Jenis Media: Kesehatan

  • Cerita Dokter Tangani Pasien 33 Tahun Jalani Bypass Jantung, Inikah Pemicunya?

    Cerita Dokter Tangani Pasien 33 Tahun Jalani Bypass Jantung, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Tidak bisa dipungkiri bahwa tren penyakit jantung kini mulai banyak dialami oleh generasi muda. Bahkan, mereka yang berusia di bawah 40 tahun sudah mengalami kondisi sumbatan jantung, hingga harus dilakukan tindakan operasi.

    Spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr Amin Tjubandi, SpBTKV, SubspJD(K) bercerita dalam kasus bypass jantung, dirinya pernah menangani pasien berusia 33 tahun.

    “Tren kita lihat akhir-akhir ini makin muda. Saya operasi jantung paling muda tuh 33 tahun sudah di-bypass itu,” kata dr Amin dalam acara detikPagi, Selasa (2/12/2025).

    Untuk diketahui, operasi bypass jantung adalah tindakan untuk mengatasi penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner pada pasien penyakit jantung koroner.

    Menurut dr Amin, dalam kasus penyakit jantung koroner, banyak faktor yang bisa dikatakan menjadi pemicunya. Namun, gaya hidup memang berperan besar dalam kondisi ini.

    “Karena bicara jantung, berarti bicara multifaktor di situ ya. Dengan kehidupan sekarang ya, zaman modern, faktor stres, merokok, lifestyle, makan enak itu ngaruh semua. Hubungannya sama jantung erat kaitannya,” katanya.

    Menurut dr Amin, tindakan preventif merupakan cara paling ampuh untuk mencegah seseorang mengalami penyakit jantung. Ini bisa dimulai dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

    “Kalau bisa jangan merokok, makan makanan yang sehat, jangan makan pola makan barat fast food, junk food. Kemudian jangan hidup dengan stres, kita harus punya manajemen stres yang baik,” katanya.

    “Dalam artian bahwa hidup harus bahagia, bergembira, harus enjoy life, jangan apa-apa dibawa stres. Itu pengaruh ke kesehatan kita, karena memang sakit jantung itu hubungannya sama multifaktor ya,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Tingginya Angka Kematian Penyakit Jantung Rematik, Kalahkan Malaria”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Korban Bencana Sumatera-Aceh ‘Dihantui’ Trauma, Butuh Pemulihan Psikologis

    Korban Bencana Sumatera-Aceh ‘Dihantui’ Trauma, Butuh Pemulihan Psikologis

    Jakarta

    Para penyintas bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), dan Aceh saat ini sedang ‘dihantui’ dampak psikologis yang berat, meski kondisi sudah perlahan berangsur pulih.

    Tim-tim trauma healing dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), hingga pihak universitas mulai diterbangkan menuju lokasi bencana untuk membantu memulihkan kondisi psikologis korban.

    Trauma Apa Saja yang Bisa Dialami Korban?

    Psikolog klinis Maharani Octy Ningsih mengatakan trauma psikologis yang mungkin dialami korban bencana bisa berkaitan dengan kejadian mengerikan yang sebelumnya mereka lihat.

    “Bisa saja menjadi takut air, takut hujan, atau takut kembali ke lokasi yang sama karena semua itu terhubung dengan memori menakutkan,” kata Rani, kepada detikcom saat dihubungi, Kamis (4/12/2025).

    Rani melanjutkan bahwa anak-anak merupakan korban yang paling rentan mengalami trauma pasca-bencana.

    “Pengalaman traumatis bisa muncul karena mereka belum memiliki kapasitas emosional untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang mereka lihat seperti air besar, suara keras, kepanikan orang dewasa langsung terekam sebagai sesuatu ancaman,” katanya.

    “Hal ini terjadi melalui proses conditioning di otak, selain itu adanya rasa tidak aman, kewaspadaan berlebihan, mereka tidak mau jauh dari orang tua, atau tampak cemas karena memang tubuh mereka masih berada dalam mode siaga,” sambungnya.

    Pendekatan Psikologis Fokus pada Hal Sederhana

    Untuk menyembuhkan trauma korban bencana, khususnya pada anak-anak, para penolong menurut Rani harus fokus kepada memulihkan rasa aman mereka terlebih dahulu.

    “Memberi ruang untuk mengekspresikan pengalaman, memvalidasi emosi yang mereka rasakan. Anak bisa diajak menggambar, bermain, atau bercerita. Cara ini membantu mereka memproses emosi tanpa harus dipaksa menceritakan detail traumatis,” katanya.

    “Mengakui bahwa rasa takut yang mereka rasakan adalah sesuatu yang wajar membuat anak merasa tidak sendirian dan menurunkan respons terhadap stres,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: CISDI Ungkap Alasan Kesehatan Mental Masih Disepelekan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Data BNPB: Korban Meninggal Bencana Sumatera 780 Jiwa, 564 Masih Hilang

    Data BNPB: Korban Meninggal Bencana Sumatera 780 Jiwa, 564 Masih Hilang

    Jakarta

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 780 jiwa meninggal dunia dan 564 jiwa dinyatakan hilang pada penanganan darurat banjir dan longsor di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.

    Penambahan jumlah korban jiwa dan orang hilang tersebut didapat dari situs Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana (Pusdatin BNPB), dilihat detikcom pada Kamis (4/12/2025), pukul 06.00 WIB.

    Berikut rincian korban meninggal dunia dan hilang.

    Aceh: 277 jiwa meninggal dan 193 jiwa hilangSumatera Barat: 204 jiwa meninggal dan 212 jiwa hilangSumatera Utara: 299 jiwa meninggal dan 159 jiwa hilang

    Antisipasi Risiko Penyakit di Wilayah Terdampak

    Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono buka-bukaan soal kondisi terkini wilayah yang terdampak bencana alam di Sumatera. Ia menyebut saat ini pihak Kemenkes sudah mengirim tim ke daerah untuk melakukan mitigasi dan evaluasi pada beberapa penyakit penting yang mungkin berdampak.

    “Ini kan sekarang yang paling penting itu mitigasi dari korban-korban yang mengalami luka yang akut. Itu ada beberapa ya, ada yang patah tulang, kita sudah kirimkan timnya ke sana,” ungkap Wamenkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2025).

    Pasca bencana, beberapa penyakit seperti diare dan leptospirosis dapat meningkat. Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang dapat masuk melalui luka atau air tercemar. Gejala yang dapat ditimbulkan berupa nyeri otot, demam, hingga gangguan organ.

    “Ini yang paling penting karena kejadian pasca bencana itu berkaitan dengan penyakit-penyakit seperti diare, demam, batuk pilek, ada leptospirosis, akibat kejadian banjir,” ungkap Wamenkes.

    “Ini kita terus mitigasi. Kita juga melakukan evaluasi pada mereka-mereka yang mempunyai risiko tinggi. Misalnya lansia, ibu hamil, orang yang mengalami cuci darah, orang yang pakai insulin. Ini juga terus kita evaluasi,” tandas Dante.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Respons WHO soal Musibah Banjir di Asia Termasuk di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Video Guru Besar FKUI Tuding Menkes Bikin Distribusi Dokter Tak Merata

    Video Guru Besar FKUI Tuding Menkes Bikin Distribusi Dokter Tak Merata

    Video Guru Besar FKUI Tuding Menkes Bikin Distribusi Dokter Tak Merata

  • Terobosan Medis, Pria Jerman Jadi Orang Ke-7 di Dunia yang Sembuh dari HIV

    Terobosan Medis, Pria Jerman Jadi Orang Ke-7 di Dunia yang Sembuh dari HIV

    Jakarta

    Seorang pria berusia 60 tahun di Berlin, Jerman, dinyatakan menjadi orang ke-7 di dunia yang sembuh dari HIV setelah menjalani transplantasi sel punca. Temuan ini diumumkan bertepatan dengan Hari AIDS Sedunia.

    Temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature ini dianggap membuka peluang baru terkait perluasan opsi pengobatan di masa mendatang.

    Kesembuhan pasien yang dijuluki ‘B2’ ini terjadi setelah ia menjalani terapi sel punca untuk mengobati leukemia myeloid akut (LMA) yang selama ini diidapnya. Seperti kasus-kasus sebelumnya, prosedur ini memang ditujukan untuk kanker, bukan untuk mengatasi HIV.

    Namun, hasil akhirnya kembali menunjukkan bahwa transplantasi sel punca bisa menghapus jejak virus dari tubuh pasien.

    Donor Tidak Membawa Dua Salinan Gen ‘Kebal HIV’

    Hal yang membuat kasus ini berbeda dari enam pasien sebelumnya adalah profil pendonor. Jika biasanya kesembuhan terkait dengan donot yang membawa dua salinan mutasi gen CCR5 Δ32, mutasi langka yang membuat HIV sulit masuk ke sel. Kali ini donor hanya memiliki satu salinan mutasi tersebut dan satu salinan gen normal.

    Selama ini, satu salinan CCR5 Δ32 dianggap tidak cukup memberikan perlindungan penuh. Sehingga, temuan ini memunculkan harapan bahwa lebih banyak pasien dapat berpotensi diselamatkan lewat pendekatan serupa.

    Ini mengingat jumlah orang dengan satu salinan mutasi tersebut jauh lebih banyak daripada yang memiliki dua salinan.

    Selama 6 Tahun Tanpa Obat, HIV Tak Terdeteksi

    Dikutip dari IFL Science, pasien B2 didiagnosis HIV pada 2009 dan menjalani pengobatan LMA pada 2015. Setelah menjalani transplantasi sel punca, ia menghentikan terapi antiretroviral.

    Sekitar enam tahun kemudian, pemeriksaan menunjukkan tidak ada jejak virus HIV yang tersisa di tubuhnya. Meski begitu, para peneliti menekankan bahwa hasil ini masih harus ditafsirkan dengan hati-hati.

    Pasien B2 sendiri memiliki satu salinan mutasi CCR5 Δ32, sehingga belum jelas apakah efek kesembuhannya benar-benar berasal dari donor atau mekanisme lain yang belum dipahami.

    Kasus sebelumnya juga menunjukkan bahwa kesembuhan bisa terjadi, meski donor tidak memiliki mutasi CCR5 Δ32 sama sekali.

    Meskipun hasil ini menjadi kabar baik, para ahli mengingatkan bahwa transplantasi sel punca tetap bukan opsi terapi untuk sebagian besar pasien HIV. Prosedur ini mahal, berisiko tinggi, dan umumnya hanya dilakukan pada pasien yang juga membutuhkan pengobatan kanker.

    Terapi antiretroviral tetap menjadi standar pengobatan yang paling aman dan efektif untuk mayoritas ODHA atau orang dengan HIV-AIDS.

    Temuan kesembuhan pasien B2 dipublikasikan di jurnal Nature, bersama dua studi lain yang menyoroti perkembangan terapi HIV. Salah satunya menguji imunoterapi kombinasi pada 10 pasien HIV.

    Sebanyak tujuh pasien di antaranya menunjukkan kadar virus tetap rendah, meski menghentikan antiretroviral dan belum mencapai tahap ‘sembuh’.

    Studi ketiga memberikan petunjuk faktor-faktor yang dapat membuat imunoterapi kombinasi lebih efektif di masa depan.

    Menurut para peneliti, kasus pasien B2 menjadi tonggak penting dalam riset HIV dan membuka peluang baru eksplorasi terapi. Meski para ahli menekankan bahwa jalan menuju pengobatan yang dapat diakses luas masih panjang.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Fakta Hidrasi di Balik Tren Estetik ke Mana-mana Bawa Tumbler

    Fakta Hidrasi di Balik Tren Estetik ke Mana-mana Bawa Tumbler

    Jakarta

    Tumbler atau tempat minum kekinian telah menjadi bagian dari gaya hidup modern pada Gen Z. Mudah sekali menemukan seseorang menenteng-nenteng tumbler estetik ke manapun mereka pergi, baik ke tempat kerja maupun tempat umum.

    Jenis dan modelnya makin beragam, dan umumnya punya fitur insulasi yang membedakannya dari botol minum biasa. Fitur ini juga yang menjaga temperatur air minum selalu terjaga, baik selalu dingin atau selalu panas.

    Di samping harganya yang semakin bervariasi, tren membawa-bawa tumbler mungkin menunjukkan adanya kesadaran tentang hidrasi atau menjaga kebutuhan cairan tubuh.

    Kebutuhan Hidrasi Harian

    Kebutuhan cairan tubuh sangat penting karena sekitar 70 persen komposisi tubuh kita terdiri dari cairan. Cairan berperan dalam hampir semua proses vital, mulai dari mengatur suhu tubuh, mengantar nutrisi, menjaga fungsi ginjal, hingga membantu kerja otot. Karena itu, minum cukup setiap hari bukan sekadar anjuran, tetapi kebutuhan biologis yang wajib dipenuhi.

    Soal berapa banyak yang harus diminum, ada beberapa acuan yang sering digunakan. Menurut Pedoman Gizi Seimbang, kebutuhan cairan orang dewasa rata-rata adalah 2 liter atau setara 8 gelas per hari. Ada pula pendekatan lain yang menyebutkan bahwa kebutuhan cairan dapat mengikuti kebutuhan kalori harian, yaitu 1 kalori sama dengan 1 ml air. Selain itu, acuan dari Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 juga memuat rekomendasi kebutuhan cairan berdasarkan kelompok usia dan kebutuhan energi, sehingga bisa menjadi panduan yang lebih terukur.

    Setiap orang tentu punya kebutuhan berbeda tergantung aktivitas, pola makan, dan kondisi kesehatan. Mereka yang banyak bergerak, bekerja di luar ruangan, tinggal di area panas, atau sedang sakit biasanya perlu lebih banyak cairan.

    Dengan angka kebutuhan cairan yang mesti dipenuhi, membawa tumbler memang terasa membantu karena membuat target cairan harian lebih mudah dicapai. Terutama bagi pekerja kantor, mahasiswa, atau orang yang sering lupa minum saat sibuk. Apalagi saat ini tersedia tumbler dengan berbagai ukuran dari 500 ml, 750 ml, 1000 ml, dan bahkan lebih besar lagi. Semakin besar ukuran tumbler biasanya memudahkan pengguna dalam memenuhi kebutuhan cairan karena tidak perlu berulang kali mengisi air.

    Fitur Insulasi

    Tumbler modern dikenal juga dengan istilah insulated water bottle, karena memang dilengkapi fitur insulasi yang bisa menjaga air tetap panas atau tetap dingin selama berjam-jam. Ini sering jadi alasan orang memilih tumbler dibanding botol plastik biasa. Sebenarnya, apakah minum air panas atau dingin punya efek tertentu pada tubuh?

    Manfaat Minum Air Dingin

    Minum air dingin terasa segar, terutama setelah olahraga atau berada di luar ruangan. Air dingin membantu tubuh turun suhu lebih cepat. Di sisi lain, beberapa orang mengalami sensasi tidak nyaman seperti perut kembung atau nyeri kepala saat menenggak air terlalu dingin. Orang dengan keluhan tertentu seperti migrain atau sensitivitas gigi juga perlu lebih berhati-hati.

    Manfaat Minum Air Panas

    Air panas memberi sensasi relaks, terutama setelah makan atau saat cuaca dingin. Air hangat dapat membantu membuat tubuh lebih nyaman, dan ada orang yang merasa lebih mudah menelan air saat hangat. Namun minuman yang terlalu panas bisa mengiritasi mulut dan tenggorokan. Suhu ideal untuk diminum berada pada tingkat hangat yaitu dibawah 50 derajat celcius.

    Secara keseluruhan, pilihan suhu air kembali pada kebutuhan dan toleransi masing-masing. Selama kebutuhan cairan terpenuhi dan suhu tidak ekstrem, tubuh tetap mendapat manfaat hidrasi.

    Apakah Harus Air Putih?

    Tidak semua yang membawa tumbler berisi air putih, ada juga yang terbiasa membawa minuman favorit dari rumah. Banyak yang mengisi tumbler dengan kopi, matcha, teh susu, susu berperisa, dan minuman rasa lain. Ini praktis sekaligus menghemat pengeluaran harian. Namun, tetap ada hal yang perlu diperhatikan.

    Kopi dan Teh mengandung kafein yang memiliki efek diuretik (mengeluarkan urine) ringan dan dorongan energi. Pada pecinta kopi yang minum dalam jumlah wajar, efek diuretik biasanya tidak signifikan. Kopi dan teh tetap menyumbang cairan, meskipun tidak seoptimal air putih.

    Minuman kekinian memberi energi dan dapat menambah cairan, tetapi kandungan gulanya cukup tinggi. Gula yang berlebihan dapat membuat seseorang cepat haus sehingga hidrasi tetap perlu dipenuhi dengan air putih. Kelebihan mengonsumsi gula dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.

    Tips Isi Tumbler Agar Hidrasi Optimal

    Beberapa tips agar hidrasi lebih optimal:

    Prioritaskan air putih. Minuman selain air tetap diperbolehkan, tetapi air putih sebaiknya memenuhi porsi terbesar.Gunakan infused water bila ingin ada rasa ringan. Potongan lemon, jeruk, mint, atau stroberi memberikan variasi rasa tanpa menambah gula berlebih.Buat jadwal minum sederhana. Misalnya minum satu tumbler 500 ml sebelum jam 12 siang dan satu tumbler 500 ml sisanya sebelum sore. Sesuaikan dengan ukuran tumblerPerhatikan kebersihan tumbler. Tumbler dengan isi minuman manis perlu dicuci lebih sering agar tidak menimbulkan bau atau pertumbuhan bakteri.Pastikan tidak memaksakan minum terlalu banyak sekaligus. Minum air terlalu berlebihan dalam waktu singkat juga tidak sehat. Ketika cairan masuk terlalu cepat, kadar natrium dalam darah dapat ikut turun sehingga tubuh kehilangan keseimbangannya.@detikhealth_official

    Siapa yang juga mikir makin banyak air mutih makin sehat? Minum air putih emang sehat sih tapi jangan sampai berlebihan ya! Hayo udah minum air berapa gelas perhari?🤔 #AirPutih #Minum #TipsKesehatan #FaktaSehat #GayaHidupSehat #PusKesNet #DetikHealth

    ♬ Funny – Gold-Tiger

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Cara Mudah Ketahui Kulit Dehidrasi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

    Tumbler Estetik Penangkal Dehidrasi

    4 Konten

    Tren ke mana-mana bawa tumbler bukan hanya soal gaya hidup. Kebutuhan cairan tubuh jadi lebih tercukupi berkat botol minum insulated yang menjaga air minum senantiasa segar.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Video MGBKI Sesalkan Dugaan Kriminalisasi terhadap Dokter Ratna

    Video MGBKI Sesalkan Dugaan Kriminalisasi terhadap Dokter Ratna

    Kasus yang melibatkan dr. Ratna Setia Asih, Sp.A berawal dari dugaan tindak pidana kesehatan atau malapraktik medis terkait meninggalnya seorang pasien anak berusia 10 tahun berinisial AR di RSUD Depati Hamzah, Pangkalpinang, Bangka Belitung. Perkara ini kini tengah diproses secara hukum dan memicu perhatian publik karena dinilai berpotensi menimbulkan kriminalisasi terhadap tenaga medis.

    Majelis Guru Besar Kedokteran Indonesia (MGBKI) ikut memberikan perhatian serius. Anggotanya, Yudi Mulyana, menyampaikan keprihatinan bahwa profesi dokter yang memiliki risiko tinggi menghadapi situasi sulit dan kemungkinan terjadi kesalahan medis, sering kali langsung disorot sebagai tindakan kriminal sebelum penilaian profesional dilakukan secara menyeluruh.

  • Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Jakarta

    Saat membicarakan kesehatan ginjal, kebanyakan orang langsung fokus pada asupan garam dan hidrasi. Jika tidak makan asin berlebihan dan tidak sampai dehidrasi berat, banyak yang mengira ginjalnya sudah bekerja dengan baik.

    Padahal, organ penting yang bertugas menyaring darah, membuang racun, dan memproduksi sejumlah hormon ini jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan.

    Faktanya, ada sejumlah kebiasaan yang selama ini dianggap ‘sehat’ justru dapat diam-diam membebani dan merusak fungsi ginjal. Berikut penjelasan para dokter, seperti dikutip dari Best Life.

    1. Konsumsi Protein Berlebihan

    Makan terlalu banyak protein menjadi kebiasaan ‘sehat’ paling umum yang justru membebani ginjal. Ini terutama terjadi pada orang yang minum protein shake berlebihan untuk menunjang olahraga atau program kebugaran.

    “Makan dua hingga tiga kali lipat kebutuhan protein tidak membuat otot lebih besar, hanya membuat ginjal bekerja ekstra,” ujar urolog David Shusterman, MD.

    Sebuah studi tahun 2020 di Journal of the American Society of Nephrology (JASN) menunjukkan pola makan tinggi protein berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) baru, karena ginjal bertanggung jawab menyaring produk sampingan protein. Jika dilakukan terus-menerus, beban ini bisa memicu kerusakan.

    Senada, nefrolog Tim Pflederer, MD, menjelaskan protein hewani dapat lebih berisiko bagi pengidap CKD. Namun, ia menekankan protein tidak boleh dihilangkan sama sekali. Sebagai gantinya, Pflederer merekomendasikan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, serta biji-bijian seperti quinoa dan lentil.

    Secara umum, Shusterman menyarankan konsumsi 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per hari, kecuali ada ketentuan khusus dari dokter.

    2. Konsumsi Suplemen Tertentu

    Saat ini suplemen tersedia hampir untuk segala kebutuhan, dan pasarnya terus berkembang pesat. Banyak orang beranggapan, penting mengonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan. Padahal, beberapa jenis suplemen, terutama dalam dosis tinggi dapat merusak ginjal.

    Adapun beberapa kandungan suplemen juga dapat menjadi masalah baru bagi pengidap CKD, salah satunya vitamin D.

    “Vitamin D dapat berinteraksi dengan pengikat fosfat yang mengandung aluminium pada pasien CKD untuk menurunkan kadar fosfat dalam darah,” ujar HaVy Ngo-Hamilton, PharmD.

    “Oleh sebab itu, vitamin D dapat menyebabkan kadar aluminium yang membahayakan pengidap CKD,” tambahnya.

    Selain itu, suplemen kalium maupun obat herbal yang tidak disadari mengandung kalium juga berbahaya, karena dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah. Sebelum mengonsumsi suplemen, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan keamanan dan menghindari efek samping obat.

    3. Minum Teh Detoks

    Kebiasaan lain yang dianggap sehat tapi bisa merusak ginjal adalah mengonsumsi teh detoks. Minum teh detoks diyakini dapat membersihkan tubuh dari racun dan menurunkan berat badan. Padahal, tak banyak bukti ilmiah yang mendukung hal ini.

    Shusterman justru memperingatkan, bahwa teh detoks dapat membahayakan ginjal. Kandungan diuretik dalam teh ini membuat produksi urine meningkat, sehingga tubuh mudah mengalami dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dua kondisi yang membebani ginjal.

    Selain itu, bahan herbal seperti licorice root, St. John’s wort, dan daun senna yang sering ditemukan dalam teh detoks juga berpotensi merusak ginjal.

    Sebagai gantinya, Shusterman menyarankan untuk mempercayai ginjal sebagai alat detoks alami bagi tubuh.

    “Detoks terbaik adalah yang sudah dimiliki tubuh Anda, yaitu ginjal anda. Dukung ginjal anda dengan makanan utuh, serat, dan hidrasi. Lupakan tren detoks, percayalah pada tubuh,” saran Shusterman.

    4. Minum Terlalu Banyak Air

    Menjaga tubuh tetap terhidrasi memang penting untuk kesehatan. Namun, konsumsi air berlebihan dalam waktu singkat dapat berbahaya. Ginjal hanya mampu mengolah sekitar 0,8-1 liter air per jam.

    Jika seseorang minum lebih cepat dari kemampuan ginjal untuk menyaringnya, kadar natrium dalam darah dapat menjadi terlalu rendah.

    “Ini masalah karena natrium membantu mengatur keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel anda dan jika terlalu sedikit, dapat menyebabkan pembengkakan,” jelas para ahli.
    “Hal ini dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh anda, termasuk otak, yang dapat menyebabkan beberapa gejala serius dan, dalam kasus yang sangat jarang, kondisi yang mengancam jiwa.”

    Dengan demikian, Shusterman menyarankan untuk minum sesuai rasa haus dan memastikan warna urine tetap kuning pucat sebagai tanda hidrasi yang cukup.

    Pflederer menjelaskan bahwa CKD dapat terdeteksi sejak tahap awal melalui pemeriksaan darah dan urine yang sederhana. Pemeriksaan darah tersebut disebut glomerular filtration rate (GFR), sedangkan pemeriksaan urine dikenal sebagai urine albumin to creatinine ratio (UACR).

    “Kedua tes ini dapat mengidentifikasi kerusakan ginjal dini sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan sebelum kondisinya memburuk, termasuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang pada akhirnya mungkin memerlukan transplantasi ginjal atau dialisis,” tambahnya.

    Untuk menjaga kesehatan ginjal, Pflederer menyarankan menghindari produk tembakau, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, membatasi asupan garam, serta memantau tekanan darah secara berkala.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Jakarta

    Saat membicarakan kesehatan ginjal, kebanyakan orang langsung fokus pada asupan garam dan hidrasi. Jika tidak makan asin berlebihan dan tidak sampai dehidrasi berat, banyak yang mengira ginjalnya sudah bekerja dengan baik.

    Padahal, organ penting yang bertugas menyaring darah, membuang racun, dan memproduksi sejumlah hormon ini jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan.

    Faktanya, ada sejumlah kebiasaan yang selama ini dianggap ‘sehat’ justru dapat diam-diam membebani dan merusak fungsi ginjal. Berikut penjelasan para dokter, seperti dikutip dari Best Life.

    1. Konsumsi Protein Berlebihan

    Makan terlalu banyak protein menjadi kebiasaan ‘sehat’ paling umum yang justru membebani ginjal. Ini terutama terjadi pada orang yang minum protein shake berlebihan untuk menunjang olahraga atau program kebugaran.

    “Makan dua hingga tiga kali lipat kebutuhan protein tidak membuat otot lebih besar, hanya membuat ginjal bekerja ekstra,” ujar urolog David Shusterman, MD.

    Sebuah studi tahun 2020 di Journal of the American Society of Nephrology (JASN) menunjukkan pola makan tinggi protein berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) baru, karena ginjal bertanggung jawab menyaring produk sampingan protein. Jika dilakukan terus-menerus, beban ini bisa memicu kerusakan.

    Senada, nefrolog Tim Pflederer, MD, menjelaskan protein hewani dapat lebih berisiko bagi pengidap CKD. Namun, ia menekankan protein tidak boleh dihilangkan sama sekali. Sebagai gantinya, Pflederer merekomendasikan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, serta biji-bijian seperti quinoa dan lentil.

    Secara umum, Shusterman menyarankan konsumsi 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per hari, kecuali ada ketentuan khusus dari dokter.

    2. Konsumsi Suplemen Tertentu

    Saat ini suplemen tersedia hampir untuk segala kebutuhan, dan pasarnya terus berkembang pesat. Banyak orang beranggapan, penting mengonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan. Padahal, beberapa jenis suplemen, terutama dalam dosis tinggi dapat merusak ginjal.

    Adapun beberapa kandungan suplemen juga dapat menjadi masalah baru bagi pengidap CKD, salah satunya vitamin D.

    “Vitamin D dapat berinteraksi dengan pengikat fosfat yang mengandung aluminium pada pasien CKD untuk menurunkan kadar fosfat dalam darah,” ujar HaVy Ngo-Hamilton, PharmD.

    “Oleh sebab itu, vitamin D dapat menyebabkan kadar aluminium yang membahayakan pengidap CKD,” tambahnya.

    Selain itu, suplemen kalium maupun obat herbal yang tidak disadari mengandung kalium juga berbahaya, karena dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah. Sebelum mengonsumsi suplemen, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan keamanan dan menghindari efek samping obat.

    3. Minum Teh Detoks

    Kebiasaan lain yang dianggap sehat tapi bisa merusak ginjal adalah mengonsumsi teh detoks. Minum teh detoks diyakini dapat membersihkan tubuh dari racun dan menurunkan berat badan. Padahal, tak banyak bukti ilmiah yang mendukung hal ini.

    Shusterman justru memperingatkan, bahwa teh detoks dapat membahayakan ginjal. Kandungan diuretik dalam teh ini membuat produksi urine meningkat, sehingga tubuh mudah mengalami dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dua kondisi yang membebani ginjal.

    Selain itu, bahan herbal seperti licorice root, St. John’s wort, dan daun senna yang sering ditemukan dalam teh detoks juga berpotensi merusak ginjal.

    Sebagai gantinya, Shusterman menyarankan untuk mempercayai ginjal sebagai alat detoks alami bagi tubuh.

    “Detoks terbaik adalah yang sudah dimiliki tubuh Anda, yaitu ginjal anda. Dukung ginjal anda dengan makanan utuh, serat, dan hidrasi. Lupakan tren detoks, percayalah pada tubuh,” saran Shusterman.

    4. Minum Terlalu Banyak Air

    Menjaga tubuh tetap terhidrasi memang penting untuk kesehatan. Namun, konsumsi air berlebihan dalam waktu singkat dapat berbahaya. Ginjal hanya mampu mengolah sekitar 0,8-1 liter air per jam.

    Jika seseorang minum lebih cepat dari kemampuan ginjal untuk menyaringnya, kadar natrium dalam darah dapat menjadi terlalu rendah.

    “Ini masalah karena natrium membantu mengatur keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel anda dan jika terlalu sedikit, dapat menyebabkan pembengkakan,” jelas para ahli.
    “Hal ini dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh anda, termasuk otak, yang dapat menyebabkan beberapa gejala serius dan, dalam kasus yang sangat jarang, kondisi yang mengancam jiwa.”

    Dengan demikian, Shusterman menyarankan untuk minum sesuai rasa haus dan memastikan warna urine tetap kuning pucat sebagai tanda hidrasi yang cukup.

    Pflederer menjelaskan bahwa CKD dapat terdeteksi sejak tahap awal melalui pemeriksaan darah dan urine yang sederhana. Pemeriksaan darah tersebut disebut glomerular filtration rate (GFR), sedangkan pemeriksaan urine dikenal sebagai urine albumin to creatinine ratio (UACR).

    “Kedua tes ini dapat mengidentifikasi kerusakan ginjal dini sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan sebelum kondisinya memburuk, termasuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang pada akhirnya mungkin memerlukan transplantasi ginjal atau dialisis,” tambahnya.

    Untuk menjaga kesehatan ginjal, Pflederer menyarankan menghindari produk tembakau, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, membatasi asupan garam, serta memantau tekanan darah secara berkala.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • BGN: Baru 3 Ribu dari 16 Ribu SPPG yang Kantongi Sertifikat Higiene MBG

    BGN: Baru 3 Ribu dari 16 Ribu SPPG yang Kantongi Sertifikat Higiene MBG

    Jakarta

    Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat baru 3.223 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang berhasil mengantongi surat laik higiene dan sanitasi (SLHS) dari total 16.509 SPPG yang ada saat ini.

    Kepala BGN Prof Dadan Hindayana menegaskan percepatan penerbitan SLHS menjadi prioritas. Sertifikasi ini menjadi syarat utama agar dapur layanan gizi, yang memasak dan mendistribusikan paket makanan bergizi, memenuhi standar keamanan pangan.

    “SLHS baru 3.223 dari 16.509 SPPG. Ini akan terus kita kebut melalui pendampingan dan koordinasi pusat, daerah,” beber Prof Dadan kepada wartawan, Rabu (3/12/2025).

    Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyebut pemerintah akan memprioritaskan MBG di daerah-daerah terpencil.

    “Kita ingin percepatan terutama di kawasan 3T. Targetnya Maret nanti manfaat program bisa dirasakan lebih luas untuk 82,9 juta penerima manfaat,” katanya.

    Saat ini, dari 16.630 SPPG yang telah terdata, seluruhnya sudah beroperasi untuk melayani 47,2 juta penerima manfaat.

    Sementara penyesuaian Perpres yang kini dituangkan dalam 13 aturan baru di BGN membuka ruang percepatan sertifikasi dan penambahan tenaga teknis. Kekurangan ahli gizi di banyak daerah menjadi kendala operasional SPPG.

    Untuk menjembatani kekurangan itu, BGN membuka opsi tenaga lain yang memiliki dasar pengetahuan gizi.

    “Jika tidak ada ahli gizi, boleh tenaga kesehatan lain, termasuk sarjana gizi dan teknologi pangan, karena mereka juga mempelajari gizi,” ujarnya.

    Dengan percepatan rekrutmen SDM dan sertifikasi SLHS, pemerintah berharap kualitas layanan gizi di dapur MBG makin terstandarisasi dan aman bagi seluruh penerima manfaat, terutama di daerah prioritas 3T.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Langkah BGN-Kemenkes Bereskan Masalah Sertifikasi SPPG MBG”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)