayat terapi radiasi.

    Seluruh pemeriksaan ini dapat dilakukan di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital, yang menyediakan layanan mulai dari skrining hingga pembedahan. Layanan ini juga didukung dengan tim dokter multidisiplin, fasilitas lengkap, dan alat canggih.

    Dokter Spesialis Bedah Digestif Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Aditomo Widarso, SpB-KBD pun menjelaskan beberapa penanganan yang dapat dilakukan apabila seseorang telah didiagnosis kanker kolorektal.

    “Kanker usus besar dapat ditangani dengan operasi. Jika tidak melekat dapat dilakukan dengan bedah minimal invasif atau minim sayatan (Laparoskopi). Namun jika sudah melekat ataupun terjadi sumbatan, tindakan akan dilakukan dengan bedah terbuka (Laparotomi) Penanganan kanker usus besar akan dilakukan sesuai dengan lokasi dan stadium kanker, penyebaran kanker, serta kondisi pasien secara menyeluruh,” bebernya.

    “Angka harapan hidup akan jauh lebih besar jika dideteksi sejak dini dan ditemukan dalam kondisi stadium awal. Jika masih pada stadium awal tindakan pengobatan (kuratif) pembedahan usus tanpa kemoterapi memiliki prognosis (angka harapan hidup) yang cukup baik, namun stadium lanjut selain operasi juga diberikan tambahan terapi seperti kemoterapi maupun radioterapi ataupun kombinasi terapi tersebut,” sambungnya.

    Meski demikian, penanganan kanker kolorektal yang advanced dan komprehensif membutuhkan kolaborasi tim dokter multidisiplin untuk merencanakan perawatan yang tepat untuk pasien.

    Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan menyeluruh untuk berbagai kasus tumor dan kanker. Dalam dua tahun terakhir, layanan ini telah menangani sampai dengan 9.000 kasus kanker.

    Oncology Center Mayapada Hospital juga dilengkapi Tumor Board yang aktif, menyusun rencana perawatan pasien kanker, dan layanan Patient Navigator untuk mendampingi pasien selama menjalani perawatan.

    Bagi Anda yang ingin menjadwalkan pemeriksaan saluran cerna dan konsultasi dengan dokter di Gastrohepatology Center atau Oncology Center Mayapada Hospital, hubungi Call Center 150770 atau aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital.

    MyCare juga memiliki fitur Personal Health yang terhubung ke Google Fit dan Health Access untuk menghitung jumlah langkah kaki, jumlah kalori terbakar, detak jantung, dan Body Mass Index (BMI). Beragam informasi dan tips kesehatan juga dapat diakses dalam fitur Health Articles & Tips.

    Unduh aplikasi MyCare di Google Play Store atau App Store sekarang dan dapatkan reward poin berupa potongan harga untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (prf/ega)