Jenis Media: Kesehatan

  • Ancaman BPA di Balik Ganula, Galon Lanjut Usia yang Tak Punya Kedaluwarsa

    Ancaman BPA di Balik Ganula, Galon Lanjut Usia yang Tak Punya Kedaluwarsa

    Jakarta

    Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menyoroti tidak adanya aturan masa pakai galon guna ulang (ganula) air minum dalam kemasan yang beredar luas di masyarakat. Galon yang sudah lanjut usia dinilai menjadi ancaman serius karena berpotensi mencemari air minum dengan senyawa berbahaya Bisphenol A (BPA).

    Ketua KKI, David Tobing menegaskan absennya regulasi masa pakai galon guna ulang adalah celah berbahaya. Menurut David, barang konsumsi pasti ada usia pakainya.

    “Anehnya, di galon guna ulang justru tidak tercantum masa kedaluwarsanya,” ungkap David, dalam keterangan tertulis, Kamis (18/6/2025).

    David menambahkan para pakar menyebut galon seharusnya hanya bisa dipakai maksimal 40 kali. Menurut David, jika satu minggu dipakai sekali, maka usia maksimum galon tersebut hanya satu tahun.

    David membandingkan dengan tabung elpiji yang terbuat dari baja, di mana ada aturan uji ulang atau tera setiap 5 hingga 10 tahun. Jika lulus uji, tabung bisa terus dipakai. Jika tidak, harus ditarik dari peredaran.

    “Sementara galon guna ulang terbuat dari plastik, material yang tidak sesolid baja, masa tidak diatur masa pakainya,” keluh David.

    Investigasi KKI di lima kota besar di Indonesia menemukan kenyataan yang mengkhawatirkan. Realitanya, KKI menemukan banyak galon guna ulang yang beredar di masyarakat justru berusia di atas dua tahun.

    “Ini yang seharusnya tidak digunakan lagi, karena termasuk ganula atau galon lanjut usia,” papar David.

    David menegaskan galon-galon yang seharusnya sudah ‘pensiun’ alias tidak layak edar, malah tetap dipaksakan beredar. Bahaya utama dari penggunaan galon ini adalah pelepasan Bisphenol A (BPA), senyawa kimia berbahaya yang ada dalam plastik polikarbonat.

    “BPA adalah senyawa kimia sintetis yang digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat yang menjadi kemasan galon guna ulang. Semakin tua galon ini, semakin banyak BPA bisa luruh (terlepas) ke dalam air minum,” jelas David.

    Dampak kesehatan dari paparan BPA tidak main-main dan bersifat jangka panjang. Mengacu kepada para ahli, David menyebut BPA adalah endokrin disruptor.

    “Artinya, ia meniru hormon dalam tubuh manusia, sehingga ratusan penelitian menemukan paparan BPA berpotensi mengganggu fungsi hormonal tubuh, mempengaruhi tumbuh kembang anak, bahkan meningkatkan risiko beberapa jenis kanker,” terang David.

    Mengingat jutaan penduduk Indonesia yang terancam oleh penggunaan ganula ini, David menekankan urgensi penanganan masalah ini. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS), 40% masyarakat Indonesia mengkonsumsi air kemasan dari galon.

    “Jadi artinya 40% dari 280 juta, sekitar 111 juta mengonsumsi air minum dari galon dan bisa berpotensi terkontaminasi BPA,” kata David.

    Terlebih, hasil investigasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada periode 2021-2022 menunjukkan paparan BPA akibat penggunaan ganula di enam wilayah Indonesia sudah melampaui batas aman yang ditetapkan (0,6 bpj). Oleh karena itu, David mendesak pemerintah untuk segera menetapkan regulasi yang jelas mengenai batas masa pakai galon guna ulang dan mempercepat implementasi pelabelan peringatan bahaya BPA pada galon guna ulang.

    Hal ini krusial demi melindungi kesehatan konsumen dari ancaman BPA yang tak terlihat.

    “Kalau masalah ini tidak segera diatasi, kita mempertaruhkan kesehatan generasi mendatang,” pungkasnya.

    (prf/ega)

  • Foto Wanita Jalani Transplantasi Wajah, Mukanya Hancur Parah Diserang Simpanse

    Foto Wanita Jalani Transplantasi Wajah, Mukanya Hancur Parah Diserang Simpanse

    Foto Health

    Averus Kautsar – detikHealth

    Kamis, 19 Jun 2025 11:00 WIB

    Jakarta – Seorang wanita bernama Charla Nash berhasil selamat dari serangan brutal simpanse. Ia akhirnya menjalani transplantasi wajah karena kondisinya begitu parah.

  • Mykhailo Mudryk Terancam Skors 4 Tahun karena Doping Meldonium, Zat Apa Itu?

    Mykhailo Mudryk Terancam Skors 4 Tahun karena Doping Meldonium, Zat Apa Itu?

    Jakarta

    Mykhailo Mudryk resmi didakwa pelanggaran doping oleh Asosiasi Sepakbola Inggris (FA). Pemilik nomor punggung 10 di Chelsea tersebut terancam larangan bertanding selama empat tahun.

    Mudryk sudah diskors sejak Desember 2024 lalu, ini karena sample urinnya (sampel A) positif zat meldonium. Hukuman itu terus berlanjut sembari menunggu hasil sampel B.

    Lalu, apa itu meldonium yang menjadi biang kerok di balik ancaman hukuman pemain Ukraina tersebut?

    Dikutip dari Medical News Today, meldonium awalnya dirancang untuk digunakan pada hewan, yaknk meningkatkan performa seksual dan motilitas sperma babi hutan. Obat ini diproduksi oleh perusahaan di Latvia bermana Grindeks.

    Meldonium diketahui dapat mengobat beberapa masalah kesehatan seperti gangguan pada jantung, seperti gagak jantung, serangan jantung, hingga stroke iskemik.

    Namun, sejak 2016, Badan Antidoping Dunia (WADA) melarang obat ini digunakan dalam cabang Olimpiade karena dapat meningkatkan performa atletik. Mereka menggolongkan meldonium sebagai modulator metabolik dalam golongan yang sama dengan insulin.

    Menurut perancang obat tersebut, Ivar Kalvins meldonium diciptakan untuk meningkatkan kapasitas tubuh dalam membawa oksigen. Sebelumnya, meldonium digunakan oleh tentara Soviet di Afganistan antara tahun 1979 dan 1989.

    Meldonium dikonsumsi para tentara Soviet untuk meningkatkan daya tahan mereka di udara yang kekurangan oksigen sambil membawa ransel besar karena harus melewati daerah pegunungan di Afganistan

    (dpy/kna)

  • Mykhailo Mudryk Terancam Skors 4 Tahun karena Doping Meldonium, Zat Apa Itu?

    Mykhailo Mudryk Terancam Skors 4 Tahun karena Doping Meldonium, Zat Apa Itu?

    Jakarta

    Mykhailo Mudryk resmi didakwa pelanggaran doping oleh Asosiasi Sepakbola Inggris (FA). Pemilik nomor punggung 10 di Chelsea tersebut terancam larangan bertanding selama empat tahun.

    Mudryk sudah diskors sejak Desember 2024 lalu, ini karena sample urinnya (sampel A) positif zat meldonium. Hukuman itu terus berlanjut sembari menunggu hasil sampel B.

    Lalu, apa itu meldonium yang menjadi biang kerok di balik ancaman hukuman pemain Ukraina tersebut?

    Dikutip dari Medical News Today, meldonium awalnya dirancang untuk digunakan pada hewan, yaknk meningkatkan performa seksual dan motilitas sperma babi hutan. Obat ini diproduksi oleh perusahaan di Latvia bermana Grindeks.

    Meldonium diketahui dapat mengobat beberapa masalah kesehatan seperti gangguan pada jantung, seperti gagak jantung, serangan jantung, hingga stroke iskemik.

    Namun, sejak 2016, Badan Antidoping Dunia (WADA) melarang obat ini digunakan dalam cabang Olimpiade karena dapat meningkatkan performa atletik. Mereka menggolongkan meldonium sebagai modulator metabolik dalam golongan yang sama dengan insulin.

    Menurut perancang obat tersebut, Ivar Kalvins meldonium diciptakan untuk meningkatkan kapasitas tubuh dalam membawa oksigen. Sebelumnya, meldonium digunakan oleh tentara Soviet di Afganistan antara tahun 1979 dan 1989.

    Meldonium dikonsumsi para tentara Soviet untuk meningkatkan daya tahan mereka di udara yang kekurangan oksigen sambil membawa ransel besar karena harus melewati daerah pegunungan di Afganistan

    (dpy/kna)

  • Obgyn Beberkan Gejala Kanker Serviks, Termasuk Darah Haid Menggumpal?

    Obgyn Beberkan Gejala Kanker Serviks, Termasuk Darah Haid Menggumpal?

    Jakarta

    Viral di media sosial X terkait darah menstruasi atau haid yang menggumpal bisa menjadi tanda penyakit serius. Beberapa warganet bahkan ada yang khawatir jika kondisi tersebut mengindikasikan kanker serviks.

    “aku haid udh hari keempat & keluar d4r4h segede itu normalkah? agak nyeri saat keluar itu. bahaya gak sih? ini first time keluar segede itu, biasanya ga segede itu. pas udh keluar rasanya plong gitu,” tutur salah satu akun X @tan******, dikutip Kamis (19/6.2025).

    “kak aku gamau bikin takut tp kalo itu agak lembek, takut kayak ibuku, agak banyak keluarnya gumpalan darah gitu lembek dan gede gede, lalu ibuku positif kanker serviks :(,” imbuh @cou***********.

    Lantas, apa saja sih tanda kanker serviks?

    Spesialis obstetri dan ginekologi dr Dinda Derdameisya, SpOG, mengatakan keluhan kanker serviks memang bisa berupa perdarahan yang menggumpal. Biasanya hal ini disebabkan karena Human Papilloma Virus (HPV) yang merusak mulut rahim atau serviks.

    Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak semua perdarahan dari organ intim menandakan adanya masalah pada serviks. Menurut dr Dinda, warna darah, jumlahnya, atau menggumpal, tidak bisa dijadikan patokan utama untuk memastikan adanya kanker serviks.

    “Meskipun kanker leher rahim atau kanker serviks memberikan gejala bisa jadi perdarahan. Tapi sebenarnya yang benarnya, stage awal tidak memberikan gejala sama sekali,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (17/6/2025).

    Menurut dr Dinda, kanker serviks yang sudah stadium lanjut dapat memicu banyak gejala, termasuk perdarahan yang keluar saat berhubungan intim. Ini sebabnya mengapa deteksi dini melalui pemeriksaan seperti Pap smear atau tes HPV sangat penting, terutama bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual.

    “Ada gejala keluar darah. Tapi itu gejala kanker serviks yang sudah lanjut dan bukan hanya itu gejalanya. Gejalanya itu banyak, salah satunya berhubungan keluar darah. Jenis darahnya kita tidak bisa menunjukkan ini kanker serviks atau nggak kalau dilihat dari warnanya,” sambungnya.

    Beberapa gejala lain kanker serviks yang perlu diwaspadai, seperti dikutip dari Kemenkes RI.

    Pendarahan tidak normal, terutama setelah hubungan seksual, menstruasi, atau menopause.Keputihan yang berubah, berbau tidak sedap, atau berdarah.Nyeri panggul yang tidak biasa atau nyeri saat berhubungan seksual.Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.Kelelahan yang persisten.

    (suc/kna)

  • FDA Setujui Suntikan Cegah HIV! 2 Kali Setahun, Diklaim Efektif hingga 90 Persen

    FDA Setujui Suntikan Cegah HIV! 2 Kali Setahun, Diklaim Efektif hingga 90 Persen

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau US Food and Drug Administration (US FDA) menyetujui penggunaan obat yang saat ini dipakai mengobati infeksi HIV, bisa dipakai untuk mencegah virus.

    Gilead Sciences, produsen obat tersebut, mengumumkan suntikan lenacapavir dua kali setahun telah disetujui di Amerika Serikat untuk pencegahan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dengan merek dagang Yeztugo.

    Dalam uji klinisnya, obat dinilai terbukti secara drastis mengurangi risiko infeksi dan memberikan perlindungan hampir total terhadap HIV, jauh lebih banyak daripada pilihan utama yang tersedia untuk profilaksis pra-pajanan atau Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP).

    Terapi yang disebut PrEP ini telah digunakan untuk mencegah infeksi HIV selama bertahun-tahun. Di AS, ini mungkin melibatkan konsumsi pil, seperti obat harian yang disebut Truvada, atau mendapatkan suntikan, seperti suntikan setiap dua bulan dari obat Apretude. Namun, suntikan lenacapavir dua kali setahun kini telah menjadi suntikan pertama dan satu-satunya untuk pencegahan HIV.

    “Yeztugo bisa menjadi pilihan PrEP transformatif yang selama ini kita nantikan, menawarkan potensi untuk meningkatkan penyerapan dan persistensi PrEP serta menambahkan alat baru yang ampuh dalam misi kita untuk mengakhiri epidemi HIV,” kata Dr. Carlos del Rio, seorang profesor kedokteran terkemuka di Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran Universitas Emory dan salah satu direktur Pusat Penelitian AIDS Emory, dalam rilis berita Gilead.

    “Suntikan dua kali setahun dapat mengatasi hambatan utama seperti kepatuhan dan stigma, yang dapat dihadapi oleh individu saat menjalani rejimen dosis PrEP yang lebih sering, terutama PrEP oral harian. Kita juga tahu bahwa, dalam penelitian, banyak orang yang membutuhkan atau menginginkan PrEP, dengan dosis yang lebih jarang.”

    “Dengan adanya obat tersebut di aliran darah atau tubuh, jika terkena HIV, obat tersebut akan menghalanginya untuk berkembang biak. Obat itu menghentikan perkembangan infeksi,” kata Dr Jared Baeten, wakil presiden senior pengembangan klinis dan kepala area terapi virologi di Gilead Sciences, dikutip dari CNN.

    Virus imunodefisiensi manusia atau HIV, yang menyebar terutama melalui hubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik, menyerang sistem kekebalan tubuh, dan tanpa pengobatan, dapat menyebabkan sindrom imunodefisiensi yang didapat atau AIDS. Meskipun tingkat infeksi HIV baru telah menurun di AS, sekitar 1,2 juta orang diperkirakan mengidap HIV, dan sekitar 13 persen dari mereka mungkin tidak mengetahuinya.

    ‘Bisa Didapatkan Tanpa Diketahui Orang Lain’

    Sebuah studi yang disebut uji coba PURPOSE 2 menemukan bahwa hanya dua suntikan lenacapavir setahun dapat mengurangi risiko infeksi HIV hingga 96 persen. Obat tersebut menawarkan perlindungan yang hampir total terhadap HIV. Studi lain, uji coba PURPOSE 1, menemukan lenacapavir menunjukkan kemanjuran 100 persen untuk pencegahan HIV pada wanita.

    “Lenacapavir adalah pilihan unik bagi orang-orang untuk pencegahan HIV karena merupakan suntikan yang diberikan hanya dua kali setahun. Jadi orang-orang dapat memperolehnya secara pribadi, diam-diam, lalu mengaturnya dan melupakannya serta tidak perlu memikirkannya hingga enam bulan kemudian,” kata Baeten.

    “Bagi banyak orang, itu mungkin merupakan pilihan yang memberdayakan dan pribadi yang dapat membuat pencegahan HIV dapat dilakukan dalam kehidupan mereka.”

    Masih banyak stigma, ketakutan, dan misinformasi seputar HIV, kata Ian Haddock, yang berpartisipasi dalam uji coba PURPOSE 2 untuk lenacapavir.

    Ketika Haddock masih remaja dan tinggal di pedesaan Texas, ia mengenang bagaimana menghadapi sebagian stigma itu.

    “Rasanya seperti momen yang berputar penuh,” katanya.

    Haddock mengatakan ia mulai mengonsumsi pil PrEP setiap hari pada 2015 untuk membantu mengurangi risiko HIV, tetapi terkadang pil tersebut membuatnya sakit perut atau ia lupa meminumnya.

    Pada Januari 2024, ketika ia mengetahui tentang uji klinis lenacapavir, ia segera mendaftar. Ia tidak mengalami efek samping apa pun selama uji klinis tersebut selain iritasi di tempat suntikan.

    Meskipun uji klinis telah berakhir, Haddock mengatakan, ia berencana untuk terus menerima suntikan lenacapavir dua kali setahun, dan ia berharap persetujuan FDA akan membantu meningkatkan kesadaran akan alat pencegahan HIV.

    Pada 2012, FDA menyetujui Truvada, yang juga dibuat oleh Gilead Sciences, menjadikannya obat PrEP pertama untuk pencegahan HIV pada orang dewasa yang tidak terinfeksi di Amerika Serikat, tetapi meskipun PrEP telah ada sejak 2012.

    “Jadi ini membuka peluang yang sama sekali baru,” katanya tentang lenacapavir.

    NEXT: Momen tonggak sejarah

    Tahun lalu, Gilead Sciences merilis data dari uji coba PURPOSE 2 yang menunjukkan 99 persen peserta yang menerima suntikan lenacapavir dua kali setahun untuk pencegahan HIV, tidak terinfeksi.

    Hanya ada dua kasus di antara 2.180 orang, yang secara efektif membuktikan 89 persen lebih efektif daripada pil PrEP Truvada. Uji coba tersebut tidak disamarkan sejak awal karena memenuhi titik akhir utamanya, yang memungkinkan lenacapavir ditawarkan kepada semua peserta, dan obat tersebut dapat ditoleransi dengan baik.

    “Efek samping yang paling umum, seperti yang diduga, adalah reaksi di tempat suntikan,” kata Baeten, seperti ruam atau rasa tidak nyaman.

    Uji coba PURPOSE 2 melibatkan pria cisgender, pria transgender, wanita transgender, dan orang nonbiner berusia 16 tahun atau lebih, berhubungan seks dengan pasangan yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir.

    “Ini adalah momen penting dalam perjuangan melawan HIV selama puluhan tahun. Dengan pemberian dua kali setahun dan kemanjuran yang luar biasa, lenacapavir akan membantu kita mencegah HIV dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya,” kata Daniel O’Day, ketua dan kepala eksekutif di Gilead Sciences, dalam pernyataan melalui email.

  • Viral Darah Menstruasi Menggumpal, Benarkah Tanda Kanker Serviks?

    Viral Darah Menstruasi Menggumpal, Benarkah Tanda Kanker Serviks?

    Jakarta

    Baru-baru ini ramai di media sosial X yang membahas soal darah menstruasi menggumpal seperti ati ayam bisa menjadi tanda berbahaya.

    “aku haid udh hari keempat & keluar d4r4h segede itu normalkah? agak nyeri saat keluar itu. bahaya gak sih? ini first time keluar segede itu, biasanya ga segede itu. pas udh keluar rasanya plong gitu,” tutur salah satu akun X @tan******, dikutip Kamis (19/6.2025).

    Tak sedikit netizen yang juga mengalami hal serupa. Beberapa ada yang khawatir kalau darah haid atau menstruasi menggumpal menjadi salah satu tanda kanker serviks.

    “kak aku gamau bikin takut tp kalo itu agak lembek, takut kayak ibuku, agak banyak keluarnya gumpalan darah gitu lembek dan gede gede, lalu ibuku positif kanker serviks :(,” imbuh @cou***********.

    Spesialis obstetri dan ginekologi dr Dinda Derdameisya, SpOG, menjelaskan, keluhan dari kanker serviks memang bisa berupa perdarahan, terkadang darah yang keluar bisa berbentuk gumpalan. Kondisi ini biasanya disebabkan Human Papilloma Virus (HPV) yang merusak mulut rahim atau serviks.

    Meski begitu, dr Dinda mengatakan tak semua perdarahan dari organ intim menandakan adanya masalah pada serviks.

    “Keluhan dari kanker serviks memang kadang mengeluarkan darah yang bergumpal. Tapi sebenarnya adalah virus HPV yang merusak mulut rahim atau serviks itu,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (17/6/2025).

    Warna darah, jumlahnya, atau menggumpal, kata dr Dinda, tida bisa dijadikan patokan untuk memastikan adanya kanker serviks. Justru pada tahap awal, kanker serviks sering kali tidak menimbulkan gejala sama sekali.

    “Jadi memang lebih baik diperiksakan, karena warna atau gumpal atau tidak atau jumlahnya itu tidak berhubungan dengan kanker leher rahim,” tandasnya.

    (suc/kna)

  • Peneliti Temukan Cara Prediksi Kematian Seseorang dari Tinja, Kok Bisa?

    Peneliti Temukan Cara Prediksi Kematian Seseorang dari Tinja, Kok Bisa?

    Jakarta

    Peneliti menemukan cara memprediksi kematian seseorang melalui tinja. Tim dokter yang dipimpin oleh Alexander de Porto dari University of Chicago dan University of Amsterdam, menciptakan sebuah indeks penanda dalam tinja pasien yang membantu memperkirakan risiko kematian dalam 30 hari.

    Mereka menyebut indeks tersebut metabolic dysbiosis score (MDS). Indeks ini digunakan untuk menyelamatkan pasien kritis yang dirawat di ICU. Meski hasil penelitian ini memerlukan studi dan validasi lebih lanjut, peneliti menyatakan temuannya sangat menjanjikan sebagai alat diagnosis masa depan.

    “Temuan ini menunjukkan bahwa gangguan metabolik di usus, yang diukur melalui MDS, berpotensi menjadi biomarker untuk mengidentifikasi pasien kritis yang memiliki risiko kematian lebih tinggi,” kata Alexander dikutip dari Science Alert, Kamis (19/6/2025).

    “Ini menekankan pentingnya metabolit yang berasal dari usus sebagai faktor independen dalam ketahanan tubuh, sekaligus membuka jalan bagi pengobatan yang lebih presisi,” sambungnya.

    Pasien kritis di ICU seringkali mengalami penyakit parah seperti sepsis dan gangguan pernapasan akut, tapi kondisi ini tidak selalu berkembang dengan cara yang sama. Keragaman ini menjadi tantangan besar dalam upaya perawatan pasien.

    Peneliti berpendapat hal tersebut bisa diatasi dengan mengidentifikasi ciri atau karakteristik spesifik yang bisa ditargetkan untuk pengobatan, alih-alih langsung menyerang seluruh penyakit sekaligus. Pasien kritis sering mengalami penurunan keberagaman mikrobiota usus, serta perubahan kadar metabolit yang dihasilkan mikrobioma.

    Penelitian dilakukan terhadap dysbiosis, ketidakseimbangan mikrobioma usus pada pasien kritis sebagai karakteristik yang mungkin dapat ditangani secara medis.

    Mereka meneliti tinja dari 196 pasien yang mengalami gagal napas atau syok yang mempengaruhi organ. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 147 pasien kelompok pelatihan dan 49 kelompok validasi.

    Mereka menggunakan sampel tersebut untuk mengembangkan MDS, berdasarkan konsentrasi dari 13 jenis metabolit tinja yang berbeda. Hasilnya menunjukkan peluang yang menjanjikan untuk penelitian lanjutan.

    “Skor MDS menunjukkan kinerja yang baik dalam memprediksi angka kematian pada kelompok pelatihan pasien ICU medis, dengan akurasi 84 persen, sensitivitas 89 persen, dan spesifisitas 71 persen,” kata peneliti.

    “Namun, pada kelompok validasi, meskipun menunjukkan tren yang serupa, hasilnya tidak mencapai signifikansi statistik, kemungkinan besar karena ukuran sampel yang lebih kecil. Temuan ini menunjukkan potensi menjanjikan dari MDS, namun juga menekankan perlunya validasi lebih lanjut terhadap kemampuan prediksi dan penerapannya secara umum pada kelompok pasien lain sebelum bisa digunakan secara luas,” tandasnya.

    (avk/suc)

  • Efek Ngeri Kopi Kejantanan Ilegal, Ingin Perkasa malah Gagal Ginjal

    Efek Ngeri Kopi Kejantanan Ilegal, Ingin Perkasa malah Gagal Ginjal

    Jakarta

    Kopi dengan bahan kimia obat kerap diedarkan dengan klaim sebagai ‘kopi kejantanan’. Mengandung bahan aktif obat keras seperti sildenafil, bahan aktif Viagra, kopi-kopi ilegal seperti ini bisa berdampak serius bagi kesehatan.

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Prof Taruna Ikrar, menyebut kandungan bahan aktif yang kerap ditemukan dalam kopi kejantanan umumnya merupakan obat keras yang hanya boleh dikonsumsi atas rekomendasi dokter. Dosis dan aturan pakainya harus ditentukan dan dipantau melalui pemeriksaan.

    “Ada kopi, yang dipromosikan bisa membuat kejantanan. Ternyata penemuannya kami produk itu di lapangan mengandung sildenafil sitrat, itu kayak viagra. Dia mengandung obat kimia,” kata Prof Ikrar dalam detikcom Leaders Forum ‘Ancaman Obat & Pangan Ilegal di Era Digital, Sayangi Ginjal’, Rabu (18/6/2025).

    “Jadi bukan kopinya yang membuat kejantanan, tapi obat. Obat ini bisa menyebabkan gagal ginjal hingga gagal jantung,” sambungnya.

    Kepala BPOM RI Taruna Ikrar dalam detikcom Leaders Forum ‘Ancaman Obat & Pangan Ilegal di Era Digital, Sayangi Ginjal!’, Rabu (18/6/2025). Foto: Ari Saputra/detikHealth

    Menurut Prof Ikrar, ini merupakan satu bentuk penipuan kepada konsumen. Terlebih, BKO yang digunakan tersebut seharusnya menggunakan resep dokter terkait konsumsinya.

    “Kenapa harus lewat resep dokter obat ini, karena obat ini bisa memberikan efek-efek samping yang lain,” kata Ikrar.

    “Taruhlah orang yang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi, dengan terjadinya fase konstruksi bisa menyebabkan kenaikan tekanan pembuluh darah,” sambungnya.

    (dpy/up)

  • Manfaat Rutin Minum Jus Tomat-Wortel untuk Kesehatan Kulit

    Manfaat Rutin Minum Jus Tomat-Wortel untuk Kesehatan Kulit

    Jakarta

    Rutin minum jus alami bisa memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu kombinasi jus yang bisa dipilih adalah tomat-wortel.

    Kedua bahan ini kaya dengan nutrisi yang sangat baik, seperti vitamin dan mineral yang baik untuk kulit. Ketahui manfaat minum jus tomat-wortel berikut ini.

    Manfaat Rutin Minum Jus Tomat dan Wortel untuk Kulit

    Menurut spesialis kulit dr Rizky Lendl Prayogo, SpDVE, tomat mengandung berbagai nutrisi yang baik untuk tubuh. Ada vitamin C dan E, potasium, protein, karotenoid, fitosterol, dan zat-zat fenolik.

    “Sebagian besar zat-zat tersebut bersifat sebagai antioksidan dan memiliki manfaat untuk kulit, yaitu mencegah proses penuaan, termasuk proses penuaan yang disebabkan oleh sinar matahari (photoaging). Ada sejumlah penelitian yang menegaskan bahwa likopen (karotenoid) dalam tomat merupakan antioksidan kuat,” kata dr Rizky ketika dihubungi detikcom, Rabu (15/1/2025).

    Zat-zat tersebut bisa melindungi kulit dari radiasi matahari, mencegah kerusakan DNA, mengurangi peradangan kulit, serta menurunkan risiko tumor kulit.

    Sementara itu, wortel juga mengandung banyak manfaat untuk kulit. Sayuran ini memiliki kandungan vitamin A, C, E, dan K, karotenoid berupa beta-karoten, alfa karoten, dan likopen, serta mineral seperti kalsium dan potasium.

    “Berbagai kandungan tersebut secara sinergis bersifat antioksidan sehingga mampu memperlambat proses penuaan dan mengurangi peradangan kulit. Jadi benar, bahwa konsumsi wortel dan tomat dalam jumlah yang cukup dapat memiliki efek baik terhadap kulit,” tandasnya.

    Berapa Kali Batas Aman Minum Jus Wortel-Tomat?

    Penting untuk mengetahui batas aman dalam konsumsi jus wortel-tomat . Sebab, minum jus yang kaya akan karotenoid, seperti wortel dalam jumlah yang terlalu banyak bisa memicu carotenemia atau perubahan warna kulit menjadi kuning-oranye. Secara umum, kondisi ini tidak berbahaya, namun untuk sebagian orang, kondisi ini akan mengganggu secara estetika.

    Biasanya carotenemia muncul di area telapak tangan, kaki, dan kulit wajah. Warna kulit biasanya akan kembali normal saat mengurangi konsumsi makanan tinggi karotenoid.

    “Secara umum, mengonsumsi jus wortel 3-4 kali per minggu dalam porsi kurang lebih 200-240 ml per sajian dianggap aman untuk menghindari risiko carotenemia atau kulit menguning,” ucap spesialis kulit dr I Gusti Nyoman Darmaputra SpDVE, ketika dihubungi terpisah.

    Dia menyarankan untuk memantau kondisi kulit. Jika ada gejala kulit menguning, terutama di telapak tangan dan kaki, maka kurangi porsi konsumsi wortel.

    (elk/tgm)