Jenis Media: Kesehatan

  • Kemenkes Sebut Bill Gates Bahas Kerja Sama Kesehatan dan Makan Bergizi Gratis – Halaman all

    Kemenkes Sebut Bill Gates Bahas Kerja Sama Kesehatan dan Makan Bergizi Gratis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pendiri Microsoft sekaligus tokoh filantropi dunia, Bill Gates, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (7/5/2025).

    Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kunjungan ini bertujuan menjalin kerja sama lebih erat antara Gates Foundation dan pemerintah Indonesia. 

    Termasuk dalam sektor kesehatan dan program Makan Bergizi Gratis (MBG).Kedatangan Bill Gates disambut langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

    Pertemuan tersebut membahas berbagai program kolaborasi yang diantaranya peningkatan pelayanan kesehatan. 

    Untuk penguatan sektor kesehatan, Gates Foundation telah memberikan hibah sebesar 159 juta dolar AS kepada Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

    Dari total hibah tersebut, sebesar 82,7 persen atau sekitar 131,8 juta dolar AS difokuskan untuk sektor kesehatan.

    Program-program kesehatan yang mendapat dukungan dari Gates Foundation meliputi vaksinasi dan imunisasi, riset kesehatan, dan eliminasi penyakit menular seperti tuberkulosis.

    Selain itu, dukungan juga diarahkan pada penguatan koordinasi lintas sektor, pengendalian konsumsi tembakau, serta peningkatan pelayanan kesehatan primer dan pengendalian penyakit lainnya.

    Gates Foundation juga turut mendukung pemanfaatan teknologi di bidang kesehatan guna memperluas akses layanan dan meningkatkan efektivitas intervensi.

    “Kemitraan kami dengan Indonesia dan mitra lokal seperti Bio Farma mencerminkan komitmen bersama untuk memajukan kemajuan baik di tingkat regional maupun global,” kata Bill Gates dilansir, Kamis (8/5/2025). 

    Presiden Prabowo dan Bill Gates juga turut dalam diskusi meja bundar bersama para pemimpin filantropi Indonesia. Salah satu topik yang turut menjadi perhatian dalam pertemuan itu adalah program MBG dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menjadi inisiatif prioritas pemerintahan Prabowo.

    Bill Gates menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan program MBG dan menilai bahwa program tersebut berpotensi menciptakan multiplier effect terhadap perekonomian nasional dan pembangunan sosial.

    Intervensi nutrisi seperti MBG akan memberikan dampak jangka panjang, khususnya terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

    Terkait cek kesehatan gratis, program ini berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia sebagai bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), atau Quick Win, Presiden Prabowo Subianto di seluruh Puskesmas di Indonesia. 

    Cek kesehatan gratis hari ini sudah dimulai, baik untuk bayi baru lahir, balita, dewasa, maupun lansia. CKG dilaksanakan berdasarkan siklus hidup masyarakat, dengan fokus utama pada tiga momentum pelaksanaan.

    CKG ulang tahun, CKG sekolah, dan CKG khusus untuk ibu hamil dan balita. CKG ulang tahun telah dimulai sejak 10 Februari 2025 dan hingga kini sudah diikuti oleh lebih dari 4,5 juta penduduk Indonesia. 

    Pemeriksaan kesehatan sudah dilakukan terhadap anak usia 0-6 tahun serta masyarakat usia 18 tahun ke atas. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan di Puskesmas dan klinik yang telah bekerja sama.

    Masyarakat bisa mendapatkan CKG dalam kurun waktu mulai dari hari ulang tahun + 30 hari.  Selain itu, CKG sekolah akan dilaksanakan mulai Juli 2025, yang bertepatan dengan tahun ajaran baru. Pemeriksaan ini akan menyasar anak usia 7-17 tahun yang berada di sekolah-sekolah.

  • Uji Klinik Global Vaksin TBC M72 Masuki Tahap Kunci, Indonesia Libatkan 2.095 Partisipan – Halaman all

    Uji Klinik Global Vaksin TBC M72 Masuki Tahap Kunci, Indonesia Libatkan 2.095 Partisipan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia telah menyelesaikan proses rekrutmen partisipan untuk uji klinik fase 3 kandidat vaksin Tuberkulosis (TBC) M72. Sebanyak 2.095 partisipan dari kelompok usia remaja dan dewasa telah direkrut untuk berpartisipasi dalam studi global yang juga dilaksanakan di Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.

    Uji klinik ini bertujuan mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin M72 dalam mencegah TBC paru pada individu dewasa dengan infeksi TB laten yang tidak terinfeksi HIV. Kandidat vaksin ini telah dikembangkan sejak awal tahun 2000 dan menunjukkan profil keamanan yang baik dalam studi sebelumnya. Di Indonesia, kegiatan ini dilaksanakan di berbagai institusi medis terkemuka.

    Termasuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), RS Universitas Indonesia (RSUI), RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih di Jakarta. Serta Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD) di Bandung, Jawa Barat. Pelaksanaan uji klinik dimulai pada 3 September 2024, dan rekrutmen partisipan secara resmi telah selesai per 16 April 2025.

    Total partisipan uji klinik fase 3 ini berjumlah 20.081 orang dari lima negara. Afrika Selatan menjadi kontributor terbesar dengan 13.071 partisipan, diikuti Kenya (3.579), Indonesia (2.095), Zambia (889), dan Malawi (447).

    Hingga saat ini, terdapat sekitar 15 kandidat vaksin TBC yang sedang dikembangkan secara global.  Diantaranya, M72 menjadi yang paling maju karena telah mencapai fase 3, yakni tahap terakhir sebelum vaksin dapat digunakan secara luas.

    Pengembangan vaksin ini didukung oleh Gates Foundation, dan diharapkan seluruh rangkaian uji klinik selesai pada akhir tahun 2028.

    “Uji klinik merupakan tahapan krusial dalam proses pengembangan vaksin untuk memastikan keamanan, efektivitas, serta mengidentifikasi potensi efek samping sebelum digunakan oleh masyarakat,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Aji Muhawarman Kamis (8/5/2025).

    Proses uji klinik vaksin dilakukan secara bertahap. Dimulai dari uji praklinik pada hewan, kemudian fase 1 pada sejumlah kecil partisipan manusia (20–50 orang).

    Fase 2 pada kelompok yang lebih besar (200–300 orang), hingga fase 3 yang melibatkan puluhan ribu partisipan lintas negara. Fase 3 menjadi pondasi utama dalam proses evaluasi regulator sebelum vaksin mendapatkan izin edar.

    Seluruh pelaksanaan uji klinik vaksin M72 di Indonesia diawasi secara ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global.

     

  • Video: 3 Alasan Pemerintah Tertarik Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates

    Video: 3 Alasan Pemerintah Tertarik Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates

    Video: 3 Alasan Pemerintah Tertarik Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates

  • Viral di Drakor, Ini Alasan ‘Haenyeo’ Jeju Kuat Menyelam Tanpa Oksigen

    Viral di Drakor, Ini Alasan ‘Haenyeo’ Jeju Kuat Menyelam Tanpa Oksigen

    Jakarta

    Profesi haenyeo belakangan viral karena serial drama hits Korea Selatan ‘When Life Gives You Tangerine’, diperankan Yeom Hye Ra, yang juga baru-baru ini memenangkan penghargaan aktris pendukung terbaik di Baeksang Arts Awards 2025.

    Haenyeo adalah penyelam wanita yang sepanjang hidupnya menghabiskan waktu mengumpulkan bulu babi, abalon, dan makanan laut lainnya dari dasar laut, di Pulau Jeju. Mereka terbiasa menyelam bahkan sampai ke kedalaman 18 meter di bawah permukaan laut, beberapa kali selama empat hingga lima jam setiap hari.

    Para haenyeo juga terbiasa menyelam meski tengah hamil, bahkan sekalipun sudah berusia lanjut. Tanpa bantuan peralatan pernapasan apapun, hanya menggunakan pakaian selam. Para ilmuwan melihat ada yang menarik dari kondisi para haenyeo dan mencoba mencari perbedaannya dengan warga biasa.

    “Menurut kami, selama ribuan tahun, mereka telah melakukan hal matrilineal yang luar biasa ini, di mana mereka belajar dari ibu mereka cara menyelam di usia yang sangat muda. Mereka pergi bersama-sama dalam kelompok-kelompok ini, dan itulah yang mereka lakukan. Mereka menyelam,” kata Melissa Ann Ilardo, seorang ahli genetika dan asisten profesor informatika biomedis di Universitas Utah, dikutip dari CNN, Kamis (8/5/2025).

    “Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di bawah air.”

    Ilardo, bersama dengan rekan-rekannya di Korea Selatan, Denmark, dan Amerika Serikat, ingin memahami bagaimana para wanita tersebut berhasil melakukan hal luar biasa ini.

    Secara khusus, para peneliti bertanya-tanya apakah para penyelam memiliki DNA unik yang memungkinkan mereka bertahan hidup tanpa oksigen dalam waktu lama atau apakah kemampuan itu merupakan hasil dari pelatihan seumur hidup atau kombinasi keduanya.

    Hasil penelitian mereka yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Cell Reports pada 2 Mei, mengungkap perbedaan genetik unik yang dimiliki para haenyeo untuk mengatasi stres fisiologis akibat menyelam bebas. Ini adalah penemuan yang suatu hari nanti dapat mengarah pada pengobatan yang lebih baik untuk gangguan tekanan darah, demikian keyakinan para peneliti.

    “Ini adalah pulau yang indah, seperti yang terkadang mereka sebut sebagai Hawaii-nya Korea. Ada garis pantai di mana-mana yang kaya dengan sumber daya yang luar biasa, jadi Anda dapat membayangkan populasi mana pun yang tinggal di tempat seperti itu, tentu saja Anda ingin memanfaatkannya,” kata Ilardo.

    Menyelam telah menjadi bagian dari budaya Jeju selama bertahun-tahun. Tidak jelas kapan kegiatan ini menjadi kegiatan khusus wanita, tetapi teori-teori yang ada mencakup pajak bagi penyelam pria atau kekurangan tenaga pria. Namun, menyelam sangat penting bagi penduduk Jeju untuk bertahan hidup.

    Meski begitu, praktik ini sudah mulai punah. Wanita muda tidak lagi meneruskan tradisi matrilineal ini; kelompok penyelam Haenyeo saat ini berusia rata-rata sekitar 70 tahun, yang mungkin mewakili generasi terakhir, menurut para peneliti.

    Untuk penelitian mereka, Ilardo dan rekan-rekannya merekrut 30 penyelam Haenyeo, 30 wanita non-penyelam dari Jeju, dan 31 wanita dari daratan Korea Selatan. Usia rata-rata peserta adalah 65 tahun. Para peneliti membandingkan detak jantung, tekanan darah, dan ukuran limpa peserta dan mengurutkan genom mereka.

    Analisis tim tersebut mengungkapkan peserta dari Jeju, baik penyelam maupun bukan penyelam, empat kali lebih mungkin memiliki varian genetik yang terkait dengan tekanan darah rendah daripada penduduk Korea daratan.

    “Tekanan darah orang pada umumnya meningkat saat menyelam. Tetapi tekanan darah mereka (penduduk Jeju) meningkat lebih sedikit,” jelas Ilardo.

    Para peneliti percaya bahwa sifat tersebut mungkin telah berevolusi untuk menjaga anak yang belum lahir tetap aman karena haenyeo menyelam selama kehamilan, saat tekanan darah tinggi bisa membahayakan janin.

    Tim tersebut juga menemukan peserta Jeju lebih mungkin memiliki variasi genetik dengan toleransi terhadap dingin dan rasa sakit. Namun, para peneliti tidak mengukur kemampuan peserta untuk menahan suhu rendah, jadi mereka tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah varian tersebut mungkin penting bagi kemampuan haenyeo untuk menyelam sepanjang tahun.

    “Sepanjang musim dingin mereka menyelam saat turun salju, dan hingga tahun 1980-an, mereka melakukannya dengan kapas tanpa perlindungan sama sekali. Masih banyak lagi yang perlu kita jelajahi dan temukan jawabannya,” kata Ilardo.

    Kehebatan menyelam haenyeo tidak hanya bergantung pada genetika. Studi tersebut juga menemukan bahwa penyelam wanita memiliki detak jantung yang lebih lambat daripada non-penyelam selama pengujian, sebuah faktor yang akan membantu mereka menghemat oksigen selama penyelaman.

    “Itu cukup dramatis. Sebenarnya, detak jantung mereka turun sekitar 50 persen lebih banyak selama penyelaman daripada kontrol (peserta). Kami tahu itu karena latihan, karena itu adalah sesuatu yang hanya kami lihat di Haenyeo,” kata Ilardo.

    Tonton juga “Mengenal Suku Bajo, Penyelam Handal Dari Indonesia” di sini:

  • 7 Manfaat Daun Pepaya, Salah Satunya Menyehatkan Pencernaan

    7 Manfaat Daun Pepaya, Salah Satunya Menyehatkan Pencernaan

    Jakarta – Pepaya memiliki nutrisi yang sangat baik. Ternyata tak hanya buahnya, daun pepaya juga memiliki banyak manfaat kesehatan.

    Meski rasanya pahit, daun pepaya bisa digunakan sebagai obat. Terdapat vitamin A, vitamin B1, protein, lemak, hingga papain di dalamnya. Berikut sejumlah manfaat dari daun pepaya.

    7 Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan

    Daun pepaya dapat meningkatkan kekebalan tubuh hingga mengobati gejala yang berhubungan dengan demam berdarah. Smak penjelasannya berikut ini.

    1. Mengobati Gejala yang Berhubungan dengan Demam Berdarah

    Demam berdarah adalah virus dari nyamuk yang bisa menular ke manusia. Dikutip dari laman Healthline, virus ini dapat menyebabkan gejala seperti flu, demam, kelelahan, sakit kepala, mual, muntah, serta ruam kulit.

    Salah satu obat yang untuk mengatasi gejala demam berdarah adalah daun pepaya. Menurut penelitian, ekstrak daun pepaya secara signifikan bisa meningkatkan kadar trombosit darah.

    2. Menyehatkan Fungsi Pencernaan

    Daun pepaya mengandung serat, nutrisi yang mendukung fungsi pencernaan serta senyawa unik yang bernama papain. Tak heran, jika teh dan ekstrak daun pepaya sering digunakan untuk terapi alternatif dalam meringankan gejala pencernaan seperti gas, kembung, dan mulas.

    Menurut penelitian, penggunaan suplemen bubuk papain dari pepaya mengurangi gejala pencernaan seperti sembelit dan mulas pada orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Meski demikian, belum ada penelitian ilmiah khusus yang mengevaluasi kemampuan daun pepaya untuk mengobati gangguan pencernaan jenis serupa.

    3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

    Daun pepaya kaya akan antioksidan yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Efek imunomodulator dari daunnya membantu tubuh melawan infeksi bakteri dan virus. Selain itu, vitamin C dari daun pepaya mendukung fungsi kekebalan tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.

    4. Dapat Mengobati Berbagai Kondisi Kulit

    Secara tradisional, daun pepaya sudah digunakan untuk berbagai kondisi kulit, mulai dari luka, bisul, dan ruam. Dikutip dari laman Truemeds, daun pepaya mengandung enzim papain dan chymopapain yang memiliki sifat antibakteri dan anti radang yang bisa membantu mempercepat penyembuhan luka serta mengurangi peradangan pada kulit.

    Sementara itu, kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun pepaya, seperti flavonoid dan vitamin C bisa membantu melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan stres oksidatif. Sifat tersebut menjadikan daun pepaya sebagai pengobatan alami untuk menjaga kesehatan dan keremajaan kulit.

    5. Mencegah Kanker

    Daun pepaya digunakan dalam praktik pengobatan tradisional untuk mencegah dan mengobati beberapa jenis kanker. Meski demikian penelitian yang dilakukan terkait hal ini masih kurang.

    Ekstrak daun pepaya telah menunjukkan kemampuan yang kuat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan prosta dalam penelitian tabung reaksi. Namun, belum ada bukti kemampuan penyembuhan penyakit kanker karena daun pepaya.

    6. Detoksifikasi Tubuh

    Daun pepaya dikenal karena sifat detoksifikasinya. Dikutip dari laman Sakra World Hospital, daun ini bisa mendukung kesehatan hati dan membantu tubuh menghilangkan racun.

    7. Meredakan Peradangan

    Kandungan senyawa fitokimia dari daun pepaya, seperti papain dan karpain memiliki sifat anti-inflamasi. Dikutip dari buku Daun Pepaya, Manfaat, Penggunaan, dan Khasiat dalam Kesehatan dan Kecantikan oleh Tresno Saras, hal tersebut membuat pepaya efektif dalam meredakan peradangan pada kondisi seperti arthritis dan penyakit radang lainnya.

    (elk/kna)

  • Tanpa Facial, Sel Kulit Mati Bisa Mengelupas Sendiri? Ini Penjelasan Dokter – Halaman all

    Tanpa Facial, Sel Kulit Mati Bisa Mengelupas Sendiri? Ini Penjelasan Dokter – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak orang bertanya-tanya, apakah kulit bisa tetap sehat tanpa melakukan perawatan wajah seperti facial. 

    Menurut dr. Ahmad Haykal A.R.B, Sp.DVE, M.Kes, FINSDV dari Amala Clinic, proses pengelupasan sel kulit mati sebenarnya bisa terjadi secara alami.

    “Bisa dalam keadaan normal. Penggantian sel atau pengelupasan itu harusnya bisa terjadi dalam waktu sekitar 28 hari,” kata dr. Ahmad ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025). 

    Ia menambahkan idealnya, facial dilakukan sebulan sekali untuk membantu proses regenerasi kulit.

    Namun, dr. Haykal menjelaskan kondisi lingkungan dan aktivitas seseorang bisa memengaruhi kebutuhan kulit terhadap perawatan tambahan. 

    “Kalau misalnya tugasnya di National Geographic, tiap hari keluar, kena panas, masuk hutan, masuk gua, mendaki gunung, lewati lembah, ya wajah kita pasti makin kusam dan makin banyak penumpukan kotoran,” tuturnya.

    Dalam kondisi seperti itu, facial dapat dilakukan lebih sering. 

    “Paling cepat bisa dua minggu sekali, tapi dengan teknologi facial yang memadai. Jangan sampai pakai facial abal-abal yang cuma dikelupasin saja, itu nggak bisa,” jelasnya.

    Ia menekankan selain frekuensi, kualitas facial juga penting. 

    “Idealnya sebulan sekali, tapi bisa lebih cepat kalau kondisi kulit sudah membutuhkan treatment,” jelasnya.

    Lebih lanjut dr. Ahmad mengatakan perawatan wajah tak hanya sekedar facial, tapi juga ada diamond glow dan celluma light therapy, ia mencontohkan yang ada di Amala Clinic.

    Untuk diketahui, diamond glow merupakan perawatan yang menggunakan teknologi 3 in 1 eksklusif yaitu eksfoliasi kulit mati, ekstraksi komedo dan membersihkan pori -pori sekaligus menutrisi kulit dengan serum yang disesuaikan dengan kondisi kulit pasien.

     

  • Doyan Minuman Berenergi, Ratu Fitness Meninggal Kena Serangan Jantung

    Doyan Minuman Berenergi, Ratu Fitness Meninggal Kena Serangan Jantung

    Jakarta

    Seorang wanita pegiat kebugaran di Florida, AS, meninggal dunia karena serangan jantung dan kerusakan otak karena kebiasaannya mengonsumsi minuman berenergi. Semasa hidup, Katie Donnell bisa mengonsumsi tiga minuman berenergi dalam sehari bersamaan dengan kopi.

    Ibu dari Donnell, Lori Barranon, mengatakan putrinya juga rutin mengonsumsi minuman berkafein sebelum pergi ke tempat gym. Hal ini yang membuatnya yakin bahwa kondisi yang dialami putrinya disebabkan oleh minuman tersebut.

    “Dia pikir itu (minuman berenergi) akan membantunya berolahraga dan memberinya lebih banyak energi. Dia berolahraga, bekerja penuh waktu, dan pergi ke sekolah untuk mengajar,” ujar Lori yang dikutip dari People.

    “Saya pikir ia sudah terbiasa dengan banyaknya aktivitas itu,” sambungnya.

    Sampai pada Agustus 2021, Donnell tengah berkumpul dengan teman-temannya. Tetapi, ia tiba-tiba pingsan yang dikira temannya karena stroke.

    Padahal, sebenarnya saat itu Donnell mengalami serangan jantung.

    “Ambulans tiba di sana dan tidak dapat memasang selang pernapasan. Dia (Donnell) tidak mendapatkan oksigen terlalu lama dan itu menyebabkan kerusakan otak. Mereka menanganinya selama tiga jam dan dia tidak pernah bangun lagi,” jelas Lori.

    Tiba di rumah sakit, Donnell dinyatakan koma dan diinduksi secara medis. Tetapi, tubuhnya tidak merespon apapun.

    Sekitar sepuluh hari kemudian, tim dokter membuat keputusan untuk mematikan mesin yang selama ini mendukung hidup Donnell.

    Lori menceritakan bahwa dokter awalnya mengira putrinya telah diberikan obat. Sebab, usia Donnell dianggap masih terlalu muda untuk mengalami serangan jantung.

    Selama ini, Lori tidak menyadari berapa banyak minuman berenergi yang dikonsumsi putrinya sampai menyebabkannya meninggal dunia.

    “Pacarnya mengatakan dia (Donnell) akan membeli empat kaleng minuman berenergi setiap dua hingga tiga hari. Belum lagi dia minum banyak kopi,” terang Lori.

    “Salah satu temannya juga mengatakan dia selalu melihat Donnell mengonsumsi minuman berenergi. Saat saya membersihkan mobilnya setelah Donnell meninggal dunia, mobilnya penuh dengan kaleng, setidaknya ada 3-4 kaleng,” tambahnya.

    Menurut National Library of Medicine, kafein dapat mempengaruhi jantung. Efek kafein dalam meningkatkan tekanan darah secara tiba-tiba diperkirakan dapat menekan sistem kardiovaskular, sehingga menambah kemungkinan faktor risiko aritmia atau detak jantung yang abnormal.

    Beberapa minuman berenergi dapat mengandung hingga 200 mg kafein per kaleng. Dalam sehari, mengonsumsi 400 mg kafein masih dianggap aman.

    “Donnell adalah ratu olahraga, ia makan makanan yang sangat bersih, makanan organik,” tutur Lori.

    Lori menceritakan bahwa putrinya memang memiliki kecemasan yang parah, yang ia kaitkan dengan konsumsi kafein tersebut.

    “Saya tahu pasti itulah yang menjadi penyebabnya. Jika Anda tidak menjauhkan anak-anak dari hal-hal ini (minuman berenergi), mungkin akan berada dalam situasi seperti saya. Hal ini sangat berbahaya dan mematikan, seluruh keluarga saya terkena dampaknya,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Studi Ungkap Makan Ayam dalam Jumlah Segini Bisa Memperpendek Umur

    Studi Ungkap Makan Ayam dalam Jumlah Segini Bisa Memperpendek Umur

    Jakarta – Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Italia Selatan mengungkapkan temuan mengejutkan terkait konsumsi unggas. Penelitian tersebut menunjukkan mengonsumsi unggas secara berlebihan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat segala penyebab, termasuk kanker saluran pencernaan (gastrointestinal).

    Hasil ini bertolak belakang dengan sebagian besar studi sebelumnya serta pandangan umum yang menganggap unggas sebagai sumber protein sehat. Unggas bahkan menjadi salah satu komponen utama dalam berbagai pola makan bergizi, termasuk diet Mediterania.

    Pedoman Diet Amerika Serikat untuk Orang Amerika (Dietary Guidelines for Americans (DGA) 2020-2025 merekomendasikan konsumsi hingga 26 ons makanan berprotein per minggu, termasuk daging tanpa lemak, unggas, dan telur, tanpa menetapkan batasan khusus untuk masing-masing sumber protein.

    Namun, studi baru yang diterbitkan di jurnal Nutrients ini menunjukkan konsumsi unggas lebih dari 300 gram (sekitar 10,5 ons) per minggu dapat meningkatkan risiko kematian akibat semua penyebab hingga 27 persen, jika dibandingkan dengan konsumsi unggas 100 gram (3,5 ons) per minggu atau kurang.

    Temuan tersebut juga menunjukkan mengonsumsi lebih dari 300 gram unggas per minggu meningkatkan risiko kanker saluran cerna secara keseluruhan pada populasi penelitian sebesar 2,3 persen. Khusus untuk pria, risiko yang diamati meningkat menjadi 2,6 persen.

    Selama ini, konsumsi daging merah dan daging olahan telah lama dianggap sebagai faktor risiko kanker, sebagaimana dijelaskan oleh Dana Penelitian Kanker Dunia atau World Cancer Research Fund (WCRF). Namun, hanya sedikit bukti yang menunjukkan hubungan serupa antara konsumsi unggas dan risiko kanker.

    Temuan tersebut berubah seiring munculnya penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients. Studi ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara konsumsi unggas secara berlebihan dan peningkatan risiko kematian akibat berbagai penyebab, termasuk kanker saluran pencernaan.

    “Studi ini sangat menggugah pikiran,” kata Nilesh L.Vora., MD, direktur medis MemorialCare Todd Cancer Institute di Long Beach Medical Center di Long Beach, CA.

    “Mungkin untuk pertama kalinya, konsumsi daging putih perlu dianggap sebagai faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker pencernaan,” kata Vora, yang tidak terlibat dalam studi tersebut, kepada Healthline.

    Penelitian dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture (USDA) mengklasifikasikan unggas sebagai mencakup berbagai jenis burung konsumsi, antara lain ayam, kalkun, bebek, angsa, burung mutiara, serta burung buruan seperti burung puyuh dan burung pegar.

    Lebih lanjut, studi ini menggunakan data dari tanggapan survei terhadap 4.869 individu Italia paruh baya dari Castellana Grotte dan Putiggnano (Apulia, Italia).

    Peserta melaporkan sendiri konsumsi daging merah dan putih (unggas) berdasarkan ingatan mereka terkait apa yang telah dimakan.

    Penelitian ini juga tidak mencantumkan informasi mengenai tingkat aktivitas fisik para partisipan, padahal faktor tersebut dapat memengaruhi risiko kematian atau kanker. Hal ini menjadi catatan penting yang perlu dipertimbangkan dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

    (suc/suc)

  • Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap 2024 Masih Dibawah Target, Apa Dampaknya? – Halaman all

    Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap 2024 Masih Dibawah Target, Apa Dampaknya? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan, cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada tahun 2024 masih dibawah target untuk terbentuknya herd immunity.

    Adapun herd immunity adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut.

    Penyebabnya karena kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan adanya hoaks atau misinformasi.

    Ia menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi dan sinergi untuk menghadapi tantangan imunisasi.

    Sebagai tenaga kesehatan misalnya bisa turut menyukseskan cakupan imunisasi, dengan selalu menanyakan status imunisasi bayi atau anak dalam setiap kesempatan, bukan hanya saat akan mendapatkan imunisasi.

    “Cakupan IDL  pada tahun 2024 adalah 87,3 persen dan antigen baru seperti PCV dan RV adalah 86,6 persen, cakupan ini masih dibawah target untuk terbentuknya herd immunity,” tutur dia dalam kegiatan yang digelar Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD) di Jakarta.

    Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), menegaskan, imunisasi dapat melindungi anak dari penyakit yang bisa dicegah dan juga komplikasi serius yang ditimbulkan dari penyakit tersebut.

    “Pentingnya edukasi kepada masyarakat melalui tenaga kesehatan, bahwa penanganan penyakit setelah terjadinya komplikasi akan jauh lebih sulit, sehingga penting bagi orang tua untuk tidak ragu memberikan imunisasi pada anak sesuai anjuran,” jelasnya.

    Saat ini ada 15 jenis vaksin yang direkomendasikan IDAI untuk diberikan sesuai tahapan usia anak, termasuk PCV untuk mencegah pneumonia, MMRV untuk penyakit akibat virus campak, gondongan, rubella, dan cacar air, Rotavirus untuk melindungi anak dari infeksi rotavirus yang menyebabkan diare berat, serta HPV untuk mencegah kanker serviks.

    “Karenanya, baik tenaga kesehatan maupun orang tua untuk dapat terus mengikuti pembaruan informasi terkait jadwal imunisasi, agar setiap anak memperoleh perlindungan yang optimal,” tambah Prof. Hartono.

    Hal senada disampaikan Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Dewasa PAPDI, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD-KAI, FINASIM.

    Ia menuturkan, banyak orang dewasa dan lansia yang tidak lagi terproteksi oleh vaksin yang diterima pada usia anak, bahkan ada pula yang belum mendapatkan imunisasi lengkap ketika usia anak.

    Padahal kalangan ini rentan terhadap berbagai ancaman penyakit berbahaya.

    Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, kelompok usia 65–74 tahun memiliki prevalensi pneumonia tertinggi kedua setelah bayi dibawah usia satu tahun, yakni sebesar 0,86 persen.

    Risiko yang meningkat seiring bertambahnya usia, ditambah penurunan imunitas, membuat lansia rentan mengalami komplikasi serius.

    “Sudah saatnya mengubah paradigma bahwa vaksinasi hanya dibutuhkan pada masa kanak-kanak. Perlindungan melalui vaksinasi perlu menjadi prioritas juga bagi populasi berisiko tinggi, seperti lansia, individu dengan penyakit kronis, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Kesadaran ini harus dibangun sejak dini, termasuk di kalangan tenaga kesehatan,” ungkap dr. Sukamto.

    Indonesian Vaccine Convention (IVAXCON) 2025 yang digelar pada 26-27 April 2025 di Jakarta ini melibatkan lebih dari 1.000 tenaga kesehatan dari berbagai wilayah di Indonesia bersama puluhan pakar kesehatan, dalam upaya meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam upaya pemerataan vaksinasi di Indonesia.

     

  • Peneliti: Vaksin TBC Milik Bill Gates Sudah Masuk Uji Klinis Tahap 3 – Halaman all

    Peneliti: Vaksin TBC Milik Bill Gates Sudah Masuk Uji Klinis Tahap 3 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peneliti Nasional vaksin TB Prof DR Dr Erlina Burhan mengatakan, vaksin kandidat M72/AS01E milik Yayasan Bill & Melinda Gates dan GlaxoSmithKline (GSK) sedang menjalani uji klinis fase 3.

    Tak hanya Indonesia, uji coba ini juga berlangsung di empat negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia yaitu Afrika Selatan, Kenya, Malawi dan Zambia.

    “Uji coba ini berlangsung di lima negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan hingga 20.000 peserta, termasuk individu dengan HIV,” kata Prof Erlina beberapa waktu lalu.

    Sejak tahun 2022, Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E.

    Hingga Maret 2025, jumlah subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini di Indonesia hampir mencapai 2.000 orang.

    “Ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mendukung inovasi dan penelitian untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam memerangi TB,” ujar dia.

    Jika berhasil, M72/AS01E bisa menjadi vaksin pertama dalam lebih dari satu abad yang mencegah TB paru pada remaja dan dewasa.

    Saat ini, vaksin M72/AS01E telah menunjukkan perlindungan sekitar 50 persen dalam uji klinis fase 2b selama tiga tahun pada orang dewasa yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

    Sebelumnya diketahui, dalam pertemuan dengan Presiden RI, Prabowo Subianto, Bill Gates sedang mengembangkan vaksin TBC.

    Menurut Presiden, penyakit TBC telah banyak memakan Korban jiwa. Setidaknya 100 ribu orang meninggal setiap tahunnya. Oleh karena itu menurut Prabowo, Bill Gates berupaya menekan penyebaran dan angka kematian akibat penyakit tersebut.