Jenis Media: Kesehatan

  • Efek Fatal Kolesterol Tinggi ke Jantung, Penggemar Minyak Babi Wajib Hati-hati

    Efek Fatal Kolesterol Tinggi ke Jantung, Penggemar Minyak Babi Wajib Hati-hati

    Jakarta

    Kandungan lemak jenuh dalam minyak babi dapat memicu peningkatan kolesterol di dalam tubuh. Hati-hati lho, dampaknya bisa sangat serius bagi jantung.

    Salah satu kandungan minyak babi yang perlu diwaspadai adalah saturated fatty acid atau asam lemak jenuh. Dalam jangka panjang, asupan lemak ini dapat meningkatkan risiko atherosclerosis.

    “Biasanya kalau orang sakit jantung penyebab utamanya atherosclerosis,” kata dr Bimo Kusumo, SpBTKV, dokter bedah kardiovaskular, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (30/5/2025).

    Menurut dr Bimo, atherosclerosis adalah penumpukan plak di pembuluh darah jantung. Ada berbagai macam faktor risiko penumpukan plak, salah satu yang banyak ditemukan adalah kolesterol tinggi.

    Penumpukan plak tersebut dalam jangka panjang dapat mengganggu aliran darah ke jantung. Pembuluh darah jantung makin lama makin menyempit, dan bahkan bisa tersumbat sama sekali sehingga jantung kekurangan suplai darah.

    “Kan jantung nggak dapat aliran darah, nggak dapat makan. Lama-lama bagian yang nggak dapat makan ini menipis, terus melebar jantungnya. Pembesaran jantung,” jelas dr Bimo.

    “Yang tadinya kuat memompa 100 persen ke tubuh, turun fungsinya. Lama-lama capek, lama-lama gagal jantung,” lanjutnya.

    NEXT: Kaitan minyak babi dengan kolesterol

    Sebelumnya, spesialis gizi klinis dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK menjelaskan bahwa minyak babi memiliki kandungan lemak jenuh yang berbahaya bagi jantung. Saat digunakan untuk menggoreng, pemanasan dengan suhu tinggi membuat ikatan-ikatan lemak rusak dan membentuk lemak trans yang berbahaya.

    “Jadi dia akan menyebabkan peningkatan kolesterol,” jelasnya kepada detikcom.

    Terkait penyakit jantung, dr Bimo mengingatkan penyakit ini bukan cuma menyerang usia lanjut. Belakangan, usia pengidap gangguan jantung cenderung semakin muda.

    “Jangan pikir yang tua-tua saja yang kena, kemarin baru saja operasi jantung umur 30-an,” kata dr Bimo.

  • Kata Epidemiolog soal MB.1.1, Varian Baru COVID-19 yang Dominan di Indonesia

    Kata Epidemiolog soal MB.1.1, Varian Baru COVID-19 yang Dominan di Indonesia

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap beberapa varian COVID-19 yang terkait peningkatan kasus di Asia belakangan ini. Jika di Thailand dan Malaysia didominasi varian XEC, di Indonesia varian COVID-19 yang dominan adalah MB.1.1.

    “Dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19 tertanggal 23 Mei 2025 tersebut.

    Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan tidak perlu kaget dan panik dengan kemunculan beberapa subvarian dari COVID-19. Menurutnya, mutasi dan kemunculan varian baru adalah mekanisme alami karena virus harus bisa bertahan dengan lebih mudah menginfeksi manusia.

    “Karena kalau di luar tubuh manusia, dia (virus) tidak akan bertahan lama, tidak lebih dari setengah hari. Dengan dia bisa cepat menginfeksi, virus akan terus bertahan dan berkembang, termasuk subvarian yang saat ini cukup dominan di Asia, Asia Tenggara,” terangnya saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).

    Dicky menyebut saat ini ada beberapa varian yang dominan, seperti LF-7, NB.1.8, MB.1.1 hingga LP.8.1. Menurutnya, semuanya memiliki karakter yang serupa, yaitu efektif dalam menginfeksi.

    Namun begitu, gejala yang muncul juga semakin ringan atau bahkan tidak bergejala. Sebab, imunitas yang terbentuk dapat mengatasi keparahan dari varian tersebut.

    “Mayoritas manusia saat ini sudah memiliki kekebalan terhadap subvarian-subvarian SARS-CoV-2 ini. Tidak seperti sebelum-sebelumnya,” tutur Dicky.

    Meskipun sebagian besar sudah memiliki imunitas atau kekebalan terhadap COVID-19, Dicky mengingatkan masih ada kelompok-kelompok yang rentan. Misalnya seperti lansia, anak-anak, dan orang-orang dengan komorbid, seperti diabetes tak terkendali hingga autoimun.

    NEXT: Antisipasi penularan

    Lantas, Apa yang Harus Dilakukan?

    Oleh karena itu, Dicky menyarankan untuk tetap menerapkan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjauhi kerumunan bisa tidak ada keperluan yang mendesak.

    Terkait vaksinasi, Dicky masih belum melihat adanya urgensi pada kelompok-kelompok, kecuali yang sangat rawan, mungkin perlu mendapatkan booster. Tetapi, harus dipastikan vaksinnya sudah diperbarui untuk menghadapi subvarian baru.

    “Tapi, bukan berarti vaksin lama sama sekali tidak memiliki manfaat ya. Bisa saja dia (vaksin) tidak cukup selektif untuk menghadapi subvarian baru ini,” terang Dicky.

    “Tapi, secara umum tidak perlu khawatir,” pungkasnya.

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Kemenkes RI Waspadai COVID-19, Ingat Lagi Etika Batuk Biar Tak Tularkan Virus

    Kemenkes RI Waspadai COVID-19, Ingat Lagi Etika Batuk Biar Tak Tularkan Virus

    Jakarta – Dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga menyinggung etika batuk. Droplet atau bercak dahak yang menyebar saat batuk atau bersin dapat menularkan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

    Kepada UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan, Kemenkes dalam edaran tertanggal 23 Mei 2025 tersebut menyampaikan sejumlah arahan. Salah satunya mengimbau pelaku perjalanan untuk menerapkan pola hidup bersih seperti mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.

    “Serta menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tersebut.

    Ngomong-ngomong, masih ingatkah etika batuk dan bersin yang benar?

    The US Center of Disease Control and Prevention (CDC) menuliskan, kebiasaan batuk dan bersin yang sehat dapat mencegah penularan penyakit. Bukan hanya COVID-19, melainkan juga infeksi lain seperti influenza, pertusis, dan respiratory syncytial virus (RSV).

    Pada prinsipnya, kuman-kuman penyebab penyakit pernapasan menular dengan mudah melalui:

    Batuk, bersin, dan bahkan bicaraMemegang wajah dengan tangan yang tidak bersih setelah menyentuh permukaan yang terkontaminasiMenyentuh permukaan atau benda yang banyak dipegang orang lain.

    Apa yang harus dilakukan jika batuk? CDC merekomendasikan hal-hal berikut:

    Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersinBuang tisu ke tempat sampahJika tidak punya tisu, gunakan siku untuk menutup batuk atau bersih, jangan gunakan telapak tangan

    Penting juga untuk dicatat, segera bersihkan tangan dengan sabun atau hand sanitizer setelah membuang ingus, batuk, atau bersin.

    (up/up)

  • Kemenkes Sebut MB.1.1 Varian Dominan COVID-19 di Indonesia, XEC di Thailand-Malaysia

    Kemenkes Sebut MB.1.1 Varian Dominan COVID-19 di Indonesia, XEC di Thailand-Malaysia

    Jakarta – Surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga mengungkap beberapa varian COVID-19 yang dominan saat ini. Di tiap negara, varian yang mendominasi berbeda-beda.

    Di Thailand, ada dua varian yang mendominasi kasus COVID-19 yakni XEC dan JN.1. Sementara itu, LF.7 dan NB.1.8 dominan di Singapura, keduanya merupakan turunan JN.1.

    Varian yang mendominasi COVID-19 di Hongkong dan Malaysia dilaporkan adalah XEC, sama seperti di Thailand. Varian ini juga masih berkerabat dengan varian JN.1.

    Di beberapa wilayah Asia tersebut, Kemenkes RI melaporkan, tercatat ada peningkatan kasus pada minggu ke-12 2025 hingga saat ini. Sementara itu, Indonesia mengalami penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 dengan positivity rate 0,59 persen.

    “Dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19 tertanggal 23 Mei 2025 tersebut.

    Apa itu varian MB.1.1?

    Belum banyak informasi tersedia tentang varian MB.1.1, varian yang disebut dominan saat ini di Indonesia. Nextrain.org mencatat, MB.1.1 adalah nama lain atau Unaliased Pango Lineage untuk BA.2.86.1.1.49.1.1.1 dengan nama clade 24A yang masih berkerabat dengan varian Omicron.

    Dikutip dari dashboard pencatatan WHO, varian ini tidak secara spesifik tercantum dalam daftar Variants of Interest (VOIs) per 2 Desember 2024. Hanya ada varian JN.1 di daftar ini, dengan pengecualian sublineage yang tercantum pada Variants Under Monitoring (VUMs).

    Daftar varian yang masuk VUMs pada 23 Mei 2025 adalah:

    KP.3KP.3.1.1LB.1XECLP.8.1NB.1.8.1

    (up/up)

  • Kemenkes RI Waspadai COVID-19, Ini Saran Dokter Agar Tak Tertular di Musim Libur

    Kemenkes RI Waspadai COVID-19, Ini Saran Dokter Agar Tak Tertular di Musim Libur

    Jakarta – Edaran terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyiratkan bahwa ancaman COVID-19 masih ada. Dokter mengingatkan adanya peningkatan risiko penularan di musim libur panjang seperti saat ini.

    Konsultan alergi dan imunologi klinik, dr Muthmainnah, SpPD-KAI menjelaskan, risiko penularan saat liburan meningkat karena beberapa faktor. Selain kurang istirahat karena mobilitas saat libur cenderung meningkat, pola makan juga cenderung kurang terjaga dengan baik sehingga berdampak pada sistem imun.

    “Tetap harus pakai masker kalau lagi libur,” saran dr Muthmainnah dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (29/5/2025).

    “Apalagi di daerah-daerah yang memang datanya ada peningkatan insidens COVID-19,” lanjutnya.

    Untuk menjaga daya tahan tubuh, dr Muthmainnah mengingatkan untuk menjaga pola makan di tengah aktivitas liburan. Secara khusus ia menyarankan untuk minum yang cukup, serta banyak makan buah.

    “Secara umum buah tinggi vitamin C. Terbukti baik untuk meningkatkan immune system,” jelasnya.

    Tak lupa, ia mengingatkan pentingnya istirahat yang cukup.

    (up/up)

  • Joe Biden Muncul usai Didiagnosis Kanker Prostat Agresif, Begini Kondisinya

    Joe Biden Muncul usai Didiagnosis Kanker Prostat Agresif, Begini Kondisinya

    Jakarta – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan sambutan pertamanya sejak diumumkan mengidap kanker prostat agresif. Dengan suara tenang, ia mengatakan dalam kondisi yang baik selama pertemuan Memorial Day di Veterans Memorial Park.

    Acara tersebut bertepatan dengan peringatan 10 tahun kematian putranya, Beau Biden. Kemunculannya membuat publik bertanya-tanya soal kondisi kesehatannya.

    Dalam sambutannya, Biden mengatakan bahwa ia telah menjalani perawatan untuk kanker prostat yang diidapnya. Ia diharuskan mengonsumsi obat berbentuk pil.

    “Harapannya adalah kita akan dapat mengalahkan ini. Saya merasa baik,” tuturnya yang dikutip dari AP News.

    Pada kesempatan yang sama, banyak pertanyaan muncul terkait kondisi kesehatan mental dan fisik Biden. Sambil tersenyum, ia menanggapi semua pertanyaan tersebut.

    “Anda dapat melihat bahwa saya tidak kompeten secar mental dan saya dapat berjalan, dan saya dapat mengalahkan keduanya,” kata Biden.

    Biden juga berbicara tentang putranya, Beau Biden, yang meninggal pada usia 46 tahun karena kanker otak. Beau saat itu adalah seorang jaksa agung negara bagian AS yang terpilih dua kali.

    “Hari ini adalah peringatan 10 tahun meninggalnya putra saya, Beau, yang menghabiskan satu tahun di Irak. Dan sejujurnya, ini adalah hari yang berat,” terang Biden.

    “Berada bersama kalian semua, sejujurnya membuat segalanya sedikit lebih mudah, sungguh. Jadi, terima kasih telah mengizinkan saya berduka bersama kalian,” pungkasnya.

    (sao/up)

  • Liburan Makan Enak Melulu, Ini Saran Ahli Biar Tak Menggendut

    Liburan Makan Enak Melulu, Ini Saran Ahli Biar Tak Menggendut

    Jakarta

    Liburan panjang atau long weekend kerap menjadi momen yang dinantikan banyak orang. Selain jadi waktu yang tepat untuk melepas penat, liburan juga identik dengan momen bersantap, mulai dari kumpul keluarga, jalan-jalan kuliner, hingga menikmati makanan manis dan berlemak tanpa banyak pertimbangan.

    Tak heran, banyak orang merasa pola makan mereka jadi tak terkendali selama liburan. Porsi makan melonjak, jam makan berantakan, dan godaan camilan sulit dihindari. Ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Pratiwi Dinia Sari, S.Gz, RD, mengatakan mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan hingga makanan bersantan yang berlebihan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.

    Hal ini dikarenakan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat atau Low-Density Lipoprotein (LDL) dalam darah. Dalam jangka panjang kondisi ini dapat menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga stroke.

    Begitu juga makanan manis. Pratiwi mengatakan kandungan gula yang tinggi dalam makanan ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Tubuh yang mengalami lonjakan gula darah secara berulang akan lebih cepat merasa lapar, mudah lelah, dan mengalami penumpukan lemak, terutama di jaringan adiposa.

    “Lonjakan ini akan memicu peningkatan produksi insulin dalam tubuh sebagai respon alami, namun jika terlalu sering terjadi, bisa berdampak negatif,” ucap Pratiwi, dikutip dari laman UGM, Selasa (27/5/2025).

    Tubuh yang terus-menerus mengalami lonjakan gula darah dan insulin bekerja terlalu keras dalam waktu lama dapat memicu resistensi insulin. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?

    “Caranya sederhana dengan cukup tidur, batasi gula, konsumsi buah dan sayur yang kaya antioksidan, serta makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt atau makanan fermentasi,” tegasnya.

    Selama liburan panjang, penting juga untuk tetap memenuhi kebutuhan serat. Hal ini dikarenakan serat sangat membantu dalam menjaga kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah. Usahakan mengonsumsi minimal 3 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap hari.

    Prinsip “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan dapat dijadikan pedoman, yakni setengah piring diisi buah dan sayur, seperempat lauk pauk, dan seperempat makanan pokok. Pratiwi pun mengingatkan agar masyarakat tidak khawatir, karena menjaga pola makan sehat bukan berarti harus menjauhi makanan favorit. Ia justru menganjurkan pendekatan yang lebih realistis dengan pola makan 80:20.

    “Artinya, 80 persen kebutuhan kalori harian kita dipenuhi dari makanan berkualitas dan 20% sisanya boleh dari makanan yang sifatnya rekreasional,” jelasnya.

    NEXT: Rekomendasi aktivitas fisik

    Selain itu, Pratiwi juga merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik agar tubuh tetap bugar selama liburan. Liburan sering kali identik dengan gaya hidup inaktif, seperti rebahan seharian, duduk lama menonton film atau bermain gadget, dan waktu istirahat yang justru terlalu panjang tanpa gerak.

    Padahal, tubuh tetap membutuhkan pergerakan untuk menjaga metabolisme tetap optimal dan mencegah penumpukan kalori yang tidak terpakai.

    “Banyak orang berpikir kalau olahraga itu harus yang berat, seperti pergi ke gym atau ikut kelas kebugaran tertentu. Padahal, aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki selama 15-30 menit setiap hari sudah sangat membantu menjaga kebugaran tubuh,” tambahnya.

    “Kuncinya adalah keseimbangan. Gaya hidup sehat dilakukan sepanjang hidup agar kita bisa menikmati momen liburan dengan tubuh yang bugar dan pikiran yang ringan,” tutup Pratiwi.

    Simak Video “Video: Manfaat Diet Ketogenik Sebelum Operasi Jantung Terbuka pada Anak”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Video Klaim Minum 2 Liter Susu Sehari yang Tak Dianjurkan Dokter Anak

    Video Klaim Minum 2 Liter Susu Sehari yang Tak Dianjurkan Dokter Anak

    Jakarta – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyinggung tentang tinggi anaknya yang mencapai 180 cm. Dadan Hindayana menyebut kedua anak laki-lakinya bisa mencapai tinggi 180 cm karena diwajibkan minum susu sejak kecil. Bahkan ada anaknya yang minum susu 2 liter sehari.

    Namun pernyataan Dadan Handayani justru berbanding terbalik dengan penjelasan dari sisi kesehatan. Dokter spesialis anak menjelaskan jika tinggi badan anak tidak dipengaruhi oleh beberapa anak tersebut minum susu.

    (/)

  • Rilis Edaran soal COVID-19, Ini Pesan Kemenkes RI soal Masker dan Hand Sanitizer

    Rilis Edaran soal COVID-19, Ini Pesan Kemenkes RI soal Masker dan Hand Sanitizer

    Jakarta – Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan COVID-19 yang kasusnya tengah meningkat di beberapa negara Asia. Edaran untuk sejumlah pihak ini juga memuat anjuran untuk disampaikan ke masyarakat.

    Di antaranya kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi maupun Kabupaten dan Kota, Kemenkes memberi arahan untuk meningkatkan promosi kesehatan kewaspadaan COVID-19. Kewaspadaan tersebut meliputi:

    Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabut (CTPS) atau menggunakan hand sanitizerMenggunakan masker bagi masyarakat yang sakit atau jika berada di kerumunanSegera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Kekarantinaan Kesehatan, Kemenkes minta agar pelaku perjalanan melalui operator alat angkut mendapat imbauan sebagai berikut:

    Menggunakan masker jika sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Menerapkan pola hidup bersih seperti selalu mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain; danJika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/bandar udara/PLBN setempat.

    Dalam edaran tertanggal 23 Mei 2025 tersebut, Kemenkes menyampaikan sejumlah update tentang situasi COVID-19 saat ini. Sejak minggu ke-12 2025, peningkatan COVID-19 terjadi di sejumlah negara di kawasan Asia seperti Thailand, Hongkong, Malaysia, dan Singapura.

    “Varian COVID-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hongkong JN.1, dan di Malaysia adalah XEC (turunan JN.1),” tulis edaran tersebut.

    Transmisi penularan disebut masih relatif rendah, begitu juga angka kematian. Di Indonesia, terjadi penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus di minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 dengan positivity rate 0,59 persen.

    “Varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis edaran tersebut.

    (up/up)

  • Pakar Gizi IDAI: Minum Susu 2 Liter Sehari Tidak Realistis, Bukan Solusi Tinggi Badan

    Pakar Gizi IDAI: Minum Susu 2 Liter Sehari Tidak Realistis, Bukan Solusi Tinggi Badan

    Jakarta

    Profesor ilmu nutrisi dan penyakit metabolik anak angkat bicara soal testimoni minum susu 2 liter sehari yang disebut punya dampak positif bagi pertumbuhan tinggi badan anak. Ditegaskan, minum susu dalam jumlah tersebut tidak realistis dan malah membahayakan.

    Pendapat ini disampaikan oleh Prof dr H Dida Akhmad Gurnida, SpA, Subsp.NPM, pakar penyakit metabolik anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ia menegaskan, mengonsumsi susu 2 liter sehari punya risiko bagi kesehatan.

    “Mengonsumsi 2 liter susu per hari bukan praktik yang realistis atau aman untuk semua anak,” katanya dalam penjelasan tertulis kepada detikcom, Jumat (30/5/2025).

    Prof Dida menuturkan, kapasitas lambung anak usia sekolah bervariasi antara 500 hingga 1.000 mililiter. Karenanya, mustahil asupan makanan lain bisa masuk jika anak mengonsumsi susu hingga 2 liter.

    “Meskipun susu memiliki nutrisi penting untuk pertumbuhan, konsumsi berlebihan bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan penyerapan nutrisi dan anemia,” tegasnya.

    Catatan penting lainnya adalah soal kandungan protein di dalam susu sapi. Menurut Prof Dida, mayoritas kandungan protein dalam susu sapi adalah kasein yang secara biologis memang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi.

    “Kebutuhan buat bertumbuh anak manusia jauh lebih kompleks, butuh protein yang lebih bervariasi, seperti leusin, lisin, histidin, dan juga asam amino esensial lainnya,” tegasnya.

    Mengutip rekomendasi IDAI, Prof Dida merinci batasan konsumsi susu pada anak berdasarkan kategori usia:

    Bayi (0-6 bulan): ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama 6 bulan pertama sangat disarankan. Jumlah ASI yang dibutuhkan bervariasi, tergantung kebutuhan bayiAnak (1-2 tahun): Anak usia 1-2 tahun yang sudah mulai MPASI (Makanan pendamping ASI) dapat diberikan susu pertumbuhan 2-3 gelas per hari (sekitar 400-600 ml) untuk melengkapi asupan nutrisi harianAnak (2-5 tahun): Anak usia 2-5 tahun disarankan mengonsumsi sekitar 2-2,5 gelas susu per hari, setara dengan 500 ml.Anak (5-8 tahun): Disarankan 2,5 gelas susu per hariAnak (9-12 tahun): Disarankan 3 gelas susu per hari

    Berlebihan mengonsumsi susu sapi, menurut Prof Dida berisiko memicu berbagai masalah kesehatan. Di antaranya konstipasi, obesitas, hingga kekurangan gizi karena asupan sumber nutrisi lain jadi berkurang.

    “Pemberian susu dua liter per hari bukan solusi tepat untuk menambah tinggi badan anak,” tegasnya lagi.

    NEXT: Alternatif sumber nutrisi dan faktor penentu tinggi badan

    Menurut Prof Dida, pola makan sehat dan seimbang lebih penting bagi pertumbuhan tinggi badan. Sumber nutrisi yang mengandung protein, kalsium, dan vitamin D, termasuk telur, ayam, hingga sayuran dan kacang-kacangan, paling dibutuhkan untuk tujuan tersebut.

    “Pada dasarnya, protein hewani dapat merangsangsan produksi IGF-1 atau Insulin light Growth Factor 1, yaitu hormon yang penting dalam pertumbuhan linear/pembentukan masa tulang dan masa otot buat manusia,” jelas Prof Dida.

    Terkait faktor yang mempengaruhi tinggi badan, Prof Dida menyebut genetik punya peran sebesar 60-80 persen dalam berbagai penelitian. Gen HMGA2 merupakan salah satu yang punya peran penting.

    “Perubahan pada salah satu huruf dasar dalam kode genetik HMGA2, yaitu perubahan dari huruf C (Cytosine) menjadi T (Thymine), dapat mempengaruhi tinggi badan,” jelas Prof Dida.

    “Seseorang yang hanya memiliki C dari salah satu orangtuanya akan lebih tinggi dari yang hanya memiliki T ganda,” tandasnya.

    Perkiraan tinggi akhir anak saat dewasa antara lain dapat dihitung dari tinggi badan orang tua, dengan rumus Tinggi Potensi Genetik (TPG).

    TPG anak laki-laki = ((TB ibu (cm) + 13 cm) + TB ayah (cm))/2 ± 8,5 cmTPG anak perempuan = ((TB ayah (cm) – 13 cm) + TB ibu (cm))/2 ± 8,5 cm

    Simak Video “Video: Ini Batas Normal Tantrum Anak, Waspada Bila Berlebihan “
    [Gambas:Video 20detik]